Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus dari arteriol sehingga tidak tampak kecuali dibawah mikroskop, kapiler juga merupakan tempat pertukaran antara darah dan jaringan , memiliki percabangan yang luas sehingga terjangkau ke semua sel.
1.2 Sirkulasi kapiler Pertukaran zat antara darah dan jaringan melalui dua tahap yaitu :
Difusi pasif : dinding kapiler tidak ada system transportasi , sehingga zat terlarut berpindah melalui proses difusi menuruni gradient konsentrasi mereka, gradient konsentrasi adalah perbedaan konsentrasi antara 2 zat yang berdampingan, difusi zat terlarut terus berlangsung independen hingga tidak ada lagi perbedaan konsentrasi antara darah dan sel di sekitarnya.
Bulk flow : terjadinya filtrasi suatu volume plasma bebas protein, yang kemudian bercampur dengan cairan interstisium (pada saat tekanan dalam kapiler melebihi tekanan di luar maka cairan terdorong keluar melalui pori) dan kemudian di reabsorpsi (saat tekanan kedalam melebihi tekanan keluar maka terjadi perpindahan netto cairan masuk dari cairan interstisium ke dalam kapiler melalui pori) Gaya yang mempengaruhi bulk flow : 1. Tekanan darah kapiler : tekanan cairan atau hidrostatik yang dihasilkan oleh darah pada bagian dalam dinding kapiler, tekanan ini cendrung mendorong cairan keluar dari kapiler kedalam cairan interstisium. 2. Tekanan osmotic koloid plasma : dikenal sebagai tekanan onkotik yang disebabkan oleh disperse koloidal protein-protein plasma, tekanan ini mendorong perpindahan cairan ke dalam kapiler. 3. Tekanan hidrostatik cairan interstisium : tekanan yang ditimbulkan oleh cairan interstisium pada bagian luar dinding kapiler. Tekanan ini cendrung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler. 4. Terkanan osmotic koloid cairan interstisium : tidak berperan signifikan pada bulkflow , cendrung mendorong perpindahan cairan keluar kapiler dan masuk ke cairan interstisium.
pada intinya tekanan yang mendorong cairan ke luar dari kapiler adalah tekanan osmotic koloid interstisium dan tekanan darah kapiler, sedangkan yang mendorong cairan masuk ke dalam kapiler adalah tekanan hidrostatik cairan interstisium dan tekanan osmotic koloid plasma
SIRKULASI LIMFE DAN CAIRAN INTERSTISIAL Saluran limfe mulai dengan limfe awal tanpa katup atau otot-otot, cairan jaringan masuk antara sel endotel oleh pompa kerutan organ dan kontraksi arteriol dan venule. Cairan masuk kesaluranlimfe penampung yang berkonstraksi secara peristaltic. Aliran dibantu oleh pernapasan, aliranterutama menjadi melalui kontraksi dinding. Zat yang meningkat di aliran tersebut disebut limfagog.
LI 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA TERJADINYA KELEBIHAN CAIRAN
2.1 Definisi Kelebihan cairan adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan volume cairan ekstrasel khususnya intravascular melebihi kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal,saluran cerna dan kulit.
2.2 Etiologi Kelebihan cairan tubuh atau sering disebut sebagai hiperhidrasi dapat disebabkan oleh tiga cara yaitu: 1. Pasien gagal ginjal yang tidak dapat mengeskresikan urin encer, makan mereka akan mengalami hipotonisitas apabila mengkonsumsi H2O yang berlebihan. 2. Apabila H2O masuk secara cepat dalam jumlah yang banyak sehingga ginjal tidak dapat berespons dengan cepat untuk mengeluarkan kelebihan H2O 3. Ketika tubuh menahan kelebihan H2O tanpa zat terlarut akibat sekresi vasopresin yang tidak sesuai. Faktor : 1. Tekanan hidrostatik plasma kapiler meningkat : darah yang terhambat kembali ke vena dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler. Akibatnya cairan akan banyak masuk kedalam jaringan -> edema (gagal jantung, gagal ginjal, obstruksi vena, kehamilan 2. Tekanan osmotic koloid plasma menurun : konsentrasi plasma protein berkurang menyebabkan tekanan osmotic koloid plasma menurun maka air berpindah dari plasma masuk ke dalam jaringan ->edema (malnutrisi, diare berat, luka bakar, sirosis) 3. Permeabilitas kapiler meningkat : peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan terjadinya kebocoarn membrane kapiler sehingga protein dapat berpindah dari kapiler menuju interstisial (nefitris, alergi) 4. Retensi natrium meningkat : ginjal mengatur ion natrium di cairan ekstrasel, fungsi ginjal dipengaruhi oleh aliran darah yang masuk, bila aliran darah tidak kuat maka akan terjadi retensi natrium dan air (gagal jantung , gagal ginjal, sirosis hati, trauma, peningkatan hormone kortikoadrenal : aldosteron,kortison, hidrokortison) 5. Drainase limfatik menurun : drainase limfatik berfungsi untuk mencegah kembalinya protein ke sirkulasi, bila terjadi gangguan limfatik maka protein akan masuk ke sirkulasi, akibatnya tekanan koloid osmotic plasma akan menurun (kanker system limfatik)
Kelebihan H2O mula-mula akan mengencerkan kompartemen CES dan menyebabkan hipotonik, perbedaan aktivitas osmotic yang terjadi antara CES dan CIS memicu H2O berpindah secara osmotis dari CES yang lebih encer ke dalam sel, yang akan menyebabkan sel membengkak karena kemasuka H2O. bisa juga disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum, kelebihan cairan terjadi akibat penumpukan cairan atau adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
LI 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EDEMA DAN ASITES LO 3.1 Definisi Edema dan Asites Edema : Edema adalah jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen ekstrseluler ,miningkatkan terkanan osmotic, akibatnya cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalam ruang interstisial. Edema dapat dibedakan bedasarkan: Edema lokalista: hanya terbatas pada organ/pembuluh darah tertentu, terdiri dari : - Ekstremitas : unilateral ,pada vena atau pembuluh darah limfe - Ekstremitas : bilateral, biasanya pada ekstremitas bawah - Muka - Asites - Hidrotoraks (cairan rongga pleura) Edema generalisata : umum, pembengkakan yang terjadi pada tubuh atau sebagian besar tubuh pasien , pada : gagal jantung , sirosis hati, gangguang ekskresi Edema organ , adalah suatu pembengkakan yang terjadi di dalam organ, misanya hati, jantung, dan ginjal, edema akan terjadi di organ organ tertentu sebagian bagian dari peradangan, seperti dalam faringitis, tendonitis atau pancreatitis, sebagai contoh : otak, paru. Asites : Penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum karena banyak penyakit. 3.2 ETIOLOGI EDEMA DAN ASITES Edema : Edema dapat terjadi jika ada peningkatan produksi cairan interstisial atau gangguan perpindahan cairan interstisial, factor penentu terjadinya edema adalah perubahan hemodinamik kapiler yang memungkinkan cairan intravascular ke interstisium dan retensi natrium di ginjal , hemodinamik sangat di pengaruhi oleh hal ini : 1.penurunan konsentrasi protein plasma, menyebabkan penurunan tekanan osmotic koloid plasma, penurunan tekanan kea rah dalam yang utama ini menyebabklan filtrasi cairan berlebihan keluar dari pembuluh sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal, dengan demikian terdapat cairan tambahan yang tertinggal di ruang interstisum, edema yang disebabkan oleh hal ini dapat diakibatkan olerh : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal, penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati,pengeluaran protein yang banyak akibat luka bakar 2. peningkatan permeabilitasan dinding kapiler, memungkinkan lebih banyak protein plasma keluar dari kapiler ke cairan interstisiumdi sekitarnya, contohnya, melalui pelebaran pori pori kapiler yang di cetuskan oleh histamine pada cedera jaringan atau reaksi alergi, terjadi penurunan tekanan osmotic koloid plasma yang menurunkan tekanan osmotic koloid interstisium yang disebabkan oleh kelebihan protein di cairan interstisium yang meningkatkan tekanan kea rah luar. 3. peningkata tekanan vena : ketika darah terbendung di vena, akan disertai peningkatan tekanan darah kapiler, karena kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena. 4. penyumbatan pembuluh limfe, karena kelebihan cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui system limfe. Retensi natrium dipengaruhi oleh aktivitas baroreseptor : 1. RAAS (baroreseptor di Aa. Aferens glomerulus) 2. ANP (arterial natriuretic peptide) baroreseptor di atrium/ ventrikel jantung 3. Saraf simpatis dan ADH (baroreseptor pada sinus caroticus + 4. Osmoreseptor di hipotalamus
Asites Asites biasanya terjadi akibat hipertensi porta, akibat tingginya retensi terhadap aliran darah yang melintasi hati, aliran darah dialirkan ke pembuluh-pembuluh rongga abdomen ini sehingga filtrasi bersih cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke rongga peritoneum. Cairan ini berisi konsentrasi albumin yang tinggi, keluarnya albumin dari kompartemen vascular pada asites berperan dalam penurunan protein darah yang dijumpai pada penyakit hati stadium lanjut, selain berperan pada penurunan tekanan osmotic plasma yang menyebabkan terjadinya edema interstisium.
LO 3.3 MEKANISME TERJADINYA EDEMA DAN ASITES MEKANISME EDEMA 1. Pembentukan edema pada sindrom nefrotik : sindrom nefrotik adalah kelainan glomerolus dengan karakteristik protenuria (kehilangan protein melalui urine > 3,5 g/hari). Proteinuria -> hipoalbumin -> penurunan tekanan osmotic -> pindahnya cairan dari intravascular ke interstisium -> edema, dan penurunan volume darah efektif -> retensi Na di ginjal.
Ada 2 meknisme yang dapat menyebabkan edema pada sindrom nefrotik: 1. Mekanisme underfilling : kadar albumin serum rendah -> rendahnya tekanan osmotic plasma -> peningkatan transudasi cairan dari kapiler ke ruang interstisial -> volume darah berkurang -> merangsang system RAS (rennin , angiotensin, aldosteron) meretensi natrium dan air pada tubulus distal 2. Mekanisme overfilling : sindrom nefrotik -> terganggu ekskresi natrium tubulus distalis -> tingginya volume darah -> penekanan system rennin angitotensin dan ADH Pembentukan edema pada gagal jantung : Kegagalan pompa jantung , darah terbendung di vena , volume darah arteri menurun, system saraf simpatis, vasokonstriksi, suplai darah ke orak dan paru, volume darah ginjal berkurang, ginjal menahan Na dan air Gagal jantung berat -> hiponatremia -> ADH -> urine pekat -> urin berkurang Pada sirosis hati Fibrosis di hati luas dan pembentuka nodul Fibrosis hati dan distorsi struktus parenkim hati kan meningkatkan tahanan system porta dan pintas portosistemik intra dan ekstra hati -> vasodilatasi -> tahanan perifer menurun -> meningkatkan tonus system simpatis adrenergic -> aktivasi system vasokonstriktor dan anti dieresis yaitu RAS , saraf simpatis (menurunkan kecepatan filtrasi glomerolus dan meningkatkan reabsorpsi garam tubulus proximal) dan ADH (retensi air).
Edema idiopatik Terdapat perbedaan berat badan yang dipengaruhi oleh posisi tubuh, pada posisi tubuh berdiri terjadi retensi natrium dan air sehingga terjadi peningkatan berat badan , ini diduga karea adanya peningkatan permeabilitas kapiler pada posisi berdiri, pada kondis tertentu dapat disertai penurunan volume plasma yang kemudian mengaktivasi SRAA sehingga edema bertambah parah.
MEKANISME ASITES Teori underfilling : hipertensi portal meningkat (karena volume plasma menurun ) -> tekanan hidrostatik venosa meningkat + hipoalbumin -> transudasi -> volume cairan intravascular menurun -> mekanisme neurohormonal di ginjal (reabsorbsi air dan natrium) Teori overfilling : penurunan fungsi hati -> meningkatnya aktifitas ADH dan menurunnya aktifitas hormone natriuretik -> reabsorpsi air dan natrium oleh ginjal -> ekspansi /ekstravasasi cairan plasma Teori peripheral vasodalitatition : vasokonstriksi dan fibrotisasi sinusoid hati -> meningkatnya resistensi system porta dan vasodilatasi splanknik oleh vasolidator endogen -> hipertensi porta menetap -> meningkatnya tekanan transudasi di sinusoid hati dan kapiler usus -> cairan terkumpul di rongga peritoneum -> meningkatnya vasodilatasi perifer -> aktivitas simpatis menaik -> RAAS dan system argenin vasopresin meningkat -> reabsorbsi air dan natrium meningkat disertai meningkatnya indeks jantung -> sirkulasi arterial sistemik meningkat -> gangguan fungsi ginjal (vasodilator endogen yang mungkin berperan : glucagon, NO (nitric oxide) , calcitonine gene related peptide, endotelin , ANP (atrial natriuretic peptide) prostaglandin, tumor necrosis factor, enkefalin).
Manifestasi edema : Bengakak , megkilat, bila ditekan timbul cekungan dan lambat kembali seperti semula, Berat badan naik, adanya bendungan vena di leher, pemendekan nafas, nyeri otot, efusi pleura, denyut nadi kuat Manifestasi asites : Perut membuncit seperti katak, perbedaan kadar albumin serum asites, kadar amylase meningkat pada asites gangguan pancreas, trigliserida meningkat pada chylous asites, leukosit lebih dari 350/mikroliter, eritrosit lebih dari 50.000/mikroliter dugaaan malignancy , tuberkolosis atau trauma, bila parah mencakup edema tungkai, pembengkaka hernia umbilikalis, dan lipat paha serta hilangnya berat badan dan nafsu makan. LO 3.4 PENATALAKSANAAN EDEMA DAN ASITES Penatalaksanaan edema : 1. Memperbaiki penyakit dasar 2. Retriksi asupan natrium ( retriksi sekunder : pada sirosis hati dan gagal jantung untuk memenuhi volume sirkulasi efektif menjadi normal sehingga perfusi jaringan menjadi baik . retriksi primer : pada penyakit ginjal akibat obat-obatan tertentu (minoksidil, NSAID, estrogen)) 3. Pemberian diuretic ( gagal jantung : hindari overdiuresis karena dapat menurunkan curah jantung dan menyebabkan azotemia prenatal, dan hindari diuretic yang bersifat hipokalemia karena dapat menyebabkan inotksikasi digitalis. Pada sirosis hati : spironolakton dapat menyebabkan asidosis dan hiperkalemia dapat juga di tambah diuretic tiazid, deplesi volume yang berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal, hiponatremia, dan alkalosis. Pada sindrom nefrotik : pemberian albumin di batasi hanya pada kasus berat.)
Penatalaksanaan asites :
1. Tirah baring 2. Diet, mengkonsumsi rendah natrium 3. Diuretika, yang di anjurkan adalah diuretika yang bekerja sebagai pengganti aldosterone. 4. Terapi parasintesis 5. Pengobatan 6. terhadap penyakit dasar
DAFTAR PUSTAKA Sherwood L. (2007). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi 6. Jakarta ; EGC Corwin EJ. (2009). Buku saku patofisiologis. Edisi 3. Jakarta; EGC Darwan darwis,dkk, Gangguan keseimbangan air elektrolit dan asam basa. Edisi 2 www.medicastore.com slide dosen H.kusumardi sumarjono