Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR KOMUNIKASI DAN


KOMUNIKASI KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
KELAS F

1. SETIA MILATIA J 201911151 6. SHOFIYYATUL M. 201911156


2. SETYA GENTRANA 201911152 7. SUCI FARAH DIFA 201911157
3. SETYA WILLIYANTO 201911153 8. SUCY UTAMI DINANTI 201911158
4. SHAFA ADELYA PUTRI 201911154 9. SYAFIRA DAFFA AZIZ 201911159
5. SHAFFANAH ANINDA 201911155 10. SYAHLA SALSABILA 201911160

FASILITATOR : drg. Annisa Septalita, M.Kes


MATA KULIAH : BLOK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmatdan karunianya
kami dapat menyusun makalah “dasar komunikasi dan komunikasi kesehatan”
dalam keadaan sehat dan selesai tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang berpartisipasi


dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada fasilitator drg. Annisa
Septalita, M.Kes. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
baik dari segi penyusunan maupun isinya. Kami mengharapkan saran serta kritik
dari pembaca agar kedepannya kami dapat memperbaiki kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Bogor, 21 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3

1. Latar Belakang..............................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4

2.1. Definisi komunikasi dan komunikasi Kesehatan.........................................4

2.2 Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan........................................................5

2.3.Elemen dalam Komunikasi Kesehatan........................................................10

2.4 Tujuan dan Manfaat Komunikasi.................................................................12

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................15

3.1. Kesimpulan..............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

Daftar Pustaka....................................................................................................16

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Komunikasi merupakan kegiatan mutlak yang dilakukan seluruh umat


manusia selama mereka masih hidup di dunia, karena manusia sebagai
makhluk sosial perlu saling melakukan interaksi. Komunikasi dilakukan
untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan
komunikasi dengan harapan orang tersebut memiliki persepsi yang sama
dengan kita, dengan kata lain, komunikasi merupakan kegiatan
penyampaian pesan dari komunikator pada komunikan1

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk


mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan individu dan komunitas
masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsipdan metode komunikasi
baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Komunikasi
kesehatan juga dipahami sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara
menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi
kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat
membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan. 1

3
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Definisi komunikasi dan komunikasi Kesehatan

Komunikasi berasal dari kata communication atau communis yang memiliki


arti sama atau memiliki makna pengertian bersama. Pengertian lain dari
komunikasi adalah berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi adalah
bentuk dari pertukaran informasi atau pemikiran dengan tujuan agar kedua belah
píhak yang terlibat memiliki kesamaan pengertian, saling mempercayai, dan
adanya hubungan baik. Selain mengharapkan dampak yang lebih personal,
komunikasi juga dapat dilakukan semata untuk pertukaran pesan, pendapat, ide,
dan emosi dari dua belah pihak.2
Hovland dan Kelley (1953) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
melalui seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang lain. Harold Lasswell, ilmuwan
terkemuka dari Amerika pencetus teori komunikasi (1902-1978) menyatakan
bahwa sebuah pertanyaan dapat menggambarkan komunikasi. Pertanyaan tersebut
adalah "Siapa mengatakan apa dengan saluran apa pada siapa dengan dampak
apa? (Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?) Merujuk
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kedokteran adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan dokter atau pengobatan penyakit. Kedokteran (dalam bahasa
Inggris medicine) adalah ilmu dan praktik dari diagnosis, pengobatan, dan
pencegahan penyakit (menurut Oxford University Press dan Oxford Dictionary
Online).2
Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh
komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan
untuk mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan
yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani),

4
dan sosial.Jadi, komunikasi Kesehatan adalah proses penyampaian informasi
tentang kesehatan.
Komunikasi kesehatan lebih sempit daripada komunikasi manusia pada
umumnya. Komunikasi kesehatan berkaitan erat dengan bagaimana individu
dalam masyarakat berupaya menjaga kesehatannya, berurusan dengan berbagai
isu yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam komunikasi kesehatan, fokusnya
meliputi transaksi hubungan kesehatan secara spesifik, termasuk berbagai faktor
yang ikut berpengaruh terhadap transaksi yang dimaksud.Dalam tingkat
komunikasi, komunikasi kesehatan merujuk pada bidang – bidang seperti program
– program kesehatan nasional dan dunia, promosi kesehatan, dan rencana
kesehatan publik.3

2.2 Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan


Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit,
promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam
bidang kesehatan yang sejauh mungkin mengubah dan memperbaharui kualitas
individu dalam suatu komunitas masyarakat dengan mempertimbangkan aspek
ilmu pengetahuan dan etika. Ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi
pencegahan penyakit, promosi kesehatan, serta kebijakan kesehatan.4       
1. Pencegahan Penyakit (Preventif)
Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam empat
golongan, yaitu:4
a. Usaha pencegahan (usaha preventif).
b. Usaha pengobatan (usaha kuratif).
c. Usaha promotif.
d. Usaha rehabilitatif.

Dari keempat jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat
yang utama, karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih
baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan usaha
pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa mencegah agar
kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik serta memerlukan

5
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan mengobati kaki yang sudah
patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki buatan. 4
Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in
his Community”, membagi usaha pencegahan penyakit dalam lima tingkatan
yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-
usaha pencegahan itu, yaitu:4
a. Masa sebelum sakit.
b. Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion).

Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada


umumnya. Beberapa usaha di antaranya:4
a. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti: penyediaan air rumah
tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air
limbah, dan sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.
e. Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (spesific
protection).  

Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit


tertentu. Beberapa usaha di antaranya, yaitu:4
a. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
b. Isolasi penderita penyakit menular.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun
di tempat kerja.     
d. Pada masa sakit.
e. Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal, serta
mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and
prompt treatment).

6
Tujuan utama dari usaha ini, yaitu:4
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b. Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit.

Beberapa usaha di antaranya:4


a. Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan
misalnya pemeriksaan darah, rontgen, paru-paru, dan sebagainya serta
memberikan pengobatan.
b. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul
dapat diberikan segera pengobatan dan tindakan-tindakan yang lain
misalnya isolasi, desinfeksi, dan sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal
gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatnnya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan
itu diberikan. Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan usaha
penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh
lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat. 
Kemungkinan kecacatan terjadi lebih besar penderitaan si sakit menjadi
lebih lama, biaya untuk pengobatan, dan perawatan menjadi lebih besar.
d. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu penyakit (disibility
limitation). 
e. Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha poin c, yaitu dengan pengobatan
dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak
cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut
tidak bertamabah berat  (dibatasi), fungsi dari alat tubuh yang menjadi
cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.

7
2. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya. Rehabilitasi ini terdiri atas:5      
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya,
misalnya seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu
mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu dengan menggunakan
kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.5    

b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan sosial secara memuaskan sering kali bersamaan dengan
terjadinya cacat badania muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.5
       
c. Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/ jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidak mampuannya. 5

d. Rehabilitasi aesthetis.
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu. Usaha
pengembalian bekas penderita ini ke dalam masyarakat, memerlukan
bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat
mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik mental dan

8
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuian
dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini. Sikap yang
diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
Pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadailan sosial.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga
masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian semata-mata,
melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia.5

3. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu health
promotion. Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion atau tepatnya
promotion of health kedalam bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika
para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan
pencegahan (five levels of prepention) dari H. R. Leavell dan E. G. Clark
dalam buku preventive medicine for the doctor in his community. Menurut
leavell dan clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat
limat tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :5 
1. Promotion of health;
2. Specific protection; 
3. Early diagnosis and prompt treatment; 
4. Limitation of disability; dan   
5. Rehablitation.          

Tingkat pencegahan yang pertama,  yaitu promotion of health oleh para


ahli kesehatan masyarakat di Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan
kesehatan, bukan promosi kesehatan. Mengapa demikian? Tidak lain karena
makna yang terkandung dalam istilah promotion of health di sini adalah
meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang,
olahraga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak
terserang penyakit.5
Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada
hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam

9
penjelasannya tentang promotion of health menyatakan bahwa selain melalui
peningktan gizi, dan lain-lain. Peningkatan kesehatan juga dapat di lakukan
dengan memberikan pendidikan kesehatan (health education) kepada individu
dan masyarakat.5
Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling
people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of
complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group
must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to
change or cope with the environment.” (Ottawa Charter, 1986).5
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan di atas bahwa Promosi Kesehatan
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini,
health promotion di maknai sebagai perluasan dari health education atau
pendidikan kesehatan.5

2.3. Elemen dalam Komunikasi Kesehatan

Elemen Program Komunikasi Kesehatan yang efektif hanya kampanye


komunikasi kesehatan yang terencana dan dilaksanakan dengan baik yang
berpotensi mencapai hasil jangka panjang dan berkelanjutan.6
Analisis Cermat atas Situasi, Peluang, dan Kebutuhan Komunikasi.
Komunikasi kesehatan adalah disiplin ilmu berbasis penelitian. Hanya
pemahaman yang benar tentang politik, sosial, dan lingkungan yang terkait
dengan pasar yang dapat menghasilkan desain intervensi yang optimal. 6

10
Pemahaman tentang Konstituensi dan Kebutuhan dan Preferensi Audiens.
Karena audiens merupakan pusat pendekatan komunikasi kesehatan, kebutuhan
dan prioritasnya yang berkembang harus dipahami dan dipertimbangkan dalam
perencanaan dan pelaksanaan komunikasi. Komunikator harus terbuka untuk
mendefinisikan ulang intervensi berdasarkan pemahaman mereka tentang
kebutuhan, preferensi, dan nilai budaya dari khalayak kunci dan kelompok
konstituen. Proses ini, yang dimulai dengan pengembangan profil audiens sebagai
bagian dari penelitian dan perencanaan komunikasi, harus bersifat partisipatif
dengan menyertakan kelompok kunci dan pemangku kepentingan dalam berbagi
informasi tentang kebutuhan dan preferensi mereka dan harus berlanjut selama
proses komunikasi melalui masukan reguler dan umpan balik dari pemangku
kepentingan utama dan perwakilan komunitas yang tertarik. 6

 Ada empat elemen dalam proses komunikasi:

• Komunikator.
• Penonton.
• Pesan.
• Saluran komunikasi.
1. Komunikator: Dia adalah orang yang harus menyampaikan pesan
kesehatan. Seorang komunikator yang baik: 7
• Memiliki tujuan yang jelas.
• Tahu kebutuhan dan minat penonton.
• Mencoba untuk mengetahui kemampuan penonton.
• Harus memiliki pesan yang valid dan berguna.
• Memilih saluran terbaik untuk komunikasi.
2. Penonton: Mereka adalah penerima pesan kesehatan. Mereka adalah
kelompok sasaran yang membutuhkan nasehat atau pesan kesehatan.
Mereka bisa jadi seluruh populasi atau kelompok selektif seperti pekerja
industri, anak sekolah, ibu hamil, dll.7

11
3. Pesan: Ini adalah informasi yang disampaikan komunikator kepada
audiens. Agar pesan dapat diterima oleh audiens, pesan itu harus:7
• Sederhana dan mudah dimengerti oleh orang-orang.
• Harus memenuhi tujuan.
• Harus menjadi minat & kebutuhan audiens.
4. Saluran komunikasi: Ini adalah media komunikasi, seperti televisi, radio,
sosial media, dll. Pemilihan media sangat penting.
Syarat pemilihan media yaitu :7
• Menarik.
• Menghibur.
• Efisien dalam menyampaikan pesan kesehatan dengan jelas.

Mitra dalam Pendidikan Kesehatan Mulut:7


• Dokter umum.
• Perawat sekolah.
• Apoteker.
• Pengunjung kesehatan.
• Guru.
• Pekerja perawatan kesehatan primer.
• Gubernur sekolah .
• Pengasuh prasekolah.
• Staf otoritas lokal.
• Politisi - pemerintah daerah dan pusat.
• Pekerja sukarela.
• Bisnis / orang komersial.
• Perguruan tinggi dan dosen.

2.4 Tujuan dan Manfaat Komunikasi


Komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus
dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam
membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif
diharapkan dapat mengatasi kendala yang dialami oleh kedua belah pihak. Kurtz

12
(1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu
lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter
terampil mengenali kebutuhan pasien. Dalam pemberian pelayanan medis,
adanya komun ikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi
yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan
masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.8
Komunikasi kesehatan mempunyai peran yang besar dalam membantu
menyebarkan informasi kesehatan, di antaranya adalah (menurut National Cancer
Institute, disitasi oleh Green, et al., 2015): 1) meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan pada audiens target tentang masalah kesehatan dan solusinya, 2)
memengaruhi persepsi, keyakinan dan sikap yang mungkin akan mengubah norma
sosial; 3) memicu aksi, 4) mendemonstrasikan atau memberikan gambaran
tentang keterampilan kesehatan, 5) menguatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,
6) menggambarkan manfaat perubahan perilaku, 7) advokasi permasalahan
kesehatan untuk diangkat menjadi kebijakan, 8) meningkatkan kebutuhan dan
dukungan terhadap pelayanan kesehatan, 9) mengurangi mitos dan konsepsi yang
keliru, dan 10) memperkuat hubungan organisasi.9
a. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh
individu dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain. Jika pesan yang
dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara, maka
kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya miskomunikasi, sehingga
berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang efektif.10
Tujuan komunikasi yang relevan dengan profesi dokter menurut Yusa, 2006
adalah:10
1. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan
pasien).
2. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien,
untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk
kemampuan finansial.

13
3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien.
4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit atau masalah yang dihadapinya.
5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah
atau hal-hal yang telah disetujui pasien.

b. Manfaat Komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006),
manfaat komunikasi efektif dokter-pasien adalah:10
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter atau institusi pelayanan medis.
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar
hubungan dokter-pasien yang baik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
dalam menghadapi penyakitnya.10

14
BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Komunikasi adalah bentuk dari pertukaran informasi atau pemikiran


dengan tujuan agar kedua belah píhak yang terlibat memiliki kesamaan
pengertian, saling mempercayai, dan adanya hubungan baik. Selain
mengharapkan dampak yang lebih personal, komunikasi juga dapat
dilakukan semata untuk pertukaran pesan, pendapat, ide, dan emosi dari
dua belah pihak. Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan
kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada
komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia tercapainya
kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status)
sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial. Dimensi komunikasi
yang paling dasar mencakup pembicara (speaker), pesan (message), dan
pendengar (listener).Ruang lingkup komunikasi kesehatan merupakan
Pencegahan Penyakit ( Preventif ), dan Rehabilitasi (rehabilitation).

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Jakarta: Pustaka


Pelajar; 2006
2. Ganiem L. Komunikasi Kedokteran Konteks Teoritis dan Praktis.
1st ed. Depok: Prenada Media Group; 2017.23
3. Robert J. Bensley & Jodi Brookyn-Fisher. Metode Pendidikan
Kesehatan Masyarakat. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2008.
4. Rahmadiana M. Komunikasi Kesehatan: Sebuah Tinjauan. Jurnal
Psikogenesis. Vol. 1, No. 1, 2012. 89
5. Harahap RA, Putra FE. Buku Ajar Komunikasi Kesehatan. Jakarta:
Prenadamedia Group. 2019, 110-115.
6. Renata Schiavo . 2013. Health Communication : From Theory to
Practice. 2nd edition. San Francisco : Jossey Bass. 295-296.
7. CM Marya, 2011. A Textbook of Public Health Dentistry. Jaypee
Brothers Medical Publishers (P). 159-160.
8. Fourianalistyawati E. Komunikasi yang Relevan dan Efektif Antara
Dokter dan Pasien. Jurnal Psikogenesis. 2012, 1(1): 85-86.
9. Prabandari YS, dkk. Ilmu Sosial Perilaku Untuk Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2020. P:
65.
10. Fiske J. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada; 2012, hlm. 40.

16

Anda mungkin juga menyukai