DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS F
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmatdan karunianya
kami dapat menyusun makalah “dasar komunikasi dan komunikasi kesehatan”
dalam keadaan sehat dan selesai tepat pada waktunya.
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
1. Latar Belakang..............................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................15
3.1. Kesimpulan..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
Daftar Pustaka....................................................................................................16
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3
BAB 2 PEMBAHASAN
4
dan sosial.Jadi, komunikasi Kesehatan adalah proses penyampaian informasi
tentang kesehatan.
Komunikasi kesehatan lebih sempit daripada komunikasi manusia pada
umumnya. Komunikasi kesehatan berkaitan erat dengan bagaimana individu
dalam masyarakat berupaya menjaga kesehatannya, berurusan dengan berbagai
isu yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam komunikasi kesehatan, fokusnya
meliputi transaksi hubungan kesehatan secara spesifik, termasuk berbagai faktor
yang ikut berpengaruh terhadap transaksi yang dimaksud.Dalam tingkat
komunikasi, komunikasi kesehatan merujuk pada bidang – bidang seperti program
– program kesehatan nasional dan dunia, promosi kesehatan, dan rencana
kesehatan publik.3
Dari keempat jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat
yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih
baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha
pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa mencegah agar
kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik serta memerlukan
5
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan mengobati kaki yang sudah
patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki buatan. 4
Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in
his Community”, membagi usaha pencegahan penyakit dalam lima tingkatan
yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-
usaha pencegahan itu, yaitu:4
a. Masa sebelum sakit.
b. Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion).
6
Tujuan utama dari usaha ini, yaitu:4
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b. Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit.
7
2. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya. Rehabilitasi ini terdiri atas:5
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya,
misalnya seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu
mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu dengan menggunakan
kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.5
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan sosial secara memuaskan sering kali bersamaan dengan
terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.5
c. Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/ jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya. 5
d. Rehabilitasi aesthetis.
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu. Usaha
pengembalian bekas penderita ini ke dalam masyarakat, memerlukan
bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat
mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik mental dan
8
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian
dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini. Sikap yang
diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
Pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadailan sosial.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga
masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata,
melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia.5
3. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu health
promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya
promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika
para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan
pencegahan (five levels of prepention) dari H. R. Leavell dan E. G. Clark
dalam buku preventive medicine for the doctor in his community. Menurut
leavell dan clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat
limat tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :5
1. Promotion of health;
2. Specific protection;
3. Early diagnosis and prompt treatment;
4. Limitation of disability; dan
5. Rehablitation.
9
penjelasannya tentang promotion of health menyatakan bahwa selain melalui
peningktan gizi, dan lain-lain. Peningkatan kesehatan juga dapat di lakukan
dengan memberikan pendidikan kesehatan (health education) kepada individu
dan masyarakat.5
Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling
people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of
complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group
must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to
change or cope with the environment.” (Ottawa Charter, 1986).5
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan di atas bahwa Promosi Kesehatan
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini,
health promotion di maknai sebagai perluasan dari health education atau
pendidikan kesehatan.5
10
Pemahaman tentang Konstituensi dan Kebutuhan dan Preferensi Audiens.
Karena audiens merupakan pusat pendekatan komunikasi kesehatan, kebutuhan
dan prioritasnya yang berkembang harus dipahami dan dipertimbangkan dalam
perencanaan dan pelaksanaan komunikasi. Komunikator harus terbuka untuk
mendefinisikan ulang intervensi berdasarkan pemahaman mereka tentang
kebutuhan, preferensi, dan nilai budaya dari khalayak kunci dan kelompok
konstituen. Proses ini, yang dimulai dengan pengembangan profil audiens sebagai
bagian dari penelitian dan perencanaan komunikasi, harus bersifat partisipatif
dengan menyertakan kelompok kunci dan pemangku kepentingan dalam berbagi
informasi tentang kebutuhan dan preferensi mereka dan harus berlanjut selama
proses komunikasi melalui masukan reguler dan umpan balik dari pemangku
kepentingan utama dan perwakilan komunitas yang tertarik. 6
• Komunikator.
• Penonton.
• Pesan.
• Saluran komunikasi.
1. Komunikator: Dia adalah orang yang harus menyampaikan pesan
kesehatan. Seorang komunikator yang baik: 7
• Memiliki tujuan yang jelas.
• Tahu kebutuhan dan minat penonton.
• Mencoba untuk mengetahui kemampuan penonton.
• Harus memiliki pesan yang valid dan berguna.
• Memilih saluran terbaik untuk komunikasi.
2. Penonton: Mereka adalah penerima pesan kesehatan. Mereka adalah
kelompok sasaran yang membutuhkan nasehat atau pesan kesehatan.
Mereka bisa jadi seluruh populasi atau kelompok selektif seperti pekerja
industri, anak sekolah, ibu hamil, dll.7
11
3. Pesan: Ini adalah informasi yang disampaikan komunikator kepada
audiens. Agar pesan dapat diterima oleh audiens, pesan itu harus:7
• Sederhana dan mudah dimengerti oleh orang-orang.
• Harus memenuhi tujuan.
• Harus menjadi minat & kebutuhan audiens.
4. Saluran komunikasi: Ini adalah media komunikasi, seperti televisi, radio,
sosial media, dll. Pemilihan media sangat penting.
Syarat pemilihan media yaitu :7
• Menarik.
• Menghibur.
• Efisien dalam menyampaikan pesan kesehatan dengan jelas.
12
(1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu
lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter
terampil mengenali kebutuhan pasien. Dalam pemberian pelayanan medis,
adanya komun ikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi
yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan
masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.8
Komunikasi kesehatan mempunyai peran yang besar dalam membantu
menyebarkan informasi kesehatan, di antaranya adalah (menurut National Cancer
Institute, disitasi oleh Green, et al., 2015): 1) meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan pada audiens target tentang masalah kesehatan dan solusinya, 2)
memengaruhi persepsi, keyakinan dan sikap yang mungkin akan mengubah norma
sosial; 3) memicu aksi, 4) mendemonstrasikan atau memberikan gambaran
tentang keterampilan kesehatan, 5) menguatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,
6) menggambarkan manfaat perubahan perilaku, 7) advokasi permasalahan
kesehatan untuk diangkat menjadi kebijakan, 8) meningkatkan kebutuhan dan
dukungan terhadap pelayanan kesehatan, 9) mengurangi mitos dan konsepsi yang
keliru, dan 10) memperkuat hubungan organisasi.9
a. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh
individu dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain. Jika pesan yang
dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara, maka
kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya miskomunikasi, sehingga
berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang efektif.10
Tujuan komunikasi yang relevan dengan profesi dokter menurut Yusa, 2006
adalah:10
1. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan
pasien).
2. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien,
untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk
kemampuan finansial.
13
3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien.
4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit atau masalah yang dihadapinya.
5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah
atau hal-hal yang telah disetujui pasien.
b. Manfaat Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006),
manfaat komunikasi efektif dokter-pasien adalah:10
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter atau institusi pelayanan medis.
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar
hubungan dokter-pasien yang baik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
dalam menghadapi penyakitnya.10
14
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16