Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI KESEHATAN

INDONESIA DAN DUNIA


Laporan ini Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan

Dosen pengampu : H.Wasludin, SKM,M.Kes

Disusun Oleh :

Nanda Carliva Toyotatu

( P27901121075 )

TINGKAT 1B

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

TAHUN AJARAN 2021/2022


Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan
ANTROPOLOGI DALAM ILMU KESEHATAN Dalam perkembangannya,
antropologi juga menjadi ilmu yang memiliki pengkhususan dari tiap penelitiannya.
Penggunaan ilmu antropologi mulai banyak ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis dalam masyarakat. Pengkhususan atau spesialisasi antropologi ini belum lama
dikembangkan. Spesialisasi antropologi yang pertama kali muncul ialah antropologi
ekonomi. Spesialisasi ini berawal dari seorang antropologi asal Inggris Raymon W. Firth.
Firth memulai penelitian terkait gejala-gejala ekonomi pedesaan, penghimpunan modal,
pengerahan tenaga, sistem produksi dan pemasaran lokal dari hasil pertanian dan perikanan di
Oseania dan Malaysia dengan menggunakan metode-metode antropologi.

Spesialisasi antropologi lain baru berkembang pesat setelah Perang Dunia II. Kala itu
antropologi banyak dihubungkan dengan berbagai permasalahan pembangunan di negara-
negara berkembang. Misalnya saja, antropologi pembangunan. Pada spesialisasi ini, metode,
konsep, dan teori-teori antropologi digunakan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap teknologi baru, dan
sebagainya. Sejak saat itu, aspek masalah pembangunan masyarakat desa menjadi topik
hangat untuk penelitian-penelitian bermutu.

Salah satu persoalan pembangunan masyarakat desa yang umum saat itu ialah
kesehatan masyarakat. Pada masa itu, para ahli antropologi banyak mendapat permintaan dari
para dokter kesehatan masyarakat atau para dokter ahli gizi untuk membantu pekerjaan
mereka. Para ahli antropologi biasanya diminta membantu meneliti atau dimintai data
mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan. Mulai dari pembahasan sikap
penduduk tentang sakit, sikap terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional, tentang
kebiasaan-kebiasaan atau pantangan-pantangan makan, dan sebagainya.

Tidak jarang pula para ahli antropologi sosial budaya maupun antropologi biologi
meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas-budaya mengenai sistem kesehatan,
termasuk pada faktor-faktor bioekologi sosial budaya. Faktor tersebut berpengaruh terhadap
kesehatan, yaitu timbulnya penyakit baik pada masa kini maupun sepanjang sejarah
kehidupan manusia. Namun sebagian dari mereka hanya berminat pada masalah-masalah
teoretis. Hal itu semata-mata karena didorong oleh perasaan ingin tahu tentang perilaku
kesehatan manusia dalam manifestasinya yang seluas-luasnya. Lalu sebagian lainnya lebih
tertarik pada masalah-masalah terapan. Alasannya, karena didorong oleh keyakinan bahwa
dalam teknik-teknik penelitian antropologi, teori-teori maupun datanya dapat dan harus
digunakan dalam program-program untuk memperbaiki perawatan kesehatan masyarakat.
Sejak saat itulah muncul spesialisasi antropologi kesehatan dan terus berkembang hingga saat
ini.

Budaya sebagai salah satu unsur dalam antropologi juga erat kaitannya dengan dunia
kesehatan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan,
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk hal itu adalah Cultural Determinism. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,


norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur struktur sosial, religius, dan lain-lain.
Tidak hanya itu, kebudayaan juga bisa mencakup segala pernyataan intelektual dan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan


yang meliputi sistem ide atau gagasan dalam pikiran manusia. Dalam hal ini, kebudayaan
dinilai mampu mempengaruhi tingkat pengetahuan manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Kebudayaan diwujudkan dalam benda-benda
yang diciptakan oleh manusia, baik berupa perilaku maupun benda-benda yang bersifat nyata.
Misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
dimana kesemuanya itu ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.

Uraian sejarah muncul dan perkembangan antropologi kesehatan dibuat menurut urutan
waktu cetusannya:

1.Tahun 1849

Rudolf Virchow ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila
kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit maka apa pula
ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial untuk menjadikan efektif
hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur
sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai
antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrom berperan dalam
pembentukan asal-usul bidang  Antropologi Kesehatan tersebut, munculnya bidang baru
memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.

2.Tahun 1953

Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan
yang ditulis Caudill berjudul “Apllied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini merupakan
tour the force yang cemerlang, tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme,tulisan itu
tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

3. Tahun 1963

Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi kesehatan” dan paul


membicarakan “ Ahli Antropologi kesehatan “ dalam suatu artikel mengenai kedokteran
dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi .
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya
tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour Science yang
berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi
tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.

1. Hubungan antara sosial Budaya dan Biologi yang merupakan Dasar dari
Perkembangan Antropologi Kesehatan.

Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan
antropologi kesehatan yaitu masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang
merupakan resultant dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
masalah buatan manusia, social budaya , perilaku, populasi penduduk, genetika, dan
sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health
well being, merupakan resultant dari 4 faktor yaitu :

1. Environment atau lingkungan

2. Behaviuor atau perilaku, antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi , distribusi penduduk, dan
sebagainya

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitative.

Dari 4 faktor tersebut di atas ,lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya ( dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah
laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas
social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama ( yang
ditentukan secara klinis ), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan
reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan
ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi,
patologi, nutrisi, dan epidemiologi . hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara
perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-
faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh : penyakit keturunan albinism di
suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan
diantara anggota keluarga .

 Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Biological Pole

Antropologi kesehatan dari sisi Biological Pole berusaha untuk memahami jasad/fisik
manusia melalui evolusi kemampuan adaptasi ,enetika populasi, dan primatologi (studi
tentang makhuk primate / binatang yang menyerupai manusia). Sisi biologi adalah hal
penting dalam kesehatan. Sisi biologi adalah kesatuan sistem organ tubuh yang saling
menunjang, apabila terdapat gangguan dari salah satu organ tubuh maka juga akan
menggangu keseluruhan sistem fungsi.

Sisi biologi, melalui tubektomi, dilihat dari sudut budaya oleh Haryati ,1990 dalam
penelitiannya tentang penerimaan masyarakat desa terhadap cara ini untuk ber-KB.Kajian
yang dilakukan Haryati selangkah lebih maju dari dua peneliti sebelumnya dengan lebih
banyak menggali sisi biologi (tubektomi) dan kemudian memasukkan ke dalam wacana
kesehatan pada masyarakat yang diteliti dengan melibatkan sistem pengetahuan mereka untuk
memilih cara ini dalam ber-KB.

Terdapat ahli-ahli antropologi yang pokok perhatiannya adalah tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia dan paleopatologi (studi
mengenai penyakit-penyakit purba). Ahli-ahli antropologi yang memiliki minat tersebut
mempunyai kesamaan perhatian dengan ahli-ahli genetika, anatomi, sorologi, biokimia dan
sejenisnya.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan
dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat
tertentu. Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan,
antara lain :

1. Antropologi fisik/biologi/ragawi, contoh : nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk


tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat
faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
2. Etnomedisin awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau
yang masih dianggap tradisional,meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe
ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau
salah.
3. Kepribadian dan budaya adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai
belahan dunia. misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari
penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan
penyakit yang sama.
4. Kesehatan masyarakat dimana beberapa program kesehatan bekerja sama dengan
antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

 Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Sosiocultural Pole

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, dalam jurnal Drs. Naffi
Sanggenafa, 2002. Jurnal Antropologi Papua.di antaranya objek yang menjadi kajian disiplin
ilmu ini adalah:

1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)


2. Beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok
masyarakat.
4. Healers yang mempunyai peranan sebagai penyembuh.
5. Perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara
individual,terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20, pada tahun
1924 W.H.R.River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan prakteknya
tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. ia menyatakan
“praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syaraty-syarat yang
mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3 pandangan dunia yang
berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem kepercayaan, dan
tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.

Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya diungkapkan dalam
bentuk lima generalisasi yaitu:

1) Studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan


konfigurasi budaya secara keseluruhan dari masyarakat dan tempat dimana pola medis
berada dalam totalitas tersebut,
2) Ada begitu banyak pengobatan primiti,
3) Bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional
saling berkaitan,
4) Pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi
budaya,
5) Manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan pengobatan
gaib.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropologi, perilaku sehat
(health behavior) , perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease,
model penjelahan penyakit (explanatory model), peran dan karir seorang yang sakit (sick
role), interaksi dokter-perawat ,dokter-pasien, perawat- pasien, penyakit dilihat dari sudut
pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi
dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.

Terdapat ahli-ahli antropologi dengan pokok perhatian pada sistem medis tradisional
(etnomedisin), masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka,tingkah
laku sakit, hubungan antara dokter-pasien serta dinamika dari usaha memperkenalkan
pelayanan kesehatan Barat kepada masyarakat-masyarakat tradisional.

2.Perbedaan antara Perkembangan Antropologi Kesehatan Biological Pole dan


Sosiocultural Pole

Antropologi kesehatan tidak boleh dipandang sebagai penggabungan dari dua disiplin yang
longgar, biologi dan sosial-budaya, karena sering kali masalah-masalah yang dihadapi kedua
disiplin ilmu tersebut saling membutuhkan data maupun teori-teori dari kedua bidang yang
bersangkutan. Penyakit jiwa, misalnya tidaklah semata-mata dapat dipelajari dalam kerangka
faktor fisiologis atau biokimia belaka, atau faktor-faktor psiko-sosial-budaya yang bersumber
pada stres= kedua jenis data tersebut penting untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
dari faktor-faktor yang berpengaruh. Serupa halnya dengan makanan dimana kebiasaan
makan dan makanan yang dipilih berkaitan dengan tingkatan nutrisi. Demikian pula teori
epidemiologi yang didasarkan atas pengetahuan bahwa tingkah laku manusia sangat
mempengaruhi vektor yang menularkan banyak penyakit.

Pokok perhatian biological pole :

1) Pertumbuhan dan perkembangan manusia.


2) Peranan penyakit dalam evolusi manusia.
3) Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)

Pokok perhatian sociocultural pole :

1) Sistem medis tradisional (etnomedisin)


2) Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka.
3) Tingkah laku sakit.
4) Hubungan antara dokter pasien.
5) Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat
tradisional.

Jadi perbedaannya terletak pada masing-masing disiplin ilmu yang bersangkutan dalam
memandang suatu fenomena baik dari bidang biologi maupun bidang sosial- budaya. contoh:
dari segi biologi, penyakit merupakan suatu kondisi patologis yang dibuktikan dengan hasil-
hasil tes laboratorium atau bentuk-bentuk pemeriksaan klinis lainnya. Namun dari pandangan
budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran
normalnya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut.
Dengan kata lain harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai suatu konsep patologis,
dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan.
REFERENSI

https://www.academia.edu/31687908/
ANTROPOLOGI_KESEHATAN_Oleh_Kelompok_2

http://repository.akperykyjogja.ac.id/101/1/Buku%20Antropologi%20Kesehatan
%20Lengkap.pdf

Anda mungkin juga menyukai