Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MK.

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II

MAKALAH ASITES

Disusun Oleh:
SITI HAJAR (P202101076)
NINDA ALIPKA (P202101066)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
LAPORAN PENDAHULUAN
ASITES

A. DEFINISI
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum.
Pada dasarnya penimbunan cairan di peritoneum apat terjadi melalui 2
mekanisme dasar yakni transudasi (contoh: sirosis hati dan hipertensi) dan
eksudasi. (Sudoyo Aru, dkk. 2009: 29).

Asites adalah penimbunana cairan secara abnormal di rongga peritoneum,


asites dapat disebabakan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan
cairan di rongga peritoneum dapat terjadi melalui mekanisme dasar yakni
transudasi dan eksudasi, asites ada hubunganya dengan sirosis hati dan
hipertensi porta adalah salah satu contoh penimbunan cairan di rongga
peritoneum yang terjadi melalui mekanisme transudasi. (Ilmu Penyakit
Dalam).

Asites adalah penumpukan cairan patoligis dalam rongga abdominal, laki-laki


dewasa yang sehat tidak mempunyai atau terdapat sedikit cairan
intraperitorial, tetapi pada wanita terdapat sebanyak 20 ml tergantung pada
siklus menstruasi. (Silvia. A. Pirice, 2006).

Kesimpulan, asites adalah penumpukan cairan secara abnormal di rongga


peritoneum (rongga perut) yang dapat disebabkan oleh beberapa penyakit
seperti sirosis hati dan hipertensi.
B. PATOFISIOLOGI

Virus alcohol

Kerusakan pada liver

Penurunan kemampuan Tahanan alirab ke vena


pembentukan albumin meningkat

Penurunan serum albumin Tekanan hidrostatik


kapiler meningkat
Penurunan tekanan osmotic
koloid

Bendungan inflamasi nyeri Penumpukan cairan


di vena porta

Menekan hepar asites Sirkulasi volume


darah keseluruh
tubuh menurun

Penekanan diafragma Kelebihan volume cairan

Penyimpanan Ha+ dan


H2O meningkat

Peningkatan hormone Penurunan sirkulasi


aldosteron dan renin darah ke ginjal

↓ sirkulasi darah ke ginjal Penekanan ruang paru Resiko ketidakefektifan


perfusi ginjal

Resiko ketidakefektifan Ketidakefektifan pola


perfusi ginjal nafas

Sumber: Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional (Nanda NIC-


NOC), 2013.
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto thorax dan abdomen
1) Kenaikan diafragma dengan atau tanpa efusi pleura simphatetik
(hepatic hydrothorax) terlihat pada asites masif. Jika terdapat lebih
dari 500 ml cairan asites harus dilakukan pemeriksaan BNO.

2) Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar


abdomen buram, penonjolan panggul, batas PSOAS kabur, ketajaman
gambar intraabdomen berkurang. Peningkatan kepadatan pada foto
tegak, terpisahnya gambar lengkung usus halus, dan terkumpulnya gas
di usus halus.

3) Tanda-tanda berikut lebih spesifik dan dapat dipercaya. Pada 80%


pasien asites, tepi lateral hati diganti oleh dinding thorax abdomen
(Hellmer sign).

Obliterasi sudut hepatik terlihat pada 80% orang sehat. Pada pelvic
penumpukan cairan pada kantung rektovesika dan dapat meluap ke fossa
paravesika. Adanya cairan memberikan gambaran kepadatan yang simetris
pada kedua sisi kantung vesika urinaria yang di sebut ”dog’s ear” atau
”mickey mouse” appearance.

Pergeseran sekum dan kolon ascenden kearah tengah dan pergeseran, dan
pergeseran garis lemak properitoneal kelateral terlihat pada 90% dengan
asites yang signifikan.

USG

1) Real-time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling


mudah dan spesifik. Volume sebesar 5-10 ml dapat dapat terlihat.
Asites yang sederhana terlihat sepertigambar yang homogen, mudah
berpindah, anechoic di dalam rongga peritoneal yang akan
menyebabkan terjadinya peningkatan akustik. Cairan asites tidak
akan menggeser organ, tetapi cairan akan berada diantara organ-organ
tersebut. Akan terlihat jelas batas organ, dan terbentuk sudut pada
perbatasan antara cairan dan organ-organ tersebut. Jumlah cairan
minimal akan terkumpul pada kantung morison dan mengelilingi hsti
membentuk gsmbar karakteristik polisiklik, ”lollipop” atau arcuate
appearance di karenakan cairan tersebut tersusn secara vertikal pada
sisi mesenterium.

2) Gambar sonographic tertentu menunjukan adanya asites yang


terinfeksi, inflamasi, atau adanya keganasan. Gambar tersebut
meliputi echoes internal kasar (darah), echoes internal halus (chyle),
septal multiple (peritonitis tuberkulosa, pseudomyxoma, peritonei),
distribusi cairan terlokalisir atau atipik, gumpalan lengkung usus, dan
penebalan batas antara cairan dan organ yang berdekatan.

3) Pada asites maligna lengkung usus tidak dapat mengapung secara


bebas, tetapi tertambat pada dinding posterior abdomen, melekat pada
hati atau oargan lainnya atau lengkung usus tersebut dikelilingi oleh
cairan yang terlokalisir.

4) Kebanyakan pasien (95%) dengan keganasan peritonotis mempunyai


ketebalan dinding empedu kurang dari 3mm. Penebalan kantung
empedu berhubungan dengan asites jinak pada 82 % kasus. Penebalan
kantung empedu secara umum akibat sirosis dan HT portal.

CT-Scan

Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-Scan. Sedikit cairan asites


terdapat pada ruang periheoatik kanan, ruang subhepatik posterior
(kantung morison), dan kantung douglas. Bebarapa gambar pada CT-Scan
menunjukkan adanya neoplasia, hepatik, adrenal, splenik, atau lesi
kelenjar limfe berhubungan dengan adanya massa yang berasal dari usus,
ovarium, atau pankreas, yang menunjukkan adanya asites maligna.
Pada pasien dengan asites maligna kumpulan cairan terdapat pada ruang
yang lebih besar dan lebih kecil, sementara pada pasien dengan asites
benign cairan terutama terdapat pada ruang yang lebih besar dan tidak
pada bursa omental yang lebih kecil.

PEMERIKSAAN LAIN

1) Laparoskopi dilakukan jika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini


penting untuk mendiagnosa adanya mesothelioma maligna.

2) Parasentesis abdomen

Parasentesis abdomen adalah pemeriksaan yang paling cepat dan


efektif untuk mendiagnosa penyebab asites. Parasentesis terapetik
dilakukan untuk asites masif atau sulit disembuhkan. Pengeluaran 5
liter cairan merupakan parasentesis dalam jumlah besar. Parasentesis
total, atau pengeluaran semua cairan asites (di atas 20 liter) dapat di
lakukan secara aman. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
pemberian albumin 5 g/l pada parasentesis diatas 5 liter dapat
menurukan komplikasi parasentesis seperti gangguan keseimbangan
elektrolit dan peningkatan serum kreatinin akibat pertukaran cairan
intravaskuler.

3) Transjugular intrahepatik portacaval shunt (TIPS)

Metode ini dilakukan dengan cara memasang paracarval shunt dari


sisi kesisi melalui radiologis dibawah anestesi lokal. Metode ini sering
digunakan untuk asites yang berulang.
DERAJAT

Secara Semikuantitatif

a. Derajat 1+ terdeteksi hanya pada pemeriksaan yang secara seksama.


b. Derajat 2+ dapat mudah terlihat tetapi dengan volume relatif sedikit.
c. Derajat 3+ asites jelas tetapi belum masif.
d. Derajat 4+ asites masif.

D. TEORI DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Assisment keperawatan
a. Identitas
Umur, nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : sulit untuk bernapas (sesak) dan sulit
beraktivitas
2) Penyakit sekarang : bagian perut membesar, mual, muntah,
sesak napas, sulit beraktivitas, lemah, nyeri
3) Penyakit dahulu : pernah ada menderita penyakit yang sama
4) Penyakit keluarga : adanya angota keluarga yang pernah
mengalami penyakit yang sama
c. Pemeriksaan fisik
1) System pernapasan : sesak, epistaksia, napas dangkal,
pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi suara napas, nyeri
dada
2) System kardiovaskuler : terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
bias cepat/lambat, penurunan tekanan darah
3) System integument : kulit tampak ikterik, tugor kulit
kembali >3 detik, kulit teraba agak kering, kulit diperut
menjadi kelihatan agak tipis
4) System perkemihan : produksi urine bias menurun,
kadang-kadang bias kurang dari 30 ͨ /ͨ jam
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan natrium
dan intake cairan yang tidak adekuat
2. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan asites
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tugor kulit yang kurang baik dan asites

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan natrium
dan intake cairan yang tidak adekuat
a. tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x8
jam dinas masalah volume cairan (kelebihan) dapat teratasi
b. criteria : asites di perut berkurang
lingkar perut menjadi normal
intake dan output berimbang
c. intervensi :
1) kaji intake dan output cairan tiap hari
R : mengevaluasi intake dan output sudah berimbang
2) observasi lingkar perut tiap hari
R : mengevaluasi ukuran asites perut klien
3) berikan diet yang rendah garam
R : natrium dapat berubah menjadi cairan
4) jelaskan alasannya harus diberi diet rendah garam
R : biar klien tau alasan dari diberikannya diet rendah garam
5) kolaborasi dalam pemberian obat diuretic
R : mengurangi edema dan asites
2. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan asites
a. tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x8
jam dinas masalah resiko tinggi pola napas tidak efektif dapat
teratasi
b. kriteria : respirasi : 18-20 x/menit
tanda-tanda sesak napas tidak ada
TTV normal
c. intervensi :
1) kaji pola napas klien
R : mengevaluasi pola napas yang tidak efektif
2) observasi TTV
R : mengevaluasi respirasi klien cepat/lambat
3) auskultasi suara napas dan jantung
R : mengetahui suara napas dan jantung
4) latih teknik napas dalam
R : mengurangi rasa sesak
5) kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian O2
R : apabila klien makin sesak kita dapat mengetahui tindakan
keperawatan selanjutnya
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tugor kulit yang kurang baik dan asites
a. tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x8
jam dinas masalah resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
belum terjadi
b. kriteria : tugor kulit baik
lingkar perut normal
tidak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit
c. intervensi :
1) kaji keadaan kulit klien
R : mengevaluasi ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit
2) observasi keadaan asites klien
R : asites diperut semakin besar akan merusak integritas kulit
3) tinggikan ekstrimitas bagian bawah
R : mengurangi edema pada bagian ekstrimitas bawah
4) beri tahu klien untuk mika miki
R : biar tidak terjadi kerusakan integritas kulit
5) kolaborasi dengan tim kesehatan lain
R : memudahkan tindakan keperwatan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Giner P. dkk, currents concepts : managemen of cirhasis and asites : 2004


Muhin, H. 2008. Panduan ilmu penyakit dalam. Jakarta : EGC
Nanda nic-noc. 2009. Panduan asuhan keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai