Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI

DI SUSUN OLEH :

KARINA
RUANG : SARAF

RUMAH SAKIT TGK ABDULLAH SYAFI’I

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKes) PROGRAM STUDI PROFESI NERS
(K3S) MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

2022
LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI

A. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel
(Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi (Arif, 2000)
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik
neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik (anonim, 2008)

B. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besara belum diketahui (Idiopatik)
Sering terjadi pada:
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hiponatremia)
5. Tumor Otak
6. kelainan pembuluh darah
(Tarwoto, 2007)

C. Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
juta neron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA
(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik
saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik
akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan
demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami
muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang
yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota
gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan
hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang
substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan
impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat
manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

Patofisiologi

Rangsangan Pada
Resceptor

Hantaran Impuls ke
Otak

Fokus Epileptogen

Aktivitas Listrik Otak Tak Terkontrol


menyebar Melalui Sinaps & Dendrit

Respon Kejang Lokal & Umum


serta Penurunan Kesadaran

D. Manifestasi klinik
1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan
kesadaran atau gangguan penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum
kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men
cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit
kepala dan sebagainya)
E. Klasifikasi kejang
1. Kejang Parsial
a. Parsial Sederhana
Gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran Misal: hanya satu
jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak Dengan gejala sensorik
khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa
yang tidak umum/tdk nyaman
b. Parsial Kompleks
Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran
Dengan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya:
individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi
individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut
lewat
2. Kejang Umum (grandmal)
Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi
Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang
yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik) Disertai dengan
penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari:
a. Kejang Tonik-Klonik
b. Kejang Tonik
c. Kejang Klonik
d. Kejang Atonik
e. Kejang Myoklonik
f. Spasme kelumpuhan
g. Tidak ada kejang
3. Kejang Tidak Diklasifikasikan/ digolongkan karena datanya tidak
lengkap.

F. Pemeriksaan diagnostik
1. CT Scan à untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal
abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral

2. Elektroensefalogram (EEG) à untuk mengklasifikasi


tipe kejang, waktu serangan

3. magnetik resonance imaging (MRI)


4. kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar
alkohol darah.

G. Penatalaksanaan
1. Dilakukan secara manual, juga diarahkan untuk
mencegah terjadinya kejang
2. Farmakoterapi à anti kovulsion untuk
mengontrol kejang
3. Pembedahan à untuk pasien epilepsi akibat
tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler
4. jenis obat yang sering digunakan
a. Phenobarbital (luminal). P
– Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
b. Primidone (mysolin)
– Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan
phenyletylmalonamid.
c. Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
– Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah
DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus
temporalis.
– Tak berhasiat terhadap petit mal.
– Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva
dan gangguan darah.
d. Carbamazine (tegretol).
– Mempunyai khasiat psikotropik yang mungkin disebabkan
pengontrolan bangkitan epilepsi itu sendiri atau mungkin juga
carbamazine memang mempunyai efek psikotropik.
– Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang
sering disertai gangguan tingkahlaku.
– Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri,
ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
e. Diazepam.
– Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status
konvulsi.).
– Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya
lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.
f. Nitrazepam (inogadon).
– Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
g. Ethosuximide (zarontine).
– Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
h. Na-valproat (dopakene)
– obat pilihan kedua pada petit mal
– Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
– obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
– Efek samping mual, muntah, anorexia
i. Acetazolamide (diamox).
– Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan
epilepsi.
– Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak
menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan
hiperpolarisasi.
j. ACTH
– Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif.H.A & Kusuma.H.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC.Mediaction.

Lestari, T, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yohjakarta : Nuha Medika

IDDAI, (2016). Rekomendasi pengertian kejang demam. Unit Kerja


Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ngastiyah, 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : penerbit buku kedokteran


EGC

Wong, D.L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pedoman Klinis Keperawatan


Pediatrik Pediatrik . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai