Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
seluk beluk manusia dan juga budayanya. Menurut
Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi berarti “ilmu tentang
manusia.” Ilmu antropologi telah berkembang dengan luas, ruang
lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas ini yang
menyebabkan timbulnya paling sedikit 5 masalah penelitian.
Koentjaraningrat (1981 : 12) mengemukakan tentang 5
masalah ini : masalah sejarah asal dan perkembangan manusia
secara biologi, masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk
manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya masalah sejarah
asal, perkembangan dan penyebaran aneka warna bahasa yang
diucapkan manusia di seluruh dunia. Masalah perkembangan,
penyebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di
seluruh dunia. Masalah mengenai azas-azas dari kebudayaan
manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa
yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini.
Dengan melihat 5 masalah di atas, sudah dapat dipastikan
terdapat ilmu-ilmu yang terdapat dalam ilmu antropologi yang
membahas tentang ke-5 masalah tersebut. Untuk memecahkan
suatu masalah sudah dapat dipastikan dibutuhkan beberapa
penelitian untuk mengetahui sumber masalah itu sendiri dan
pemecahannya. Menurut Anderson (2006 : 256) ahli antropologi
melaksanakan penelitian mereka dengan cara eksplorasi yang
relatif tanpa struktur dan meliputi masalah-masalah yang sangat
luas. Seorang ahli antropologi tidak terlalu mempersoalkan untuk
memisahkan antara masalah-masalah penelitian yang kecil dan
ketat yang dapat mereka kerjakan dengan disain-disain penelitian

1
yang dari segi estetika memuaskan, dengan masalah-masalah
umum yang luas, yang akan mengarahkan peneliti kepada banyak
jalur penemuan.
Menurut Anderson (2006 : 257) pendekatan holistik
antropologi terhadap interpretasi atas bentuk-bentuk sosial dan
budaya serta ketergantungan pokok pada observasi partisipasi
untuk mengumpulkan data dan menghasilkan hipotesis adalah hasil
dari, atau berkaitan erat dengan sampel umum dari penelitian
antropologi. Akan tetapi Anderson (2006 : 246) juga menyatakan
antropologi tidak mencukupi diri dalam menghasilkan hipotesis-
hipotesis dan topik-topik penelitian baru. Kita (ahli antropologi)
didorong oleh data dan ide-ide dari berbagai bidang lain.
Terdapat macam-macam antropologi seperti antropologi
fisik, antropologi budaya, antropologi biologi antropologi sosial,
antropologi kesehatan. Ilmu antropologi memberi sumbangan bagi
ilmu kesehatan. Anderson (2006 : 247) menyatakan bahwa
kegunaan antropologi bagi ilmu-ilmu kesehatan terletak dalam 3
kategori utama :
a. Ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas dalam
memandang masyarakat secara keseluruhan maupun para
anggota individual mereka. Ilmu antropologimenggunakan
pendekatan yang menyeluruh atau bersifat sistem, dimana
peneliti secara tetap menanyakan, bagaimana seluruh bagian
dari sistem itu saling menyesuaikan dan bagaimana sistem itu
bekerja.
b. Ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara
operasional berguna untuk menguraikan proses-proses
perubahan sosial dan buaya dan juga untuk membantu
memahami keadaan dimana para warga dari “kelompok
sasaran” melakukan respon terhadap kondisi yang berubah dan
adanya kesempatan baru.

2
c. Ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu
metodologi penelitian yang longgar dan efektif untuk menggali
serangkaian masalah teoritis dan praktis yang sangat luas, yang
dihadapi dalam berbagai program kesehatan. Begitu pula
sebaliknya, menurut Anderson (2006 : 244) ilmu-ilmu kesehatan
menawarkan kepada ilmu antropologi berbagai bidang yang
khusus, yang langsung dapat dibandingkan dengan subjek-
subjek tradisional seperti masyarakat rumpun dan desa-desa.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang di atas maka yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana latar belakang antropologi ?
2. Bagaimanakah konsep antropologi medis?
3. Faktor apakah yang mempengaruhi antropologi medis?
4. Bagaimanakah kaitan antropologi medis dan kesehatan beserta
contohnya?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui latarbelakang antropologi.
2. Untuk mengetahui konsep antropologi medis/kesehatan.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi antropologi
medis/kesehatan.
4. Untuk mengetahui kaitan antropologi medis dan kesehatan beserta
contohnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ANTROPOLOGI MEDIS


Antropologi medis adalah cabang ilmu antropologi yang
mulai berkembang setelah berakhirnya Perang Dunia II. Ilmu ini
membahas sistem kesehatan secara transkultural. Masalah lain
yang di bahas adalah adalah faktor bioekologi dan sosial budaya
yang berpengaruh terhadap kesehatan dan timbulnya penyakit.
Antropologi berdasarkan asal katanya terbagi menjadi dua
yaitu Antrophos yang berarti manusia dan Logos yang berarti ilmu.
Jadi antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia.

Ruang lingkup antropologi kesehatan yaitu :  

1. Ekologi dan Epidemiologi


Mempelajari hubungan lingkungan dengan pola penyakit yang
muncul dimana setiap lingkungan menyebabkan pola penyakit
yang berbeda-beda. Contohnya pada masyarakat petani lebih
rentan terkena cacingan.
2. Ethnomedicine
Mempelajari sistem medis suatu masyarakat yang terlepas
dari sistem medis modern, yang lebih identik dengan sistem
medis tradisional atau pengobatan tradisional. Dimana setiap
masyarakat mempunyai sistem medis tersendiri yang kadang-
kadang bertentangan dengan sistem medis yang rasional.
Pengetahuan tentang pengembangan sistem pengobatan
yang didasarkan atas makna budaya lokal dengan strategi
integrasi antara kepercayaan dan praktek pengobatan
terhadap penyakit tertentu dan tidak dipengaruhi oleh
kerangka obat modern.

4
3. Aspek medis/kesehatan dan sistem sosial
Mempelajari sistem kepercayaan/mitos yang berkembang
yang ada hubungannya dengan aspek kesehatan. Penyakit
merupakan suatu hukuman atau kutukan.
4. Medis dan perubahan kebudayaan
Mempelajari sistem medis suatu masyarakat akibat masuknya
sistem medis modern. Terjadi perubahan sistem medis pada
suatu masyarakat. Sistem medis selain kebutuhan juga
merupakan aspek gengsi sosial. Gengsi sosial tidak hanya
terjadi pada masyarakat tetapi juga pada institusi kesehatan.

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-


unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit
dan kesehatan (Solita Sarwono,1993). Definisi yang dibuat Solita
ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas
hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur
budaya saja. Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti
Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari
manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).
Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan
Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termakutub
dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan
Koentjaraningrat di atas.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji
masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang
berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
1. Pokok perhatian Kutub Biologi :
 Pertumbuhan dan perkembangan manusia
 Peranan penyakit dalam evolusi manusia
 Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)

5
2. Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
 Sistem medis tradisional (etnomedisin)
 Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan
profesional mereka
 Tingkah laku sakit
 Hubungan antara dokter pasien
 Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan
kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi


Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-
aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkahlaku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

Antropologi kesehatan merupakan bagian dari antropologi


sosial dan kebudayaan yang mempelajari bagaimana kebudayaan
dan masyarakat mempengaruhi masalah-masalah kesehatan,
pemeliharaan kesehatan dan masalah terkait lainnya.

Menurut Weaver :

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi


terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan
penyakit (Weaver, 1968;1)

Menurut Hasan dan Prasad :

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai


manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan
manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk
memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-
historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial

6
kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan
manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22).

Menurut Hochstrasser :

Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya


manusia dan karya-karyanya, yang berhubungan dengan
kesehatan dan pengobatan(Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245)

Menurut Lieban :

Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena


medis (Lieban 1973,1034)

Menurut Fabrega :

Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan :

1. Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan


peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana
individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau
berespons terhadap sakit dan penyakit.
2. Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan
penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku. (Fabrega,
1972;167)

Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi


mengenai Antropologi Kesehatan seperti tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan mencakup:
1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai
macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya,
antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian
pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut;

7
2. Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-
budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah
laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan
yang lebih baik
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANTROPOLOGI MEDIS
Penyakit dan kematian adalah masalah-masalah kehidupan
umum yang dihadapi manusia, yang sewaktu-waktu dapat dialami.
Manusia dalam setiap kehidupan masyarakat berusaha menghadapi
masalah-masalah ini dengan potensi-potensi mereka. Memang dalam
setiap kebudayaan , atas dasar pengalaman-pengalaman telah
dikembangkan berbagai-bagai kepercayaan, pengetahuan dan
praktek sebagai suatu kesatuan aktivitas untuk memelihara
kesehatan,mencegah dan menyembuhkan penyakit baik jasmani
maupun rohani (jiwa) yang secara singkat disebut sistem medisin.
Dalam hal ini sistem medisin adalah suatu bagian/unsure yang ada
pada setiap kebudayaan.
Secara umum sistem medisin dapat dibagi dalam dua golongan
besar : (1) sistem medisin ilmiah,yang merupakan hasil
perkembangan ilmu pengetahuan (terutama berasal dari dunia barat)
(2) sistem medisin tradisional, yang hidup dalam aneka-warna
kebudayaan-kebudayaan manusia. Dalam tingkatan yang berbeda-
beda unsur-unsur medisin ilmiah telah menyebar dibanyak
masyarakat-masyarakat di dunia ini, bercampur bersama dengan
medisin tradisional. Dalam setiap masyarakat kondisi badan dan
rohani yang sehat, pencegahan dan penyembuhan penyakit,adalah
merupakan kompleks kebutuhan dari anggota-anggotanya,olehnya
medisin adalah pula pranata sosial.
Dalam hubungan ini, medisin kecuali menyangkut pengetahuan,
kepercayaan dan praktek, juga konsep-konsep seperti, nilai, norma,

8
peranan, sikap, kebiasaan, ide, upacara, dll. Yang kesemuanya saling
terkait membentuk suatu sistem dalam suatu masyarakat.
Medisin sebagai suatu pranata sosial, terintegrasi bersama
dengan kompleks-kompleks pranata sosial lainnya, terutama: religi,
pemerintahan, kekerabatan, pendidikan, kesenian, ekonomi/mata
pencaharian hidup, ke dalam suatu keseluruhan yang fungsionil, yaitu
kebudayaan. Sistem medisin dalam konteks inilah yang menjadi pusat
lapangan perhatian antropologi medis. Seperti disebutkan pada
halaman sebelumnya, antropologi medis memiliki pengalaman yng
banyak dalam penelitian terapan. Dalam hal ini suatu penelitian
terapan bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai aspek-
aspek sosial budaya dari suatu masyarakat tertentu. Yang dibutuhkan
dalam rangka membantu suatu program kesehatan bagi kepentingan
masyarakat itu sendiri.
Program-program kesehatan masyarakat yang didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan teknis medis yang kokoh, tidak jarang
menjumpai kesulitan-kesulitan yang sebelumnya tidak diharapkan,
malah sering pula menjumpai kegagalan. Hal itu dapat terjadi
demikian terutama disebabkan karena apek-aspek sosial budaya
masyarakat dimana program itu dilaksanakan tidak diperhitungkan.
Sebenarnya sejak kurang lebih 25 tahun yang lalu faktor-faktor sosial
budaya dari masalah-masalah kesehatan mulai menarik perhatian
baik oleh kalangan ahli-ahli antropologi maupun ahli-ahli ilmu-ilmu
kesehatan (Amelsvoort, 1964 :1).
Namun demikian kita belum dapat mengatakan bahwa secara
berencana perkembangan itu telah meluas di negara-negara sedang
berkembang seperti di indonesia. Mungkin dapat dikatakan bahwa
dewasa ini di indonesia secara berencana hal tersebut baru pada
tingkat permulaan , dengan mulai di bina hubungan kerja sama antara
ahli-ahli antropologi dengan ahli-ahli ilmu kesehatan disamping

9
adanya pemikiran untuk mulai mengembangkan antropologi medis
sebagai lapangan spesialisasi yang baru oleh universitas indonesia.
Sebenarnya mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami dalam
berbagai-bagai program bantuan kesehatan telah banyak dibahas
dalam tulisan-tulisan oleh ahli-ahli antropologi maupun oleh ahli-ahli
kesehatan masyarakat pedesaan (rural health). Bagi kita bahan-bahan
itu sangat berguna sebagai salah satu bentuk pengetahuan dasar dan
pengetahuan perbandingan, dalam merencanakan dan menjalankan
program-program kesehatan masyarakat di indonesia. Berbagai-bagai
kesulitan yang telah digambarkan ternyata dapat ditemukan pada
semua tingkat-tingkat sebagaimana lazimnya suatu program seperti
itu dijalankan, yang meliputi : (1) persiapan program, (2) implementasi
program: yang terperinci ke dalam bagian-bagian kedokteran kuratif,
kedokteran preventif dn pendidikan kesehatan, dan (3) efek-efek
setelah program dilaksanakan.
Dalam hubungan itu, kita dapat bertanya : apakah peranan dn
sumbangan yang dapat diharapkan dari kalangan ahli-ahli antropologi
medis atau ahli-ahli anropologi pada umumnya? Dalam hubungannya
dengan masalah-masalah kesehatan masyarakat, dapat disebutkan
antara lain sebagai berikut :
1. Melakuakan penelitian yang mendalami mengenai konsepsi-
konsepsi kesehatan dan penyakit dalam konteks sosial budaya
suatu masyarakat
2. Memberi saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan mengenai
pendekatan-pendekatan yang dapat lebih bermanfaat bagi
kepentingan masyarakat yang bersangkutan.
3. Memantau petugas-petugas kesehatan untuk mengetahui betapa
besar aspek-aspek subculture mereka dapat mempengaruhi
hubungan-hubungan aktivitas dalam prgram-program kesehatan.

10
4. Membantu mengembangkan pengertian dikalangan anggota-
anggota masyarakat mengenai manfaat-manfaat dari program
kesehatan bagi kehidupan mereka.

Demikinlah pokok-pokok tersebut dapat diarahkan dalam


usaha-usaha kita untuk memecahkan masalah utama, yang dikenal
sebagai sistem medisin tradisional atau kedukunan, dengan hubungan
antara kedua sistem itu yang seperti kita ketahui tidak jarang terwujud
sebagai konflik-konflik. Sistem medisin sebagai pusat perhatian
antropologi medis seperti telah disebut pada halaman-halaman
sebelumnya, adalah merupakan bagian dalam suatu kebudayaan.
Pada dasarnya menyelidiki sistem medisin dalam suatu masyarakat
adalah menyelidiki aspek tata kelakuan atau yang disebut pula adat
istiadat yang bersangkut paut dengan medisin. Namun aspek ini tidak
terlepas dari aspek-aspek lainnya, yaitu proses-proses dan aktivitas-
aktivitas bersama, dan aspek hasil karya dalam masyarakat.
Atas dasar itu unsur-unsur sosial budaya yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan penyakit, digolongkan ke dalam tiga
aspek sebagai berikut :
1. Adat istiadat atau tata kelalakuan yang merupakan suatu jaringan
dari sikap, norma, kepercayaan, ide, nilai, dll . yang berhubungan
dengan konsepsi-konsepsi yang antara lain mengenai : keadaan
sehat, keadaan sakit, kebersihan, kotor, sebab penyakit, sebab
kematian, tubuh manusia, keagamaan, ketakhyulan, kedukunan,
kedokteran ilmiah, kesuburan wanita, kehidupan seksuil, keturunan
dan lingkungan ekologi.
2. Proses-proses dan aktivitas-aktivitas bersama, yang berhubungan
dengan kebutuhan-kebutuhan dalam hal memelihara kesehatan,
menyembuhkan penyakit, atau gangguan-gangguan lainnya. Dalam
kehidupan kemasrakatan dapat dilihat hubungan-hubungan
aktivitas yang berpusat kepada pasien, seperti hubungan pasien

11
dalam lingkungan kekerabatan, pasien dengan dukun atau
dokter /petugas-petugas kesehatan lainnya. Demikian pula
hubungan-hubungan lain seperti,hubungan antara dukun atau
dokter serta petugas-petugas kesehatan lainnya dengan
masyarakat lingkungan mereka, kehidupan rumah sakit sebagai
suatu lingkungan kemasyarakatan, serta dokter dalam
hubungannya dengan anggota-anggota lainnya didalam lembaga
kesehatan baik sesama kalangan profesionil maupun dengan
personil lainnya.
3. Akhirnya tidak terpisah pula dari aspek-aspek tersebut, ialah aspek
hasil karya atau unsur-unsur kebudayaan materi yang berupa
makanan dan minuman, berbagai jenis obat-obatan ilmiah, rumah
tempat tinggal, alat-alat kebersihan, alat-alat kedukunan, alat-alat
kedokteran, rumah sakit, pusat-pusat kesehatan lainnya, dsb.

C. KAITAN ANTROPOLOGI MEDIS DAN KESEHATAN (DENGAN


CONTOH KASUS KELUARGA BERENCANA)
Betapa pentingnya masalah keluarga berencana bagi
pembangunan nasional di indonesia kita sama mengetahui semua.
Berbagai-bagai hasil penelitian serta analisa dan evaluasi
perbandingan dengan negara sedang berkembang lainnya, mengenai
masalah yang sangat penting ini telh dikemukakan oleh ahli-ahli
kependudukan, ekonomi, sosiologi, dsb. Sedang pada pihak lain segi-
segi pelaksanaan medis, oleh ahli-ahli ilmu-ilmu kesehatan. Demikian
pula jelas bagi kita bahwa masalah keluarga berencana membutuhkan
pendekatan secara interdisipliner. Dalam setiap program
pembangunan masyarakat seperti program kesehatan dan kelurga
berencana tentu akan langsung berhubungan dengan masyarakat
yang akan dibantu atau dibangun atau yang akan dimotiasikan.
Dalam hal kelurga berencana di indonesia, selain penduduk
yang dikenal sebagai mayoritas yaitu masyarakat pedesaan dengan

12
aneka warna kebudayaan yang besar adalah masyarakat –
masyarakat yang hidup dalam berbagai-bagai tipe kota dan yang
tergolong ke dalam berbagai-bagai golongan, lapisan-lapisan
kemasyarakata, suku-suku bangsa, dsb. Kecual sebab-sebab lain
berhasilnya suatu program seperti itu banyak ditentukan oleh
bagaimana pengetahuan kita mengenai aspek-aspek sosial budaya
dari masyarakat yang bersangkutan yang dicapai melalui penelitian.
Faktor lain yang turut pula mempengaruhi karena itu perlu
mendapat perhatian, ialah hubungan-hubungan antar diri antara
petugas dengan anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.
Petugas-petugas dengan profesional subculture mereka, belum tentu
dapat mengembangkan hubungan antar diri yang dimaksud, selama
yang bersangkutan tidak berusaha menyesuaikan diri dalam
kehidupan masyarakat itu. Penduduk yang di hadapi menganggap
mereka sebagai orang luar, dan tidak jarang memperlihatkan sikap
serba curiga. Berbeda halnya dengan sikap yang diperlihatkan oleh
penduduk terhadap dukun yang yang dianggap sebagai tokoh penting
yang dipercayai dan dikagumi. Petugas akan berhadapan bukan
hanya dengan wanita-wanita dan suami mereka masing-masing,
tetapi juga dengan orang tua mereka, pemimpin-pemimpin formil dan
informil. Situasi hubungan seperti itu akan lebih sulit lagi kalau
petugas adalah pria, dalam menghadapi wanita.
Hal ini merupakan masalah yang dapat dimaklumi,karena
petugas tidak selalu dapat melepaskan diri seluruhnya dari kerangka
berfikir subculture-nya. Dewasa ini dukun-dukun telah turut dikerahkan
dalam program keluarga berencana di indonesia, terutama di
lingkungan masyarakat pedesaan. Tentu kebijaksanaan ini dapat
dimengerti. Faktor ini mulai mendapat perhatian sebagai lapangan
penelitian oleh ahli-ahli antropologi terhadap, terutama didasarkan
pada berbagai-bagai pengalaman di banyak tempat yang

13
menunjukkan bahwa kegagalan yang dialami oleh berbagai-bagai
program pembangunan di negara-negara.
Proses perobahan sosial budaya yang dibutuhkan dalam
suatu program pembangunan seperti di negara kita setidak-
tidaknya akan meliputi aktivitas-aktivitas penelitian terhadap
masyarakat penerima, dengan banyak berpusat pada masalah-
masalah tersebut diatas. Sebagaimana aktivitas-aktivitas itu
dijalankan dalam suatu program kesehatan masyarakat, demikian
pula halnya dalam program keluarga berencana. Pada dasarnya
kerangka masalah tersebut adalah pula kerangka yang dapat di
terapkan dalam program-program pembangunan masyarakat
pedesaan untuk sektor-sektor lainnya seperti; pertanian,
pendidikan, perbaikan makanan dan gizi . selain kesehatan
masyarakat dan keluarga berencana yang semuanya merupakan
bagian-bagian dan yang saling berkaitan satu dengan lainnya
dalam lingkungan yang oleh Foster (2973) disebut
sociotechnological development.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Antropologi adalah semua hal tentang manusia, dan
merupakan tanggung jawab antropologi untuk menjelaskan semua
cerita tentang manusia, dari segi yang baik maupun dari segi yang
buruk.
Antropologi medis adalah sebuah kajian interdisiplin antara
ilmu kesehatan dan budaya. Para dokter memandang antropologi
medis sebagai biobudaya , yakni ilmu yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi tentang keduanya
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Secara umum yang mempengaruhi antropologi medis
adalah penyakit dan kematian, budaya masyarakat yang
mempengaruhi kehidupan kesehatannya, metode pencegahan,
pengobatan dan perawatan saat sakit, program kesehatan yang
sedang dilaksanakan di masyarakat, adat istiadat dan kelakuan
masyarakat, proses dan aktivitas masyarakat, materi esensial dan
non esensial masyarakat.
Masalah keluarga berencana membutuhkan pendekatan
secara interdisipliner. Dalam setiap program pembangunan
masyarakat seperti program kesehatan dan kelurga berencana
tentu akan langsung berhubungan dengan masyarakat yang akan
dibantu atau dibangun atau yang akan dimotiasikan. Antropologi
medis menjembatani antara pengetahuan akan perilaku dan
budaya masyarakat terhadap status dan pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat.
Interaksi manusia dengan faktor-faktor dalam ekosistem
seperti binatang lainnya dan penggunaan sumber daya seperti air,
udara makanan, dan kualitas mereka juga dipelajari. Hal ini

15
memungkinkan diagnosis penyakit atau epidemi di totalitas.
Penelitian gizi dan asupan makanan dalam suatu komunitas
memungkinkan antropolog medis untuk menemukan penyebab
kekurangan gizi dan penyakit terkait dengan sama.penerapan
antropologi medis membutuhkan keahlian gabungan dari seorang
profesional medis, pekerja sosial dan antropologi.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca
lebih mendapatkan pengetahuan tentang antropologi medis dengan
faktor – faktor yang mempengaruhi serta keterkaitannya dengan
kesehatan. sehingga pembaca dapat mengetahui tentang
pentingnya pengaruh antropologi medis di suatu masyarakat,
sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan tentang cara-cara
meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya, semoga penyusunan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

     Ahira, Anne. _. Sistem Medis: Sebuah Cara Mencari Kesembuhan.


Diakses pada tanggal 25 Maret 2012 dari
http://www.anneahira.com/sistem-medis.htm
Anderson, Foster. (2010). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.
Anthropology Department - UC Berkeley. (2010). Introduction to Medical
Anthropology. Diunduh melalui http://anthropology.berkeley.edu/

Azizah, R. (2013). Antropologi Medis/ Kesehatan. Diunduh melalui


http://myelevenlanguage.blogspot.com/

Derichard H. Putra. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi.


Diunduh melalui http://kalamenau.blogspot.com/

Hendry. (2013). Antropologi Medis. Diunduh melalui


http://infobebas.web.id/

Kalangie, N. (2012). Arti dan Lapangan Antropologi Medis. Diunduh


melalui http://anthropology.fisip.ui.ac.id

Society for Medical Anthropology. (2012). Medical Anthropology?.


Diunduh melalui http://www.medanthro.net/feature/what-is-medical-
anthropology/

17

Anda mungkin juga menyukai