Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

“KONSEP DASAR KESEHATAN KOMUNITAS DAN KONSEP


DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS”

Oleh :

Kelompok 1

Dina Aulia Fitria (1020183108)


Amara shafira (1020183110)
Dinda Ayu Natasya (1020183111)
Nila Karomatunnisa (1020183112)
Herlina Julia R. (1020183113)
Ahmad Mutiuddin (1020183114)
Neli Nadianti R. (1020183116)
Charismatuz Zahro H. (1020183117)
Vika Miftakhul M. (1020183118)
Niken Dwi Purbowati (1020183119)
Imroatus Sholekhah (1020183120)
Moh. Nur Aditya (1020183122)

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Komunitas dengan judul “Konsep Dasar Kesehatan
Komunitas dan Konsep Dasar Keperawatan Komunitas”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Kudus, 18 September 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................1
C. TUJUAN..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERIAN KESEHATAN.................................................................2
B. INDIKATOR SEHAT.............................................................................4
C. KARAKTERISTIK.................................................................................4
D. PERILAKU SEHAT...............................................................................4
E. KESEHATAN KOMUNITAS................................................................8
F. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS.........................13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................32
B. SARAN..................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan,
serta bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya
perawat kesehatan komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam
hal pencegahan, pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit,
yang bukan saja ditujukan kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan
masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan
keperawatan  profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan
Dawkin, 1987).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sehat menurut WHO dan para ahli ?
2. Apa yang dimaksud dengan kesehatan komunitas ?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar keperawatan komunitas?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui definisi sehat menurut WHO dan para ahli.
2. Dapat menjelaskan tentang kesehatan komunitas
3. Dapat menjelaskan tentang konsep dasar keperawatan komunitas

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KESEHATAN
Tidak ada konsessus tentang definisi sehat. Diketahui ada beberapa cara
mencapai derajat kesehatan tertentu, tetapi sehat itu sendiri tidak dapat
diukur. Dahulu sehat didefinisikan sebagai ada atau tidak ada adanya
penyakit. Ningtingale mendefinisikan sehat sebagai kondisi baik dan
menggunakan setiap kekuatan yang dimiliki individu seoptimal mungkin
(Ningtigale 1964). World Health Organization (WHO) memandang sehat
secara lebih menyeluruh. Undang-undang WHO mendefinisikan sehat
sebagai “Keadaan sejahtera fisik”, mental, dan sosial yang utuh dan tidak
semata terbebas penyakit atau kelemahan (WHO,1948). Definisi ini :
a. Mencerminkan perhatian pada individu sebagai manusia utuh yang
berfungsi secara fisik, psikologis, dan sosial. Proses kejiwaan
menentukan hubungan seseorang dengan lingkungan fisik dan sosial
disekitarnya, sikapnya terhadap kehidupan, dan interaksi mereka dengan
orang lain.
b. Menempatkan sehat dalam konteks lingkungan . Kehidupan manusia,
demikian juga dengan kesehatannya, dipengaruhi oleh segala sesuatu
yang berinteraksi denganya, tidak hanya pengaruh lingkungan, seperti
iklim dan ketersediaan makanan bergizi, tempat berlindung yang
nyaman, udara bersih untuk dihirup, dan air bersih untuk minum, tetapi
juga orang lain, termasuk keluarga, pasangan , atasan, rekan kerja, teman,
dan berbagai macam hal yang terkait.
c. Menyejajarkan sehat dengan kehidupan produktif dan kreatif. Berfokus
pada kehidupan, bukan pada penggolongan penyakit yang dapat
menyebabkan sakit dan kematian.

Sehat juga didefinisikan berdasarkan peran dan performa, Talcolt Parsons


(1951), seorang sosiolog terkemuka dari Amerika dan pencipta konsep “Peran
sakit”, menggagas sehat sebagai kemampuan untuk mempertahankan peran
normal.

2
Pada tahun 1953, president’s Commision on Health Needs of the Nation
Amerika Serikat membuat peryataan tentang sehat” Sehat bukan suatu
kondisi melainkan penyesuaian. Sehat bukan sebuah keadaan melainkan
sebuah proses. Proses tersebut membuat individu beradaptasi tidak hanya
dengan kondisi fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosial. “ President’s
Commission 1953). Definisi tersebut menekankan sehat sebagai proses
adaptasi, bukan sebuah keadaan.
Pada tahun 1980, American Nurse Association (ANA) dalam peryataan
kebijakan sosialnya mendefinisikan sehat sebagai “ keadaan dinamikmketika
potensi perkembangan dan perilaku individu terpenuhi shingga seoptimal
mungkin (ANA,1980). Dalam definisi ini, sehat lebih dari sekedar kondisi
terbebas dari penyakit, tetapi mencangkup upaya mencapai fungsi optimal.
Pada beberapa dekade yang lalu, sejumlah profesional kesehatan termasuk
para perawat teoretikus, telah membuat definisi sehat. Sebagian besar orang
mendefinisikan dan menggambarkan sebagai berikut
1.      Terbebas dari gejala dan nyeri sebanyak mungkin.
2.      Dapat aktif dan melakukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan.
3.      Selalu bersemangat.

Karakteristik ini menunjukkan bahwa sehat bukan sesuatu yang


didapatkan individu secara mendadak pada waktu tertentu. Sehat merupakan
suatu proses berkelanjutan yang mendorong setiap aspek tubuh, pikiran, dan
perasaan saling terkait selaras mungkin.
Banyak faktor yang mempengaruhi definisi individu tentang sehat.
Definisi tersebut beragam, bergantung pada pengalaman masa lalu individu,
ekspektasi diri, usia, dan pengaruh sosiokultural.
Perawat harus mengetahui definisi pribadi mereka tentang sehat dan harus
menghargai bahwa orang lain juga memiliki definisi sendiri. Definisi
seseorang tentang sehat mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan
sehat dan sakit, perawat dapat memberikan bantuan yang lebih berarti guna
membantu mereka meraih atau mencapai keadaan sehat.

3
B. INDIKATOR KESEHATAN

1. Kesehatan yang baik dan usia panjang produktif adalah hak setiap
individu tanpa membedakan suku dan jenis kelamin
2. Semua orang mempunyai kebutuhan belajar
3. Beberapa klien mungkin tidak memahami kebutuhan belajarnya atau
kebutuhan bantuan utk mencapai tingkat sehat yang tinggi
4. Orang akan menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat
untuk dirinya, shg pengetahuan memiliki makna tertentu
5. Kesehatan yang baik dan pelayanan kesehatan memberi kesempatan
masyarakat luas untuk hidup lebih baik sesuai potensi dan pengaruh
standar hidup
6. Kesehatan merupakan salah satu nilai saing klien dan memiliki prioritas
yang berbeda pada waktu yg berbeda
7. Nilai dan konsep sehat berbeda tergantung pada budaya, agama dan latar
belakang sosial klien
8. Otonomi individu dan komunitas membri prioritas yang berbeda pada
waktu yang berbeda

C. KARAKTERISTIK

1. Anggotanya memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sebagai komuntas.


2. Menggunakan sumber daya alam sambil melakukan langkah untuk
menghematnya demi generasi mendatang.
3. Secara terbuka mengenali dirinya sendiri
4. Siap menghadapi kritis.
5. Mempunyai saluran komunikasi yang terbuka.
6. Koping individu yang efektif.
7. Meningkatkan derajat kesejahteraan.

D. PERILAKU SEHAT

4
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan seseorang yg merasa
dirinya sehat, dan bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan. 3 tujuan yang ingin dicapai dlm perilaku sehat ini adalah : Perilaku
preventive Protective Promotive
a. Perilaku preventif: upaya memelihara kesehatannya dengan mencegah
datangnya penyakit. Caranya dapat dlilakukan dengan Medical
activities & non-medical activities Terdapat 2 tingkatan yaitu: Primary
preventive: langsung mencegah penyakit: medical actiities (imunisasi),
non medical actities (minum jamu) Secondary preventive: tidak
langsung mencegah penyakit (mandi, rekresi).
Model ini fokusnya adalah perilaku kesehatan preventif. Ada 3
golongan variable yang diidentifikasi sebagai yang determinan dalam
perilaku pencegahan yaitu motivasi prediposisi, variable kendala dan
variable Kondisi.
1. Motivasi predisposisi. Bahwa setiap perilaku ada motivasinya
yaitu untuk mencapai suatu tujuan. Ada 3 tipe tujuan orang
melakukan perilaku pencegahan penyakit ggi yang masing-
masing orang berbeda : Untuk meningkatkan derajat kesehatan
atau menghindari kemungkinan sakit. Untuk mendapatkan
persetujuan orang2 terdekat Untuk memperoleh pengertian agar
perilaku tertentu disetujui atau diakui sendiri manfaatnya.
2. Variabel Kendala Yang merintangi orang yang telah termotivasi
untuk melakukan suatu perilaku kesehatan : Internal = kurang
pengetahuan tentang perilaku sehat dan ketakutan dalam
pengobatan gigi. Eksternal = kekurangan sumberdaya (uang,
waktu atau dokter yang diperlukan)
3. Variabel Kondisi Tingkat pendidikan sama halnya megurangi
kendala Pengalaman kesehatan sebelumnya Status social
ekonomi Melindungi tubuh dari gangguan penyakit (minum vit,
pakai kondom, jas hujan atau payung) Peningkatan kualitas/
derajat kesehatan, konsumsi vit, olah raga, menu makan diatur,
berat badan diatur.

5
b. Perilaku protective, yaitu upaya untuk melindungi badan dari rasa sakit,
seperti melakukan pengobatan segera ketika didapatkan rasa sakit pada
tubuhnya untuk mencegah terjadinya komplikasi sejak dini. Misalnya
minum oralit ketika terjadinya diare, sebelum terjadi dehidrasi.
c. Perilaku promotif. Yaitu upaya untuk memelihara kesehatannya dengan
ikut serta melakukan penyuluhan tentang pencegahan penyakit, dengan
cara meningkatkan pengetahuan. Seperti mengikuti penyuluhan
tentanng pemeriksaan payudara sejak dini, meningkatkan pengetahuan
tentang pencegahan stroke dengan rajin mengikuti penyuluhan yang
ada.
E. KESEHATAN KOMUNITAS
1. Konsep kesehatan komunitas
Pada abad ke-21 mendatang penduduk dunia akan memiliki derajat
kesehatan yang semakin baik, umur harapan hidup semakin panjang,
masalah lansia semakin menonjol, ditemukannya berbagai macam vaksin,
program sanitasi dasar juga semakin membaik serta menurunnya berbagai
penyakit menular klasik (WHO, 1998). Kecenderungan tersebut memiliki
korelasi dengan membaiknya kondisi social-ekonomi di berbagai Negara.
Tetapi sampai saat ini masih banyak Negara berkembang yang melakukan
penangan kesehatan untuk penduduknya secra konvensional, masih
menekankan pada pengembangan rumah sakit, penanganan peristiwa sakit
yang dilakukan secara episodic. Negara tersebut juga belum melakukan
upaya preventif dan promotif secara optimal. Oleh karena itu peran
perawat kesehatan menjadi sangat penting, bervariasi dan cukup
menantang. Dengan demikian perawat perlu memiliki pemahaman tentang
konsep kesehatan komunitas bagi seluruh perawat yang bergerak di bidang
tersebut.
Dalam buku Wolf, L.V. dkk, dikatakan bahwa kesehatan menurut
komisi kepresidenan Amerika Serikat adalah adanya efisiensi jasmani,
mental dan social dan syarat pertama untuk hidup sempurna ialah
kesehatan. Organisasi kesehatan sedunia (WHO) merumuskan kesehatan
sebagai suatu keadaaan tanpa penyakit atau kelemahan. Dikatakan pula

6
bahwa kesehatan adalah salah satu hak azasi setiap insan. Kesehatan
merupakan suatu kesatuan yang utuh dari manusia, sebagai hasil dari
hubungan yang seimbang antara komponen jasmani, psikologis dan social-
kultural. Dengan kata lain kesehatan merupakan homeostasis
biopsikososial. Kesehatan manusia berubah-ubah bergantung pada stressor
yang ada dan kemampuanya untuk mengatasi masalah serta memelihara
homeostasis. Setiap manusia mempunyai suatu rentang yang terdiri dari
dua kutub. Kutub yang satu merupakan lambang atau keadaan sakit dan
yang lain lambang atau keadaan sehat optimal. Manusia biasanya berada di
antara dua kutub ini, kadang-kadang ia sakit dan kadang-kadang merasa
pada posisi sehat.
Konsep kesehatan yang dikembangkan oleh Halbert dikatakan
bahwa sehat adalah suatu keadaaan ketika seseorang dapat berfungsi
dengan baik karena potensi orang tersebut sedang dipuncaknya. Menurut
parson (1972), sehat adalah kemampuan untuk melaksanakan peran dan
fungsinya secara efektif, sedangkan Dubos (1978) mengatakan bahwa
kesehatan adalah suatu proses yang kreatif, individu secara aktif dan terus
menerus mengadaptasi lingkungan. Pendapat beberapa ahli keperawatan
tentang kesehatan antara lain adalah pendapat Peplau H., yang mengatakan
bahwa kesehatan adalah suatu proses yang berlangsung dan mengarah
kepada kreativitas, konstruktif serta produktif. Sedangkan Orem E. D.,
berpendapat bahwa kesehatan adalah integritas individu dan pemeliharaan
diri sendiri secara umum merupakan dasar untuk dapat berfungsi secara
optimal. Pendapat lain diutarakan oleh King M.E., bahwa kesehatan
adalah keadaan yang dinamis dalam siklus kehidupan manusia
untuk  memperoleh adaptasi secara terus menerus terhadap stress.
Definisi sehat terkini yang dianut oleh beberapa Negara maju
seperti Kanada  yang mengutamakan konsep sehat-produktif, sehat adalah
sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan
harus diarahkan untuk dapat membawa setiap penduduk memiliki
kesehatan yang cukup agar bisa hidup produktif (Sampoerna D., 1999).
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat, serta

7
memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan  masyarakat di dunia
dan di anggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan
masyarakat baru, karena sejak tahun tersebut terjadi diskusi intensif yang
berskala nasional dan internasional tentang karakteristik, konsep dan
metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat (Sampoerna D., 1999).
Bagi persepsi kesehatan individu yang antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Suatu keadaan bebas dari gejala penyakit dan rasa nyeri apabila
memungkinkan.
b. Dapat aktif dan melakukan suatu kegiatan yang diinginkan
sebanyak-banyaknya.
c. Mempunyai semangat yang tinggi setiap saat.

Kesehatan individu tidak dapat dicapai secara tiba-tiba, tetapi


merupakan suatu proses dalam mengelola kehidupannya sendiri dengan
cara mengatur dan mengembangkan setiap aspek dari tubuh, aka;/pikiran,
dan perasaan sehingga tercapai keseimbangan yang harmonis. Perawat
perlu memahami persepsi tentang sehat dari setiap pasiennya sehingga ia
dapat membantu  untuk pencapaian kondisi sehat yang diinginkan pasien.
Untuk dapat memfasilitasi p-engembangan kesehatan individu yang
diinginkan.

2. Kesehatan dan kesejahteraan prima


Kesehatan prima adalah suatu keadaan yang sejahtera, yang berarti
adanya sikap dan perilaku yang mencerminkan kualitas hidup yang tinggi
serta adanya tingkat potensial maksiamal dari individu (Anspaugh,
Hamrick & Rosata, 1991). Konsep dasar dari kesehatan prima antara lain
mencakup idu, pencapaian tujuan, dinamis, pertumbuhan proses.
Kesehatan prima adalah keputusan suatu pilihan untuk dapat
mencapai kesehatan optimal.Kesehatan prima adalah jalan hidup yang di

8
ambil dengan mengubah gaya hidup guna mencapai potensial tertinggi
untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Kesehatan prima adalah suatu proses dalam mengembangkan
kesadaran diri supaya tidak berakhir pada titik, tetapi tetap sehat dan
berbahagia di setiap kejadian, tempat dan waktu.
Kesehatan prima merupakan saluran energi yang efisien, energi
diterima dari lingkungan yang dipindahkan ke diri sendiri dan dikirim
untuk memengaruhi dunia luar.
Kesehatan prima adalah bentuk integrasi dari tubuh, akal dan
perasaan yang dinilai dari setiap kegiatan yang dilakukan, buah pikiran
dan perasaan serta percaya adanya pengaruhnya terhadap kesehatan.
Kesehatan prima adalah penerimaan dan kecintaan pada apa yang
dipunyai.Pengambilan keputusan sehari-hari dalam area nutrisi,
pengelolaan stres, olahraga fisik, pelaksanaan upaya pencegahan,
kesehatan emosi dan aspek kesehatan lain yang sangtat baik secara
keseluruhan dalam individu.
Menurut Heddy dan Pepper (1993), pendapat tentang sehat-
sejahtera prima masih membingungkan, tetapi secara garis besar dapat
diartikan sebagai hal yang subjektif , yang diartikan sebagai suatu keadaan
seimbang,harmonis dan vitalitas hidup yang tinggi. Secara objektif dapat
dideskripsikan sebagai suatu keadaan yang terjadi dalam rentang
kehidupan manusia. Travis dan Ryan (1988), mengatakan bahwa sehat
prima adalah kemampuan individu untuk memilih jalan hidupnya, mampu
berproses, penggunaan energi yang efisien, terjadinya integrasi yang baik
antara tubuh, akal dan perasaan dan dapat menerima serta mencintai apa
yang dipunyainya.
Anspaugh, dkk (1991) mengusulkan adanya lima dimensi dalam
sehat optimal, yang mewujudkan adanya kesehtan dan kesejahteraan prima
manusia yang harus memenuhi kriteria dalam setiap dimensi berikut.
a. Dimensi fisik
Kemampuan untuk menyelesaikan tugasnya sehari-hari,
pencapaian kebugaran (seperti kardiovaskuler,paru-paru dan

9
gastrointestinal), menjaga nutrisi tetap adekuat dan ketepatan proporsi
tubuh dari timbunan lemak, bebas dari penggunaan obat-
obatan,alkohol serta rokok dan secara umum mempraktikkan gaya
hidup positif.
Kemampuan berinteraksi secara baik dengan sesama dan
lingkungannya, dan dapat menjaga dan mengembangkan keakraban
individu dan dapat menghargai serta toleransi pada setiap pendapat
dan kepercayaan yang berbeda.
b. Dimensi emosional
Kemampuan untuk mengelola stres dan mengekspresikan
emosinya yang dapat diterima oleh pihak lain. kesehatan emosi
mencakup kemampuan untuk bertanggung jawab, menerima dan
menyampaikan perasaanya serta dapat menerima keterbatasan orang
lain.
c. Dimensi intelektual
Kemampuan untuk belajar dan menggunakan informasi secara
efektif antarpersonal, keluarga dan pengembangan karier. Kesehatan
intelektual meliputi usaha untuk secara terus menerus tumbuh dan
belajar guna beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru.
d. Dimensi spiritual
Percaya adanya beberapa kekuatan (seperti alam,ilmu pengetahuan,
agama dan bentuk kekuatan lain) yang diperlukan manusia dalam
mengisi kehidupannya. Setiap individu mempunyai nilai, moral dan
etika yang dianut.
Setiap komponen dapat terjadi tumpang tindih, faktor dalam
komponen satu secara langsung sering mempengaruhi faktor lain,
contoh: seseorang yang belajar mengontrol tingkat stres dari fisiknya
diharapkan juga dapat menjaga stamina emosinya yang digunakan
dalam menanggulangi krisis. Kesehatan prima mencakup semua aspek
kerja dalam model.

3. Kesehatan komunitas.

10
Komunitas merupakan kumpulan orang yang berbagi beberapa
karakteristik dalam kehidupan mereka. Dapat berarti bahwa mereka hidup
pada lokasi yang sama, datang ke gereja tertentu, atau bahkan berbagi
minat yang sama, seperti melukis. Kelompok yang membentuk komunitas
atas dasar kesamaan minat anggotannya sering kali disebut sebagai
komunitas minat (mis. Kelompok agama atau budaya). Komunitas juga
dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial yang anggotanya
berinteraksi baik secara formal maupun informal dan membentuk jaringan
yang bekerja untuk kepentingan semua orang di komunitas. Dalam
kesehatan komunitas, komunitas dapat dipandang memiliki masalah
kesehatan yang sama, misalnya insiden mortalitas atau tuberkolosis bayi
yang tinggi, infeksi HIV, atau penyakit menular lain. Keperawatan
komunitas berfokus pada promosi dan pemeliharaan kelompok populasi.
Menurut kamus,community adalah masyarakat yaitu sekumpulan
orang yang hidup bersama disuatu tempat dangan ikatan-ikatan aturan
tertentu (Poerwadarminta, 1991). Menurut Effendy N. (1997), unit-unit
masyarakat adalah komuniti, keluarga, kelompok yang mempunyai tujuan
dan nilai yang sama. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990),
komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu
wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta
terikat oleh rasa identitas suatu komunitas.
Dalam kozier dkk (1997) dikatakan bahwa komunitas adalah
sekumpulan orang, tempat mereka dapat berbagi atribut dalam
kehidupannya. Dapat disebabkan karena mereka tinggal dalam satu lokasi,
mempunyai tempat ibadah yang sama, atau adanya kesamaan minat seperti
pekerjaan. Komunitas juga dapat diartikan sebagai sistem sosial yang
setiap anggotanya baik formal maupun informal saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk suatu keuntungan bagi seluruh anggotanya. Juga
dikatakan bahwa ada lima fungsi komunitas, yaitu: produksi, distribusi,
konsumsi dan pelayanan yang baik,sosialisasi, kontrol sosial,
interpartisipasi sosial serta dukungan mutualistis.

11
Dalam kesehatan komunitas, komunitas dapat mempunyai
pandangan yang sama terhadap masalah kesehatan yang ada di
lingkungannya, contohnya adalah tingginya insiden kematian bayi atau
penyakit menular yang meresahkan seperti tuberkulosis atau infeksi HIV.
Stanhope dan Lancaster (1996), mendefinisikan perawatan dan praktik
kesehatan umum yang diaplikasikan untuk promosi dan melindungi
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan bersifat umum dan
komprehensif dengan menitik beratkan pada pertanggung jawaban kepada
masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Effendy N. (1997), ada dua istilah yang perlu dipahami
sebelum membahas keperawatan kesehatan komunitas, yaitu Publik
Health Nursing (PHN) dan Community Health Nursing (CHN). Kedua
istilah tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia mempunyai
arti yang sama yaitu keperawatan kesehatan masyarakat. Public Health
Nursing dikatakan sebagai istilah lama, sebagai contohnya adalah buku
yang ditulis oleh Ruth B. Freeman dengan judul Public Health Nursing
Practice (1981), Freeman tidak lagi menggunakan
istilah Public  melainkan diganti dengan istilah Community (Effendy N.,
1977). Menurut Effendy, pembahasan istilah tersebut disebabkan karena
publik mengandung pengertian sangat luas, tidak jelas batasnya, sulit
untuk mengukur sasarannya dan pembinaan.
1. Lima fungsi utama Komunitas
a. Produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa kesemuanya
merupakan cara komunitas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
anggotanya. Fungsi ini meliputi tidak hanya berupa penyediaan
makanan dan pakaian, tetapi penyediaan air, listrik, dan
perlindungan polisi dan pemadaman kebakaran, dan pembuangan
sampah.
b. Sosialisasi. Sosialisasi merujuk pada proses transmisi nilai,
pengetahuan, budaya dan keterampilan kepada orang lain.
Komunitas biasanya memiliki sejumlahinstitusi yang didirikan

12
untuk sosisalisasi, keluarga, gereja, sekolah, media, organisasi
sosial dan sukarela dan lain sebagainya.
c. Kontrak sosial. Kontrak sosial merujuk pada cara pemeliharaan
tata tertib di dalam komunitas. Hukum ditegakkan oleh polisi,,
regulasi, kesehatan masyarakat dijlankan untuk melindungi
masyarakat dari penyakit tertentu. Kontrak sosial juga dilakukan
dalam keluarga, gereja, dan sekolah.
d. Interpartisipasi sosial. Interpartisipasi sosial merujuk pada aktivitas
komunitas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap persahabatan, kelurga, dan gereja sejak lama telah
memenuhi kebutuhan ini meskipun demikian berbagai organisasi
negeri dan swasta juga menyediakan fungsi ini.
e. Dukungan bersama. Dukungan bersama merujuk pada kemampuan
komunitas untuk menyediakan sumber daya saat terjadi penyakit
atau bencana. Meskipun keluarga diandalkan untuk memenuhi
fungsi ini, layanan kesehatan dan sosial mungkin diperlukan untuk
menambah bantuan, keluarga, jika bantuan diperlukan untuk waktu
yang lama.

2. Sepuluh Karakteristik Komunitas Sehat


a. Merupakan komunitas yang anggotanya memiliki tingkat
kesadaran yang tinggi sebagai komuntas.
b. Menggunakan sumber daya alam sambil melakukan langkah untuk
menghematnya demi generaasi mendatang.
c. Secara terbuka mengenali adanya sub kelompok dan menerima
partisipasinya dalam kegiatan komunitas.
d. Siap menghadapi kritis.
e. Merupakan kominitas penyelesai masalah, dapat mengidentifikasi,
menganalisis, atau mengatur untuk memenuhi kebutuhannya.
f. Mempunyai saluran komunikasi yang terbuka yang memungkinkan
aliran komunikasi diantara semua sub kelompok warga komunitas
di semua arah.

13
g. Selalu berusaha untuk membuat sumber daya sistem selalu tersedia
bagi semua anggota komunitas.
h. Memiliki cara yang sah dsan efektif untuk menyelesaikan
perselisihan yang terjadi didalam komunitas.
i. Mendorong partisipasi maksimal dari warga komunitas dalam
pengmabilan keputusan.
j. Meningkatkan derajat kesejahteraan diantara anggota komunitas.

3. Pusat Kesehatan Komunitas


a. Sekolah atau kampus
Pelayanan yang diselenggrakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan
pendidikan seks,. Selain itu perawat yang bekerja disekolah dapat
memberikan perawatan untuk peserta didik pada penyakit akkut
yang bukan kasusu kegawadaduratan seperti influenza.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Asuhan keperawatan ditempat ini bertujuan untuk
a) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja
dengnan mengurangi jumlah kecelakaan yang ada.
b) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
c) Mengurangi transmisi penyakit antar sesame anggota
kerja.
d) Memberikan program peningkatan kesehatan
e) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedariratan
dan memberikan pertolongan pertama.
c. Lembaga kesehatan perawatan di rumah
Perawat dibidang komunitas juga dapat memberikan
perawatan kesehatan dirumah, misalnya, perawatan dirumah, home
care.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain

14
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja
sama dengan perawat lain. Selain itu dimanapun perawat bekerja
dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

4. Aspek Utama Pengkajian Komunitas


a) Lingkungan fisik
Tentukan batas alam, ukuran, dan densitas populasi : jenis
tempat tinggal, dan insiden kejahatan, vandalisme,dan
penyalahgunaan obat.
b) Pendidikan
Pertimbangan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan
sekolah yang ada, jenis dan jumlah layanan kesehatan yang
ditanggani oleh pihak sekolah, program makan siang
disekolah, olahraga ekstrakulikuler, perpustakaan, dan
layanan konseling, program pendidikan kontinu atau program
pendidikan jangka panjang dan tingkat keterlibatan orang tua
disekolah.
c) Keamanan dan transportasi
Pertimbangan layanan pemadam kebakaran, polisi, dan
sanitasi, sumber air dan perawatannya, kualitas udara,
layanan pembuangan sampah, ketersediaan dan keamanan
transportasi umum, dan ketersediaan layanan ambulans.
d) Politik dan pemerintah.
Pertimbangan jenis pemerintahan, organisasi yang aktif
dikomunitas, orang-orang  berpengaruh dikomunitas isu-isu
terbaru yang muncul pada pemilihan suara lokal, dan rata-rata
jumlah peserta pemilihan.
e) Layanan kesehatan dan sosial
Pertimbangan fasilitas rumah sakit, fasilitas layanan
kesehatan, dan layanan kesehatan yang tersedia, jumlah ,
jenis, dan beban kasusu rutin profesional kesehatan
komunitas, kemudahan akses ke layanan kesehatan secara

15
geografi, ekonomi, dan budaya. Sumber informasi kesehatan
tingkat imunisasi diantara anak-anak dan orang dewasa,
harapan hidup dikomunitas, ketersediaan layanan kesehatan
dirumah dan perawatan jangka panjang, ketersediaan layanan
transportasi disemua fasilitas kesehatan utama.
f) Komunikasi.
Pertimbangan koran lokal, stasiun radio, dan televisi, jasa
pas, akses internet, dan layanan telepon, frekuensi forum,
publik, dan adanya papan buletin informal.
g) Ekonomi
Pertimbangan industri dan pekerjaan utama, presentase
populasi yang bekerja atau sekolah, tingkat pendapatan serta
kualitas dan jenis perumahan, program kesehatan kerja,
perusahaan besar dikomunitas.
h) Rekreasi
Pertimbangan fasilitas rekreasi baik didalam komunitas
maupun diluar komunitas, teater dan bioskop, jumlah dan
jenis gereja dan layanan agama, jumlah dan pemanfaatan
taman bermain, kolam renang, taman dan fasilitas olahraga,
tingkat partisispasi dalam berbagai program gereja, jumlah
dan jenis komite sosial, organisasi, dan klub yang ada.

Sumber data pengkajian komunitas.


a. Peta untuk melihat batas komunitas, jalan, tempat ibadah, sekolah,
taman, rumah sakit dan sebagainya.
b. Data sensus negara bagian untuk komposisi dan karakteristik
populasi.
c. Kamar dagang untuk statistik ketenagakerjaan, industriu utama,
dan pekerjaan primer.
d. Departemen kesehatan negara bagian atau daerah untuk lokasi
fasilitas kesehatan, program kesehatan kerja, jumlah profesional
kesehatan, jumlah penerima santunan, dan sebagainya.

16
e. Dewan rencana kesehatan kota atau regional untuk kebutuhan dan
praktik kesehtan.
f. Buku telepon untuk lokasi organisasi, komite dan fasilitas
sosial,rekreasi, dan kesehatan.
g. Perpustakaan umum dan poerpustakaan untuk pelaporan
penelitian sosial, dan budaya daerah.
h. Administrasi fasilitas kesehatan untuk informasi tentang beban
kasusu pegawai, jenis masalah yang sering muncul dan kebutuhan
yang dominan.
i. Direktur taman hiburan untuk program yang disediakan dan
tingkat kedatangan.
j. Departemen kepolisisan untuk insiden kejahatan, vadalisme, dan
kecanduan obat-obatan.
k. Guru dan perawat sekolah untuk insiden masalah kesehatan anak
dan informasi mengenai fasilitas dan pelayanan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
l. Koran lokal untuk aktivitas komunitas yang berkaitan dengan
kesehatan dan kesejahteraan, seperti penyuluhan kesehatan atau
pameran kesehatan.
m. Layanan kompuyter online yang dapat memberikan akses
terhadap dokumen publik yang berhubungan dengan kesehtaan
komunitas.

5. Perencanaan dan Implementasi.


Perencanaan kesehatan komunitas dapat ditujukan untuk
memperbaiki manajemen krisis, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, atau promosi kesehatan. Tanggung jawab perencanaan
pada tingkat komunitas biasanya berbasis luar. Sumber daya pasti dan
keterampilan anggota komunitas sering kali bergantung pada ukuran
komunitas. Kelompok perencanaan berbasisi luas berpeluang besar
menciptakan rencana yang dapat diterima anggota komunitas lain.

17
Selain itu, orang-orang yang terlibat dalam perencanaan menjadi tahu
tentang masalah, sumber daya, dan interhubungan dalam sistem.
Ketika menetapkan prioritas, perencanaan kesehatan harus bekerja
sama dengan konsumen, kelompok kepentingan, atau pihak lain yang
terlibat untuk membuat pioritas masalah kesehatan. Penting untuk
mempertimbangkan nilai dan kepentingan anggota komunitas,
beratnya masalah, dan sumber daya yang tersedia untuk
mengidentifikasi dan melakukan tindakan terhadap maslah. Rencana
cenderung menghasilkan perubahan, sehingga anggota kelompok
perencana harus memahami dan menggunakan teori perubahan yang
terencana.

6. Evaluasi
Dalam kesehatan komunitas, evaluasi menentukan apakah
intervensi yang direncanakan memfasilitasi pencapaian tujuan dan
sasaran yang dibuat, misalnya apakah cakupan imunisasi anak
prasekolah meningkat? Karena kesehatan komunitas biasanya
merupakan proses kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan,
pemimpin masyarakat, politikus, dan konsumen, semua pihak tersebut
dapat terlibat dalam proses evaluasi. Sering kali, perawat komunitas
merupakan agen evaluasi, yang melakukan pengumpulan dan
pengkajian data yang menentukan keefektifan pelaksanaan program.
F. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Definisi dan Tujuan


a. Definisi
Pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan
dan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam

18
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan
( Spradley, 1985 dan Logan and Dawkin, 1987 )
b. Tujuan
Tujuan dari keperawatan komunitas adalah untuk upaya
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya
sebagai berikut
a) Pelayanan keperawatan langsung ( Direct care ) terhadap
individu, keluarga, kelompok dalam konteks komunitas
b) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan bagaimana masalah atau issue kesehatan
masyarakat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok
Table 3-1 Perbandingan antara focus kesehatan tradisional dengan
promosi kesehatan dan harapan. (sumber: kozier,1997).
Tradisional Promosi kesehatan Harapan
Tujuan utama Identifikasi dan Pencegahan Peningkatan
koreksi masalah penyakit dan kesehatan
mengurangi resiko
Pesan pokok Perawatan Anda akan Anda
prefesional panjang umur jika bertanggung
kesehatan akan terbebas dari jawab dan akan
melayani anda penyakit lebih baik dengan
dukungan
Agens Pengobatan Informasi dan Pengalaman yang
perubahan perubahan positif dan
perilaku pengaruh budaya
Target Masalah Individu, keluarga Klien dan
dan masyarakat budayanya
Lamanya Berakhir setelah Sesuai dengan Terus menerus
intervensi masalahnya waktu
selesai berlangsungnya
program atau kelas

2. Kegiatan Promosi Kesehatan

19
Pendekatan dari organisasi promosi kesehatan, pusat kesejahteraan
dan pusat kesehatan tradisional menggunakan pendekaatan yang berbeda
dapat dilihat pada table 3-1 kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan
pada tingkat pemerintah seperti program perbaikan gizi secara nasional
atau kegiatan pada tingkat personal sebagai contohnya adalah program
latihan individu.
Program promosi kesehatan pada tingkat individu dapat dilakukan
secara aktif atau pasif. Strategi pasif digunakan pada klien yang menerima
usaha promosi kesehatan. Contohnya adalah adanya usaha pemeliharaan
dan pengadaan air bersih serta pembuangan limbah, hal ini dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit.
Strategi aktif bergantung pada komitmen individu serta
keterlibatannya dalam mengadopsi program promosi untuk kesehatannya.
Strategi aktif sangat penting untuk mengontrol kehidupan dan tanggung
jawabnya terhadap kesehatannya sendiri. Contoh strategi aktif dalam
mengubah pola hidup adalah: (1) pengelolaan program diet guna
memperbaiki nutrisi, (2) program bantuan diri untuk mengurangi stress
yang berhubungan dengan orang tua, (3) program latihan untuk kekuatan
dan ketahanan otot, (4) kombinasi diet dan latihan guna
mengontrol/menurunkan berat badan. Usaha kesehatan yang paling baik
adalah kombinasi dari strategi pasif dan aktif.
a) Tipe program promosi kesehatan :
Berbagai variasi program dapat digunakan dalam promosi
kesehatan, yang antara lain adalah :
a. Penyebarluasan informasi.
Penyebaran informasi merupakan tipe dasar dalam
promosi kesehatan. Metode yang digunakan dapat bervariasi
yang antara lain adalah penggunaan koran, brosur, poster,
gambar atau buku. Informasi yang disebarkan pada
masyarakat terutama yang berkaitan dengan perubahan pola
hidup dan perilaku individu untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Sebagai contoh adalah bahaya mengemudikan

20
mobil bila dalam keadaan mabuk, perlunya imunisasi pada
bayi dan anak, hipertensi, bahaya penggunaan obat – obat
terlarang, AIDS dan sebagainya. Penyebaran informasi
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian
individu dan kelompok pada kebiasaan hidup sehat.
b. Pengkajian tampilan kesehatan dan harapan.
Dilakukan untuk memotivasi individu agar dapat secara
spesifik mengurangi resiko dan dapat mengembangkan
kebiasaan hidup sehat. Pengkajian harapan difokuskan pada
pengingkatan penggunaan metode yang lebih positif.
c. Perubahan pola hidup dan perilaku.
Kegiatan ini menuntut partisipasi individu untuk dapat
mengubah kualitas hidup secara umum individu akan
mengubah gaya hidupnya setelah mendapatkan informasi dan
merasa perlu adanya perubahan perilaku yang lebih
menguntungkan bagi dirinya.
d. Program control lingkungan.
Mempunyai pengembangan respons dalam menumbuhkan
kepedulian manusia terhadap lingkungan yang
membahayakan dirinya seperti racun, polusi udara maupun
air.
b) Seting kegiatan promosi kesehatan
Program promosi kesehatan dapat dilakukan baik secara individu
maupun pada keluarga di rumah atau pada komunitas yang dilakukan
di sekolah, tempat kerja maupun rumah sakit. Banyak individu akan
merasa nyaman jika mempunyai perawat, konsultan diet atau pelatih
kebugaran yang datang kerumahnya untuk memberikan penyuluhan
dan mengikuti perkembangannya sesuai dengan kebutuhan.
Tipe program diupayakan agar tidak membebani pembiayaan,
oleh kerena itu pendekatan kelompok atau grup jauh lebih efektif
karena selain lebih murah juga memotivasi untuk terlaksananya
program dengan baik. Program komunitas biasanya dilakukan

21
beberapa kali di suatu kota atau negara. Tipe program bergantung
pada keahlian kelompok/institusi yang melaksanakannya seperti
promosi kesehatan, proteksi spesifik, dan skrining untuk deteksi dini
suatu penyakit.
Departemen kesehatan setempat melakukan program imunisasi,
skrining tekanan darah, departemen pemadam kebakaran yang
mengajarkan cara pencegahan kebakaran, serta polisi yang
mengajarkan program naik sepeda yang aman bagi anak – anak.
Rumah sakit mulai memperhatikan promosi dan prevensi dengan
focus pada kesehatan pegawai. Karena bekerja dalam lingkungan
yang berdampak stress sebagai akibat dari pekerjaan yang penuh
resiko dan juga mengubah pola hidup serta kebiasaan yang dilakukan
sebab harus memprioritaskan jadwal dinasnya. Program yang
diajukan oleh organisasi kesehatan berfokus pada upaya preventif
yang spesifik, seperti infeksi control, pencegahan kebakaran,
pencegahan cidera tulang punggung dan pembatasan dampak
negative dari sinar X.
Semua manajer harus memahami masalah yang berhubungan
dengan kesehatan dan pola hidup pegawai seperti pembatasan
merokok, latihan fisik dan kebugaran, mengurangi stress dan
managemen waktu. Setelah itu program meningkat ke yang lebih
luas dan bervariasi yang dilakukan pada masyarakat sekitar rumah
sakit, dengan demikian rumah sakit mendapatkan tambahan
pemdapatan.
Program Promosi Kesehatan di sekolah dilakukan untuk dapat
memberikan pengetahuan dasar pada anak tentang personal higiane
dan issue ilmu kesehatan. Sebab sekolah merupakan focus dari
kehidupan anak untuk beberapa tahun, sekolah merupakan tempat
pelayanan yang efektif, murah, dan nyaman bagi terlaksananya
program kesehatan. Perawat sekolah dapat mengajarkan tentang
nutrisi dasar, perawatan gigi, aktivitas dan permainan, obat dan
minuman terlarang, kekerasan domestic, eksploitasi/penganiayaan

22
anak dan issue yang berhubungan dengan seksual dan kehamilan.
Guru di sekolah juga dapat ikut berperan dalam menanamkan pola
hidup sehat, seperti kebutuhan udara bersih, air bersih dan kesehatan
lingkungan.
Program di tempat kerja juga perlu dikembangkan, sebagai
indicator dapat dilihat angka absensi karyawan yang sakit. Oleh
karena itu perlu adanya program yang terkait dengan kebutuhan dan
kenyamanan kerja, seperti adanya kantin yang memenuhi kesehatan,
standart udara yang baik di kantor, pencegahan kecelakaan kerja,
skrining tekanan darah, informasi tentang teknik relaksasi dan
kebugaran. Keuntungan dari karyawan yang mendapatkan program
kesehatan dengan baik adalah adanya perasaan sejahtera, sehat
optimal, pengontrolan berat badan serta menurunnya stress akibat
kerja. Sedangkan keuntungan dari institusi/rumah sakit yang
mempunyai program kesehatan untuk pegawainya adalah
meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja, pengingkatan moral
pegawai, menurunnya absensi dan turunnya “turn over”.
3. Model Promosi Kesehatan
Ada tiga model promosi kesehatan yang banyak dianut pada saat
ini yaitu :
a. Model promosi kesehatan menurut Pender
Model dari Nola Pender, menekankan pada promosi
kesehatan daripada perilaku proteksi atau prevensi. Model ini
mempunyai tiga kategori perilaku promosi yaitu (a) factor kognitif
dan persepsi, (b) factor modifikasi, (c) pilihan kegiatan.
Factor kognitif dan persepsi. Factor kognitif dan persepsi
merupakan pengantar utama dalam mekanisme motivasi untuk
memperoleh dan mempertahankan perilaku promosi kesehatan
yang cukup hal – hal sebagai berikut.
 Pentingnya kesehatan, informasi kesehatan ditempatkan pada
posisi yang tinggi, hal ini diperlihatkan dengan perilaku

23
membaca informasi tentang kesehatan dari buku – buku saku
yang ada.
 Control kesehatan, masyarakat mengetahui bahwa dirinya
dikontrol kesehatannya. Control dilakukan dengan melihat
perilaku masyarakat itu sendiri seperti kebiasaan merokok dan
kedisiplinan penggunaan sabuk pengaman di dalam mobil.
 Memaksimalkan usaha sendiri, konsep ini merujuk pada suatu
keyakinan individu bahwa dirinya telah berhasil mencapai apa
yang diinginkan, sebagai contohnya adalah pencapaian berat
badan ideal sebagai hasil dari latihan yang teratur.
 Pengertian kesehatan, cara seseorang mendefinisikan kesehatan
dapat dipengaruhi oleh ketertarikannya pada perilaku promosi
kesehatan.
 Status kesehatan, pencapaian status kesehatan dapat dipengaruhi
oleh frekuensi dan intensitas dari perilaku promosi kesehatan
yang diterima.
 Keuntungan dari promosi kesehatan, keuntungan yang didapat
dari promosi kesehatan (contoh kebugaran fisik, kesejahteraan
psikologis dan menurunnya stress) dipengaruhi oleh tingkat
partisipasi individu dalam melaksanakan program promosi
kesehatan. Dengan pengulangan perilaku itu sendiri merupakan
kekuatan dan pendorong untuk mendapatkan keuntungan dalam
memperoleh kesehatan yang optimal.
 Rintangan, persepsi individu tentang rintangan dalam
melaksanakan program adalah keterbatasan waktu dan fasilitas
sehingga sulit mewujudkan kegiatan tersebut.

Factor modifikasi mencakup hal – hal sebagai berikut :


 Factor demografi seperti : umur, jenis kelamin, ras, suku,
pendidikan dan penghasilan.

24
 Karakteristik biologis seperti : presentase lemak dan total berat
badan yang berkaitan dengan ketaatannya berlatih.
 Pengaruh interpersonal seperti : harapannya kepada seseorang
yang berarti dalam hidupnya, pola perawatan kesehatan keluarga
dan interaksinya dengan petugas kesehatan professional.
 Factor situasi seperti : kemudahan untuk mendapatkan
alternative promosi kesehatan dan pilihan lingkungan (contoh :
hotel dan menu restoran merupakan pilihan yang terjaga
kesehatannya).
 Factor perilaku seperti : pengalaman yang diperoleh,
pengetahuan dan keterampilan dalam mempromosikan
kesehatan.

Pilihan seseorang terhadap kegiatan promosi kesehatan


bergantung pada pilihan internal dan pilihan eksternal. Pilihan
internal adalah ketertarikan seseorang pada potensi untuk
bertumbuh atau meningkatkan perasaan sejahtera. Pilihan
eksternal, dapat dilihat dari pembicaraan seseorang tentang pola
perilakunya serta informasi yang di dapat dari media cetak tentang
kesehatannya seseorang atau keluarganya dan perhatiannya
terhadap lingkungan.
b. Model promosi kesehatan menurut Kulbok
Model Kulbok menekankan pada perilaku kesehatan yang
sifatnya preventif. Kegiatan yang di lakukan merupakan upaya
maksimal dalam menyimpan kesehatan (“stock in health”).
Hipotesis yang disampaikan adalah pentingnya factor social dan
sumber kesehatan bagi seseorang. Sumber social merujuk pada
tingkat pendidikan dan penghasilan keluarga. Sumber kesehatan
merujuk pada kesejahteraan psikologis secara umum, persepsinya
tentang kesehatan itu sendiri, status kesehatan, tingkat
energy/kekuatan, kemampuannya menggunakan sumber kesehatan

25
yang ada, partisipasi dalam kelompok social dan jumlah dari teman
– teman akrab yang dapat membantunya.
Perilaku preventif berhubungan dengan kegiatan fisik, diet,
tidur, merokok, minum alcohol, minum kopi, higiane gigi,
penggunaan sabuk pengaman, pemanfaatan tenaga kesehatan
professional untuk mencegah penyakit serta control tekanan darah.
c. Model promosi kesehatan menurut Neuman
Dalam model promosi kesehatan yang disampaikan oleh
Betty Neuman (1995), prevensi kesehatan terdiri dari tiga tingkat
yaitu primer, sekunder, dan tersier. Factor yang terpenting adalah
adanya garis pertahanan pada setiap individu. Klien menurut
Neuman adalah suatu system terbuka yang terdiri dari struktur
dasar atau sumber energy inti pusat (fisiologi, psikologi,
sosiokultural, dan spiritual) dikelilingi oleh dua lingkaran
konsentris atau garis pertahanan, garis perlawanan menunjukkan
factor internal yang membantu klien bertahan melawan stressor di
luar garis pertahanan. Pada bagian dalam/garis normal pertahanan
menggambarkan garis yang kuat, menunjukkan keadaan individu
seimbang atau keadaan beradaptasi, garis pertahanan fleksibel
digambarkan sebagai garis patah – patah  bersifat dinamis dan
secara cepat berubah melebihi periode yang pendek. Ini merupakan
penyangga perlindungan yang mencegah stressor masuk ke dalam
garis normal pertahanan variable tertentu (misal, gangguan tidur)
dapat menyebabkan perubahan yang cepat dalam garis fleksibel
pertahanan.
4. Tahap Perubahan Perilaku Kesehatan
Perubahan perilaku kesehatan merupakan suatu fenomena siklik
yang terjadi dalam beberapa tahap. Tahap pertama merupakan suatu
tingkatan ketika individu belum berfikir secara serius tentang perubahan
perilaku, dengan waktu seseorang akan mencapai tahap akhir, ia akan
mampu melakukan perubahan dengan baik. Salah satu model perubahan
yang dianut adalah model Prochaska dan Diclemente (1982, 1992) yang

26
terbagi dalam tahap – tahap sebagai berikut : (1) sebelum niat
dilaksanakan, (2) niat, (3) persiapan, (4) kegiatan, (5) mempertahankan.
Seseorang tidak selalu berhasil dalam melaksanakan tahap – tahap
tersebut. Oleh karena itu seorang perawat harus memahami teori
perubahan perilaku ini agar dapat membantu kliennya dengan baik (lihat
Tabel 3-2).
 Tahap sebelum niat dilaksanakan. Seseorang belum berfikir untuk
mengubah perilakunya, juga belum mempunyai niat untuk mencari
informasi tentang perilaku. Aspek negative yang muncul karena
belum mengetahui keuntungan yang akan didapat dari perubahan
tersebut. Banyak orang mempercayai bahwa perilaku dapat di
control oleh individu sendiri dan dapat juga mendatangkan
penolakan atau konfrontasi terhadap informasi.
 Bagaimana seseorang secara serius ingin mengubah perilaku yang
spesifik, secara aktif mengumpulkan informasi, menyatakan secara
verbal tentang rencana perubahan perilaku dimasa yang akan
datang. Pada fase ini individu mulai percaya bahwa perubahan
perilaku akan membuat kesehatannya menjadi lebih baik. Kadang–
kadang orang menjadi bimbang.

Table 3-2 contoh strategi perawat untuk setiap tahap perubahan


perilaku. (sumber: kozier, 1997.)
Tahap Strategi Perawat
Sebelum niat Membuat klien menyadari pentingnya perilaku sehat,
dilaksanakan seperti latihan diet, berhenti merokok, secara rutin
pemeriksaan kesehatan.
Melengkapi informasi tentang keuntungan perilaku
kesehatan yang spesifik, contohnya; menjelaskan
kaitannya antara batuk dan merokok serta dampaknya
terhadap jantung.
Gali kepercayaan dan perasaan klien tentang perilaku
sehat.

27
Identifikasi keberhasilan dari perubahan perilaku;
seperti menurunnya berat badan, tambahnya
kepercayaan diri serta berikan umpan balik yang
positif.

Secara kontinu melengkapi informasi. Informasi yang


Niat diberikan harus akurat dan adekuat.
Mendorong klien untuk dapat memutuskan pilihan dari
beberapa alternated yang ada. Mendorong klien untuk
dapat mengekspresikan perasaan ambivalen yang ada
termasuk pasangannya (contoh: berkaitan dengan diet).
Bantu klien untuk mendapatkan/mengklarifikasi nilai
yang berkaitan dengan perilaku kesehatan dan dorong
agar dapat mempertimbangkan apa yang akan
diinginkannya, contoh keinginan untuk berhenti
merokok atau menurunkan berat badan.
Bantu klien untuk mengidentifikasi tekanan social yang
mendorong pada perilaku sehat (contoh: dilarang
merokok di tempat kerja).

Tahap persiapan Bantu klien untuk membuat perencanaan spesifik agar


dapat diimplementasikan dengan mudah dalam
perubahan perilaku (contoh: diskusi dengan seseorang
atau grup yang dapat membantu pelaksanaan
perubahan).
Bantu klien untuk mengidentifikasi stimuli perilaku
yang kurang menguntungkan bagi kesehatannya dan
berikan cara untuk meminimalkan rangsang tersebut.
Ajarkan pada klien untuk mengalihkan aktivitasnya kea
rah yang sehat (contoh: latihan relaksasi, dialog
internal atau bisa mengatakan “tidak”).
Dorong klien dan keluarganya untuk merencanakan
“reward” yang seimbang, seperti nonton dan makan

28
diluar dengan catatan klien dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Tahap kegiatan Tinjau kembali perencanaan dan diskusikan instruksi


pada tahap persiapan.
Bantu klien untuk membuat tujuan.
Berikan dorongan dengan pembicaraan yang positif,
menyokong dan memberikan dorongan/bantuan baik
sebagian maupun sepenuhnya dalam pencapaian
tujuan.

Tahap mempertahankan Secara kontinu berikan dorongan untuk membuat kerja


sama dan melakukan diskusi terbuka tentang
permasalahan yang muncul.
Indentifikasi dan dorong penggunaan strategi untuk
mempertahankan perilaku yang sehat.

 Persiapan pada fase ini seseorang dapat memehami kegiatan yang


akan dilakukan dan mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut.
Seseorang sudah percaya bahwa ada keuntungan yang akan
diperoleh dengan adanya perubahan yang dilakukan dan membuat
perencanaan spesifik untuk perubahan tersebut. Beberapa orang
pada tahap ini sudah melakukan perubahan kecil – kecilan seperti
mengurangi gula dan kopi mereka
 Kegiatan. Seseorang sudah mengimplementasikan perubahan
dengan strategi yang sudah terpola secara baik seperti
meninggalkan kebiasaan lama dan mulai melaksanakan kebiasaan
yang baru. Untuk mencegah terjadinya pengulangan pada
kebiasaan yang lama diperlukan kegiatan secara kontinu dalam
beberapa minggu atau bulan.
 Mempertahankan. Secara terintegrasi seseorang telah
melaksanakan perubahan tersebut yang tercermin dalam

29
kehidupannya sehari – hari dan tidak kembali pada kehidupan yang
lama.

5. Peran Perawat Dalam Promosi Kesehatan


Keberadaan perawat sangat penting dalam promosi kesehatan.
Karena dia harus membantu individu maupun komunitas untuk mengubah
perilaku.
 Model pola perilaku hidup sehat dan sikap.
 Memfasilitasi klien dalam melakukan pengkajian, implementasi,
dan evaluasi tujuan kesehatan.
 Mendidik klien untuk dapat merawat diri, membuat strategi agar
tetap sehat, perbaikan nutrisi, mengelola stress dan meningkatkan
kerja sama.
 Membantu individu, keluarga dan komunitas untuk dapat
meningkatkan kesehatannya.
 Mendidik klien untuk dapat menjadi konsumen kesehatan yang
efektif.
 Membantu individu, keluarga dan komunitas agar dapat
mengembangkan pilihan tentang promosi kesehatan.
 Membimbing klien untuk dapat mengembangkan pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan yang efektif.
 Mendorong klien dan keluarganya untuk dapat ikut
mempromosikan kesehatan.
 Membantu advokasi pada komunitas untuk dapat
mengubah/menciptakan lingkungan yang sehat.

Yang kurang sehat menjadi perilaku sehat dan dapat dipertahankan


sepanjang hidupnya. Kegiatan promosi kesehatan merupakan hubungan
kolaborasi baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain/dokter. Peran
perawat bukan bekerja untuk mereka, tetapi bekerja sama dengan mereka
guna memfasilitasi proses pengkajian, evaluasi dan mengerti tentang

30
kesehatan. Perawat dapat berperan sebagai advokat, konsultan, pendidik
maupun coordinator pelayanan.
Dalam melaksanakan perannya, perawat dapat bekerja dengan
individu dari berbagai rentang usia, berbagai tipe keluarga dan berbagai
kelompok yang spesifik. Keberhasilan perawat dalam melaksanakan
perannya dapat dilihat dari kemandirian individu maupun kelompok yang
dikelolanya agar dapat memperlihatkan tanggung jawabnya, adanya
peningkatan pengetahuan tentang kesehatan serta dapat mempertahankan
perilaku sehat sepanjang hidupnya.

31
BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Sehat bukan sebuah keadaan melainkan sebuah proses. Proses tersebut
membuat individu beradaptasi tidak hanya dengan kondisi fisik, tetapi juga
dengan lingkungan sosial. “ President’s Commission 1953).
Dalam kesehatan komunitas, komunitas dapat dipandang memiliki
masalah kesehatan yang sama, misalnya insiden mortalitas atau tuberkolosis
bayi yang tinggi, infeksi HIV, atau penyakit menular lain. Keperawatan
komunitas berfokus pada promosi dan pemeliharaan kelompok populasi.
Pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
masyarakat sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan ( Spradley, 1985 dan Logan and Dawkin, 1987
B. Saran
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain factor pendidikan atau
pengetahuan individu, media massa, televise, penyuluhan yang
dilakukanpetugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat
sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu
mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
melakukan pemecahan – pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.

32
DAFTAR PUSTAKA

33
34

Anda mungkin juga menyukai