Disusun Oleh :
Virky Ardia Supratman AM.Kep
1. Definisi
Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana
saja disepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa
ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga
tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang
terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosiarteri akan mengeluarkan
darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaanmedis saja.
(Mansjoer, 2000).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) dapat didefinisikan sebagai
perdarahan yang terjadi atau bersumber pada saluran cerna di bagian distal dari
ligamentum Treitz. Jadi dapat berasal dari usus kecil dan usus besar. Pada umumnya
perdarahan ini (sekitar 85%) ditandai dengan keluarnya darah segar per anum/per
rektal yang bersifat akut, transient, berhenti sendiri, dan tidak mempengaruhi
hemodinamik.
Perdarahan saluran cerna bagian bawah didefinisikan sebagai perdarahan
yang berasal dari bagian bawah ligamentum treitz dan menyebabkan ketidakstabilan
dari tanda vital dan terkadang ditandai dengan anemia dengan atau tanpa transfusi
darah (Cagir, 2011).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah memiliki gejala yang cukup bervariasi
dari hematokezia sampai perdarahan yang masif dengan syok
2. Etiologi
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah sebagai berikut :
Tumor ganas
Polip
Kolitis ulseratif
Penyakit Chron
Angiodiplasia
Divertikula
Hemorhoid
Fistula rectal
Hemoragik massif saluran cerna bagian atas
(Suparman, 1987)
3. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk
mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar.
Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi
mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat
pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan
penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan
curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat
pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime
anaerobi, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek
pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut
akan mengalami kegagalan
5. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluaran darah merah segar lewat rectum
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan darah segar yang keluar melalui anus
(hematokezia) atau dengan keluhan tinja yang berwarna hitam dengan bau yang
khas (melena). Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran
cerna bagian atas atau usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal dari
perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas. Tidak semua
kotoran hitam ini melena karena bismuth, sarcol, lycorice, obatobatan yang
mengandung besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan faeces menjadi hitam.
Oleh karena itu perlu ditanyakan pada anamnesis riwayat obat-obatan. Perlu
ditanyakan keluhan lain untuk mencari sumber perdarahan.
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat mengidap : Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus
peptikum
2) Kanker saluran pencernaan bagian atas
3) Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4) Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5) Kebiasaan/gaya hidup : Alkoholisme, kebiasaan makan
6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan mengarah kepada penyebab
perdarahan. Dapat diemukan adanya nyeri abdomen, terabanya massa diabdomen
(mengarah pada neoplasma), fissura ani, pada rectal touche:
adanya darah pada saat pemeriksaan, adanya massa berupa hemoroid, tumor rectum.
Segera nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi postural (Tilt
test).
Pemeriksaan fisis abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan
(iskemia mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa intraabdomen
(tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn).
Pemeriksaan sistemik lainnya: adanya artritis (inflammatory bowel disease),
demam (kolitis infeksi), gizi buruk (kanker), penyakit jantung koroner (kolitis
iskemia).
Pada perdarahan samar karena defisiensi besi yang serius biasanya muncul berupa
pucat, takikardia, hipotensi postural, dan aktivitas jantung yang hiperdinamik akibat
tingginya curah jantung. Temuan lain yang jarang di antaranya papil, edem, tuli,
parese, nervus kranial, perdarahan retina, koilonetia, glositis, dan
kilosis.Limfadenopati masa hepatosplemegali atau ikterus merupakan petunjuk ke
arah keganasan sementara nyeri epigastrium ditemukan pada penyakit asam lambung.
Splenomegali, ikterus atau spider
nevi meningkatkan kemungkinan kehilangan darah akibat gastropati hipertensi portal.
Beberapa kelainan kulit seperti telangiektasia merupakan petunjuk kemungkinan
telangiektasia hemoragik yang herediter
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap, Hemostasis Lengkap, Tes Darah Samar,
Pemeriksaan Defisiensi Besi.
b. Kolonoskopi digunakan untuk mengevaluasi adanya tumor, peradangan atau oplip
di dalam kolon. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
daerah anstomotik dari pembedahan dan mengkaji derajat striktura baik karena
pembedahan atau peradangan.
c. Scintigraphy dan angiografi. Prosedur ini sangat berguna untuk menentukan
tempat perdarahan yang biasanya sulit ditentukan. Kateter ditempatkan baik pada
arteri mesenterika superior dan inferior, dan disuntikan kontras. Arteriografi juga
sangat membantu dalam menemukan aneurisme aorta.
d. Pemeriksaan radiografi lainnnya: Enema barium dilakukan dengan memasukkan
barium melalui rektum dalam posisi retrograde ke dalam seluruh kolon. Salutan
tipis barium dapat membantu memperlihatkan letak tumor, polip, diverticulitis
atau perdangan seperti Penyakit Crohn atau Kolitis ulcerative.
8. Analisa Data
No. Data Patofisiologi Diagnosa keperawatan
1. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Ketidakefektifan pola
Data Obyektif: ↓ nafas
- Meluasnya jaringan fibrosis
↓
Hipertensi portal
↓
Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites
↓
Sesak
↓
Penurunan expansi paru
↓
Ketidakefektifan pola nafas
2. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Ketidakseimbangan
Data Obyektif: ↓ nutrisi kurang dari
- Meluasnya jaringan fibrosis kebutuhan tubuh
↓
Hipertensi portal
↓
Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites
↓
Pembuluh ruptur
↓
Perdarahan di lambung
↓
Muntah darah dan berak darah
↓
Mual muntah dan nafsu makan menurun
↓
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Intoleransi aktivitas
Data Obyektif: ↓
- Meluasnya jaringan fibrosis
↓
Hipertensi portal
↓
Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites
↓
Pembuluh ruptur
↓
Perdarahan di lambung
↓
Muntah darah dan berak darah
↓
Mual muntah dan nafsu makan menurun
↓
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
↓
Intoleransi aktivitas
4. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Resiko syok
Data Obyektif: ↓ (hipovolemik)
- Meluasnya jaringan fibrosis
↓
Hipertensi portal
↓
Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites
↓
Pembuluh ruptur
↓
Perdarahan di lambung
↓
Muntah darah dan berak darah
↓
Hb menurun (anemis)
↓
Plasma darah menurun
↓
Resiko syok (hipovolemik)
5. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Ansietas
Data Obyektif: ↓
Meluasnya jaringan fibrosis
↓
Hipertensi portal
↓
Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites
↓
Pembuluh ruptur
↓
Perdarahan di lambung
↓
Muntah darah dan berak darah
↓
Kurangnya informasi yang didapat
↓
Ansietas
6.. Data Subyektif : Peradangan hati dan nekrosis sel-sel hati Difisiensi pengetahuan
Data Obyektif: ↓
Meluasnya jaringan fibrosis
↓
Hipertensi portal
↓
Terbentuknya varises esotogus, lambung,
pembesaran limfa dan asites
↓
Pembuluh ruptur
↓
Perdarahan di lambung
↓
Muntah darah dan berak darah
↓
Kurangnya informasi yang didapat
↓
Ansietas
↓
Difisiensi pengetahuan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a) Nama Pasien :
b) Umur :
c) No. RM :
d) Tanggal pengkajian :
e) Pukul :
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Diagnosa Masuk
c) Riwayat penyakit yang pernah dialami
3. Tingkat Kesadaran
a) Kesadaran Kuantitatif ( GCS )
b) Kesadaran Kualitatif
4. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda Vital dan Hemodinamik
b) Pemeriksaan Fisik ( Head to toe )
7. Data Spiritual
8. Tingkat Pengetahuan
a) Penyakit yang diderita
b) Pengobatan dan perawatan
c) Diit
d) Aktivitas
9. Pendidikan Kesehatan
DS :
DO :
D. Rencana Perawatan
DO :
E. Tindakan Perawatan
Dx Implementasi Evaluasi Hari/Tanggal/Waktu Paraf
F. Catatan Perkembangan
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas pelatihan perawat ICU dasar gelombang IV
di Santosa Hospital Bandung Central (05 Februari-23 Maret 2018)
DISUSUN OLEH :
VIRKY ARDIA SUPRATMAN AM.Kep
RSUD. R. SYAMSUDIN, S.H KOTA SUKABUMI
Patoflow
Plasma darah
Resiko syok (hipovolemik)
menurun