Pengertian Antropologi
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος
(baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana"
(dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang
mempelajari manusia. Dalam melakukan kajian terhadap manusia, antropologi
mengedepankan dua konsep penting yaitu: holistik dan komparatif. Karena itu kajian
antropologi sangat memperhatikan aspek sejarah dan penjelasan menyeluruh untuk
menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial ilmu hayati (alam), dan juga
humaniora.
Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai entitas
biologis homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan
komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam
memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak
awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-
cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok
manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup
(worldview)
Paleopatologi
Epidemiologi
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan
dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/ mempertahankan budaya, mengakomodasi/
negoasiasi budaya dan mengubah/ mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Macam-macam implikasi:
1. Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi teoretikal dari
penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai kontribusi
terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian, tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama
yang disajikan dalam model teoretis.
2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat
dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi manajerial
memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
3. Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai metodologi yang
digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini dapat disajikan penjelasan mengenai
bagian-bagian metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik dan bagian
mana yang relatif sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk mengatasi berbagai
kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya dalam literatur mengenai metode
penelitian. Peneliti dapat menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan dalam penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk
meningkatkan mutu dari penelitian
4. Contoh implikasi antropologi dalam praktek keperawatan menurut budaya :
a. Budaya jawa : Suwuk
Suwuk merupakan pengobatan tradisional yang telah lama ada di Desa Jatiarjo,
Kecamatan Prigen, Pasuruan. Masyarakat yang tinggal di desa lokasi wisata Taman
Safari Indonesia II ini masih menggunakan pengobatan tradisional suwuk sebagai
pilihan pengobatan. Dalam praktiknya, suwuk biasa disisipkan sebagai mantra dalam
setiap pengobatan.
b. Budaya melayu :
Banjar (kalsel) : Betatamba
batatamba dalam masyarakat
Banjar sangat unik, karena selain menggunakan ramuan-ramuan
tradisional dan mantera-mantera dari seorang pananamba (tabib),
batatamba juga menggunakan benda-benda tertentu sebagai syarat
pengobatan, misalnya kain Sasirangan yang dililitkan di kepala
(laung) atau diselimutkan di badan untuk menyembuhkan sakit
kapingitan atau sakit panas. Karena, batatamba dalam konteks ini
tidak hanya berhubungan dengan sakit yang bersifat medis atau
sakit psikologis, tetapi berkaitan pula dengan ‘sakit magis’,5 yakni
sakit yang disebabkan oleh adanya pengaruh-pengaruh dari unsur
Dayak (kalteng) : Ritual sangiang bandar/ badewah
Yang merupakan pengobatan berbagai macam penyakit dengan bantuan roh leluhur (
sabur bandar) dengan sangiang sebagai mediator.
c. Budaya Minang : Manyilau,paureh
Manyilau dalam pengobatan tradisional Minangkabau merupakan hal yang selalu
dilakukan oleh orang pintar. Manyilau adalah proses melihat penyakit. Ada banyak
media yang digunakan oleh orang pintar dalam manyilau penyakit seseorang seperti
limau, air, ayam dan lain-lain
Paureh merupakan proses terakhir yang dilaksanakan dalam pengobatan. Paureh
adalah cara memasang obat yang diberikan oleh orang pintar. Dalam kepercayaan
orang Minangkabau yang sakit itu tidak hanya manusia tetapi rumah, warung dan
binatang (anjing) juga bisa sakit.
d. Budaya Nias : Sondrusi, same`e dalu-dalu,sanema iraono dan samaelo`o.
Tukang urut/tukang kusuk(sondrusi), yaitu orang yang mem-punyai kemampuan
untuk menyembuhkan seseorang dengan cara memijat atau mengurut.
. Tukang obat (same’e dalu-dalu), yaitu seseorang yang mampu membuat ramuan
tradisional.
. Dukun beranak (sondrusi sabeto/sanema iraono/ samatumbu’ö iraono), yaitu
seseorang yang mampu menolong persalinan dan merawat kehamilan.
Peramal (samaele’ö), yaitu seseorang yang mampu mengetahui kejadian-kejadian
yang belum dan akan terjadi.
e. Budaya Batak kuno :dugu-dugu dan hurungan tondi.
Dugu-dugu adalah : sebuah makanan ciri khas batak pada saat melahirkan, yang di
resep dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.
Hurungan Tondi : Buah kayu yang bernama Kayu Hurungan Tondi, buah kayu yang
bertuliskan tulisan batak. Kalung ini mempunyai kegunaan agar jauh dari seluruh
mara bahaya, tekanan angin, petir dan seluruh setan jahat. Apabila bayi tersebut terus
menerus menangis, maka dia dimandikan dengan bahan yang memotong pusar tadi,
yaitu Kulit bambu, jeruk purut dan ubi rambat.Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir,
bayi tersebut dibawa ke Pancur dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus
pembuatan nama yang disebut dengan Pesta Martutu Aek yang dipimpin oleh
Pimpinan Agama yaitu Ulu Punguan.