Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dhefana Aqilla Abdillah Kei

NIM : 04011182126002
Kelompok : B1
Kelas : Beta

Laporan Learning Issue


A. Hubungan hasil pemeriksaan fisik abnormal dengan kasus pasien
1. Abdomen: Shifting dullness (+) :
Shifting dullness positif artinya ada asites pada abdomen.
Pada keadaan normal, produksi albumin di hati adalah 12-14 g/hari (130- 200
mg/kg) dan jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang dikatabolisme.
Katabolisme secara dominan terjadi pada ekstrarenal, sedangkan 10% di
katabolisme pada tubulus proksimal ginjal setelah resorpsi albumin yang telah
difiltrasi. Pada pasien sindrom nefrotik, hipoalbuminemia merupakan manifestasi
dari hilangnya protein dalam urin yang berlebihan dan peningkatan katabolisme
albumin. (Kharisma, 2017) Hilangnya albumin melalui urin merupakan
konstributor yang penting pada kejadian hipoalbuminemia. Meskipun demikian,
hal tersebut bukan merupakan satu-satunya penyebab pada pasien sindrom
nefrotik karena laju sintesis albumin dapat meningkat setidaknya tiga kali lipat
dan dengan begitu dapat mengompensasi hilangnya albumin melalui urin.
Jika tubuh kekurangan albumin (hipoalbuminemia), cairan di dalam pembuluh
darah akan bocor ke jaringan sekitar sehingga terjadi penumpukan. Asites terjadi
ketika jumlah cairan di dalam rongga peritoneal ini lebih dari 25 ml. Kondisi ini
sering kali disebabkan oleh penyakit hati, atau penurunan jumlah dan produksi
albumin. Penyakit hati bisa menyebabkan tekanan pembuluh darah vena di hati
meningkat. Kondisi ini dapat menyebabkan bocornya cairan dari pembuluh darah
ke jaringan sekitar, termasuk rongga peritoneal.
Asites muncul sebagai konsekuensi dari turunnya tekanan onkotik plasma oleh
karena serum albumin yang rendah dimana terjadi transudasi cairan dari dalam
pembuluh darah menuju ke ruang ekstraseluler.

2. Extremitas inferior: Edema (+)/(+) minimal:


Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya edema pada
sindrom nefrotik. Underfilled theory merupakan teori klasik tentang pembentukan
edema. Teori ini berisi bahwa adanya edema disebabkan oleh menurunnya tekanan
onkotik intravaskuler dan menyebabkan cairan merembes ke ruang interstisial.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus menyebabkan albumin
keluar sehingga terjadi albuminuria dan hipoalbuminemia. Sebagaimana diketahui
bahwa salah satu fungsi vital dari albumin adalah sebagai penentu tekanan
onkotik. Maka kondisi hipoalbuminemia ini menyebabkan tekanan onkotik koloid
plasma intravaskular menurun. Sebagai akibatnya, cairan transudat melewati
dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang interstisial kemudian timbul
edema. Menurut teori lain yaitu teori overfilled, retensi natrium renal dan air tidak
bergantung pada stimulasi sistemik perifer tetapi pada mekanisme intrarenal
primer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma dan
cairan ekstraseluler. Overfilling cairan ke dalam ruang interstisial menyebabkan
terbentuknya edema.

3. Hipertensi
Penderita sindrom nefrotik dapat mengalami hipertensi karena adanya beberapa
mekanisme yang terjadi pada ginjal akibat kerusakan pada glomerulus (bagian
ginjal yang berperan dalam penyaringan darah) yang menyebabkan sindrom
nefrotik. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi pada penderita
sindrom nefrotik adalah sebagai berikut:

A. Retensi Natrium dan Air: Kehilangan protein dalam urin mengakibatkan


penurunan kadar albumin dalam darah. Albumin berperan penting dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Karena albumin rendah,
ginjal menjadi kurang efektif dalam menahan natrium dan air. Akibatnya,
cairan dan natrium akan tertahan dalam tubuh, menyebabkan peningkatan
volume darah dan tekanan darah.

B. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS): Kerusakan pada glomerulus


dapat mengganggu fungsi sistem RAAS, yang bertanggung jawab untuk
mengatur tekanan darah dalam tubuh. Akibatnya, produksi hormon renin dan
angiotensin yang berperan dalam mengatur tekanan darah menjadi tidak
seimbang, menyebabkan peningkatan tekanan darah.

C. Endotel Disfungsi: Sindrom nefrotik dapat menyebabkan disfungsi endotel,


yaitu gangguan pada lapisan dalam pembuluh darah. Endotel yang sehat
berperan dalam mengatur aliran darah dan tekanan darah. Jika endotel
mengalami disfungsi, ini dapat menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh
darah dan kenaikan tekanan darah.

D. Kadar Kolesterol Tinggi: Penderita sindrom nefrotik seringkali memiliki kadar


kolesterol yang tinggi dalam darah. Kolesterol yang berlebihan dapat
menyebabkan aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), yang dapat
mempengaruhi elastisitas pembuluh darah dan menyebabkan peningkatan
tekanan darah.

E. Faktor Genetik: Beberapa bentuk sindrom nefrotik memiliki komponen


genetik yang dapat berkontribusi pada terjadinya hipertensi.

B. Metode pemeriksaan shifting dullness


Cara melakukan
 Pasien diperiksa dalam keadan terlentang
 Melakukan perkusi untuk menentukan batas daerah timpani dan redup mulai
dari umbilikus, tandai perubahan tersebut
 Meminta penderita untuk miring ke salah satu sisi tubuh
 Melakukan lagi perkusi untuk menentukan batas daerah timpani dan kemudian
menjadi redup kembali
 Melaporkan ada tidaknya asites Shifting dullness dikatakan positif apabila
didapatkan hasil pemeriksaan : daerah sisi lateral abdomen yang semula pekak
akan berubah menjadi tympani, sedangkan bagian lateral lainnya berubah menjadi
pekak.
Daftar Pustaka
PAPDI. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.

Floege J.( 2015). Introduction to glomerular disease: clinical presentations. In: Johnson RJ, Feehally J,
Floege J, eds. Comprehensive Clinical Nephrology. 5th ed Philadelphia: Elsevier Saunders.

Jewell, T. Healthline. 2018. What is Hypoalbuminemia and How is It Treated?


Wint, C. Healthline. 2021. Ascites Causes and Risk Factors.

Anda mungkin juga menyukai