Disusun Oleh:
Ardi Natasoni (1713201061)
Vivin Andika Juni (1713201067)
Jefrizal (17132010 )
Geby Firginia (1713201060)
Alda mayuni (1713201066 )
Yolanda (1713201065 )
Indri Masturah Putri (1713201059)
Dosen: Widya Nengsih S.ST,M.KES
S1 Kesehatan Masyarakat
Kelas 1B
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
nikmat dan kasih sayang–Nya kepada kami karena hanya dengan izin–Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Antropologi Kesehatan ini
dengan baik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Antropologi Kesehatan yang telah
memberikan pengarahan, bantuan serta dukungannya kepada kami selama membuat tugas
makalah ini.
Seperti kata pepatah “ Tak ada gading yang tak retak “ kami pun menyadari bahwa
makalah yang telah kami susun ini masih banyak kekurangan baik secara sistematika
penulisan, bahasa, dan penyusunannya.
Oleh karena itu, kami memohon saran serta pendapat yang dapat membuat kami menjadi
lebih baik dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah– mudahan karya tulis yang kami
buat menjadi bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi pembacanya
DAFTAR ISI
A. Kata Pengantar_______________________________________1
B. Daftar Isi____________________________________________2
C. Bab I Pedahuluan
I. Latar Belakang__________________________________3
II. Rumusan Masalah_______________________________4
III. Tujuan ________________________________________4
D. Bab II Isi
I. Bidang Baru Antropologi Kesehatan ________________5
II. Akar dari Antropologi Kesehatan___________________6
III. Dimensi Teoritis dan Terapan______________________9
E. Bab III Penutup
I. Kesimpulan____________________________________10
II. Daftar Pustaka__________________________________10
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang
memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi keduanya sepanjang kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai
aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan
memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya
obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran,
cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi
kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas
kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam bidang kesehatan itu
sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting
untuk dikuasai dan dipahami. salah satunya yaitu antropologi kesehatan.
Di dalam antropologi kesehatan itu sendiri tercakup materi mengenai perkembangan
antropologi kesehatan dimana di dalam perkembangannya menyangkut hal-hal yang penting
untuk dipelajari, yaitu : lahirnya bidang baru antropologi kesehatan, hubungan antara sosial
budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan, akar dari
antropologi kesehatan, serta dimensi teoris dan terapan dalam antropologi kesehatan.
2. Etnomedisin
Etnomedisin yakni ‘’kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit,
yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan ekspilit tidak berasal dari
kerangka konseptual kedokteran modern’’(Hughes 1968:99), merupakan urutan langsung dari
awal perhatian ahli-ahli antropologi mengenai system medis non-barat. Sejak awal penelitian
mereka lebih dari 100 tahun yang lalu, para ahli antropologi secara rutin mengumpulkan data
mengenai kepercayaab dalam pengobatanpada penduduk yang mereka teliti, dengan cara dan
tujuan yang sama dengan yang mereka lakukan dalam pengumpulan data mengenai aspek-aspek
kebudayaan lainnya: untuk menghasilkan tulisan etnografi yang selengkap mungkin.
Ahli antropologi yang sekarang bekerja dibidang-bidang kesehatan telah ‘’menangkap
kembali’’ dan memberikan nama formal-etnomedisin- bagi studi-studi tradisional mengenai
pengobatan non barat dam menjadikannya sebagai bagian dari spesialisasi mereka. Setelah
antropologi kesehatan berkembang, terutama dalam bidang-bidang yang luas seprti kesehatan
masyarakat internasional dan psikiatri lintas budaya (psikiatri transkultural); kepentingan
pengetahuan praktis maupun teoritis mengenai system pengobatan non-barat semakin tampak.
Pengakuan tersebut telah memperbaharui perhatian dalam penelitan etnomedisin, dan
mengangkatnya sebagai salah satu pokok penting dalam antropologi kesehatan.
3. Studi-Studi tentang Kebudayaan dan Kepribadian
Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi, psikiater dan ahli-ahli ilmu tingkh
laku lainnya mulai mempertanyakan kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat, dan lingkungan
sosial budaya dimana tingkah laku itu terjadi. Pertanyaan tersebut dilontarkan setelah
mengobservasi berbagai variasi tingkah laku manusia.
Jangkauan dari topic-topik yang menarik perhatian para ahli antropologi dan para ahli ilmu-
ilmu perilaku dalam bidang baru tersebut dilukiskan oleh judul-judul publikasi yang
representative ‘’Antrhropological data on the problem of instinct’’ (Mead 1924). Yang menarik
adalah, hamper semua antropologi ‘’kesehatan’’ ini terdapat dalam majalah-majalah psikiatri;
dan sangat sedikit tulisan di temukan dalam publikasi-publikasi antropologi yang utama.
Walaupun bagian terbesar penelitian kepribadian dan kebudayaan bersifat teoritis, beberapa
ahli antropologi yang menjadi pimpinan dalam gerakan tersebut menaruh perhatian besar pada
cara-cara penggunaan pengetahuan antropologi dalam peningkatan taraf perawatan kesehatan.
4. Kesehatan Masyarakat Internasional
Pada tahun 1942 Pemerintah Amerika Serikat memprakarsai kerjasama program-program
kesehatan dengan sejumlah pemerintah di negara Amerika Latin, sebagai dari bagian program
bantuan teknik yang lebih luas. Dengan terbentuknya World Health Organization (WHO), maka
program-program kesehatan masyarakat utama yang bersifat bilateral dan multilateral di negara-
negara seang berkembang merupakan sebagian dari gambaran dunia. Petugas-petugas kesehatan
yang bekerja dilingkungan yang bersifat lintas-budaya lebih cepat menemukan masalah daripada
mereka yang bekerja dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang terlibat dalam
klinik-klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan penyakit bukan hanya merupakan gejala
biologis, melainkan juga gejala sosial-budaya.
Para ahli antropologi dapat menjelaskan pada petugas kesehatan mengenai bagaimana
kepercayaan-kepercayaan tradisional serta praktek-prakteknya bertentangan dengan asumsi-
asumsi pengobatan barat, bagaimana faktor-faktor sosial mempengaruhi keputusan-keputusan
perawatan kesehatan dan bagaimana kesehatan dan penyakit semata-mata merupakan aspek dari
keseluruhan pola kebudayaan, yang hanya berubah bila ada perubahan-perubahan soaial budaya
yang mencakup banyak hal.
Dimulai pada awal tahun 1950-an, para ahli antropologi mampu mendemonstrasikan
kegunaan praktis dari pengetahua mereka dan metode-metode penelitian mereka kepada petugas-
petugas kesehatan masyarakat internasional, yang banyak antaranya menerima mereka dengan
tangan terbuka. Antropologi memberikan gambaran tentang sebab-sebab dari banyaknya
program-program yang kurang memberikan hasil seperti diharapkan, dan dalam beberapa hal
juga mampu menunjukan saran-saran untuk perbaikan. Pendekatan antropologi juga dapat
diterima pula oleh petugas-petugas kesehatan masyarakat, oleh karena tidak mengancam mereka
secara professional.