Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama dengan
judul “Antropologi Kesehatan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
psikososial dan kebudayaan kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kuningan, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1  Definisi Antropologi Kesehatan.

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek


biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia.

Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi kesehatan
diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap
"ill" dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai
budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi
dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang
biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran
dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di
masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara
Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

Dalam kenyataannya, Antropologi mempelajari semua mahluk manusia yang pernah


hidup pada semua waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini. Mahluk manusia ini
hanyalah satu dari sekian banyak bentuk mahluk hidup yang ada di bumi ini yang
diperkirakan muncul lebih dari 4 milyar tahun yang lalu.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu


kesehatan lain sebagai berikut:

1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan


termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat
dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh
pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran
antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan
mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
2. Memberikan suatu model yang secara operasional
berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian.
Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan, antara
lain:

  Antropologi fisik/biologi/ragawi,
Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu
juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
  Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif
atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe
ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah.
  Kepribadian dan budaya,
adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia. Misalnya:
perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat
digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.
  Kesehatan Masyarakat,
dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan antropologi untuk menjelaskan
hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

2.2 Sejarah Perkembangan antropologi Kesehatan

1.  Tahun 1984 Rudolf Virchow,


menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehatmaupun yang sakit,
maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukumsebagai dasar struktur sosial, untuk
menjadikan efektif hal-hal yang inherendalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran
dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka
kedokteran dapatditetapkan sebagai antropologi.
2.   Tahun 1953,
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan
yang ditulis berjudul “Appied Anthopology”. Tulisan ini merupakan tour the force yang
cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah
menciptakan suatu subdisiplin baru.
3.  Tahun 1963,
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran
dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu
antropologi.
4.  Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan
ini adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsal (1963) yang berjudul Medical
Behaviour Sciene yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang
terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem
medis bagi Antropologi.

2.3  Kegunaan Antropologi Bagi Ilmu-ilmu Kesehatan


Anderson (2006 : 247) menyatakan bahwa kegunaan antropologi bagi ilmu-ilmu kesehatan
terletak dalam 3 kategori utama :

a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas


dalam memandang masyarakat secara keseluruhan maupun para anggota individual
mereka. Ilmu antropologimenggunakan pendekatan yang menyeluruh atau bersifat
sistem, dimana peneliti secara tetap menanyakan, bagaimana seluruh bagian dari sistem
itu saling menyesuaikan dan bagaimana sistem itu bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara operasional
berguna untuk menguraikan proses-proses perubahan sosial dan buaya dan juga untuk
membantu memahami keadaan dimana para warga dari “kelompok sasaran” melakukan
respon terhadap kondisi yang berubah dan adanya kesempatan baru.
c. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu metodologi penelitian
yang longgar dan efektif untuk menggali serangkaian masalah teoritis dan praktis yang
sangat luas, yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan.
Begitu pula sebaliknya, menurut Anderson (2006 : 244) ilmu-ilmu kesehatan
menawarkan kepada ilmu antropologi berbagai bidang yang khusus, yang langsung dapat
dibandingkan dengan subjek-subjek tradisional seperti masyarakat rumpun dan desa-
desa.

Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat


penting sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan
antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara
budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Anderson (2006 : 3) menyatakan bahwa antropologi kesehatan adalah disiplin
biobudaya yang memberi perhatian kepada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari
tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi ntara keduanya di sepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Antropologi kesehatan ini tidak serta merta muncul dengan sendirinya, akan tetapi
antropologi kesehatan ini mempunyai akar. Anderson (2006 : 4) menyatakan antropologi
kesehatan kontemporer mempunyai 4 sumber :

  Perhatian ahli antropologi fisik


terhadap topik-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi, komparatif, tipe-tipe ras
genetika, dan serologi.
  Perhatian etnografi tradisional
terhadap pengobatan primitif, termasuk ilmu sihir dan magis.
  Gerakan “kebudayaan dan kepribadian”
pada akhir 1930-an dan 1940-an yang merupakan kerjasama antara ahli-ahli psikiatri
dan antropologi.
 Gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia II.
Untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan tidaklah mudah, dibutuhkan
pegalaman, naluri dalam menyikapi masalah.

 Akar dari Antropologi Kesehatan


1. Antropologi fisik
 Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan penelitian di
sekolah-sekolah kedokteran (anatomi)
 Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan
 Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter

Hasan dan Prasad (1959) menyusun daftar lapangan studi


antropologi kesehatan yang meliputi:

 Nutrisi dan pertumbuhan


 Korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang luas dari penyakit-penyakit,
misal radang pada persendian tulang (arthritis), tukak lambung (ulcer), kurang
darah (anemia) dan penyakit diabetes.
 Underwood pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyakit yang
berbeda-beda pada berbagai populasi yang terkena sebagai akibat dari faktor-
faktorbudaya, misal: migrasi, kolonisasi dan meluasnya urbanisasi
 Fiennes
Penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu
konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup yang beradab,
dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan
berkembangnya pemukiman penduduk yang padat
 Kedokteran forensik,
 Suatu bidang mengenai masalah-masalah
kedokteranhukum yang mencakup identifikasi misal: umur, jenis
kelamin, dan peninggalan ras manusia yang
didugamati karena unsur kejahatan serta masalah penentuan
orang tua dari seorang anak melalui tipe darah, bila terjadi
keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya.
 Dalam usaha pencegahan penyakit
Penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok penduduk
yang memiliki risiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya
mengandung sel sabit (sickle-cell) dan pembawa penyakit
kuning (hepatitis).
Para ahli ini telah memanfaatkan pengetahuan mereka mengenai
variasi manusia untuk membantu dalam bidang teknik biomedikal
(biomedical engineering).
2.3 Masyarakat Rumah Sakit
 Komunitas, masyarakat, sosialisasi, enkulturisasi
•       Komunitas : Sekelompok orang yg tinggal dalam wilayah sama, terikat norma,
interkasai, terus menerus, sentimen kebersamaan (merasa tempat mengabdi,
berkarya, kebersamaan, meringankan beban)
•       Masyarakat : Sekumpulan orang yg heterogen (masyarakat sunda, jawa, desa, kota)
•       Sosialisasi : Proses memainkan peranan sesuai yg diharapkan orang lain ( Provider,
konsultan, rourcer, edukator, ekpert)
•       Enkulturisasi : Proses penanaman nilai budaya dari satu generasi ke generasi lainnya
seumur hidup ( Kata-kata, ucapan, permainan, suportifitas, disiplin, mengahragi
prestasi, perilaku, cerita, budaya pernihakan, selamatan dsb.

 Kebudayaan rumah sakit


•          Pasien
•          Profesional
•          Birokrat
•          Masyarakat

 Kebudayaan RS perspektif pasien

1. Tidak enak, harus bayar, tidak gratis,


2. Etiologi : naturalistik, memerangi penyakit ke dokter, persolaistik, disebabkan roh
jahat, salah makan, kuman, dsb.
3. Di negara lain : lebih enak jadi pasien, dapat makan teratur, diperhatikan, tempat
rekreasi, dibayar asuransi
4. Persepsi sehat sakit : Publik pain, menyatakan sakit, menyembunyikan sakit

 Kebudayaan RS perspektif professional


•       Ada kelainan sistem, organ, jaringan, sel, gangguan keseimbangan host, agent,
environmen
•       Ketidak seimbangan bio,psiko, sosio, cultural, spiritual
•       Sehat kondinsi yang dinamis dan holistik, produktivitas
•       Pelayanan profesional, SOP, standarisasi, butuh waktu, ilmu, teknologi, perhatian,
istirahat, pola makan, obat, adaptasi.
•       Butuh biaya, alat, obat, sarana dan prasarana, SDM, pengembangan IPTEK

 Kebudayaan RS perspektif Birokrasi


•       Perlu pengaturan 6 M (man, money, material, market, machine, methoda)
•       Perlu aturan yg jelas hak dan kewajiban
•       Perlu pengembangan IPTEK dan SDM
•       Perlu pemahaman budaya kerja, nilai, norma, hukum.
•       Perlu sosialisasi, pendidikan, pembelajaran, pemahaman, managemen / pengaturan
diri dan orang lain
Perspektif trancultural nursing
•       Metha theory
•       Grand theory
•       Midle theory
•       Practice theory
 Cultural shocial

Tidak berdaya, tidak mampu beradaptasi, ketidak nyamanan, disorientasi, Menangis,


meringis, meronta tertawa, minta doa, benda, kemenyan, dsb

 Transcultural nursing
•       Area wilayah keilmuan budaya yg fokus memandang perbedaan dan persamaan
antara budaya keperawatan meliputi perspektif sehat, sakit yg didasarkan pada
nilai budaya kemanusiaan, kepercayaan dan tindakan yg digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan manusia secara utuh (Leininger, 2002)

Tujuannya keperawatan transkultural


•       Mengidentifikasi, menguji, memahami keperawatan dari aspek budaya yg
spesifik dari pasien dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
•       Asumsi yang dikembangkan : Perilaku Caring yaitu memahami manusia dg
sentuhan kasih sayang, empati, human caring dan tulus ikhlas.
•       Human caring diekpresikan dalam perasaan, ucapan, perbuatan yg
memandang manusia secara utuh dan memanusiakan manusia.

 Konsep trancultural nursing

1. Human caring  keperawatan transkultur berfokus untuk kepentingan kesehatan,


penyembuhan, dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan lembaga.
2. Setiap budaya memiliki kepercayaan tertentu, nilai, dan pola kepedulian dan
penyembuhan yang perlu ditemukan, dipahami, dan digunakan dalam merawat
orang-orang dari budaya yang berbeda-beda atau mirip.
3. Keperawatan transcultural pengetahuan dan kompetensi yang imperatif untuk
memberikan makna, kongruen, aman, dan menguntungkan praktek perawatan
kesehatan. Ini adalah hak asasi manusia yang kebudayaan memiliki nilai-nilai
peduli budaya mereka, kepercayaan, dan praktek-praktek dihormati dan
merenung dimasukkan ke dalam perawatan dan layanan kesehatan.
4. Budaya dan kesehatan perawatan berdasarkan kepercayaan dan praktek-praktek
kesehatan bervariasi di barat dan non-budaya barat dan dapat berubah dari
waktu ke waktu.
5. Komparatif pengalaman perawatan budaya, makna, nilai, dan pola budaya
perawatan sumber dasar pengetahuan keperawatan lintas untuk menuntun
keputusan menyusui.
6. Generic (emik, folk) dan profesional (etik) pengetahuan dan praktik perawatan
sering memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dasar yang perlu
dinilai dan dipahami sebelum menggunakan informasi dalam perawatan klien.
 Karakteristik budaya (Leininger, 1978)

1. Pengalaman yg bersufat universal sehingga tidak ada budaya yg sama persis


2. Budaya bersifat stabil , dimanis, diturunkan dari generasi ke generasi
berikutnya sehingga mengalami perubahan
3. Budaya diisi dan ditentukan kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari

 Konsep budaya dalam transcultural

1. Budaya adalah norma, tidakan yg dipelajari yg memberi petunjuk berfikir,


bertindak dalam mengambil keputusan
2. Nilai budaya adalah keinginan yg dipertahankan pada waktu tertentu yg mela
ndasi keputusan
3. Perbedaan budaya dalam asuhan mengacu yg dibutuhkan berupa menghargai
nilai individu, kepercayaan, tindakan, kepekaan lingkungan
4. Etnosentris adalah persepsi yg dimiliki individu menganggap budayanya yg
terbaik
5. Etnis adalah berkaitan ras, klompok budaya, digolongkan menurut ciri,
kebiasaan, kelaziman.
6. Ras adalah perbedaan macam nanusia didasarkan karakteristik fisik, piqmen,
bentuk tubuh, wajah, bulu, ukuran tertentu.
7. Etnografi adalah ilmu yg memprelajari budaya
8. Care adalah fenomena yg berhubungan bantuan, bimbingan perilaku pada
individu, klompok untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas
kehidupan
9. Caring adalah tindakan langsung dalam asuhan perawatan yg membimbing,
membantu, mengantisipasi kebutuhan
10. Cultural care : kemampuan kognitif, afektif, dalam menilai kepercayaan,
ekpresi yg digunakan dalam membantu pasien
11. Cultural imposition adalah Kecendrungan tenaga kesehatan memaksakan
praktik, nilai diatas budaya dan kepercayaan pada orang lain
 Paradigma trancultural
•          Manusia
•          Sehat
•          Lingkungan
•          Keperawatan
 Manusia

1. Individu, kluarga, klompok yg memiliki nilai dan norma


2. Digunakan dalam menetapkan pilihan dan keputusan
3. Memiliki kecendrungan mempertahankan budayanya
dimanapun berada.

 Sehat
•       Keseluruhan yg mengisi aktivitas kehidupan
•       Terletak rentang sehat dan sakit
•       Merupakan keyakinan, nilai, pola kegiatan yg digunakan dalam enjaga dan
memelihara keadaan seimbang
•       Dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari
•       Klien dan perawat mempunyai tujuan yg sama mempertahankan kesehatan
dalam rentang sehat-sakit
 Lingkungan
•       Keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayan dan
perilaku klien
•       Totalitas kehidupan dimana klien berinteraksi dg budayanya dalam bentuk fisik,
sosial dan simbolik
•       Terdapat tata kelakuan, aturan, struktur, , simbol, sosialisasi, dan rasa aman,
memiliki, terisolasi.
 Keperawatan
•       Merupakan proses rangkaian praktik yg diberikan pada klien dg latar belakang
budaya untuk mewujudkan kemandirian individu sesuai budaya yg diyakini
•       Meliputi : Pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi
2.4 PANDANGAN PARA AHLI ANTROPOLOGI TERHADAP PENYAKIT

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan


dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang menjadi kajian
disiplin ilmu ini adalah:

1. penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes),


2. beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun
supernatural atau penyihir,
3. kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok
masyarakat,
4. healers yang mempunyai peranan sebagai penyembuh,
5. perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual,
terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20, pada tahun
1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan
prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia
menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-
syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3 padangan
dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem
kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.

Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya diungkapkan dalam
bentuk lima generalisasi yaitu:

1. studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan konfigurasi
budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt dimana pola medis berada
dalam totalitas tersebut,
2. ada begitu banyak pengobatan primitif,
3. bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional
saling berkaitan,
4. pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi
budaya,
5. manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan pengobatan
gaib.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog, perilaku


sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model penjelasan penyakit explanatory model ), peran dan karir
seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien,
penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu
kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan.
Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam
masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa
lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian
pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional antropolog
dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan
kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang
akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat
tinggal. Antropologi Kesehatan dianggap sebagai ‘antropologi dari obat” (segi teori) dan
‘Antropologi dalam pengobatan’ (segi praktis atau terapan).

Pandangan ahli antropologi penyebab orang sakit ada dua hal yaitu:

1. Secara personalistik (secara personal)

Secara personalistik (secara personal) penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi


dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supanatural (mahluk gaib atau
dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun
mahluk manusia (tukang sihir attau tukang tenung). Orang yang sakit adalah korbanya,
objek dari agresi atau hukuman yang ditunjukan khusus kepadanya untuk alasan-
alasan yang khusus menyangkut dirinya saja. Kepercayaan tentang kausalitas penyakit
yang bersifat personalistik menonjol dalam data-data medis dan kesehatan yang
tercatat dalam etnografi klasik tentang masyarakat-masyarakat “primitif” (masyarakat
yanng belum berkembang). Hal ini termasuk kelompok-kelompok seperti penduduk-
penduduk pribumi. Sebagian besar dari kelompok ini (pada mulanya) relatif kecil,
terisolir, buta askara, dan kurang kontak dengan peradaban tinggi.

Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya.
Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu
(kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan
yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di
tengah-tengah masyarakat tersebut.

2. Secara naturalistik

Secara naturalistik penyakit dijelaskan dengan istilah sistemik yang bukan pribadi.
Sistem-sistem naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi
karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh
(humor atau dosha), yin dan yang berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan
kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila
keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit. Walaupun
prinsip keseimbangan dalam sistem-sistem neuralistik dieksprresikan dalam berbagai
cara, tulisan masa kini mengungkapkan peran utama panas, dingin, sebagai ancaman
pokok terhadap kesehatan. Natural, nonsupranatural, dan empiris adalah istilah-istilah
yang sejajar dengan predikat “naturalistik” namun istilah “supranatural” dan “magical”
kurang tepat karena keduanya, membutuhkan sejumlah agen yang secara konseptual
berbeda.

Istilah supranatural menunjukan kepada suatu tata kehudupan yang melewati batas
alam nyata atau alam semesta yang terlihat dan dapat diamati. Sistem-sistem etiologi
personalistik dan naturalistik sudah tentu tidaklah eksklusif satu sama lain. Etiologi-
etiologi medis personalistik merupakan bagiandari penjelasan yang lebih
komperhensif, sedangkan etiologi-etiologi naturalistik sebagian besar terbatas pada
masalah penyakit. Dengan kata lain dalam sistem personalistik, penyakit hanya
merupakan suatu kasus khusus dalam penjelasan tentang segala kemalangan. Penyakit
bukan merupakan kategori yang terpisah dari kemalangan pada umumnya.

Etiologi-etiologi yang naturalistik hanya terbatas pada penyakit-penyakit tertentu;


mereka tidak ada hubungannya dengan kekeringan, kegagalan perburuan, atau
ganguan lain dalam kehidupan.  Dalam hal terdapatnya dikotomi panas-dingin,
peranannya terbatas pada penjelasan tentang penyakit dan bimbingan untuk
pengobatanya. Masyarakat mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda
dan gejala-gejala yang diterima sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu
masyarakat.

Penyebab bersifa tnaturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh


lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam
tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit
bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan
yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan
keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat
bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat
melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai
suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti
halnya orang yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai