Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan

Perdarahan SCBB ( Saluran Cerna Bagian Bawah )

Disusun Oleh :
Virky Ardia Supratman AM.Kep

Pelatihan ICU Gelombang IV


Santosa Hospital Bandung Central
2018
Perdarahan SCBB ( Saluran Cerna Bagian Bawah )

1. Definisi
Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana
saja disepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa
ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga
tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang
terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosiarteri akan mengeluarkan
darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaanmedis saja.
(Mansjoer, 2000).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) dapat didefinisikan sebagai
perdarahan yang terjadi atau bersumber pada saluran cerna di bagian distal dari
ligamentum Treitz. Jadi dapat berasal dari usus kecil dan usus besar. Pada umumnya
perdarahan ini (sekitar 85%) ditandai dengan keluarnya darah segar per anum/per
rektal yang bersifat akut, transient, berhenti sendiri, dan tidak mempengaruhi
hemodinamik.
Perdarahan saluran cerna bagian bawah didefinisikan sebagai perdarahan
yang berasal dari bagian bawah ligamentum treitz dan menyebabkan ketidakstabilan
dari tanda vital dan terkadang ditandai dengan anemia dengan atau tanpa transfusi
darah (Cagir, 2011).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah memiliki gejala yang cukup bervariasi
dari hematokezia sampai perdarahan yang masif dengan syok

2. Etiologi
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah sebagai berikut :
 Tumor ganas
 Polip
 Kolitis ulseratif
 Penyakit Chron
 Angiodiplasia
 Divertikula
 Hemorhoid
 Fistula rectal
 Hemoragik massif saluran cerna bagian atas
(Suparman, 1987)
3. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk
mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar.
Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi
mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat
pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan
penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan
curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat
pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime
anaerobi, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek
pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut
akan mengalami kegagalan

4. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


a. Darah merah segar lewat rectum
Menunjukkan adanya bahwa sumber perdarahan berasal dari saluran
gastrointestinal bagian bawah.
b. Laju perdarahan yang lebih lambat atau perdarahan berkala terutama bagian kolon
yang lebih proksimal, dapat memperlihatkan tinja berwarna merah tua atau tinja
“jeli kismis” atau bahkan melena. Feses seperti air secara konsisten terjadi pada
semua orang yang mengakumulasi 500 ml darah dalam lambungnya.  Melena
dikeluarkan bila minimal 60 ml darah telah memasuki traktus
intestinal.  Perdarahan massif pada sluran cerna atas sejalan dengan peningkatan
motilitas intestinal yang terjadi mengakibatkan feses mengandung darah merah
terang.
c. Selain tanda dan gejala tersebut di atas, antara lain yaitu :
1) Peningkatan Suhu tubuh karena perdarahan yang hebat.
2) Peningkatan bising usus karena sensitivitas  usus besar terhadap darah.
3) Nausea
4) Pucat
5) Akral dingin sebagai akibat dari kontraksi pembuluh darah yang ada di kulit,
paru-paru, intestine, hepar dan ginjal karena pelepasan katekolamin. Sehingga
akan meningkatkan aliran volume darah ke jantung dan otak. Karena
penurunan aliran darah pada kulit, maka kulit pasien akan dingin saat
disentuh.
6) Syok disertai tachicardi yang  dan hipotensi yang nyata.
d. Pengkajian kehilangan darah
 Perdarahan < 800 ml : lemah, cemas, berkeringat, suhu tubuh meningkat 38,4
– 39 derajat celcius, bising usus >>.
 Perdarahan > 800 ml : ↑ heart rate, sebagai kompensasi untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat dan mencegah terjadi syok,
penrunan aliran darah ke perifer ( akral dingin ), berkurangnya aliran darah ke
paru ( hiperventilasi ), meningkatnya produk sisa darah dan penurunan aliran
darah di ginjal meneybabkan peningkatan Basal Urea Nitrogen ( BUN ) ↑
 Perubahan TD > 10 mmHg dengan pe ↑ HR 20 x/mnt menandakan kehilangan
darah > 1000 ml
 Klien mungkin mengalami nyeri lambung, abdomen distensi, dan pe ↑ bising
usus

5. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluaran darah merah segar lewat rectum
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan darah segar yang keluar melalui anus
(hematokezia) atau dengan keluhan tinja yang berwarna hitam dengan bau yang
khas (melena). Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran
cerna bagian atas atau usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal dari
perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas. Tidak semua
kotoran hitam ini melena karena bismuth, sarcol, lycorice, obatobatan yang
mengandung besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan faeces menjadi hitam.
Oleh karena itu perlu ditanyakan pada anamnesis riwayat obat-obatan. Perlu
ditanyakan keluhan lain untuk mencari sumber perdarahan.
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat mengidap : Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus
peptikum
2) Kanker saluran pencernaan bagian atas
3) Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4) Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5) Kebiasaan/gaya hidup : Alkoholisme, kebiasaan makan

6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan mengarah kepada penyebab
perdarahan. Dapat diemukan adanya nyeri abdomen, terabanya massa diabdomen
(mengarah pada neoplasma), fissura ani, pada rectal touche:
adanya darah pada saat pemeriksaan, adanya massa berupa hemoroid, tumor rectum.
Segera nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi postural (Tilt
test).
Pemeriksaan fisis abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan
(iskemia mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa intraabdomen
(tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn).
Pemeriksaan sistemik lainnya: adanya artritis (inflammatory bowel disease),
demam (kolitis infeksi), gizi buruk (kanker), penyakit jantung koroner (kolitis
iskemia).
Pada perdarahan samar karena defisiensi besi yang serius biasanya muncul berupa
pucat, takikardia, hipotensi postural, dan aktivitas jantung yang hiperdinamik akibat
tingginya curah jantung. Temuan lain yang jarang di antaranya papil, edem, tuli,
parese, nervus kranial, perdarahan retina, koilonetia, glositis, dan
kilosis.Limfadenopati masa hepatosplemegali atau ikterus merupakan petunjuk ke
arah keganasan sementara nyeri epigastrium ditemukan pada penyakit asam lambung.
Splenomegali, ikterus atau spider
nevi meningkatkan kemungkinan kehilangan darah akibat gastropati hipertensi portal.
Beberapa kelainan kulit seperti telangiektasia merupakan petunjuk kemungkinan
telangiektasia hemoragik yang herediter

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap, Hemostasis Lengkap, Tes Darah Samar,
Pemeriksaan Defisiensi Besi.
b. Kolonoskopi digunakan untuk mengevaluasi adanya tumor, peradangan atau oplip
di dalam kolon. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
daerah anstomotik dari pembedahan dan mengkaji derajat striktura baik karena
pembedahan atau peradangan.
c. Scintigraphy dan angiografi. Prosedur ini sangat berguna untuk menentukan
tempat perdarahan yang biasanya sulit ditentukan. Kateter ditempatkan baik pada
arteri mesenterika superior dan inferior, dan disuntikan kontras. Arteriografi juga
sangat membantu dalam menemukan aneurisme aorta.
d. Pemeriksaan radiografi lainnnya: Enema barium dilakukan dengan memasukkan
barium melalui rektum dalam posisi retrograde ke dalam seluruh kolon. Salutan
tipis barium dapat membantu memperlihatkan letak tumor, polip, diverticulitis
atau perdangan seperti Penyakit Crohn atau Kolitis ulcerative.

8. Analisa Data
No. Data Patofisiologi Diagnosa keperawatan

1. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Ketidakefektifan pola
Data Obyektif: ↓ nafas
-      Meluasnya jaringan fibrosis

Hipertensi portal

Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites

Sesak

Penurunan expansi paru

Ketidakefektifan pola nafas
2. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Ketidakseimbangan
Data Obyektif: ↓ nutrisi kurang dari
-      Meluasnya jaringan fibrosis kebutuhan tubuh

Hipertensi portal

Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites

Pembuluh ruptur

Perdarahan di lambung

Muntah darah dan berak darah

Mual muntah dan nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Intoleransi aktivitas
Data Obyektif: ↓
-      Meluasnya jaringan fibrosis

Hipertensi portal

Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites

Pembuluh ruptur

Perdarahan di lambung

Muntah darah dan berak darah

Mual muntah dan nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas
4. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Resiko syok
Data Obyektif: ↓ (hipovolemik)
-     Meluasnya jaringan fibrosis

Hipertensi portal

Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites

Pembuluh ruptur

Perdarahan di lambung

Muntah darah dan berak darah

Hb menurun (anemis)

Plasma darah menurun

Resiko syok (hipovolemik)
5. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Ansietas
Data Obyektif:   ↓
Meluasnya jaringan fibrosis

Hipertensi portal

Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites

Pembuluh ruptur

Perdarahan di lambung

Muntah darah dan berak darah

Kurangnya informasi yang didapat

Ansietas
6.. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Difisiensi pengetahuan
Data Obyektif:   ↓
Meluasnya jaringan fibrosis

Hipertensi portal

Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites

Pembuluh ruptur

Perdarahan di lambung

Muntah darah dan berak darah

Kurangnya informasi yang didapat

Ansietas

Difisiensi pengetahuan

9. Diagnosa Keperawatan berdasarkan proritas


a. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
untuk memproses/mencerna makanan
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
d. Resiko syok (hipovolemik) b/d perdarahan dilambung
e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang perawatan penyakitnya
f. Difisiensi pengetahuan

10. Rencana Perawatan


No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan  ·Respiratori Airway management
pola nafas b/d status: ventilation, 1. Buka jalan nafas, gunakan
penurunan airway patency teknik chin lift atau jaw thrust
ekspansi paru  Vital sign status bila perlu
Kriteria hasil: 2. Posisikan pasien untuk
1. Mendemonstrasik memaksimalkan ventilasi
an batuk efektif 3. Lakukan fisioterapi dada
dan suara nafas 4. Keluarkan secret dengan
yang bersih, tidak batuk atau suction
ada sianosi dan 5. Auskultasi suara nafas, catat
dypsnea adanya suara nafas tambahan
2. Menjukkan jalan 6. Berikan bronkodilator jika
nafas yang paten perlu
3. TTV dalam 7. Monitor respirasi dan status
rentang normal O2
2. Ketidakseimbanga Nutritional status Nutritional management
n nutrisi kurang Kriteria hasil: 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan 1. Adanya 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
tubuh b/d peningkatan BB untuk menetukan jumlah
ketidakmampuan sesuai dengan kalori an nutrisi yang
untuk tujuan dibutukan pasien
memproses/mence 2. BB sesuai dengan 3. Anjurkan pasien untuk
rna makanan TB meningkatkan asupan Fe
3. Mampu 4. Anjurkan pasien untuk
mengidentifikasi meningkatkan konsumsi
kebutuhan nutrisi protein dan Vit.C
4. Tidak terjadi 5. Berikan substansi gula
penurunan BB 6. Monitor jumlah nutrisi dan
yang berarti kandungan kalori
7. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
3. Intoleransi Energy conservation Activity therapy
aktivitas b/d Activity tolerance 1. Bantu klien untuk
kelemahan Self care :ADLs mengidentifikasi aktivitas
1. Berpartisifasi yang mampu dilakukan
dala, aktivitas 2. Bantu untuk
fisik tanpa mengidentifikasikan dan
disertai mendapatkan sumber yang
peningkatan sesuai dengan kemampuan
TD,RR dan nadi fisik, psikolog dan social
2. Mampu 3. Sediakan penguatan positif
melakukan bagi yang aktif beraktivitas
aktivitas sehari- 4. Bantu pasien untuk
hari secara mengembangkan motivasi diri
mandiri dan penguatan
3. TTV normal 5. Monitor respon fisik,emosi,
4. Energy sosial dan spiritual
psikomotor
5. Level kelemahan
6. Mampu
berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
7. Status
kardiopulmunary
adekuat
4. Resiko syok Syok prevention Syok prevention
(hipovolemik) b/d 1. Nadi dalam batas 1. Monitor status sirkulasi BP,
perdarahan yang diharapan warna kulit, suhu kulit, dan
dilambung 2. Irama jantung TTV
dalam batas yang 2. Monitor tanda inadekuat
diharapkan oksigenasi jaringan
3. Frekuensi nafas 3. Monitor suhu dan pernafasan
dalam batas 4. Pantau nilai laboratorium
normal 5. Monitor tanda dan gejala
4. Natrium serum, asites
kalium serum, 6. Monitor tanda awal syok
klorida serum, 7. Berikan vasodilator yang
kalsium serum, tepat
magnesium 8. Ajarkan keluarga dan pasien
serum, PH darah tentang tanda dan gejalany
serum dbn. adatangnya syok
5. Ansietas b/d Anxiety self control Anxiety reduction
kurang Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang
pengetahuan Coping menenangkan
tentang perawatan Kriteria hasil: 2. Dengarkan dengan penu
penyakitnya 1. Klien mampu perhatian
mengidentifikasika 3. Identifikasi tingkat kecemasan
n dan 4. Bantu pasien mengenal situasi
mengungkapkan yang menimbulkan
gejala cemas kecemasan
2. Mengidentifikasi, 5. Dorong pasien untuk
mengungkapkan mengungkapkan perasaan,
dan menunjukkan ketakutan, persepsi
teknik untuk 6. Berikan obat untuk
mengontrol cemas mengurangi kecemasan
3. TTV dalam batas
normal

6. Difisiensi Knowledge :desease Teaching :


pengetahuan process 1. Berikan penilaian tentang
Knowledge : health tingkat pengetahuan pasien
behaviour tentang proses penyakit yang
1. Pasien dan spesifik
keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan penyakit
pemahaman 3. Jelaskan tanda dan gejala
tentang penyakit, yang muncul dari penyakit
kondisi, prognosis 4. Gambarkan proses penyakit
dan program dengan cara yang tepat
pengobatan 5. Sediakan informasi pada
2. Pasien dan pasien tentang kondisi
keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

11. Daftar Pustaka

Suparman. (1987). Ilmu penyakit dalam. (Jilid I, edisi kedua). Jakarta: Balai Penerbit


FKUI
Jay H. Stein, MD. (1994). Panduan Klinik ILMU PENYAKIT DALAM (Internal
Medicine: Diagnosis & Therapy. (Edisi 3). Jakarta: EGC
Harrison. (1995). Prisnsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Harrison’s Principles of
Internal Medicine). (Volume 1, edisi 13). Jakarta: EG
Hudak dan Galo. (1996). Keperawatan kritis: Pendekatan holistik (Vol. II, edisi
6). Jakarta: EGC.
Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku: Penuntun kedaruratan
medis. (edisi 5). Jakarta ; EGC.
Carpenito Linda Juall. 1999 .Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta
Arief.2000. Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;Jakarta
Inayah.2004.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan.
Selemba Medika;Jakarta
Abdullah. Murdani, Sudoyo. Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Dep. IPD. FKUI.
Nurarif, Amin Huda& Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Dagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 2. Yogyakarta: Medi
Action
Asuhan Keperawatan Pada Tn.K
Dengan Gangguan Gatrointestinal : Perdarahan SCBB
( Saluran Cerna Bagian Bawah )
di Ruang HCU Santosa Hospital Bandung Central

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a) Nama Pasien :
b) Umur :
c) No. RM :
d) Tanggal pengkajian :
e) Pukul :

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Diagnosa Masuk
c) Riwayat penyakit yang pernah dialami

3. Tingkat Kesadaran
a) Kesadaran Kuantitatif ( GCS )
b) Kesadaran Kualitatif

4. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda Vital dan Hemodinamik
b) Pemeriksaan Fisik ( Head to toe )

5. Pola aktivitas sehari-hari


a) Istirahat dan Tidur
b) Makan dan Minum
c) Eliminasi
d) Kebersihan diri

6. Sisitem Sosial Ekonomi

7. Data Spiritual
8. Tingkat Pengetahuan
a) Penyakit yang diderita
b) Pengobatan dan perawatan
c) Diit
d) Aktivitas

9. Pendidikan Kesehatan

10. Pemeriksaan Penunjang


a) Laboratorium
b) Radiologi
c) Elektrokardiogram
d) ECHO
e) CT-SCAN
f) USG
g) Dll

B. Analisa Data ( PES )

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

DS :

DO :

C. Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas


1. ..
2. ..
3. ..

D. Rencana Perawatan

Dx Tujuan Intervensi Rasional


DS :

DO :

E. Tindakan Perawatan
Dx Implementasi Evaluasi Hari/Tanggal/Waktu Paraf

F. Catatan Perkembangan

Tanggal Dx Perkembangan Paraf


S :
O:
A:
P:
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN
PERDARAHAN SCBB (SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH)
DI RUANG HCU SANTOSA BANDUNG CENTRAL
TAHUN 2018

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas pelatihan perawat ICU dasar gelombang IV
di Santosa Hospital Bandung Central (05 Februari-23 Maret 2018)

DISUSUN OLEH :
VIRKY ARDIA SUPRATMAN AM.Kep
RSUD. R. SYAMSUDIN, S.H KOTA SUKABUMI
Patoflow

Infeksi hepatitis Peradangan hati dan


viral tipe B/C nekrosis sel-sel hati

Sel hati kolaps secara Meluasnya jaringan


extensi fibrosis

Distorsi pembuluh- Hipertensi portal


pembuluh darah hati

Ostropsi vena portal Terbentuknya varises


esotogus, lambung,
pembesaran limfe,
Sirosis hepatis dan asites

Ketidakseimbangan Pembuluh ruptur Sesak


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas Perdarahan di lambung Penurunan ekspansi


paru

Mual, muntah dan Muntah darah dan Ketidakefektifan


nafsu makan berak darah pola nafas
menurun

Hb menurun Ansietas Kurangnya informasi


menyebabkan anemia yang didapat
Defisiensi pengetahuan

Plasma darah
Resiko syok (hipovolemik)
menurun

Anda mungkin juga menyukai