Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Antropologi

Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος
(baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana"
(dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang
mempelajari manusia. Dalam melakukan kajian terhadap manusia, antropologi
mengedepankan dua konsep penting yaitu: holistik dan komparatif. Karena itu kajian
antropologi sangat memperhatikan aspek sejarah dan penjelasan menyeluruh untuk
menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial ilmu hayati (alam), dan juga
humaniora.

Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai entitas
biologis homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan
komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam
memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak
awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-
cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok
manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup
(worldview)

2.Hubungan antropologi dengan praktek keperawatan


Para antropolog kesehatan pada masa kini (khususnya di Amerika) bekerja di
fakultas-fakultas kedokteran, sekolah perawat, di bidang kesehatan masyarakat, di
rumahsakit-rumahsakit dan depertemen-departemen kesehatan, serta di jurusan-jurusan
antropologi pada universitas umum.
Mereka melakukan penelitian dalam topik-topik seperti manusia, anatomi, pediatri,
epidemiologi, kesehatan jiwa, penyalahgunaan obat, definisi mengenai sehat dan penyakit,
latihan petugas kesehatan, birokasi medis, pengaturan dan pelaksanaan rumahsakit,hubungan
dokter-pasien, dan proses memperkenalkan sistem kesehatan ilmiah kepada masyarakat
masyarakat yang semula hanya mengenal sistem kesehatan tradisional.

Konsep-konsep Penting dalam Antropologi Kesehatan dan Ekologi keperawatan


SISTEM adalah Agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh
beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda,
yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu
keseluruhan yang integral dan berfungsi, beroperasi atau bergerak dalam satu kesatuan.
· SISTEM SOSIAL-BUDAYA ATAU KEBUDAYAAN adalah keseluruhan yang integral
dalam interaksi antar manusia.
· EKOSISTEM adalah suatu interaksi antar kelompok tanaman dan satwa dengan
lingkungan non hidup mereka (Hardesty 1977;289)
Dalam membicarakan Antropologi Kesehatan dan Ekologi, saya akan menitikberatkan
pembahasan pada:
Hubungan, bentuk dan fungsi kesehatan dan penyakit dari pandangan lingkungan dan sosial-
budaya.
Masalah dinamika dari konsekuensi hubungan, bentuk dan fungsi dari kesehatan dan
penyakit dengan pendekatan ekologis dan sosial-budaya.
Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Ekologi dalam praktek keperawatan Hubungan
manusia dengan lingkungan, dengan tingkahlakunya, dengan penyakitnya dan cara-cara
dimana tingkahlakunya dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan kebudayaannya selalu
melalui proses umpan-balik. Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-
masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkahlaku individu dan kelompok menentukan
derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-
beda. Sebagai contoh pada penyakit malaria ditemukan pada daerah berikilim tropis dan
subtropis sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, juga pada
daerah diatas 1700 meter diatas permukaan laut malaria tidak bisa berkembang.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan
bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah,
TBC, dll pada umumnya terdapat pada negara-negara berkembang, sedangkan penyakit-
penyakit noninfeksi seperti stress, depresi, kanker, hipertensi umumnya terdapat pada negara-
negara maju. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua
kelompok tersebut.
Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar
mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi ini
dapat berupa sosial psikologis dan budaya yang sering memainkan peranannya dalam
mencetuskan penyakit. Penyakit adalah bagian dari lingkungan hidup manusia. Contoh
penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-29:’MISTERI KURU’).

Paleopatologi

Paleopatologi adalah studi mengenai penyakit-penyakit purba. Para ahli peleopatologi


melakukan studi pada tulang-tulang manusia purba, kotoran, lukisan pada dinding, patung,
mumi, dan lain lain untuk menemukan penyakit-penyakit infeksi pada manusia purba. Studi
untuk mengetahui penyakit manusia purba dari fosil-fosil ini, pada umumnya hanya terbatas
hanya mengetahui pada penyakit-penyakit yang menunjukkan buktinya seperti pada tulang-
tulang yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh kerusakan atau abses pada tulang sebagai
akibat dari siphilis, TBC, frambosia, osteomilitus, poliomilitis, kusta, dan penyakit-penyakit
yang sejenisnya adalah penyakit infeksi yang dapat dikenali.
Banyak penyakit-penyakit modern yang tidak terdapat pada penduduk purba, bukan
berarti manusia purba lebih sehat dari manusia modern tetapi bahwa sakitnya manusia purba
disebabkan oleh jenis-jenis patogen dan faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari
yang dialami oleh manusia modern. Misalnya penyakit campak, rubella, cacar, gondong, kolera
dan cacar air mungkin tidak terdapat di zaman purba.
Dapat disimpulkan bahwa paleopatologi atau studi mengenai penyakit purba, sangat
banyak berhubungan dengan lingkungan untuk menemukan penyakit-penyakit purba.

Epidemiologi

Epidemiologi berkenaan dengan distribusi, tempat dan prevalensi atau terjadinya


penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau lingkungan ciptaan
manusia serta oleh tingkah laku manusia. Variabel-variabel yang dipakai untuk melihat
distribusi tempat dan prevalensi serta tingkah laku suatu penyakit adalah perbedaan umur, jenis
kelamin, status perkawinan, pekerjaan, hubungan suku bangsa, kelas sosial, tingkahlaku
individu, serta lingkungan alami. Faktor-faktor ini dan faktor lainnya berperanan penting dalam
distribusi dan prevalensi berbagai penyakit. Contoh pemuda Amerika lebih banyak mengalami
kecelekaan daripada wanita muda dan orang tua, perokok lebih banyak kena kanker paru-paru
daripada bukan perokok, gondok lebih banyak menyerang penduduk pedalaman yang tinggal
di daerah pegunungan daripada penduduk pantai yang bahan makannya kaya yodium.
Tugas seorang epidemiolog adalah bekerja untuk membuat korelasi-korelasi dalam hal
insiden penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang pola-pola penyebab penyakit yang
kompleks, atau tentang kemungkinan-kemungkinan dalam pengawasan penyakit (Clausen;
1963:142). Epidemiologi berusaha mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan derajat
kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan.
Ahli antropologi lebih menaruh minat pada ciri epidemiologi dari penyakit-penyakit
penduduk non Eropa dan Amerika, termasuk penyakit-penyakit psikologis yang disebabkan
oleh struktur budaya yang dalam Antropologi Kesehatan disebut dengan istilah “Sindroma
Kebudayaan Khusus” seperti “mengamuk” atau histeris. Selain itu, ahli antropologi juga
menaruh minat pada studi-studi mengenai “Epidemiologi Pembangunan” yaitu mencari
konsekuensi-konsekuensi kesehatan yang sering bersifat mengganggu terhadap proyek-proyek
pembangunan.
3. implikasi antropologi dalam praktek keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan
dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/ mempertahankan budaya, mengakomodasi/
negoasiasi budaya dan mengubah/ mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

1. Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien


tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi.
2. Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya
klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat
diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
3. Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang
dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Contoh:
manusia sbg objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya

Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Macam-macam implikasi:
1. Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi teoretikal dari
penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai kontribusi
terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian, tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama
yang disajikan dalam model teoretis.
2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat
dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi manajerial
memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
3. Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai metodologi yang
digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini dapat disajikan penjelasan mengenai
bagian-bagian metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik dan bagian
mana yang relatif sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk mengatasi berbagai
kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya dalam literatur mengenai metode
penelitian. Peneliti dapat menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan dalam penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk
meningkatkan mutu dari penelitian
4. Contoh implikasi antropologi dalam praktek keperawatan menurut budaya :
a. Budaya jawa : Suwuk
Suwuk merupakan pengobatan tradisional yang telah lama ada di Desa Jatiarjo,
Kecamatan Prigen, Pasuruan. Masyarakat yang tinggal di desa lokasi wisata Taman
Safari Indonesia II ini masih menggunakan pengobatan tradisional suwuk sebagai
pilihan pengobatan. Dalam praktiknya, suwuk biasa disisipkan sebagai mantra dalam
setiap pengobatan.
b. Budaya melayu :
Banjar (kalsel) : Betatamba
batatamba dalam masyarakat
Banjar sangat unik, karena selain menggunakan ramuan-ramuan
tradisional dan mantera-mantera dari seorang pananamba (tabib),
batatamba juga menggunakan benda-benda tertentu sebagai syarat
pengobatan, misalnya kain Sasirangan yang dililitkan di kepala
(laung) atau diselimutkan di badan untuk menyembuhkan sakit
kapingitan atau sakit panas. Karena, batatamba dalam konteks ini
tidak hanya berhubungan dengan sakit yang bersifat medis atau
sakit psikologis, tetapi berkaitan pula dengan ‘sakit magis’,5 yakni
sakit yang disebabkan oleh adanya pengaruh-pengaruh dari unsur
Dayak (kalteng) : Ritual sangiang bandar/ badewah
Yang merupakan pengobatan berbagai macam penyakit dengan bantuan roh leluhur (
sabur bandar) dengan sangiang sebagai mediator.
c. Budaya Minang : Manyilau,paureh
Manyilau dalam pengobatan tradisional Minangkabau merupakan hal yang selalu
dilakukan oleh orang pintar. Manyilau adalah proses melihat penyakit. Ada banyak
media yang digunakan oleh orang pintar dalam manyilau penyakit seseorang seperti
limau, air, ayam dan lain-lain
Paureh merupakan proses terakhir yang dilaksanakan dalam pengobatan. Paureh
adalah cara memasang obat yang diberikan oleh orang pintar. Dalam kepercayaan
orang Minangkabau yang sakit itu tidak hanya manusia tetapi rumah, warung dan
binatang (anjing) juga bisa sakit.
d. Budaya Nias : Sondrusi, same`e dalu-dalu,sanema iraono dan samaelo`o.
Tukang urut/tukang kusuk(sondrusi), yaitu orang yang mem-punyai kemampuan
untuk menyembuhkan seseorang dengan cara memijat atau mengurut.
. Tukang obat (same’e dalu-dalu), yaitu seseorang yang mampu membuat ramuan
tradisional.
. Dukun beranak (sondrusi sabeto/sanema iraono/ samatumbu’ö iraono), yaitu
seseorang yang mampu menolong persalinan dan merawat kehamilan.
Peramal (samaele’ö), yaitu seseorang yang mampu mengetahui kejadian-kejadian
yang belum dan akan terjadi.
e. Budaya Batak kuno :dugu-dugu dan hurungan tondi.

Dugu-dugu adalah : sebuah makanan ciri khas batak pada saat melahirkan, yang di
resep dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.

Dugu-dugu bertujuan untuk :

1. Mengembalikan peredaran urat bagi si Ibu yang baru melahirkan


2. Membersihkan darah kotor bagi Ibu yang melahirkan
3. Menambah, menghasilkan air susu Ibu dan sekaligus memberikan kekuatan melalui
asi kepada anaknya

Hurungan Tondi : Buah kayu yang bernama Kayu Hurungan Tondi, buah kayu yang
bertuliskan tulisan batak. Kalung ini mempunyai kegunaan agar jauh dari seluruh
mara bahaya, tekanan angin, petir dan seluruh setan jahat. Apabila bayi tersebut terus
menerus menangis, maka dia dimandikan dengan bahan yang memotong pusar tadi,
yaitu Kulit bambu, jeruk purut dan ubi rambat.Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir,
bayi tersebut dibawa ke Pancur dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus
pembuatan nama yang disebut dengan Pesta Martutu Aek yang dipimpin oleh
Pimpinan Agama yaitu Ulu Punguan.

Anda mungkin juga menyukai