Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Pada dasarnya penimbunan
cairan di peritoneum apat terjadi melalui 2 mekanisme dasar yakni transudasi (contoh: sirosis hati dan
hipertensi) dan eksudasi. (Sudoyo Aru, dkk. 2009: 29).
Asites adalah penimbunana cairan secara abnormal di rongga peritoneum, asites dapat disebabakan
oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di rongga peritoneum dapat terjadi melalui
mekanisme dasar yakni transudasi dan eksudasi, asites ada hubunganya dengan sirosis hati dan
hipertensi porta adalah salah satu contoh penimbunan cairan di rongga peritoneum yang terjadi melalui
mekanisme transudasi.
Etiologi
1 Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah suatu simtoma rendahnya kadar albumin di dalam serum darah
merupakan salah satu bentuk hipoproteinemia. Albumin adalah protein utama dengan rasio
plasma sekitar 60%. Banyak hormon, obat dan molekul lain, terikat dengan albumin di dalam
sirkulasi darah sebelum terlepas dengan menjadi aktif. Penurunan produksi albumin (protein)
yang dibuat oleh hati. Fungsi albumin adalah membantu menjaga bagian cair dari darah di dalam
pembuluh darah. Jika kadar albumin rendah, cairan akan bocor keluar dari pembuluh darah dan
mengumpul di dalam rongga dan jaringan tubuh misalnya perut yang disebut asites dan antara
Rendahnya kadar albumin dapat menjadi indikasi gangguan pada hati atau sindrom pada
ginjal atau pudarnya tekanan onkotik. Albumin disintesis oleh hati dan memberikan 75 - 80%
tekanan onkotik koloid plasma, yang mempertahankan volume vaskular dengan mencegah
pergerakan cairan dari ruang intravaskular ke ekstravaskular. Albumin serum rendah sering
dikaitkan dengan kehilangan protein kronis akibat penyakit yang mendasari yang mengakibatkan
hilangnya protein dari usus, urin atau pendarahan. Hypoalbumineia klinis mungkin tidak
spesifik, namun pada kasus yang parah, edema abdomen perut dan ekstremitas perifer, asites dan
dyspnea akibat efusi pleura mungkin tampak jelas. Keadaan hipoalbumin mengurangi tekanan
Koreksi albumin pada pasien dilakukan untuk mengurangi terjadinya edema akibat keadaan
hipoalbuminemia, namun terapi ini merupakan terapi simptomatis yang dapat dilakukan selagi
mencari sumber penyebab menurunnya albumin serum. Terapi tersebut, dengan memberikan
putih telur sebanyak 3 buah/harinya untuk menambah kadar albumin serum. Putih telur
mengandung protein dan tidak mengandung kolesterol. Sebuah putih telur dengan berat 33 gram
memiliki 3.6 gra protein, 0.24 gram karbohidrat dan 55 mg Natrium, 17 kalori dan tidak
mengandung kolesterol. 54% protein yang terkandung dalam putih telur merupakan ovalbumin.
Hipertensi Portal adalah tekanan darah tinggi di dalam vena porta (vena besar yang
membawa darah dari usus ke hati). Vena porta menerima darah dari seluruh usus, limpa,
pankreas serta kandung empedu. Setelah masuk ke hati, darah mengalir ke dalam saluran-
saluran kecil yang melewati hati. Pada saat meninggalkan hati, darah dari saluran kecil ini masuk
Dua faktor yang bisa menyebabkan naiknya tekanan darah dalam pembuluh darah porta, yaitu:
Penyebab paling sering dari hipertensi portal adalah meningkatnya tahanan aliran darah akibat
kolateral), yang menghubungkan sistem portal dengan sirkulasi besar, sehingga melompati hati
(membentuk bypass). Dengan adanya pembuluh kolateral ini, maka zat-zat yang dalam keadaan
normal dibuang dari dalam darah oleh hati, akan masuk ke dalam sirkulasi besar. Hipertensi
portal dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah yang ada di sekitar organ – organ
Pembuluh kolateral terbentuk di tempat-tempat tertentu, yang paling penting adalah yang
terbentuk di ujung bawah kerongkongan. Di daerah ini, pembuluh akan tersumbat dan meliuk-
liuk, membentuk vena varikosa (varises esofagealis). Varises ini rapuh dan mudah mengalami
perdarahan. Pembuluh kolateral lainnya bisa terbentuk di sekitar pusar dan pada rektum.
Hipertensi portal sering menyebabkan pembesaran limpa. Cairan bisa merembes dari hati dan
masuk ke rongga perut, menyebabkan asites. Vena varikosa di bagian bawah kerongkongan dan
di lapisan lambung, bisa mengalami perdarahan. Vena varikosa di rektum juga bisa mengalami
Penyebab paling sering dari hipertensi portal adalah meningkatnya tahanan aliran darah akibat
kolateral), yang menghubungkan sistem portal dengan sirkulasi besar, sehingga melompati hati
(membentuk bypass). Dengan adanya pembuluh kolateral ini, maka zat-zat yang dalam keadaan
normal dibuang dari dalam darah oleh hati, akan masuk ke dalam sirkulasi besar. Hipertensi
portal dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah yang ada di sekitar organ – organ
Pembuluh kolateral terbentuk di tempat-tempat tertentu, yang paling penting adalah yang
terbentuk di ujung bawah kerongkongan. Di daerah ini, pembuluh akan tersumbat dan meliuk-
liuk, membentuk vena varikosa (varises esofagealis). Varises ini rapuh dan mudah mengalami
perdarahan. Pembuluh kolateral lainnya bisa terbentuk di sekitar pusar dan pada rektum.
Hipertensi portal sering menyebabkan pembesaran limpa. Cairan bisa merembes dari hati dan
masuk ke rongga perut, menyebabkan asites. Vena varikosa di bagian bawah kerongkongan dan
di lapisan lambung, bisa mengalami perdarahan. Vena varikosa di rektum juga bisa mengalami
Faktor lain yang berkontribusi terhadap terjadinya asites adalah adanya retensi garam dan
air. Garam yang tersimpan dalam tubuh akan dapat memberi kontribusi terhadap terjadinya
penumpukan cairan di jaringan dan rongga tubuh. Volume darah yang beredar dapat dianggap
rendah oleh sensor pada ginjal sehingga terjadilah pembentukan ascites yang dapat menguras
beberapa Volume cairan dari darah. Sinyal ginjal ini adalah untuk menyerap kembali lebih
banyak garam dan air untuk mengkompensasi hilangnya volume cairan tubuh. Beberapa penyebab lain
dari asites berhubungan dengan peningkatan gradien tekanan dari gagal jantung
kongestif dan gagal ginjal lanjut karena retensi umum cairan dalam tubuh.
Cairan teratur merembes ke jaringan tubuh dari darah. Sistem limfatik adalah jaringan
tabung di sepanjang tubuhnya yang mengalirkan cairan ini (disebut getah bening) dari jaringan
dan bermuara kembali ke dalam aliran darah. Retensi cairan (edema) terjadi ketika cairan yang
tidak dikeluarkan dari jaringan. Dua kategori besar retensi cairan termasuk edema umum, ketika
pembengkakan terjadi di seluruh tubuh, dan edema lokal ketika bagian-bagian tertentu dari tubuh
yang terpengaruh. Beragam penyebab termasuk reaksi tubuh terhadap cuaca panas, asupan
garam yang tinggi, dan hormon yang terkait dengan siklus menstruasi, dapat juga merupakan
gejala dari kondisi medis serius seperti jantung, ginjal atau penyakit hati.
PATOFISIOLOGI ASITES
Akumulasi cairan asites mewakili keadaan natrium total-tubuh dan kelebihan air, namun
kejadian yang memicu ketidakseimbangan tidak jelas. Meskipun banyak proses patogenik telah
terlibat dalam pengembangan asites abdomen, sekitar 75% kemungkinan terjadi sebagai akibat
hipertensi portal dalam setting sirosis hati, dan sisanya karena kondisi infektif, inflamasi, dan
infiltrasi.
1. Underfilling,
2. Overflow, dan
3. Vasodilatasi perifer.
1. Teori underfilling: menunjukkan bahwa kelainan primer adalah penyerapan cairan yang
tidak tepat karena hipertensi portal dan akibatnya menurunkan volume darah beredar
secara efektif. Ini mengaktifkan renin plasma, aldosteron, dan sistem saraf simpatis,
2. Teori overflow: menunjukkan bahwa kelainan primer adalah retensi ginjal natrium dan
air yang tidak tepat jika tidak terjadi deplesi volume. Teori ini dikembangkan sesuai
daripada hipovolemia.
3. Teori terbaru, hipotesis vasodilatasi arterial perifer: mencakup komponen dari kedua
teori lainnya. Ini menunjukkan bahwa hipertensi portal menyebabkan vasodilatasi, yang
menyebabkan penurunan volume darah arteri efektif. Seiring kemajuan alami penyakit ini, eksitasi
neurohumoral meningkat, natrium ginjal lebih banyak dipertahankan, dan
volume plasma mengembang. Hal ini menyebabkan meluapnya cairan ke dalam rongga
Meskipun urutan peristiwa yang terjadi antara pengembangan hipertensi portal dan
retensi natrium ginjal tidak sepenuhnya jelas, hipertensi portal tampaknya menyebabkan
peningkatan kadar oksida nitrat. Nitrat oksida menengahi splanchnic dan vasodilatasi perifer.
Aktivitas sintesis nitrat oksida hepatik lebih besar pada pasien asites daripada pada mereka yang
Terlepas dari kejadian awal, sejumlah faktor berkontribusi terhadap akumulasi cairan di
rongga perut. Peningkatan kadar epinefrin dan norepinefrin adalah faktor yang terdokumentasi
ekstravasasi cairan dari plasma ke cairan peritoneal, dan oleh karena itu, asites jarang terjadi
pada pasien dengan sirosis kecuali hipertensi portal dan hypoalbuminemia hadir.
Klasifikasi
Tingkatan 3 ; dapat dilihat tanpa pemeriksaan fisik khusus akan tetapi permukaan
Asites yang tidak terinfeksi dan yang tidak terkait dengan pengembangan sindrom
moderat.
Asites Refrakter
Asites yang tidak dapat dimobilisasi atau yang kambuh lebih awal ( yaitu
setelah terapi paracentesis) yang tidak dapat dic egah dengan terapi medis. Asites ini
Manifestasi Klinis
1. Perut membuncit seperti perut katak
3. Mual (nausea)
2. Fluid thrill
1. Demam (fever)
4. Ensefalopati (encephalopathy)
Pemeriksaan laboratorium
Neutrofil > 250/mm³ cairan ascites menunjukkan adanya infeksi atau keganasan.
Pemeriksaan diagnostik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto thorax dan abdomen
Kenaikan diafragma dengan atau tanpa efusi pleura simphatetik (hepatic hydrothorax) terlihat pada
asites masif. Jika terdapat lebih dari 500 ml cairan asites harus dilakukan pemeriksaan BNO.
Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar abdomen buram, penonjolan
panggul, batas PSOAS kabur, ketajaman gambar intraabdomen berkurang. Peningkatan
kepadatan pada foto tegak, terpisahnya gambar lengkung usus halus, dan terkumpulnya gas di
usus halus.
Tanda-tanda berikut lebih spesifik dan dapat dipercaya. Pada 80% pasien asites, tepi lateral hati
diganti oleh dinding thorax abdomen (Hellmer sign).
Obliterasi sudut hepatik terlihat pada 80% orang sehat. Pada pelvic penumpukan cairan pada
kantung rektovesika dan dapat meluap ke fossa paravesika. Adanya cairan memberikan
gambaran kepadatan yang simetris pada kedua sisi kantung vesika urinaria yang di sebut ”dog’s
ear” atau ”mickey mouse” appearance.
Pergeseran sekum dan kolon ascenden kearah tengah dan pergeseran, dan pergeseran garis
lemak properitoneal kelateral terlihat pada 90% dengan asites yang signifikan.
USG
Real-time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling mudah dan spesifik. Volume
sebesar 5-10 ml dapat dapat terlihat. Asites yang sederhana terlihat sepertigambar yang
homogen, mudah berpindah, anechoic di dalam rongga peritoneal yang akan menyebabkan
terjadinya peningkatan akustik. Cairan asites tidak akan menggeser organ, tetapi cairan akan
berada diantara organ-organ tersebut. Akan terlihat jelas batas organ, dan terbentuk sudut
pada perbatasan antara cairan dan organ-organ tersebut. Jumlah cairan minimal akan
terkumpul pada kantung morison dan mengelilingi hsti membentuk gsmbar karakteristik
polisiklik, ”lollipop” atau arcuate appearance di karenakan cairan tersebut tersusn secara
vertikal pada sisi mesenterium.
Gambar sonographic tertentu menunjukan adanya asites yang terinfeksi, inflamasi, atau adanya
keganasan. Gambar tersebut meliputi echoes internal kasar (darah), echoes internal halus
(chyle), septal multiple (peritonitis tuberkulosa, pseudomyxoma, peritonei), distribusi cairan
terlokalisir atau atipik, gumpalan lengkung usus, dan penebalan batas antara cairan dan organ
yang berdekatan.
Pada asites maligna lengkung usus tidak dapat mengapung secara bebas, tetapi tertambat pada
dinding posterior abdomen, melekat pada hati atau oargan lainnya atau lengkung usus tersebut
dikelilingi oleh cairan yang terlokalisir.
Kebanyakan pasien (95%) dengan keganasan peritonotis mempunyai ketebalan dinding empedu
kurang dari 3mm. Penebalan kantung empedu berhubungan dengan asites jinak pada 82 %
kasus. Penebalan kantung empedu secara umum akibat sirosis dan HT portal.
CT-Scan
Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-Scan. Sedikit cairan asites terdapat pada ruang
periheoatik kanan, ruang subhepatik posterior (kantung morison), dan kantung douglas.
Bebarapa gambar pada CT-Scan menunjukkan adanya neoplasia, hepatik, adrenal, splenik, atau
lesi kelenjar limfe berhubungan dengan adanya massa yang berasal dari usus, ovarium, atau
pankreas, yang menunjukkan adanya asites maligna.
Pada pasien dengan asites maligna kumpulan cairan terdapat pada ruang yang lebih besar dan
lebih kecil, sementara pada pasien dengan asites benign cairan terutama terdapat pada ruang
yang lebih besar dan tidak pada bursa omental yang lebih kecil.
PEMERIKSAAN LAIN
Laparoskopi dilakukan jika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosa
adanya mesothelioma maligna.
Parasentesis abdomen
Parasentesis abdomen adalah pemeriksaan yang paling cepat dan efektif untuk
mendiagnosa penyebab asites. Parasentesis terapetik dilakukan untuk asites masif atau
sulit disembuhkan. Pengeluaran 5 liter cairan merupakan parasentesis dalam jumlah besar.
Parasentesis total, atau pengeluaran semua cairan asites (di atas 20 liter) dapat di lakukan
secara aman. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemberian albumin 5 g/l pada
parasentesis diatas 5 liter dapat menurukan komplikasi parasentesis seperti gangguan
keseimbangan elektrolit dan peningkatan serum kreatinin akibat pertukaran cairan
intravaskuler.
Metode ini dilakukan dengan cara memasang paracarval shunt dari sisi kesisi melalui
radiologis dibawah anestesi lokal. Metode ini sering digunakan untuk asites yang berulang.
DERAJAT
Secara Semikuantitatif
Penatalaksanaan medis