Anda di halaman 1dari 14

PARADIGMA SEHAT

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK : 2

SAFRAIYA

NADIA ULFA

NURUL FITRIA

NUR AZIZAH

MUKTHI

RENALDI ARIO PRATAMA

MIFTAHUL JANNAH

MIRA MIRANDA

NAZRI MAULIDA

PENGASUH : Ns.AZHAR MUALIM S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT,atas berkat dan karunia-Nya sehingga
makalah “PARADIGMA SEHAT” ini dapat diselesaikan dengan baik.Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah.

Dalam pembuatan makalah,kami berharap setelah mendengarkan presentasi kami,


teman-teman dapat memahami dan menambah pengetahuan yang lebih baik,sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan dan juga kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu,kami mengharap kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Demikian makalah kami, Kami mengucapkan terima kasih.

Sigli, Minggu 03 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 3
1. Definisi Paradigma Sehat……………………………………… 3
2. Dasar Pemikiran Paradigma Sehat…………………………….. 4
3. Strategi Pembangunan Kesehatan……………………………... 5
4. Faktor yang Mendorong Perlu Adanya Paradigma Sehat……... 6
5. Upaya Kesehatan yang ada……………………………………. 6
6. Kesehatan dan Komitmen Politik……………………………… 8
7. Pilar Indonesia Sehat…………………………………………. 8
8. Indikator Utama Indonesia Sehat……………………………… 9
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 10
A. Kesimpulan...................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan salah satu diantaranya
adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya menghasilkan generasi sehat memerlukan
motivasi dan kordinasi semua pihak terutama orangtua, tenaga kesehatan, aparat
pemerintahan dengan mendukung program-program dalam bidang kesehatan sehingga
angka kesakitan dan ataupun angka kematian dapat ditekan secara maksimal. Salah satu
program kesehatan untuk menghasilkan generasi sehat dan berkualitas dilakukan melalui
kegiatan imunisasi.Imunisasi selalu dikaitkan dengan angka kesakitan dan kematian pada
bayi. Hal ini dikarenakan pemberian imunisasi terhadap berbagai penyakit. Dalam hal ini
pemerintah mencanangkan program imunisasi yang diwajibkan terutama pada bayi usia
(usia 0-12 bulan). Beberapa jenis imunisasi yang termasuk program pemerintah
diantaranya adalah. Imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio, dan Campak. (Lisnawati,2011) .
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan
anak. Imunisasi merupakan suatu cara yang efektif untuk memberikan kekebalan khusus
terhadap seseorang yang sehat, dengan tujuan utama untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Beberapa
hal penting terkait dengan pemberian imunisasi pada anak adalah statuskesehatan anak
saat akan diberikan imunisasi, pengalaman yang lalu terhadap imunisasi, pengertian
orang tua tentang imunisasi, dankontraindikasi pemberian imunisasi apabila ada (Indah,
2009).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Paradigma Sehat ?
2. Apa Dasar Pemikiran Paradigma Sehat ?
3. Bagaimana Strategi Pembangunan Kesehatan ?
4. Apa Faktor yang Mendorong Perlu Adanya Paradigma Sehat ?
5. Apa Upaya Kesehatan yang ada ?
6. Bagaimana Kesehatan dan Komitmen Politik ?
7. Apa Pilar Indonesia Sehat ?
8. Apa Indikator Utama Indonesia Sehat ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Paradigma Sehat
2. Mengetahui Dasar Pemikiran Paradigma Sehat
3. Mengetahui Strategi Pembangunan Kesehatan
4. Mengetahui Faktor yang Mendorong Perlu Adanya Paradigma Sehat
5. Mengetahui Upaya Kesehatan yang ada
6. Mengetahui Kesehatan dan Komitmen Politik
7. Mengetahui Pilar Indonesia Sehat
8. Mengetahui Indikator Utama Indonesia Sehat

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Paradigma Sehat


Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi banyak
faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada upaya penyembuhan
penyakit atau pemulihan kesehatan.
Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik secara
makro maupun mikro. Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua sektor harus
memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, minimal memberi sumbangan dalam
pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara makro, berarti bahwa
pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif. Lebih dari itu, paradigma sehat adalah
bagian dari pembangunan peradaban dan kemanusiaan secara keseluruhan. Paradigma
sehat adalah perubahan mental dan watak dalam pembangunan.
Paradigma sehat adalah perubahan sikap dan orientasi ( mindset ), yaitu sebagai
berikut:
1. pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif,
menjadi sesuatu yang bersifat aktif, yang mau tidak mau harus diupayakan,
karena kesehatan merupakan keperluan dan bagian dari hak asasi manusia
(HAM).
2. Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena menjamin
tersedianya SDM yang produktif secara sosial dan ekonomi.
3. Kesehatan yang semula hanya berupa penanggulangan yang bersifat jangka
pendek ke depannya akan menjadi bagian dari upaya pengembangan SDM yang
bersifat jangka panjang.
4. Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian dari yang
sakit/penyakit, tetapi merupakan pelayanan kesehatan paripurna yang memandang
manusia secara utuh.

3
5. Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial.
6. Pelayanan kesehatan tidak lagi terpecah-pecah (fragmented), tetapi terpadu
(integrated).
7. Fokus kesehatan tidak hanya penyakit, tetapi juga bergantung pada permintaan
pasar.
8. Sasaran pelayanan kesehatan bukan hanya masyarakat umum (pelayanan
kesehatan pada fasilitas kesehatan umum), melainkan juga masyarakat swasta
(pelayanan kesehatan untuk perorangan/pribadi, misalnya homecare ).
9. Kesehatan bukan hanya menjadi urusan pemerintah, melainkan juga menjadi
urusan swasta.
10. Biaya yang ditanggung pemerintah adalah untuk keperluan publik (seperti
pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan), sedangkan keperluan
lainnya perlu ditanggung bersama dengan pengguna jasa.

B. Dasar Pemikiran Paradigma Sehat


Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang
sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat
merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang produktif. Sehat bukanlah hal yang
konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan
bahagia.
Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping pendidikan dan pendapatan
(ekonomi). Oleh karena itu, kualitas kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan.
Sehat juga merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Mensyukuri karunia dapat
ditunjukan dengan perkataan, perasaan, dan perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan
ditunjukan dengan memelihara kesehatan dan berupaya untuk meningkatkannya.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada mengobati penyakit.
Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan (promosi) dan pencegahan penyakit
(preventif) perlu ditekankan tanpa mengesampingkan upaya penyembuhan dan
pemulihan. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan perilaku, pelayanan
kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku memiliki konstribusi yang

4
sangat besar terhadap kualitas derajat kesehatan. Di pihak lain, faktor lingkungan dan
perilaku terkait dengan banyak sektor di luar kesehatan. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan dampak pembangunan semua sektor dibidang kesehatan.
Berdasarkan paradigma sehat, dirumuskan visi, misi dan strategi pembangunan
kesehatan. Visi Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia pada
masa yang akan datang, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilku
sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memilki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indonesia sehat 2010 ini
merupakan visi dan arah pembangunan yang kita selenggarakan. Misi Pembangunan
kesehatan adalah :
1. Menggerakan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan. Artinya,
semua sektor memiliki peran dan pengaruh dalam bidang kesehatan.
Kebijakan pembangunan semua sektor perlu memperhatikan dampaknya di
bidang kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Artinya,
memperdayakan masyarakat melalui berbagai potensi yang ada di masyarakat.
Inilah sebenarnya yang merupakan kunci keberhasilan pembangunan
kesehatan.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata yang
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang berada di
daerah terpencil, perbatasan, serta transmigrasi.
4. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat termasuk
lingkungannya.
C. Strategi Pembangunan Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan memiliki strategi :
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan. Semua kebijakan nasional
yang diselenggarakan harus berwawasan kesehatan, setidak-tidaknya harus
memberi kontribusi positif terhadap pengembangan lingkungan dan perilaku
sehat.

5
2. Profesionalisme. Pelayanan kesehatan yang bermutu perlu didukung dengan
penerapan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penerapan nilai-nilai agama, moral, dan etika.
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Penataan sistem
pembiayaan kesehatan yang menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat
luas.
4. Desentralisasi. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus didasarkan pada
masalah dan potensi spesifik daerah tertentu, yaitu pengaturannya disesuaikan
dengan rumah tangga masing-masing daerah.

D. Faktor yang Mendorong Perlu Adanya Paradigma Sehat


Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat diantaranya adalah :
1. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak
efektif.
2. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehata dimasukkan
unsur sehat produktif sosial ekonomis.
3. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik
degeneratif.
4. Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan penangan
khusus.
5. Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk.

E. Upaya Kesehatan yang ada


Upaya kesehatan yang berorientasi pada penanggulangan penyakit, indikator
yang sering digunakan adalah cakupan pelayanan, ratio ketersediaan dokter,
banyaknya rumah sakit dan puskesmas dan sebagainya. Sebenarnya apabila kita
pikirkan secara lebih kritis, banyaknya dokter, rumah sakit atau puskesmas tidak
menjamin masyarakat menjadi sehat. Upaya kesehatan dengan pendekatan
penyembuhan terhadap penyakit membuat upaya kesehatan tersebut dinilai

6
Oleh karena itu, pemerintah sekarang harus segera merencanakan perubahan
upaya kesehatan yang berorientasi pada Pembinaan Kesehatan Banga ( Shaping The
Health of The Nation ) yaitu Upaya Kesehatan yang dalam jangka panjang dapat
menjamin kemandirian dan ketahanan penduduk untuk membentuk manusia
Indonesia yang sehat dan membebaskan ketergantungan masyarakat Indonesia
terhadap dokter dan obat.
Orientasi baru upaya kesehatan adalah orientasi memelihara dan meningkatkan
kesehatan penduduk, yang merupakan suatu orientasi sehat positif sebagai kebalikan
dari orientasi pengobatan penyakit yang bersifat Kuratif – Responsif. Dengan kata
lain, Program kesehatan yang berorientasi pada upaya Kuratif merupakan ” Health
Program for Survival ”, sedangkan Program kesehatan yang berorientasi pada upaya
Promotif dan Preventif merupakan ” Health Program for Human Development ”.
Upaya kesehatan dengan ” Health Oriented Approach ” . Dalam jangka panjang akan
menjamin kemandirian yang lebih besar, meningkatkan ketahanan mental dan fisik
penduduk, dan bermuara pada terciptanya SDM yang berkualitas yang sangat
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.
Upaya pelayanan kesehatan yang menekankan pada Upaya Kuratif-Rehabilitatif
kurang menguntungkan karena :
1. Intervensi yang dilakukan pada orang sakit tidak menguntungkan karena :
a. Penderita telah kehilangan produktifitas,
b. Yang bersangkutan harus berobat,
c. Untuk kembali pada keadaan sehat – produktif memerlukan waktu lama.
2. Upaya Kuratif – Rehabilitatif dalam jangka panjang tidak menguntungkan
karena permintaan terhadap jenis pelayanan kuratif akan terus meningkat,
sementara itu pelayanan kuratif cenderung terkumpul pada tempat – tempat
yang tersedia banyak uang, yaitu di kota – kota besar saja.
3. Dari segi Ekonomi, investasi pada orang yang TIDAK atau BELUM Sakit
( SEHAT ) lebih Cost Effective dan lebih Produktif daripada terhadap orang
sakit.
4. Untuk meningkatkan kesehatan penduduk lebih baik tidak melalui penyediaan
banyak obat.

7
F. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik, oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Pembangunan sosial
ekonomi yang baik diperlukan tenaga pembangunan yang sehat dan memiliki daya
tahan tubuh yang tangguh. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur
kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan sosial ekonomi.
Para penentu kebijakan banyak yang beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan
sektor konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia
yang berkualitas, sehingga apabila ada alokasi dalam sektor ini kurang diperhatikan.
Sementara itu para pakar kesehatan belum mampu memperlihatkan secara jelas
manfaat investasi bidang kesehatan dalam menunjang pembangunan negara.
Kesenjangan derajat kesehatan masyarakat antar wilayah perlu segera diatasi.
Investasi yang selama ini lebih ditekankan pada penambahan fasilitas, peralatan dan
tenaga medis perlu ditinjau kembali. Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik,
Bidan, Dokter, Perawat dll, bukan merupakan jaminan meningkatnya kesehatan
penduduk.
Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa pemecahan masalah
kesehatan tidak bisa ditemukan di bangsal – bangsal rumah sakit ataupun ruang
tunggu poliklinik atau puskesmas, melainkan di Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan, dan juga gedung DPR. Pergeseran paradigma dari pelayanan medis ke
pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat memerlukan pembaharuan
komitmen politik dari pemerintah.

G. Pilar Indonesia Sehat


Tiga pilar Indonesia sehat, antara lain :
1. Lingkungan sehat, adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat,
yakni bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, perumahan-
pemukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, terwujud kehidupan yang
saling tolong-menolong dengan tetap memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

8
2. Perilaku sehat, yaitu bersikap proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan (contih: aktifitas fisik, gizi seimbang), mencegah resiko terjadinya
penyakit (contoh: tidak merokok), melindungi diri dari ancaman penyakit
(contoh: memakai helm dan sabuk pengaman, JPKM), berperan aktif dalam
gerakan kesehatan (contoh: aktif di posyandu).
3. Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, yang menjangkau semua
lapisan masyarakat tanpa adanya hambatan ekonomi, sesuai dengan standar
dan etika profesi, tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta memberi
kepuasan kepada pengguna jasa.

H. Indikator Utama Indonesia Sehat


Indikator utama Indonesia sehat, yaitu :
1. Lingkungan sehat: 80% rumah sehat, 90% keluarga menggunakan air bersih,
85% keluarga menggunakan jamban sehat, 80% sekolah sehat, 80%
Kabupaten/kota sehat.
2. Perilaku sehat: 80% penduduk berperilaku sehat (aktivitas fisik, makan dengan
gizi baik, dan tidak merokok); 80% tatanan keluarga sehat.
3. Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau: Setiap kecamatan
memiliki 1,5 puskesmas; pemanfaatan sarana yankes 80%; pengunjung/pasien
puas akan pelayanan kesehatan; rasio desa terhadap posyandu adalah 1:5
(minimal salah satunya purnama/mandiri); 100% balita telah diimunisasi.
4. Derajat kesehatan: Angka harapan hidup 67,9 tahun, angka kematian bayi 35
per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu 125 per 100.000 kelahiran,
angka kematian kasar 7,5 per 1000 penduduk.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil diskusi kami, Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau
model pembanguan kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan
mempengaruhi banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya
pada upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
Dasar Pemikiran Paradigma Sehat Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya
sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu
dipertahankan dan dipelihara. Sehat merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang
produktif. Sehat bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita
menjadi berarti, sejahtera dan bahagia.

B. Saran
Untuk Mahasiswa atau pembaca, makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran
mata kuliah Konsep Kebidanan.
Untuk Dosen, kami mengharapkan dosen mata kuliah konsep kebidanan, dapat terus
mengarahkan dan membimbing kami dalam studi ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta

Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta

Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti

M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta

Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta

Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten,


Bandung, ITB

11

Anda mungkin juga menyukai