Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH:

1. Neneng Mustika
2. Dasinah
3. Uswatun Chasanah
4. Nuraeni
5. Indi Latifah Hani

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, selayaknya segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat yang hanya
kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya kepada-Nya dari
buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa saja yang telah disesatkan
oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya petunjuk.

Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad SAW yang telah
memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan kedamaian, jalan
kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam. Shalawat dan salam semoga
tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang meniti jalannya dengan
sungguh-sungguh hingga akhir zaman.

Ahlamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah kesehatan masyarakat.
Dalam menjalani penyusunan makalah kesehatan masyarakat ini tidak sedikit kendala yang penulis
hadapi.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan
makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini, dengan segala
kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan terima kasih .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu
dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tangerang, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A.Latar Belakang............................................................................................1

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kesehatan Masyarakat.....................................................6

B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat........................................6

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................10


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

a. Sejarah Kesehatan Masyarakat

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius
dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan sebagai seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah
ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah
berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Higeia, seeorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-
upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah
kesehatan sebagai berikut: 1) Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah
penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia mengajarkan kepada pengikutnya ddalam
pendekatan masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman
beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang
sudah jatuh sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk
menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan
makanan yang baik, daripada dengan pengobatan.pembedahan.

Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan
dalam menangani masalah masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu
terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan).
Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, praktisi-praktisi lain yang
melakukan pengobatan penyakit seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-
upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit.
Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau
institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.

Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi,
yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care). Kedua pencegahan atau preventif
(preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan
antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran
secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.
Sedangkan penddekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah
masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masayarakat
(sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif artinya pada kelompok ini pada umumnya hanya
menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat
praktek. Kalau tidak ada pasien datang berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas mereka bahwa
masalah kesehatan adalah adannya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih menggunakan
pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari masalah. Petugas
kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktik mereka,
tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan
melakukan tindakan.

Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem
biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-
psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan
preventif melihat klien sebagai mahluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya
penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang
luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan
partia, tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.

b. Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad
ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di
Indonesia tahun 1927, dan tahun 1837 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun
1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga
berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.

Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada waktu
pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan
tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih kebinaan, kemudian baru
pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat
dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.

Pada tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepalan pelayanan kesehatan sipil dan
militer, dan dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten
School). Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua
sekolah dokter tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga dokter yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas
konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep
Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang
terdiri dari tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut. Departemen
Kesehahtan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada
tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas merupakan sistem
pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerntah (Departemen Kesehatan)
menjadi pusat pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu
unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan dikota
madya atau kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:

1) Kesehatan ibu dan anak

2) Keluarga berencana

3) Gizi

4) Kesehatan lingkungan

5) Pencegahan penyakit menular

6) Penyuluhan kesehatan masyarakat

7) Pengobatan

8) Perawatan kesehatan masyarakat

9) Usaha kesehatan gizi

10) Usaha kesehatan sekolah

11) Usaha kesehatan jiwa

12) Laboratorium

13) Pencatatan dan pelaporan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kesehatan Masyarakat

Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masayarakat. Secara kronologis batasan-
batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas
seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan
bahwa kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu
kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki
dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakt. Kemudian pada
akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis
imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat
melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.

B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang
lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat
pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-
ilmu sosial. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasri ilmu
kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari
ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu
fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.

Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut
sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:

a) Epidemiologi

b) Biostatistik/statistik kesehatan

c) Kesehatan lingkungan

d) Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku

e) Administrasi kesehatan masyarakat

f) Gizi masyarakat

g) Kesehatan kerja.

Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multi disiplin.
Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentanngan yang luas.
Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif),
meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun
pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
Misalnya: pembebrsihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan
air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa,
dan sebagainya.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehahtan masyarakat antara lain:

a) Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.

b) Perbaikan sanitasi lingkungan.

c) Perbaikan lingkungan pemukiman.

d) Pemberantasan vektor.

e) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.

f) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.

g) Pembinaan gizi masyarakat.

h) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.

i) Pengawasan obat dan minuman.

j) Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah banyak ahli kesehatan membuat
batasan kesehatan masyarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan
batasan yang sangat sempit samapi batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas
seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan
masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni.
DAFTAR PUSTAKA

Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di Indonesia. Jakarta: UI-Press.

Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan Kesehatan. Depok: FKM-UI.

Yanuarta, Hendra. 2002. Skripsi: Kesiapan Pembiayaan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Lampung Barat pada Pelaksanaan Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2562).

Yurisca, Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan Kesehatan OKI Jakarta Setelah Otonomi Daerah.
Depok: FKM-UI (S. 2586).

Anda mungkin juga menyukai