Anda di halaman 1dari 17

MATERI KULIAH : KEPERAWATAN KOMUNITAS 1

NAMA DOSEN : FATMA JAMA S.KEP NS M.KES

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 1:

EMI MARHAMAH 142 2013 0013


NURMALA 142 2016 0002
FASRIANTI 142 2016 0003
IRA MAGFIRAH 142 2016 0018
DELLA SAFITRI 142 2016 0020
YESENIA FARADILLAH 142 2016 0030
FIRNAYANTI MUHLIS 142 2016 0031
NURUL AZMI HARUDDIN 142 2016 0032
NURHALISA UMAR 142 2016 0034

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat
menambah pengetahuan kita lebih jauh tentang “SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS”.

Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan atau saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 25 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan

A. Definisi Keperawatan Komunitas ........................................................ 3


B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Dunia ................. 3
C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Indonesia ........... 8

Bab III Penutup

A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13

Daftar Pustaka .................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan
pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan semakin
berkembang, dimana perawat memiliki peran yang lebih luas dengan
penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu
profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki
peran dan fungsi. Diantaranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan
kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan
(organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan
sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi,
diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi
interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran
perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat
indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari keperawatan komunitas?
2. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas di dunia?
3. Bagaimana sejarah perkembangan keperawatan komunitas di indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari keperawatan komunitas.

1
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan keperawatan
komunitas di dunia.
3. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan keperawatan
komunitas di indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEPERAWATAN KOMUNITAS


Menurut WHO (1974) Komunitas adalah sebuah kelompok social yang
ditentukan oleh batas-batas geografis dan/atau nilai dan kepentingan umum;
anggota komunitas yang dikenal berinteraksi satu sama lain; fungsi komunitas
dalam struktur social tertentu dan komunitas menciptakan norma-norma, nilai-
nilai dan lembaga-lembaga social. (Swarjana, 2016)
Menurut Riyadi (2007) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus
hidup manusia. (Harnilawati, 2013)
Menurut DEPKES RI (1986) Keperawatan Komunitas adalah suatu
pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim
kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat lebih tinggi. (Harnilawati, 2013)
B. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI
DUNIA
Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh
metologi Yunani, yaitu Asclepius dan Hegeia. Berdasarkan mitos Yunani,
Asclepius adalah seorang dokter sementara Hegeia adalah asisten Asclepius
yang juga merupakan istrinya.
Perbedaan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan
Hegeia:
Tokoh Cara penanganan masalah kesehatan
masyarakat
Aslepius Dilakukan setelah penyakit tersebut terjadi pada
seseorang

3
Hegeia Penanganan masalah melalui:
1. Hidup seimbang
2. Menghindari makanan atau minuman beracun
3. Memakan makanan yang bergizi (cukup)
4. Istrahat yang cukup
5. Olahraga

Dari perbedaan pendekatan penanganan masalah kesehatan antara


Aslepius dan Hegeia tersebut, akhirnya muncul dua aliran/pendekatan dalam
penanganan masalah-masalah kesehatan pada masyarakat, yaitu sebagai
berikut:
1. Kelompok/aliran 1
Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah orang
jatuh sakit. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan kuratif. Kelompok
tersebut terdiri atas dokter, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang
melakukan perawatan atau pengobatan penyakit baik, fisik maupun
psikologis.
2. Kelompok/aliran 2
Aliran ini cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit
sebelum terjadinya penyakit. Kelompok ini antara lain perawat komunitas.
Periode perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas periode
sebelum ilmu pengetahuan dan periode ilmu pengetahuan.
1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Perkembangan kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengetahuan
tidak dapat dipisahkan dari sejarah kebudayaan yang ada di dunia,
diantaranya adalah budaya dari bangsa Babilonia, Mesir, Yunani, dan
Romawi. Bangsa-bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah
melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan
masyarakat dan penyakit. Dari dokumen lain juga tercatat bahwa pada
zaman Romawi Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang
mengharuskan kepada masyarakat untuk:

4
a. Mencatat pembangunan rumah.
b. Melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya.
c. Melaporkan binatang peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau.
d. Pemerintah melakukan supervise ke tempat-tempat minuman, warung
makanan, tempat prostitusi, dan lain-lain.
Setelah itu kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal
abad ke-1 sampai ke-7 dengan alasan sebagai berikut:
a. Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan telah
menjadi epidemic, bahkan ada yang menjadi endemis.
b. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah tercatat sejak abad ke-7 bahkan penyakit
kolera di India telah menjadi endemis. Penyakit lepra telah menyebar
ke Mesir, Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran.
Berbagai upaya telah diupayakan untuk mengatasi kasus epidemic
dan endemis, di antaranya masyarakat mulai memperhatikan masalah:
a. Lingkungsn terutama hygiene dan sanitasi lingkungan.
b. Pembuangan kotoran manusia (latrin).
c. Mengusahakan air minum bersih
d. Pembuangan sampah.
e. Pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.
Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes. Di India, Mesir dan Gaza
dilaporkan bahwa 13 ribu orang meninggal tiap hari karena serangan pes.
Berdasarkan catatan, jumlah orang yang meninggal karena wabah
penyakir pes di seluruh dunia pada waktu itu di sebut “The Black Death”.
Serangan wabah penyakit menular ini berlangsung sampai abad ke-18. Di
sampinng wabah pes, wabah kolera dan tifus juga masih berlangsung. Pada
tahun 1603 lebih dari 1 dari 6 orang meninggal karena penyakit menular,
dan tahun 1665 sekitar 1 dari 5 orang meninggal. Pada tahun 1759
dilaporkan 70 ribu orang penduduk di kepulauan Cyprus meninggal karena
penyakit menular. Penyakit lainnya yan menjadi wabah antara ain dipteri,
tifus, disentri dan lain-lain.

5
2. Periode Ilmu Pengetahuan
Pada akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19, bangkitnya ilmu
pengetahuan mempunyai dampak yang sangat luas dalam segala aspek
kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada abad ini
pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang
pada aspek biologis saja, tetapi sudah komprehensif dan multisektoral.
Selain itu, telah ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin
sebagai pencegahan penyakit. Penemu dan hasil penemuan dalam
penanggulangan penyakit:
Penemu Hasil Temuan
Louis Pasteur Vaksin untuk mencegah penyakit cacar
Joseph Lister Asam carbol untuk sterilisasi ruang operasi
William Martor Erher sebagai anestesi pada waktu operasi
Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai
dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait dengan wabah penyaki endemis
kolera tahun1832 yang terjadi masyarakat di perkotaan., terutama yang
miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit
ini dan Edwin Chadwich seorang pakar social ditunjuk sebagai ketua
komisi untuk melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera
ini. Hasil penyelidikan yang dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat
yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, usia penduduk berdekatan
dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasaar tidak
higienis, sebagian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata
14 jam perhari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hasil laporan Edwin Chaswich tersebut dilengkapi
dengan analisis data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Akhirnya parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang
yang mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk dan
berbagai peraturan tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat
kerja, pabrik dan lain-lain.

6
Berawal dari penelitiannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih
jauh mempelajari kesehatan masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi
pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi setelah Chadwich
adalah Winslow muridnya yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modern. Winslow merumuskan definisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah
berbagai macam definisi sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang
tidak asing dalam dunia kesehatan masyarakat dalam upaya suksesnya
mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal yang perlu di
catat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan
epidemiologi dalam menganaisis waba penyakit kolera, yaitu dengan
menganalisis tempat, orang dan waktu dianggap sebagai The Father of
Epidemiology.
Pada akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20, pendidikan untuk
tenaga kesehatan yang professional mulai dikembangkan. Tahun 1893
yang professional mulai dikembangkan. Tahun 1893, John Hopkins
seorang pengusaha wiski dari Amerika mempelopori berdirinya
universitas yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran. Pada tahun
1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Kanada, dan negara-
negara lain. Dalam perkembangannya kurikulum sekolah kedokteran
mulai memperhatikan masalah kesehatan masyarakat dan sudah di
dasarkan pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan merupakan
hasil interaksi yang dinamis antara factor genetik, lingkungan fisik,
lingkungan social, kebiasaan perorangan dan pelayanan kesehatan. Dari
segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah
Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali dengan
tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan keseatan bagi penduduk,
termauk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
(Harnilawati, 2013)

7
C. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI
INDONESIA
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad
ke-16,yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan
kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke
indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor.
Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui singapura dan mulai
``berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut
pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan Belanda)
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles
pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik
persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian
bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak
bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di
tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi
sebagai penolong dan perawat persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah
dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil
dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL
Tot Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi.
Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama
NIAS ( Nederland Indische Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah
menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun
1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga
ditandai dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun
1888- tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman.
Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti
medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit
lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

8
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-
1935 penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa.
Pada tahun 1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara
melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan
vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di
vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah
Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian
dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian
dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan,
masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum
dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa
rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang
baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan
mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi
mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep
Bandung ( Bandung plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-
yang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep
ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek
preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh
dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada tahun
1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y.
Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek
percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini
juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.

9
Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih delapan
desa wilayah pengembangan masyarakat.
1. Sumatra utara : indrapura
2. Lampung
3. Jawa Barat: Bojong Loa
4. Jawa tengah : Sleman
5. Yokyakarta : Godean
6. Jawa timur : Mojosari
7. Bali : Kesiman
8. Kalimantan Selatan : Barabai
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas
dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi
dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas- yang
dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep Bandung
dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan disepakati
mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada
pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang
kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan ) menjadi
pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau
kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas
diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu
menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang
seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan
lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun
puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi

10
penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar
dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu :
1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB)
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulit
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatrik
14. Latihan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu
puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang
dikelola oleh seorang paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis,
maka pada tahun 1979btidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe
B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun,
kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga
dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan
dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan
pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan

11
administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di
provinsi Jawa
Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana
kesehatan masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna
penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas,sehingga dibedakan adanya:
1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk
perencanaan dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan
pengembangan kerjasama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas
ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan
keluarga berencana (posyandu) yang mencakup kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.
Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai
7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas
melayani sekitar 28.144 penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun
2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-
dibandingkan dengan rumah sakit yang harus melayani 28.000 penduduk.
Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh
dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra,
puskesmas harus menangani wilayah yang uas,( terkadang beberapa kali lebih
luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit.
Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu,
bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.
(Effendi, 2009)

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad
ke-16,yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan
kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke
indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor.
Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui singapura dan mulai
``berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut
pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan Belanda)
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Keperawatan Komunitas adalah suatu pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat lebih tinggi.
B. SARAN
Semoga dengan makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi
yang mempelajari dan memahami lebih dalam lagi tentang keperawatan
komunitas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Harnilawati. (2013). Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Takalar Sulawesi


Selatan: Pustaka As Salam.

Swarjana, I. K. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: ANDI.

14

Anda mungkin juga menyukai