Anda di halaman 1dari 9

Bidang Lama dan Baru Antropologi Kesehatan

Pada masa kini, para ahli antropologi yang mempunyai minat tersebut bekerja di fakultasfakultas kedoketeran, sekolah perawat, dan di bidang kesehatan masyarakat, di rumah-rumah
sakit dan depatemen-departemen kesehatan, serta di jurusan-jurusan antropologi pada universitas
umum. Mereka melakukan penelitian dalam topiktopik seperti manusia, anatomi, pediatri,
epidemologi, kesehatan jiwa, penyalahgunaan obat, definisi mengenai sehat dan penyakit, latihan
petugas kesehatan, birokrasi medis, pengaturan dan pelaksanaan rumah sakit, hubungan dokter
pasien dan proses memperkenalkan sistem kesehatan ilmiah kepada masyarakat-masyarakat yang
semula hanya mengenal sistem kesehatan tradisional. Para ahli antropologi tersebut umumnya
disebut sebagai ahli antropologi kesehatan dan lapangan yang di wakilinya adalah sub disiplin
baru antropologi, yakni antropologi kesehatan
Dari jenis aktifitas yang mereka lakukan, nampak bahwa bidang tersebut meliputi sejumlah
perspektif dan pusat perhatian. Secara konseptual, semuanya itu dapat di ajarkan dalam satu
kontinuum, dengan ujung yang satu di sebut kutub biologi sedangkan ujung lainnya di sebut
kutub sosial budaya kearah kutub biologi terdapat ahli-ahli antropologi yang pokok perhatianya
adalah tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi
manusia dan paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba). Ahli-ahli antropologi yang
memiliki minat tersbut memiliki kesamaan perhatian dengan ahli-ahli genetika, anatomi,
serologi, biokimia dan sejenisnya.
Kearah kutub sosial budaya terdapat ahli-ahli antropologi dengan pokok perhatian pada sistem
medis tradisional (etnosmedisin) masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional
mereka, tingkahlaku sakit, hubungan antara dokter pasien serta dinamika dari usaha
meperkenalkan pelayanan kesehatan Barat kepada masyarakat-masyarakat tradisional. Dengan
demikian ahli-ahli antropologi tersebut nampak mempunyai perhatian yang tupang tindih dengan
ahli-ahli sosiologi, para pendidik kesehatan, pada perawatan spesialis-spesialis ahli kesehatan
masyarakat dalam pendidikan dan administrasi kesehatan, serta sarjana-sarjana ilmu perilaku lain
yang bekerja dalam bidang modernisasi di pertengaahan kontinum yang berminat pada
epidemiologi dan ekologi budaya. Mereka mungkin mempunyai minat yang hampir sama dengan
semua ahli tersebut di atas, namun hubungan mereka terutama lebih dekat dengan ahli-ahli
epidemiologi kesehatan, ahli-ahli ekologi serta kelompok baru yang di kenal sebagai ahli
geografi kesehatan.[3]
Secara singkat antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya
yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosiobudaya dari tigkahlaku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi keduanya di sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Kesulitan para ahli antropologi kesehatan adalah
menemukan akar dari disiplin ilmu modern ini. Pada akhirnya membuat para ahli menyimpulkan
bahwa akar dari antropologi kesehatan adalah sebagai berikut.

1.

Antropologi fisik

Lama sebelum ada ahli-ahli antropologi kesehatan Budaya, ahli-ahli antropologi fisik belajar
dan melakukan penelitian di sekolah-sekolah kedokteran, biasanya pada jurusan anatomi. Dapat
di pastikan bahwa ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan, karena perhatian
mereka pada biologi manusia sejajar dan tumpang tindih dengan banyak lapangan perhatian para
dokter. Nyatanya sejumlah besar antropologi fisik adalah dokter. Baik dalam hal lapangan
perhatian maupun dalam hubungan-hubunganya, ahli-ahli antropologi fisik dimasa lalu seperti
halnya di masa kini juga memberikan banyak perhatian pada topik-topik yang mempunyai
kepentingan medis. Hasan dan Prasad (1959) menyusun daftar lapangan studi tersebut, yang
meliputi nutrisi dan pertumbuhan, serta korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang luas
dari penyakit-penyakit, misalnya radang pada persendian tulang (arthiritis) tukak lambung
(ulcer) kurang darah (anemia) dan penyakit diabetes.
Selama beberapa dasawarsa, ahli antropologi fisik disibukkan dengan kedokteran forensik.
Dalam pengembangan usaha pencegahan penyakit, para ahli antropologi fisik telah memberi
sumbangan dalam penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok penduduk yang memiliki
resiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit dan pembawa penyakit
kuning (hepatitis).
2.

Etnomedisin

Sub bagian antropologi kesehatan yang kini di sebut sebgai etnomedisin yakni kepercayaan
dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari perkembangan
kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern
(Hughes 1968:99) tetapi merupakan urutan langsung dari awal perhatian ahli-ahli antropologi
mengenai sistem medis non-Barat. Sejak awal penelitian mereka para ahli antropologi secara
rutin mengumpulkan data mengenai kepercayaan dalam pengobatan pada penduduk yang mereka
teliti.
Dalam buku Rivers yang berjudul Medicine, Magic, and Religion (Rifers 1942) tertangkap pesan
bahwa ide mengenai pengobatan asli adalah pranata0pranata sosial yang harus dipelajari dengan
cara yang sama seperti mempelajari pranata-pranata umumnya, dan bahwa praktek-praktek
pengobatan asli adalah rasional bila dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab
akibat (Lihat Wellin 1977: 49). Dengan demikian akhirnya para ahli antropologi menangkap
bahwa etnomedisin menjadi bagian spesialisasi bagi antropologi kesehatan.
3.

Studi-studi tentang kebudayaan dan kepribadian.

Kecuali berbagai studi tentang etnomedisin yang terutama dilakukan sebagai bagian dari
penelitian mengenai kelompok (tribe) sebagian besar publikasi antropologi yang menyangkut
kesehatan sebelum tahun 1950 berkenaan dengan gejala psikologi dan psikiatri. Sejak
pertengahan tahun 1930-an para ahli antropologi, psikiater dan ahli-ahli ilmu tingkah laku

lainnya mulai mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat, dan
lingkungan sosial budaya dimana tingkahlaku itu terjadi.
4.

Kesehatan masyarakat international

Meskipun Rokefeller Foundation telah sibuk dengan pekerjaan kesehatan masyarakat


international sejak awal abad ini baru pada tahun 1942 pemerintah Amerika Serikat
memprakarsai kerjasama program-program kesehatan dengan sejumlah pemerintah di negara
Amerika latin, sebagai bagian dari program bantuan teknik yang lebih luas. Dengan berakhirnya
perang dan dengan perpanjangan program-program bantuan teknik Amerika Serikat bagi afrika
dan asia, maupun dengan tebentuknya World Helath Organization, maka program-program
kesehatan masyakat utama yang bersifat bilateral dan multilateral di negara-negara sedang
berkembang merupakan sebagian dari gambaran dunia.
Petugas-petugas kesehatan yang bekerja dilingkungan yang bersifat lintas-budaya lebih cepat
menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya
mereka yang terlibat dalam klinik-klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan penyakit
bukan hanya merupakan gejala biologis, melainkan juga gejala sosial-budaya. Mereka segera
manyadari bahwa kebutuhan kesehatan dari negara-negara berkembang tidaklah dapat dipenuhi
sekedar memindahkan pelayanan kesehatan dari negara-negara industri.
Dimensi teoritis dan terapan
Perkembangan perhatian antropologi terhadap masalah-masalah kesehatan dan penyakit sebagian
bermotivasi teoritis karena kepercayaan dan praktek-praktek pengobatan merupakan kateogori
utama dalam semua kebudayaan, suatu keterangan yang lengkap dari setiap kebudayaan menutut
agar perhatian yang sama juga diberikan pada pranara-pranata kesehatan seperti halnya dengan
pranata-pranata politik, ekonomi, sosial, religi dan sebagainya. Namun dalam pertumbuhanya
perhatian para ahli antropologi dalam lapangan kesehatan dan penyakit, memiliki dimensidimensi praktis juga banyak hasil penelitian telah diterapkan, dilaksanakan dalam kerjasama
dengan petugas-petugas di berbagai program dan proyek kesehatan dengan tujuan akhir
meningkatkan pelayanan kesehatan atau dalam rangka pemahaman terhadap komponenkomponennya sehubungan dengan timbulnya penyakit.
Berdasarkan pemaparan ini, Menurut Foster dapat disimpulkan bahwa antropologi kesehatan
adalah istilah yang digunakan oleh ahli-ahli antropologi untuk mendeskripsikan penelitian
mereka yang tujuannya adalah definisi komprehensif dan interpretasi mengenai hubungan timbal
balik biobudaya, antara tingkah laku manusia di masa lalu dan masa kini dengan derajat
kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut. Dan partisipasi profesional mereka dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan
antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat ke
arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

B.

Antropologi Kesehatan dan Ekologi

1.

Ekosistem dan Sistem Sosial Budaya

Selama tahuntahun terakhir, makin banyak ahli antropologi yang menaruh perhatian pada
masalahmasalah kesehatan lingkungan biobudaya, yang paling baik dipelajari melalui apa yang
disebut Bates sebagai pandangan ekologis. Tidak mengherankan bahwa pandangan ekologis
ternyata cocok bagi ahli antropologi, karena dalam kenyataannya, pandangan itu merupakan
lanjutan dari lingkungan dan komuniti biotiknya dalam pendekatan antropologi yang
fundamental: yakni perhatian kepada sistemnya.
Suatu sistem menurut definisi kamus Webster edisi kedua, adalah agregasi atau
pengelompokan objekobjek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau
saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh
alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral, dan berfungsi,
beroperasi atau bergerak dalam kesatuan. Dalam antropologi, sudah tentu yang dimaksud sebagai
keseluruhan integral adalah suatu sistem sosialbudaya, atau dengan kata yang lebih umum,
suatu kebudayaan. Dalam ekologi keseluruhan integral adalah suatu ekosistem suatu interaksi
antara kelompok tanaman dan satwa dengan lingkungan non hidup mereka.
2.

Perhatian Ekologis dari Para Ahli Antropologi Kesehatan

Para ahli antropologi kesehatan, yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi,
menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya, tingkah
lakunya, penyakit-penyakitya, dan caracara dimana tingkah laku dan penyakitnya
mempengaruhi evolusi dan kebudayaan melalui proses umpanbalik. Dalam dunia masa kini,
pendekatan ekologis adalah dasar bagi studi tentang masalahmasalah epidemiologi, caracara
dimana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya
penyakit yang berbedabeda dalam populasi yang berbedabeda pula. Dalam studi ekologi, kita
harus memulainya dengan lingkungan. Lingkungan dapat bersifat alamiah dan sosio-budaya.
Dari lingkungan inilah tercipta penyakit dan nutrisi yang mempengaruhi hidup manusia.
3.

Paleopatologi

Ahliahli patologi, anatomi dan ahliahli antropologi fisik telah banyak belajar mengenai
penyakitpenyakit dan lukaluka pada sesuatu yang dianggap manusia purba. Namun ada
keterbatasan yang mungkin tidak akan pernah terkembatani, yang menghambatnya untuk
mengetahui semua yang ingin diketahui. Pada umumnya, hanya penyakitpenyakit yang
menunjukkan buktibukti yang nyata pada tulang saja yang dapat diidentifikasi. Berdasarkan
hasil penelitian para ahli ini, dinyatakan bahwa manusia modern memiliki fisik lebih lemah
daripada manusia yang dianggap purba. Anehnya pula ditemukan bahwa pada masa pertanianlah

yang telah menambah jenis-jenis dan frekuensi penyakit pada manusia. Hal ini disebabkan
sanitasi yang buruk dan kontak fisik dengan hewan ternak mereka.
4.

Penyakit dan Evolusi

Penyakitpenyakit infeksi telah merupakan faktor penting dalam evolusi manusia selama 2 juta
tahun atau lebih, melalui mekanisme evolusi dari proteksi genetik maka nenek moyang kita
dapat mengatasi ancamanancaman penyakit dalam kehidupan individu dan kelompok.
Munculnya gen yang memberikan resistensi terhadap malaria dalam suatu populasi di Afrika
barat adalah salah satu contoh yang dramatis dari proses evolusi tersebut. Gen tersebut disebut
dengan sickle-cell anemia yang menurut livingstone disebabkan dengan perkembangan
pertanian.
5.

Makanan dan Evolusi

Dalam buku Foster disebutkan bahwa pada masa lampau manusia adalah herbivorus. Setelah
tidak lagi memakan tumbuhan dan mulai mengenai pakan hewani, tubuh manusia mengalami
perkembangan. Namun setelah terjadi ketergantungan terus-menerus terhadap nutrien sayuran,
ketidakseimbangan nutrisi dapat mengarah kepada kekurangan asam amino yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Kebiasaan makan dan tradisi juga juga dapat
menghasilkan tekanan selektif yang memberi kesempatan baik lebih banyak bagi lebih satu tipe
gen dari satu tipe gen yang lain.
6.

Epidemiologi

Bila kita mempelajari studistudi epidemiologi pada masa kini maupun di masa lalu, patut kita
catat karya ahliahli sosiologi kodokteran yang lebih banyak menjadikan bidang ini sebagai
lapangan perhatian khusus mereka daripada ahliahli ilmu perilaku lainnya. Secara singkat
epidemiologi berkenaan dengan distribusi dalam tempat dan prevalensi atau terjadinya penyakit,
sebagaimana lingkungan alam atau lingkungan ciptaan manusia serta tingkah laku manusia.
Para ahli epidemiologi mempunyai tugas membuat korelasi-korelasi dalam hal insiden penyakit
dalam hal menetapkan petunjuk tentang pola-pola penyebab penyakit yang kompleks, atau
tentang kemungkinan-kemungkinan dalam pengawasan penyakit. Epidemiologi berorientasi pada
usaha mncapai suatu tujuan, dalam arti tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan. Dalam sejarahnya keberhasilan
epidemiologi patut dicatat dalam berbagai pencegahan penyakit, misalnya penyakit gondok perlu
ditangani dengan pemberian yodium. Akhir praktis dari studi-studi epidemiologi dibuktikan
dengan kenyataan bahwa ilmu ini merupakan landasan ilmiah bagi sebagian besar profesi
kesehatan masyarakat.
7.

Misteri Kuru

Kuru, merupakan nama penyakit yang ditemukan pada penduduk Fore Selatan, di Dataran Tinggi
Timur Papua Nugini. Penyakit furu menunjukkan karakteristik epidemiologis yang tidak lazim.
Ditemukan bahwa penderitanya berpengaruh kuat pada garis keturunan. Dengan penyakit
misterius ini, pada tahun 1957 Carleton Gajdusek meneliti masyarakat ini selama 10 bulan.
Dalam penelitiannya dia menyatakan bahwa ...dibutuhkan mutasi yang dominan atau setengah
dominan yang pasti telah timbul pada seorang individu, berabad-abad sebelum kelompok itu
memiliki kemajuan yang demikian selektif, sehingga gen itu dapat menyebar pada ribuan
keturunan dari sel pembawa pertamanya.
Dengan demikian kuru mempunyai ciri sebagai penyakit makhluk manusia pertama yang
disebabkan oleh virus yang bekerja lamban. Furu sering didentikkan dengan praktek kanibalisme
yang membudaya. Fraktek kanibalisme tersebut dipraktekkan dengan memasak otak wanita yang
telah meninggal untuk dimakan oleh wanita lain yang merupakan keluarganya, dan sisanya
dibagikan kepada anak-anaknya. Praktek kanibalisme ini kemudian dilarang keras, dan pada
akhirnya penyebaran penyakit kuru mulai berkurang. Tetapi yang masih menjadi pertanyaan
adalah bagaimana awal mula penyakit ini dapat menjangkiti warga Furu selatan dan bagaimana
virus tersebut tersembunyi menjelang tahun 1910.
8.

Ekologi dan Pembangunan

Kebalikan dengan gerakan ekologi Amerika akhirakhir ini, bagi sebagian terbesar penduduk
dunia, istilah pembangunan mempunyai konotasi yang positif. Mereka yakin bahwa melalui
pembangunanlah maka pemanfaatan yang rasional atas sumber daya manusia dan fisik dapat
diperoleh, kemiskinan dapat diberantas, pendidikan menjadi universal, penyakit dapat diatasi,
dan standar kehidupan menjadi dapat diterima.
Pembangunan memang harus ada karena tidak ada alternatif lain bagi dunia yang semakin padat.
Namun ada pembangunan yang baik, dan pembangunan yang buruk. Kebudayaan adalah sistem
kkeseimbangan yang rumit yang tidak akan berubah begitu saja, sehingga inovasi yang dianggap
baik oleh suatu bidang (misalnya pertanian) kemudian menimbulkan perubahan-perubahan
kedua dan ketiga dibidang lain (misalnya kesehatan) yang dampaknya melebihi keuntungan yang
diharapkan. Hampir selalu terdapat konsekuensi-konsekuensi yang tak terduga pada inovasi
yang terencana beberapa diantaranya ada yang baik, namun banyak yang kemudian menjadi
tidak diinginkan. DuBos menyatakan model konsekuensi yang tak terduga yang berorientasi
budaya ini dengan istilah ekologi.
Hughes dan Hunter berpendapat bahwa setiap program yang merubah hubungan yang telah ada
antara manusia dan lingkungannya, haruslah dilihat dari kerangka ekologi. Pembangunan yang
sukses juga sering secara berarti menimbulkan penyakit-penyakit tertentu, menimbulkan
masalah-masalah kesehatan yang sebelumnya tidak ada atau yang relatif lebih sedikit. Penyakit
penghambat pembangunan; sehingga penyakit merupakan daya pendorong bagi timbulnya
perkembangan layanan-layanan kesehatan.

9.

Penyakitpenyakit Pembangunan

Tidak semua penyakit secara sama dipengaruhi oleh pembangunan, walaupun tampaknya semua
keseimbangan penyakit, pada tingkatan tertentu, dipengaruhi oleh perubahanperubahan akibat
pembangunan. Memang ada beberapa penyakit yang prevalensinya telah amat luas tersebar
melalui kegiatankegiatan pembangunan, sehingga Hughes dan Hunter menganjurkan
penggunaan istilah penyakitpenyakit pembangunan atau dengan istilah lain yang serupa,
penyakitpenyakit iatrogenik yang terjadi akibat pengobatan medis dan penyakit penyakit
developo genik.
Penyebab-penyebab lahirnya penyakit Pembangunan adalah sebagai berikut.
a.

Pembangunan lembah sungai,

b.

Pembudidayaan tanah,

c.

Pembangunan jalan raya,

d.

Urbanisasi, dan

e.

Program-program kesehatan masyarakat.

C.
1.

Sistem Medis
Sistem medis sebagai strategi adaptasi sosial-budaya

Dalam subbab ini, pemakalah akan memaparkan mengenai kerangka berfikir pranata sosiobudaya. Selain itu, penulis juga akan strategi adaptasi biologis yang dianggap melahirkan evolusi
manusia, dan strategi adaptasi sosial-budaya yang melahirkan sistem medis, tingkah laku dan
bentuk-bentuk kepercayaan yang berlandaskan budaya, yang timbul secara respon terhadap
ancaman-ancaman yang disebabkan oleh penyakit.
Penyakit merupakan kondisi manusia yang dapat diramalkan; dan merupakan gejala biologis
maupun kebudayaan yang bersifat universal. Dalam ketiadaan keterampilan untuk
menyembuhkan, maka menghindar atau meninggalkan adalah perilaku adaptif, yang merupakan
sejenis obat preventif, dimana karantina primitif mengurangi bahaya terkenanya individuindividu yang sehat oleh kuman-kuman atau virus yang menular. Seperti halnya pada hewan,
individu yang mengidap penyakit infeksi menghadapkan rekan-rekannya pada epidemi penyakit.
Namun pada dasarnya manusia lebih sering berusaha menyembuhkan si sakit, daripada
mengkarantinanya. Bentuk perhatian ini bukan semata-mata manusiawi, walaupun ada pada
sebagian masyarakat merawat yang sakit, melainkan suatu bentuk tingkah laku adaptif baru yang
didasari logika dan juga rasa kasih. Setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam

kehidupan. Ketika penyakit menyerang, peran tersebut akan tidak dapat dilakoninya. Oleh karena
itulah diperlukan adanya perawatan pada penderita sakit. Hal ini dimaksudkan agar penderita
dapat kembali pada perannya ketika telah sembuh.
Upaya penyembuhan ini akan menghasilkan waktu yang cukup banyak dan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu masyarakat pada akhirnya menciptakan suatu strategi adaptasi baru
dalam menghadapi penyakit. Strategi ini memaksa manusia untuk menaruh perhatian utama pada
pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam usahanya untuk menanggulangi penyakit, manusia
telah mengembangkan suatu kompleks luas dari pengetahuan, kepecayaan, teknik, peran, normanorma nilai-nilai, ideologi, sikap, adat-istiadat, upacara-upacara dan lambang-lambang yang
saling berkaitan dan membentuk satu sistem yang saling menguatkan dan saling membantu.
(Saunders 1954:7) kompleks yang luas tersebut dan halhal lainnya yang kita anggap dapat
dittambahkan pada daftar tersebut, membentuk suatu sistem medis.
Istilah tersebut mencangkup keseluruhan dari pengetahuan kesehatan, kepercayaan,
keterampilan, dan praktek-praktek dari para anggota dari tiap kelompok. Istilah tersebut harus
digunakan dalam artian komperehensif yang mencangkup seluruh aktivitas klinik, pranatapranata formal dan informal serta segala aktivitas lain, yang betapapun menyimpangnya,
berpengaruh terhadap derajat kesehatan kelompok tersebut dan meningkatkan berfungsinya
mesyarakata secara optimal.
2.

Teori penyakit dan sistem perawatan kesehatan

Untuk merumuskan satu konsep yang mengikuti seluruh sistem medis adalah suatu masalah
tersendiri, sedangkan menganalisis dan mengkajinya adalah masalah lain. Maka dalam
pelaksanaan, Foster mencari subsistem atau pranata-pranata ganda di dalam suatu sistem medis
agar dapat menanganinya secara sistematis. Sistem medis dari semua kelompok setidaknya
terpecah dalam dua kategori dasar, yaitu; suatu sistem teori penyakitdan sistem perawatan
kesehatan.
Suatu sistem teori penyakit meliputi mengenai kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-citi
sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan
oleh para dokter. Sistem-sistem teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang
diberikan oleh penduduk mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan mengenai pelanggaran
tabu mengenai pencurian jiwa orang mengenai keseimbangan antara unsur panas-dingin dalam
tubuh atau kegagalan pertahanan immunologi organ manusia terhadap agen-agen patogen seperti
kuman-kuman dan virus. Dengan demikian, suatu sistem teori bagian dari orientasi kognitif
anggota-anggota kelompok tersebut.
Suatu sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara
sejumlah orang, setidaknya pasien dan penyembuh. Fugsi yang terwujudkan dari suatu sistem
perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi sumber-sumber daya si pasien, yakni
keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyertakan mereka untuk mengatasi masalah tersebut.

Sumber
http://cintasejarahislam.blogspot.co.id/2012/09/sumber-sumber-danlingkungan.html
http://aweerslank.blogspot.co.id/2011/06/antropologi-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai