Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASCITES DI RUANG AQSHA 2


RUMAH SAKIT UMUM ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH

DISUSUN

OLEH:

RENALDI ARIO PRATAMA


NIM: 22900049

STIKes MEDIKA NURUL ISLAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN

ASCITES

A. Definisi
Ascites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga
peritoneum. Asites dalam jumlah yang kecil kemungkinan menunjukkan gejala
yang asimptomatik, pada peningkatan jumlah cairan dapat menyebabkan distensi
abdominal dan rasa tidak nyaman, anoreksia, mual, dan gangguan pernapasan.
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites
dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Antara lain sirrosis hepatis, juga
merupakan gejala yang sering terjadi pada penderita kanker ovarium, gejala ini
juga sering digunakan sebagai tanda diagnostik adanya kemungkinan keganasan
pada tumor ovarium (Brahmana Askandar). Pada dasarnya penimbunan cairan di
rongga peritoneum dapat terjadi melalui dua mekanisme dasar, yakni transudasi
dan eksudasi. Asites yang ada hubungannya dengan sirosis hati dan hipertensi
portal adalah salah satu contoh penurunan cairan di rongga peritoneum yang
terjadi melalui mekanisme transudasi. Asites jenis ini paling sering dijumpai di
Indonesia. (Herdaman, 2014)
Asites merupakan tanda prognosis yang rawan pada beberapa penyakit.
Contohnnya asites pada kanker ovarium merupakan prognosis yang buruk,
ditandai dengan perut yang makin membesar karena rongga berisi cairan, yang
lama kelamaan akan menyebabkan penekanan pada rongga traktus
gastrointestinal sehingga akan timbul keluhan anoreksia. Bahkan jika cairan
makin bertambah akanmenekan daerah diafragma sehingga akan timbul
gangguan pernapasan. (BrahmanaAskandar). Asites juga menyebabkan
pengelolaan penyakit dasarnya menjadi semakin kompleks. Seperti Infeksi pada
cairan asites akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya. Oleh karena
itu asites harus dikelola dengan baik. (Amin huda, 2015)
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum,
asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan
di rongga peritoneum dapat terjadi melalui mekanisme dasay yakni transdudasi
dan eksudasi, asites ada hubungannya dengan sirosis hati dan hipertensi porta
adalah salah satu contoh penimbunan cairan di rongga peritoneum yang terjadi
melalui mekanisme transudasi (Herdaman, 2014).

2
B. Etiologi
1. Menurut teori underfilling: hipertensi porta, hipoalbuminea yang
mengakibatkan volume cairan plasma menurun.
2. Menurut teori overfilling: peningkatan aktivitas hormone anti-diuretik (ADH)
dan menurunkan aktivitas hormon natrutik mengakibatkan ekspansi cairan
plasma dan reabsorpsi air di ginjal (Herdaman, 2014).
C. Patofisiologi
Penimbunan asites ditentukan oleh 2 faktor yang penting yakni faktor local dan
sistemik:
1. Faktor lokal
Bertanggung jawab terhadap penimbunan cairan di rongga perut,
faktor lokal yang penting adalah cairan sinusoid hati dan system kapiler
pembuluh darah usus.
2. Faktor sistemik
Bertanggung jawab terhadap perubahan-perbahan yang terjadi pada
sistem kardiovaskuler dan ginjal yang menimbun retensi air dan garam.
Faktor utama sebagai pencetus timbulnya retensi air dan garam oleh ginjal
adalah vasoliditasi arteri perifer mula-mula akan terjadi peningkatan tahanan
sistem porta dan diikuti terbentuknya pitas porta sistemik baik intra maupun
ektra hati apabila struktur perubahan parenkim semakin berlanjut,
pembentukan pintas juga semakin berlanjut, vasolidatasi juga akan menjadi
berat, sehingga tidak hanya sirkulasi splankrik, tetapi ditempat lain misalnya:
kulit otot dan paru. Vasodilitasi arteri feriver akan menyebabkan ketahanan
feriver menurun tubuh akan menafsirkan seolah-olah menjadi penurun
volume efektif darah arteri reaksi yang dilakukan untuk melawan keadaan itu
adalah meningkatkan tonos saraf simpatik adrenergic.
Hasil akhirnya adalah aktivitas terhadap 3 sistem vasokonstriksi yakni
sistem renin-angiostensin, aldesteron, arginine vasopressin dan saraf simpatik
aktivitasi sistem arginine vasopressin akan menyebabkan retensi air, sistem
aldesteron akan menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus dan
meningkatkan reapsorpsi garam pada tubulus progsimal, disamping itu sistem
vaskuler juga akan terpengaruh oleh aktivitas ketiga vaso koantriktor tersebut
(Herdaman, 2014).

3
Virus Alcohol

Kerusakan pada liver

Penurunan kemampuan Tahanan aliran ke vena


pembentukan albumin meningkat

Penurunan serum albumin Tekanan hidrostatik


kapiler meningkat
Penurunan tekanan osmotic
koloid

Bendungan inflamasi di Nyeri Penumpukan cairan


vena porta

asites
Menekan hepar Sirkulasi volume darah
Nyeri
keseluruh tubuh menurun

Penekanan diafragma
Kelebihan volume cairan Penurunan sirkulasi
darah ke ginjal
Penekanan ke ruang paru
Hipervolemia

Pola napas tidak efektif

4
D. Manifestasi klinik
1. Perut membuncit seperti perut katak
2. Umbilicus eolah bergerak kearah kaudal mendekati simpisis os pubis
3. Pada perkusi, pekak samping meningkat dan terjadi shifting dullness
4. Nyeri perut
5. Peningkatan berat badan
6. Sesak nafas saat berbaring
7. Mual
8. Pembesaran hepar
E. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Foto thorax dan abdomen
Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar abdomen
buram, penonjolan panggul, batas PSOAS kabur, ketajaman gambar
intraabdomen berkurang. Peningkatan kepadatan pada foto tegak, terpisahnya
gambar lengkung usus halus, dan terkumpulnya gas di usus halus.
2. USG
Real time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling mudah
dan spesifik. Volume sebesar 5-10 ml dapat terlihat. Asites yang sederhana
terlihat seperti gambar yang homogeny, mudah berpindah anechoic di dalam
rongga peritoneal yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan akustik.
Cairan asites tidak menggeser organ, tetapi cairan akan berada diantara
organ-organ tersebut.
3. CT-SCAN
Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-scan. Sedikit cairan asites
terdapat pada ruang periheoatik kanan, ruang subhepatik posterior(kantung
morison) dan kantung douglas.
4. Laparoskopi
Dilakukan jika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini penting untuk
mendiagnosa adanya mesothelioma maligna.
Parasentesis abdomen
Pemeriksaan yang paling cepat dan efektif untuk mendiagnosa penyebab
asites.

5
F. Penatalaksanaan
1. Nutrisi
Membatasi pemasukan sodium (garam) makanan kurang dari 2 gram per
hari. Konsultasi dengan ahli nutrisi dalam rangka pembatasan garam harian
dapat sangat bermanfaat untuk pasien –pasien dengan asites
2. Diuretik
Pemberian diuretik dapat meningkatkan eksresi air dan garam dari ginjal.
Regimen diuretik yang direkomendasikan kombinasi dari spironolactone dan
furosemide. Dosis tunggal harian dari 100 mg spironolactone dan 40 mg
furosemide adalah dosis awal yang biasanya direkomendasikan.
3. Therapeutic paracentesis
Untuk pasien yang tidak merespon dengan baik pada regimen diatas
therapeutic paracentesis dapat dilakukan untuk mengeluarkan jumlah cairan
yang banyak. Sekitar 4-5 liter dari cairan dapat dikeluarkan secara aman
dengan prosdur ini setiap waktu.
4. Operatif
Untuk kasus yang lebih berat, prosedur operasi mungkin perlu untuk
mengontrol asites. Transjugular intrahepatic portacaval shunt metode ini
dilakukan dengan cara memasang paracarval shunt dari sisi kiri melalui
radiologis dibawah anastesi lokal. Metodi ini sering digunakan untuk asites
yang berulang.
G. Komplikasi
Serangkaian komplikasi yang dapat terjadi pada penderita asites meliputi:
1. Spontaneous Bacterial Peritonitis(SBP), infeksi yang terjadi pada rongga
perut secara spontan akibat cairan dalam rongga perut tersebut.
2. Sindrom Hepatorenal, komplikasi yang umumnya terjadi pada penderita
sirosis yang mengakibatkan gagal ginjal.
3. Malnutrisi dan berat badan menurun
4. Kesulitan bernapas, akibat cairan yang menekan otot diafragma yang
berperan dalam pernapasan.
5. Kesadaran menurun atau ensefalopati hepatikum. Keadaan ini akibat fungsi
hati yang menurun dalam detoksifikasi racun, sehingga racun menumpuk
pada otak.

6
H. Pencegahan
Asites dapat dicegah dengan cara menghindari faktor risiko penyakit
yangmenjadi penyebab asites.

I. Prognosis
Pada umumnya dikatakan terbentuknya asites merupakan pertanda
prognosis yang tidak baik. Kemungkinan hidup sampai satu tahun hanya kira-kira
50% dan sampai 5 tahun kira-kira 20%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis adalah perubahan hemodinamika sistem porta, sistem vascular sistemik
dan fungsi ginjal, ketiga faktor ini lebih penting dari pada tes fungsi hati
konvensial yang biasa digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

7
Bulechek, Gloria M., dkk.,Nursing Intervention Classification (NIC). Yogyakarta:
Mocomedia. 2013.
Herdaman, PhD, Rn. Nanda internasional diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi. Jakarta: EGC. 2014.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dn Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Mediacton Publishing:
Jogjakarta, 2015.
PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. 2016.
Suwitra, K. Penyakit Ginjal Kronik. Interna Publishing : Jakarta. 2009. Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018.
Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Fakultas Kedokteran : Universitas
Sriwijaya. 2016. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai