Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :

NAMA: SY. MAYA ETIKA SARI

KELAS: 2.B KEBIDANAN

NIM:PO72242212090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga Makalah berjudul ”KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARKAT” ini dapat
selesai dengan tepat waktu.

Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai kesehatan


masyarakat .Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih
baik lagi dalam menyusun makalah. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, baik itu penulis terlebih kepada pembacanya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 LatarBelakang..............................................................................................4

1.2 RumusanMasalah.........................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5

2.1 Pengertian kesehatan masyarakat…………………………………………5

2.2 tujuan kesehatan masyarakat……………………………………………...5

2.3 Sejarah kesehatan masyarakat…………………………………………….6

2.4 Perkembangan kesehatan masyarakat…………………………………….7

2.5 Ruang lingkup kesehatan masyarakat……………………………………10

2.6 Sasaran kesehatan masyarakat……………………………………………11

2.7 Prinsip-prinsip kesehatan masyarakat…………………………………….15

2.8 Pokok-pokok kegiatan kesehatan masyarakat…………………………….16

2.9 Factor-faktor yg mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat…………..16

BAB III PENUTUP.......................................................................................................18

3.1Kesimpulan....................................................................................................18

3.2Saran...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu kesehatan masyarakat sebagai terjemah dari public health pendekatanya berbeda
dengan kedokteran klinik. Pada kedokteran klinik individu individu yang datang sudah
dalam keadaan sakit keadaan berbeda terjadi pada kesehatan masyarakat, dimana
individu tersebut berada dalam komunitas tertentu namun bisa juga pada masyarakat ang
lebih luas dan umum. Pada masyarakat yang luas kita menangani yang sakit maupun
tidak sakit dan masih dalam status sehat.
Dalam mempraktikan keperawatan kesehatan masyarakat diperlukan pengetahuan
penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dalam melihat perspektif proses
terjadinya masalah kesehatan masyarakat. Dengan mengetahui berbagai ilmu dan
pengetahuan diatas diharapkan perawat dalam melakukan berbagai intervensi
keperawatan baik ditingkat keluarga kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Hal
tersebut sangat penting karena masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak lepas dari
faktir faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit kesemuanya itu yang tidak
terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang
merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam
bidang kesehatan, disamping faktor faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga
menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan
Dalam uraian makalah yang berjudul "Konsep Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat" ini
akan diuraikan konsep-konsep dasar yang sederhana ringkas tentang sejarah kesehatan
masyarakat, pengertian kesehatan masyarakat, tujuan kesehatan masyarakat, falsafah
kesehatan masyarakat, tingkat pencegahan penyakit, dan faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, sehingga dapat menjunjung fungsi tugas dan tanggung
jawab bila ia mengemban tugas sebagai perawat kesehatan masyarakat baik dalam proses
belajar maupun yang telah bekerja dipusat kesehatan masyarakat sebagai kordinator
perawat kesehatan masyarakat.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi kesehatan masyarakat ?

4
2. Apa tujuan kesehatan masyarakat?
3. Bagaimana sejarah kesehatan masyarakat ?
4. Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia ?
5. Bagaimana ruang lingkup kesehatan masyarakat?
6. Siapa saja sasaran kesehaan masyarakat ?
7. Apa prinsip-prinsip kesehatan masyarakat?
8. Apa saja Pokok-pokok kegiatan kesehatan masyarakat?
9. Apa faktor-faktor yang memepengaruhi derajat kesehatan masyarakat ?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah kesehatan masyarakat
2. Mengetahui periode perkembangan masyarakat
3. Mengetahui perkembangan masyarakat kesehatan masyarakat di indonesia
4. Mengetahui dan memahai definisi kesehatan masyarakat
5. Mengetahui tujuan kesehatan masyarakat
6. Memahami prinsip-prinsip kesehatan masyarakat
7. Mengetahui ruang lingkup kesehatan masyarakat
8. Memahami faktor-faktor derajat kesehatan masyarakat
9. Mengetahui dan memahami sasaran kesehatan masyarakat

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Masyarakat

Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit
sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan
beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang
terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit
melalui imunisasi. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan
sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam
mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat.

Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health)


adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan
kesehatan melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk :
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup
yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.

2.2 Tujuan Kesehatan Masyarakat

Tujuan Umum :
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam
memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri.
Tujuan Khusus :

6
 Meningkatkan individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam pemahaman tentang
pengertian sehat dan sakit.
 Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan.
 Tertangani/terlayani kelompok keluarga rwan, kelompok khusus dan kasus yang
memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan
Tujuan kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif adalah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial serta diharapkan berumur panjang.
2.3 Sejarah Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius
dan Higeia. Berdasarkan mitos Yunani Asclepius di sebutkan sebagai seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa
yang telah ia tempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan
bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tersebut (surgical procedur)
dengan baik. Higeia seorang asistennya, yang diceritakan sebagai istrinya juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia
pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah Asclepius melakukan pendekatan
(pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Higeia mengajarkan
kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “Hidup Seimbang”
menghindari makanan atau minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup
istirahat dan melakukan olahraga.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut akhirnya muncul dua aliran atau
pendekatan mengenai masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung
menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit) di sebut pendekatan Kuratif (pengobatan),
umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi lainnya. Sedangkan
kelompok kedua cenderung melakukan upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan
kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Dalam perkembangan selanjutnya seolah-
olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif
(Curative Health Care) dan pencegahatan preventif (Preventive Health Care). Kedua

7
kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan, antara lain sebagai
berikut:
1. Asclepius (Pendekatan Kuratif)
a. Sasaran  individual, kontak dengan pasien sekali saja, jarak antara petugas &
pasien cenderung jauh.
b. Bersifat reaktif
c. Secara partial
2. Higeia (Pendekatan Preventif)
a. Sasaran  masyarakat, masalahnya adalah masalah masyarakat dan hubungan antara
petugas dengan masyarakat bersifat kemitraan.
b. Bersifat proaktif
c. Secara holistik
2.4 Perkembangan Kesehatan Masyarakat

1. Masa pra kemerdekaan


Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan
pada para dukun bayi. Pada tahun1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu
STOVIA. Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang
selanjutnya menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada tahun 1913 didirikan Sekolah
Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun
1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan
dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku
penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangkan percontohan dan
propaganda kesehatan.
2. Masa era kemerdekaan
a) Pra reformasi
(1) Masa orde lama
Pada tahun 1951 konsep bandung plan diperkenalkan oleh dr Y. Leimena dan dr.
Patah, yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan
preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr Y. Sulianti di Lembah
Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga.
Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi yaitu di Indrapura (Sumatra
Utara), Kesiman (Bali), Bojong Loa (Jawa Barat), Salaman (Jawa Tengah),

8
Mojosari (Jawa Timur), Metro (Lampung), DIY dan Kalimantan Selatan. Pada
tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program
pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan
Nasional.
(2) Masa orde baru
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan. Tahun 1967 diadakan seminar konsep
puskesmas. Pada tahun 1968 konsep puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja
Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B &
C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah “Basic”. Ada basic 7, basic
13 Health Service yaitu: KIA, KB, Gizi Masyarakat, Kesling, P3M, PKM, BP,
PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe
Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangani
kesepakatan Visi: “Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata, Negara bekas
Federasi Uni Soviet. Pengembangan dari konsep “Primary Health Care”. Tahun
1979 puskesmas tidak ada pentipean dan dikembangkan piranti manajerial
perencanaan dan penilaian puskesmas yaitu „Micro Planning. dan Stratifikasi
Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan posyandu, yaitu pengembangan dari
pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu KIA,
KB, Gizi, Penanggulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 mejanya (Notoatmodjo,
2005).
Pada waktu-waktu selanjutnya posyandu bukan saja untuk pelayanan balita tetapi
juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu untuk
promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan Suplemen gizi lainnya.
Posyandu saat ini juga menjadi andalan kegiatan penggerakan masyarakat seperti
PIN, Campak, Vit.A dan sebagainya.
b) Post reformasi
Pada tahun 1997 indonesia mengalami krisis ekonomi, kemiskinan meningkat,
kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan
kesehatan rendah. Kemudian dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat
miskin yaitu JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi berbagai bidang
termasuk pemerintahan dan menjadi negara demokrasi. Tahun 2001 otonomi daerah

9
mulai dilaksanakan, sehingga di lapangan program-program kesehatan bernuansa
desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program
kesehatan juga banyak yang bernuansa „politis.. Tahun 2003 JPS-BK kemudian
menjadi PKPS-BBM bidang kesehatan, tahun 2005 berubah lagi menjadi Askeskin.
Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan
Paradigma Sehat.
Puskesmas dan posyandu masih tetap eksis, bahkan posyandu menjadi andalan ujung
tombak „mobilitas sosial. bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi,
menuntut akutanbilitas dan kemitraan sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang
kesehatan maupun bukan untuk menuntut akuntabilitas tersebut dalam berbagai
bentuk partisipasi. Sebagai „partnership. LSM-LSM tersebut, program kesehatan
yang bertanggung jawab adalah promosi kesehatan.
Promosi kesehatan menjadi ujung tombak mewakili program kesehatan secara
keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi Indonesia Sehat 2010 untuk
merubah paradigm petugas kesehatan dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan
adalah melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial.
Secara universal perkembangan kesehatan masyarakat dibagi menjadi 5 era dengan
dasar pembagian 5 unsur yaitu unsur jangkauan dengan filosofi yang dianut dengan
titik berat pelayanan, unsur penyelenggaraan pendidikan dan penelitian
pengembangan. Seperti pada Tabel 1.1 berikut di bawah ini.
Tabel1.1: Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat
3. Perkembangan promosi kesehatan di Indonesia
Perkembangan promosi kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah kesehatan
masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan promosi kesehatan
international, yaitu secara seremonial di Indonesia dimulai program pembangunann
kesehatan masyarakat desa pada tahun 1975, dan tingkat internasional deklarasi Alma
Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan
PHC tersebut sebagai tonggak sejarah cikal-bakal promosi kesehatan.
1. Sebelum tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan)
Pada saat itu istilahnya adalah pendidikan kesehatan. Dalam program-program
kesehatan, pendidikan kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan

10
terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb.
Sasarannya perseorangan, dengan sasaran program lebih kepada perubahan
pengetahuan seseorang.
2. Periode tahun 1965-1975
Pada periode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya
peningkatan professional tenaga melalui program Health Educational Servise (HES).
Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai
aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan.
3. Periode 1975-1985
Istilahnya mulai berubah menjadi penyuluh kesehatan. Saat itu program UKS di SD
diperkenalkannya dokter kecil. Saat itu juga posyandu lahir sebagai pusat
pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
perilaku masyarakat tentang kesehatan.
4. Periode 1985-1995
Dibentuklah direktoral peran serta masyarakat, yang diberi tugas memberdayakan
masyarakat. Direktoral PMK berubah menjadi pusat PKM, yang tugasnya
penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang
kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi posyandu.
5. Periode 1995 sampai sekarang
Istilah PKM menjadi promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukan saja perubahan
perilaku, tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan system atau
faktor lingkungan kesehatan. Pada tahun 1997 diadakan konvensi internasional
promosi kesehatan dengan tema “Health Promotion Towards The ‘st Century,
Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan „The Jakarta Declaration..
2.5 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat adala imu dan seni, sebagi ilmu kesehatan masyarakat mencakup dua
disiplin pokok keilmuan yakni ilmu BIO-medis dan ilmu sosial, sejalan dan perkembangan
ilmu kesehatan masyarakat yang mencakup Ilmu Biologi, kedokteran, kimia, fisika,
lingkungan, sosial, antropologi, psikologi, pendidikan dan sebagainya. Sehingga kesehatan

11
masyarakat sebagai ilmu yang multi disiplin. Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat sebagai berikut:
1. Epidemiologi
2. Biostatistik/statistic kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
5. Gizi masyarakat
6. Kesehatan kerja
Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal pemecahannya secaramulti disiplin,
sedangkan kesehatan masyarakat sebagai seni mempunyai bentangansemua kegiatan yang
langsung atau tidak untuk mecegah penyakit (Preventif), meningkatkan kesehatan
(Promotif), terapi (terapi fisik, mental, sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat, misalnya pembersihan
lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan dan lain-lain. Dan penerapannya
sebagai berikut:
1. Pemberantasan penyakit yang menular dan tidak
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
3. Perbaikan vektor
4. Pemberantasan vektor
5. Penyuluhan
6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
7. Pembinaan gizi
8. Pengawasan sanitasi tempat umum
9. Pengawasan obat dan minuman
10. Pembinaan peran serta masyarakat
2.6 Sasaran Kesehatan Masyarakat
Sasaran adalah merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan hal-hal
yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional. Oleh
karenanya rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus pada
penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik,
terinci, dan dapat diukur dan dapat dicapai.

12
Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian dari proses
perencanaan strategis dengan fokus utama berupa tindakan pengalokasian sumber daya
organisasi kedalam strategi organisasi. Oleh karenanya penetapan sasaran harus memenuhi
criteria specific, measurable, agresif but attainable, result oriented dan time bond. Guna
memenuhi kriteria tersebut maka penetapan sasaran harus disertai dengan penetapan
indikator sasaran, yakni keterangan gejala atau penanda yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut
sebagai tolak ukur keberhasilan pencapaian sasaran.
Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka menetapkan sasaran yang digunakan
dapat sebagai berikut :
1) Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan indikator sasaran sebagai
berikut :
a. Meningkatnya kunjungan ibu hamil K4.
b. Meningkatnya pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan.
c. Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi dirujuk.
d. Meningkatnya kunjungan neonatus / KN2.
e. Meningkatnya kunjungan bayi dan balita.
f. Meningkatnya bayi berat badan lahir rendah yang ditangani
2) Meningkatnya pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah, dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah.
b. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil.
c. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat kelas 1 oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan remaja.
3) Pelayanan keluarga berencana, dengan indikator sasaran sbagai berikut :
a. Meningkatnya peserta KB aktif.
4) Meningkatnya pelayanan imunisasi, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya desa atau kelurahan Universal Child Immunization hingga 100%.

13
5) Meningkatnya pelayanan pengobatan dan perawatan, dengan indikator sasaran sebagai
berikut :
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat jalan.
b. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat inap.
6) Meningkatnya pelayanan kesehatan jiwa, dengan indikator sasaran sebagai berikut
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan
umum.
7) Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal.
8) Meningkatnya pelayanan kesehatan usia lanjut, dengan indikator sasaran sebagai berikut
:
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut.
9) Meningkatnya pemantauan pertumbuhan balita, dengan indikator sasaran sebagai berikut
:
a. Meningkatnya balita yang naik berat badannya ( N/D ).
b. Menurunnya balita bawah garis merah ( BGM ).
10) Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.
b. Meningkatnya balita mendapat kapsul Vitamin A 2 (dua) kali per tahun.
c. Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin diberi makanan pendamping ASI.
d. Seluruh balita gizi buruk mendapat perawatan kesehatan.
e. Meningkatnya wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium.
11) Meningkatnya pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar dan komprehensif,
dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk
menangani rujukan ibu hamil dan neonatus.
b. Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.
c. Meningkatnya neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.
12) Meningkatnya pelayanan gawat darurat, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan kegawatdaruratan
yang dapat diakses masyarakat.

14
13) Meningkatnya penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB
dan Gizi Buruk, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya desa/kelurahan yang mengalami KLB ditangani < dari 24 jam.
b. Meningkatnya kecamatan bebas rawan gizi.
14) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio, dengan indikator sasaran
sebagai berikut :
a. Tercapainya penemuan seluruh penderita Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per
100.000 penduduk usia < 15 tahun.
15) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru, dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif.
16) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA, dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh balita penderita pneumonia mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
17) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh darah donor disekrening terhadap HIV/AIDS.
b. Seluruh penderita HIV/AIDS mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
c. Seluruh penderita Infeksi Menular Seksual ( IMS ) diobati.
d. Seluruh lokalisasi mewajibkan penggunaan kondom.
18) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD, dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh penderita DBD mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
19) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare, dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh balita penderita Diare mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
20) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria , dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh penderita Malaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
21) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta , dengan indikator
sasaran sebagai berikut :

15
a. Meningkatnya penderita Kusta yang selesai berobat ( RFT Rate ).
22) Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Filaria , dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh penderita Filaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
23) Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Lingkungan, dengan indikator sasaran sebagai
berikut :
a. Meningkatnya institusi yang dibina kesehatan lingkungannya.
24) Meningkatnya pelayanan pengendalian vektor, dengan indikator sasaran sebagai
berikut :
a. Meningkatnya rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes.
25) Meningkatnya pelayanan hygiene sanitasi tempat- tempat umum dengan indikator
sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.
26) Meningkatnya penyuluhan perilaku sehat, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya rumah tangga sehat.
b. Meningkatnya bayi yang mendapat ASI Eksklusif.
c. Meningkatnya desa dengan garam beryodium baik.
2.7 Prinsip-Prinsip Kesehatan Masyarakat
Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka ada beberapa prinsip
pokok yang harus terpenuhi, yaitu:
1. Usaha Kesehatan Masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan (preventif)
daripada pengobatan (kuratif).
2. Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara yang ringan
biaya dan berhasil guna.
3. Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitikberatkan pada masyarakat, baik
sebagai pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain suatu usaha dari,
oleh dan untuk masyarakat.
4. Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan adalah
masyarakat yang terorganisir.

16
5. Ruang lingkup usaha lebih mengutamakan masalah-masalah kesehatan
kemasyarakatan daripada kesehatan perorangan karena bila tidak ditanggulangi
dengan segera dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat luas.
2.8 Pokok-Pokok Kegiatan Kesehatan Masyarakat

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas, maka Pokok-pokok kegiatan kesehatan
masyarakat yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Asuhan langsung kepada individu, kelompok dan masyarakat


2. Promosi kesehatan
3. Konseling dan pemecahan masalah
4. Rujukan
5. Asuhan komunity
6. Penemuan kasus
7. Penghubung
8. Koordinasi.
9. Kerja sama.
10. Advokasi.
11. Bimbingan dan pembinaan.
12. Pelimpahan wewenang/pengembangan peranan.
13. Rencana lepas asuhan
14. Panutan/role model.
15. Penelitian; membantu mengidentifikasi mengembangkan teori-teori yang merupakan dari diri
praktik kesehatan masyarakat.

2.9 Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan


masyarakat, yaitu: faktor
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Keturunan
4. Pelayanan Kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan
dan saling mempengaruhi.
Perilaku sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat
dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah
tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain lain. Perilaku / kebiasaan mencuci

17
tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti
mencret-mencret dan lainnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya
pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya.
Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit rumah sakit baru di
setiap kabupaten / kota.
Upaya meningkatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat secara langsung
juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) bagi
masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah
lainnya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib Belajar dan lain lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif
bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk pelayanan di
rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit.
Ke 4 faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat di atas tidak berdiri sendiri
sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakan
secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat
komprehensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif /
promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan
pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Asclepius: dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan
dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya
melalui pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan
makan yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut,
muncul dua pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan
pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif) dan
peningkatan (promosi) kesehatan.
 Periode ilmu kesehatan masyarakat terbagiatas 2 yatu sebelum ilmu pengetahuan dan
sesudahnya.
 Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
(1)Mencegah timbulnya penyakit, (2)Memperpanjang umur, (3)Meningkatkan nilai
kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi.
 Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut: Epidemiologi,
Biostatistik/Statistik kesehatan, Kesehatan lingkungan, Pendidikan kesehatan dan ilmu
perilaku,Administrasi kesehatan masyarakat, Gizi masyarakat, Kesehatan kerja,
 Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
 Sasaran Kesehatan masyarakat yaitu: individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

3.2 Saran
 Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menenggulangi permasalahan
kesehatan masyarakat saat ini.
 Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap untuk makalah selanjutnya
akan lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid I,I,II,IV: Jakarta. Indonesia

Departemen Kesehatan RI. 1987. Upaya Kesehatan Puskesmas dan Keterpaduan KB Kesehatan:
Jakarta

Effendi Nasrul, Drs, 1994, Primary Health Care, EGC, Jakarta. Indonesia

Nasrul Effendi 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC,Jakarta.

Notoatmojo. 2003. IImu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta

Indang Encang. 1988. Imu Kesehatan Masyarakat. Alumni: Bandung. Indones ia

20
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Buku Kedokteran Egc: Jakarta

Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Imu Perilaku

Andi Offset: Yogyakarta

21

Anda mungkin juga menyukai