Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. NISA


DIRUANG AGATE BAWAH RSUD DR. SLAMET GARUT
DENGAN DIAGNOSA ASITES

Disusun oleh :
R.A. Chynta Adilla Putri (20142011039)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
BAB I
KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Pada
dasarnya penimbunan cairan di peritoneum apat terjadi melalui 2 mekanisme dasar
yakni transudasi (contoh: sirosis hati dan hipertensi) dan eksudasi. (Sudoyo Aru, dkk.
2009: 29).
Asites adalah penimbunana cairan secara abnormal di rongga peritoneum,
asites dapat disebabakan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di
rongga peritoneum dapat terjadi melalui mekanisme dasar yakni transudasi dan
eksudasi, asites ada hubunganya dengan sirosis hati dan hipertensi porta adalah salah
satu contoh penimbunan cairan di rongga peritoneum yang terjadi melalui mekanisme
transudasi. (Ilmu Penyakit Dalam).
Asites adalah penumpukan cairan patoligis dalam rongga abdominal, laki-laki
dewasa yang sehat tidak mempunyai atau terdapat sedikit cairan intraperitorial, tetapi
pada wanita terdapat sebanyak 20 ml tergantung pada siklus menstruasi. (Silvia. A.
Pirice, 2006).
Kesimpulan, asites adalah penumpukan cairan secara abnormal di rongga
peritoneum (rongga perut) yang dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
sirosis hati dan hipertensi.

B. ETIOLOGI
Di bawah ini adalah beberapa penyakit hati yang bisa memicu timbulnya asites:

 Sirosis
Sirosis adalah kemunculan jaringan parut di hati yang menyebabkan
penurunan fungsi hati atau gagal hati.
 Gagal hati akut
Gagal hati akut merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan asites.
Kondisi ini dapat terjadi akibat cedera di sel hati akibat efek samping obat
atau penyalahgunaan narkoba.
 Budd-Chiari syndrome
Sindrom ini disebabkan oleh sumbatan di pembuluh darah vena hati.
Penyumbatan tersebut mengakibatkan tekanan pembuluh darah di hati
meningkat (hipertensi portal).
 Kanker hati
Kanker hati dapat membuat peritoneum berlubang dan meningkatkan tekanan
di dalam hati. Akibatnya, cairan bisa masuk ke dalam rongga peritoneal. Pada
umumnya, asites dapat terjadi pada kanker hati yang telah memasuki stadium
lanjut.

Asites juga bisa terjadi akibat kanker lain yang menyebar (metastasis) ke hati. Jenis
kanker yang bisa menyebar ke hati yaitu kanker ovarium, pankreas, dan usus besar.
Selain beberapa penyakit hati di atas, ada beberapa kondisi lain yang dapat memicu
timbulnya asites, yaitu:
1. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan sehingga protein yang
seharusnya tetap di dalam tubuh ikut keluar melalui urine. Kurangnya jumlah protein
ini membuat tekanan yang menahan cairan tetap di dalam pembuluh darah (tekanan
onkotik) menurun sehingga cairan keluar ke organ sekitar.
2. Gagal jantung
Gagal jantung terjadi ketika otot jantung tidak mampu memompa cairan dan darah ke
seluruh tubuh. Kondisi ini dapat membuat cairan kembali ke paru-paru atau organ lain
dan bocor ke rongga peritoneal.
3. Gangguan pankreas
Gangguan pankreas yang bisa meningkatkan risiko terjadinya asites
adalah pankreatitis akut dan pankreatitis kronis. Pankreatis kronis dapat menyebabkan
malnutrisi, termasuk protein. Akibatnya, tekanan onkotik menurun dan menyebabkan
cairan bocor ke jaringan sekitar, termasuk ke rongga peritoneal.
4. Iritasi pada peritoneum
Iritasi pada peritoneum akibat kanker atau infeksi dapat menyebabkan cairan bocor ke
dalam rongga peritoneal.
5. Penyakit pada indung telur (ovarium)
Baik tumor ganas (kanker) maupun tumor jinak di ovarium, seperti Meigs
syndrome, juga dapat menyebabkan kerusakan pada peritoneum sehingga cairan bocor
ke rongga peritoneal.
6. Hipotiroidisme
Meskipun jarang terjadi, asites juga dapat terjadi pada penderita hipotiroidisme yang
belum diobati. Asites dapat teratasi ketika kadar tiroid kembali normal.

C. PATOFISIOLOGI
Penumpukan cairan asites menggambarkan kadar natrium total dalam tubuh dan
pengeluaran air.Tetapi awal terjadinya ketidak seimbangan belum jelas. Terdapat 3
teori mengenai terbentuknyaasites;
1. Teori pengisian; mengatakan bahwa penyebab utama ketidaknormalan jumlah
cairan antara jaringan vaskuler adalah HT portal dan penurunan sirkulasi aliran
darah. Hal ini mengaktifkanrenin plasma, aldosteron, dan saraf simpatis sehingga
menyebabkan retensi natrium dan air.
2. Teori overflow; mengatakan bahwa penyebab utama ketidaknormalan adalah
retensi natriumdan air di ginjal akibat kurangnya volume darah. Teori ini
terbentuk berdasarkan observasi padapasien sirosis yang terdapat
hipervolemia intervaskuler.
3. Teori yang terakhir hipotesa mengenai vasodilatasi arteri perifer mencakup ke dua
teori diatas.Teori ini mengatakan bahwa hipertensi portal mengakibatkan
vasodilatasi yang akanmenyebabkan penurunan voleme darah arteri. Berdasarkan
perjalanan penyakit akan terjadipeningkatan neurohumoral yang akan
mengakibatkan retensi natrium dan cairan plasma keluar.Hal ini mengakibatkan
peningkatan cairan pada cavum peritoneal. Berdasarkan teorivasodilatasi, teori
underfilling berlaku pada sirosis tahap lanjut.
Walupun perkembangan hipertensi portal dan retensi natrium masih belum jelas,
hipertensi portal tampaknya meningkatkan kadar NO. NO akan mengakibatka
vasodilatasi perifer splanknikusdan vasodilatasi perifer. Pasien dengan asites
mempunyai aktivitas enzim arteri nitritoksidase lebih besar dari pada pasien tanpa
asites.Terdapat beberapa faktor yang mendukung penumpukan cairan pada cavum
abdomen. Faktor  pertama adalah peningkatan kadar epinefrin dan norepinefrin,
hipoalbumin, penurunan tekananonkotik plasma akan mengakibatkan keluarnya
cairan plasma ke rongga peritoneal, oleh karenaitu asites jarang terjadi pada pasien
sirosis kecuali jika terdapat hipertensi poertal dan hipoalbumin

Pathway
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul saat seseorang mengalami ascites bisa muncul secara bertahap
atau tiba-tiba, tergantung pada penyebab asites itu sendiri. Beberapa keluhan yang
biasanya muncul akibat asites adalah sebagai berikut:

 Perut yang tampak membesar dan membengkak seperti balon


 Rasa kembung
 Mual atau muntah
 Sakit perut
 Sesak napas, terutama saat berbaring
 Gangguan pencernaan
 Sensasi rasa terbakar di dada (heartburn) akibat naiknya asam lambung
 Berat badan meningkat

Selain gejala yang telah disebutkan di atas, penderita ascites juga bisa mengalami


pembengkakan di tungkai dan pergelangan kaki, pembengkakan pembuluh darah vena
di anus (wasir), demam, linglung, dan hilang nafsu makan.

E. TERAPI MEDIS

 Pemberian obat-obatan
Obat-obatan berfungsi untuk mengurangi cairan berlebih di dalam tubuh dan
mengobati penyebab asites. Beberapa jenis obat yang digunakan adalah:

1. Diuretik, untuk meningkatkan pengeluaran cairan dan garam dari tubuh sehingga
mengurangi keluhan dan tekanan di vena hati
2. Kemoterapi, untuk membunuh sel kanker pada asites yang disebabkan oleh kanker
3. Antibiotik, untuk mencegah atau mengobati infeksi, terutama jika asites dipicu oleh
infeksi bakteri

 Tindakan medis dan operasi


Tindakan medis khusus hingga operasi dapat dilakukan untuk menangani penyakit
yang menyebabkan asites sekaligus membuang cairan berlebih di rongga perut.
Beberapa prosedur medis yang bisa dilakukan adalah:

1. Paracentesis, untuk mengeluarkan cairan asites dari dalam rongga perut


2. Operasi transjugular intrahepatic portosystemic shunts (TIPS), untuk mengurangi
tekanan di vena
3. Bedah, untuk membuang jaringan kanker
4. Transplantasi hati, untuk mengobati asites yang disebabkan oleh kerusakan hati yang
sangat parah

 Pengobatan mandiri
Penanganan mandiri dilakukan untuk menunjang efektivitas obat dalam
membuang cairan berlebih dari rongga peritoneal, mencegah penyerapan
cairan secara berlebihan, sekaligus mencegah kerusakan lebih jauh pada organ
yang bermasalah. Penanganan mandiri yang dapat dilakukan adalah:

1. Menghindari konsumsi minuman beralkohol, untuk mengurangi risiko


bertambah parahnya kerusakan hati
2. Membatasi konsumsi garam, untuk mengurangi penyerapan cairan tubuh
3. Membatasi jumlah cairan yang boleh diminum sesuai anjuran dokter

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada fase ini pasien akan mengeluarkan adanya penurunan berat badan, tidak
nafsu makan (anoreksia), nyeri pada kuadran kanan atas keluhan lain yang
berhubungan dengan adanya penyakit pada fase lanjut, pasien akan mengeluh
bahwa mudah terjadi luka memar., rontok rambut, terutama di daerah ketiak dan
pubis, juga pasien juga akan mengutarakan bahwa menstruasinya tidak teratur
(pada wanita dan impoten pada pria).

b. Riwayat kesehatan masa lalu


1. perlu ditanyakan apakah adanya atau pernah ada kebiasaan minumminum
keras(alkohol).
2. Pernah menderita penyakit tertentu terutama hepatitis B, non A, non B,
hepatitis D (pernah menderita penyakit kuning) dan pernah penyakit jantung.
3. Apakah terjadi mendapat tranfusi darah
4. Bagaimana kebiasaan pola makan

c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada penderita sirosis hepatis harus di


lakukan secara menyeluruh.
1. Keadaan pasien, bentuk tubuh
2. Pada sklera mata diperoleh sklera mata yang ikterus sampai dengan kehijauan,
kadangkadang pada konjungtiva di peroleh kesan anemia.
3. Pada infeksi daerah dada di temukan adanya spider nevi atau adanya terlihat
suatu usaha dalam bernafas karena tekanan abdomen terhadap diafragma
ditemukan bulu ketiak yang rontok dan gynecomatik pada laki-laki.
4. Pemeriksaan abdomen
a. Infeksi : perut yang membesar karena asites, adanya bayangan vena, hernia
umbilikus.
b. Perkusi : adanya asites sehingga terdengar pekak
c. Palpasi : nyeri pada kuadran kanan atas, hepar membesar dan padat teraba
benjol-benjol
d. Lingkar perut : bertambah besar.

d. Test diangnostik
1) Untuk memastikan sirosis hepatis dilakukan biopsy
2) Dilakukan pemerikasaan laboratorium darah : hemoglobin, leukosit, trombosit
menurun
3) Liver fungsi test : serum albumin, cholinestrase menurun, sedangkan
billirubin, globulin, serum alkali propastase, SGOT, SGPT dan ureum
meningkat, serta protrombin time memanjang.
4) USG untuk mengetahui perbandingannya perubaha sel pernchy hati dan
jaringan fibrotik.
5) CT scan dan radioisoton memberikan informasi tentang ukuran hati,
perdarahan yang terjadi dan obstruksi pada hepar.
6) Billirubin urine meningkat, sedangkan dalamfeces menurun.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif
1) Definisi: inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat(PPNI, 2016)
2) Penyebab (PPNI, 2016)
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas (misalnya: nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuscular
f. Gangguan neurologis(misalnya: elektroensifalogram positif, cedera kepala,
gangguan kejang )
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energy
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan intervasi diafragma
m. Cedera pada medulla spinalis
n. Efek agen farmakologis
3) Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif
i. Dispnea
b. Objektif
ii. Penggunaan otot bantu pernapasan
iii. Fase ekspirasi memanjang
iv. Pola napas abnormal(misalnya: takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
chyene-stokes)
4) Gejala dan tanda manor
a. Subjektif
i. Ortopnea
b. Objektif
i. Pernapasan pured-lip
ii. Pernapasan cuping hidung
iii.Diameter thoraks nterior-posterior meningkat
iv. Ventilasi sement menurun v.Kapasitas vital menurun
vi. Tekanan insirasi menurun ekskursi dada berubah
5) Kondisi klinis terkait
a. Depresi sistem saraf pusat
b. Cedera kepala
c. Trauma thoraks
d. Gullian barre sindrom
e. Multiple sclerosis
f. Myasthenia gravis
g. Stroke
h. Kuadriplegia
i. Intoksikasi alcohol
b. Nyeri akut
1) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2016).
2) Penyebab (PPNI, 2016)
a. Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3) Gejala dan Tanda Mayor (PPNI, 2016)
a. Subjektif Mengeluh nyeri
b. Objektif
i. Tampak meringis
ii. Bersikap protektif (mis., waspada, posisi menghindari nyeri)
iii. Gelisah
iv. Frekuensi nadi meningkat
v. Sulit tidur
4) Gejala dan Tanda Minor (PPNI, 2016)
a) Subjektif Tidak tersedia
b) Objektif
i. Tekanan darah meningkat
ii. Pola napas berubah
iii.Nafsu makan berubah
iv. Proses berpikir terganggu
v. Menarik diri
vi.Berfokus pada diri sendiri
vii. Diaforesis
c. Hipervolemia
1) Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial atau intraselular (PPNI, 2016).
2) Penyebab (PPNI, 2016)
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen (misalnya: kortikosteroid, chiopropamide, tolbutamide, vincristine dan
tryptilinescrabamazepine)
3) Gejala dan tanda mayor (PPNI, 2016)
a) Subjektif
i. Ortopnea
ii. Dyspnea
iii. Paroxysmal nocturnal dyspnea
b) Objektif
i. Edema anasarka atau edema perifer
ii. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
iii. Jugular venous pressure atau venous pressure meningkat
iv. Reflex hepatojugular positif
4) Gejala dan tanda minor(PPNI, 2016)
a. Subjektif Tidak tersedia
b. Objektif
i. Distensi vena jugularis
ii. Terdengar suara napas tambhan
iii. Hepatomegaly
iv. Kadar Hb/ Ht turun
v. Oliguria
vi. Intake lebih banyak dari output vii. Kongesti paru
5) Kondisi klinis terkait (PPNI, 2016)
a. Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik
b. Hipoalbuminemia
c. Gagal jantung kongestif
d. Kelainan hormone
e. Penyakit hati (misalnya: sirosis, asites, kanker hati)
f. Penyakit vena perifer (misalnya: varises vena, thrombus vena, plebitis)
g. Imobilitas

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pengertian diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data
(Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilhan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat
menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Allen,
1998).
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana
perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ).
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah
pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan menurut Gordon (1982, dalam Dermawan, 2012).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, tegas, dan jelas tentang
respon klien terhadap masalah kesehatan/penyakit tertentu yang aktual dan potensial
karena ketidaktahuan, ketidakmauan, atau ketidakmampuan pasien/klien mengatasinya
sendiri yang membutuhkan tindakan keperawatan untuk mengatasinya ( Ali, 2009 ).

2) Kriteria diagnosa keperawatan Kriteria antara lain sebagai beriku :


a) Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan kesenjangan.
b) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
c) Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.
d) Komponen diagnosa terdiri atas PE/PES.
3) Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data terbaru. Tujuan
diagnosa keperawatan Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi menurut
Wahid & Suprapto (2012) sebagai berikut:
a) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
b) Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
c) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
d) Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
e) Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah klien.
f) Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.

4. INTERVENSI
Diagnosa Luaran intervensi rasional
keperawata keperawatan
n
Pola napas Setelah Manajemen pernapasan 1) Mengevaluasi
tidak efektif dilakukan (Bulechek, Gloria M., dkk, 2013): pola napas yang
tindakan a. Kaji pola napas klien tidak efektif
keperawatan b. Observasi TTV 2) Mengevaluasi
dalam waktu c. Auskultasi suara napas respirasi klien
3x8 jam dan jantung cepat/lambat
masalah pola d. Latih teknik napas 3) Mengetahui
napas tidak dalam suara napas dan
efektif teratasi e. e. Kolaborasi dengan jantung
tim kesehatan lain dalan 4) Mengurangi
pemberian O2 rasa sesak
5) Apabila jlien
makin sesak kita
dapat
mengetahui
tindakan
keperawatan
lainnya
Nyeri akut Nyeri akut Manajemen nyeri (Bulechek, A.
menurun Gloria M., dkk, 2013): 1) untuk
a.Observasi/Identifikasi/Monitor mengetahui
1) Identifikasi tingkat, lokasi, lokasi,
karakteristik,kualitas, frekwensi karakteristik,
dan faktor pencetus nyeri kualitas nyeri,
2) Observasi isyarat nonverbal frekuensi dan
ketidaknyamanan faktor pencetus
2) untuk
b. Terapeutik mengetahi
1) Berikan tindakan nyaman keadaan umum
misalnya ubah posisi yang pasien
membuat pasien merasa
nyaman B.
2) Berikan informasi tentang 1) untuk
nyeri seperti penyebab nyeri meningkatkan
dan berapa lama akan relasasi
berlangsung 2) agar pasien
mampu
c. Edukasi mengontrol
Ajarkan penggunaan tekhnik nyeri
nonfarmakologi manajemen
nyeri (misalnya imajinasi c.
terbimbing, distraksi, kompres untuk memberikan
hangat atau dingin dan massase pengetahuan
kepada pasien dan
d. Kolaborasi Kolaborasi keluarga pasien
pemberian analgetik apabila nyeri
datang. Untuk
mengurangi rasa
nyeri Hipervolemia
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan dalam
waktu 3x8 jam
Manajemen cairan
(Bulechek, Gloria
M., dkk, 2013)

d.
1) kaji intake dan
output cairan
tiap hari
2) b. observasi
lingkar perut
tiap 1)
mengevaluasi
int
Hipervolemia Setelah Manajemen cairan (Bulechek, 1) mengevaluasi
dilakukan Gloria M., dkk, 2013): intake dan output
tindakan a. kaji intake dan output cairan sudah berimbang
keperawatan tiap hari 2) mengevaluasi
dalam waktu b. observasi lingkar perut tiap ukuran asites perut
3x8 jam hari klien
masalah c. berikan diet yang rendah 3) natrium dapat
hipervelomia garam berubah menjadi
dapat teratasi d. d. jelaskan alasannya harus cairan
diberi diet rendah garam 4) biar klien tau alas
kolaborasi dalam pemberian an dari diberikannya
obat diuretic diet rendah garam
5) mengurangi
edema dan asites

1. IMPLEMENTASI
 Pengertian implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
 Pedoman implementasi keperawatan
Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
a) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah
memvalidasi rencana. Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah
mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat
memastikan bahwa tindakan yang sedang diimplementasikan, baik oleh pasien,
perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama
implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
b) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan
efisien di lingkungan yang sesuai. Perawat harus kompeten dan mampu
melaksanakan keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran
diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang pemberian asuhan yang
kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran keperawatan profesional.
c) Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi. Selama melaksanakan
implementasi, keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan
pasien secara adekuat, melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan efisien,
menerapkan prinsip yang baik, mengindividualisasikan tindakan dan mendukung
pasien selama tindakan tersebut.
d) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan
kesehatan dan rencana asuhan. Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan
terdiri atas deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien terhadap
tindakan tersebut. Tindakan yang tidak diimplementasikan juga dicatat disertai
alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan kesinambungan asuhan
dan untuk mencatat perkembangan pasien guna mencapai kriteria hasil.

2. EVALUASI
1. Pengertian evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon
pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
2. Penilaian keberhasilan Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata
tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi
karena beberapa faktor :
a) Tujuan tidak realistis.
b) Tindakan keperawatan yang tidak tepat.
c) Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi. Alasan pentingnya penilaian
sebagai berikut :
 Menghentikan tindakan atau kegiatan yang tidak berguna.
 Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.
 Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan.
 Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.
3. Tipe pernyataan evaluasi Tipe pernyataan evaluasi menurut Setiadi (2012) sebagai
berikut: Tipe pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
a. Pernyataan evaluasi formatif. Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon pasien segera pada saat atau setelah dilakukan tindakan
keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan.
b. Pernyataan evaluasi sumatif. Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.

Bentuk evaluasi Bentuk evaluasi menurut Deswani (2009) sebagai berikut:

a. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara


atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam
pemberian pelayanan.
b. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat
dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa
cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
c. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon
perilaku pasien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
BAB III
REFERENSI

http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/26529/1/1a120e699f4505f524f5cff912f22690.pdf
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/431593680?
extension=docx&ft=1659410573&lt=1659414183&user_id=582868593&uahk=a0RqDT1
ojHlnMr6EdpmfEZRkR1g
https://www.sehatq.com/penyakit/peripartum-cardiomyopathy-ppcm

Anda mungkin juga menyukai