PENDAHULUAN
Manifestasi klinis yang umum terjadi pada perdarahan SCBA dapat berupa
hematemesis atau melena. Hematemesis dapat berupa perdarahan dengan warna
merah terag ataupun ataupun kecoklatan. Melena dapat terjadi setelah kehilangan
darah sebanyak 50-100 ml disaluran cerna bagian atas, sedangkan hematoskezia
perdarahan yang terjadi lebih dari 1000ml meskipun umumnya hematoskezia
terjadi pada saluran cerna yang lebih rendah misalnya kolon. Namun, perdarahan
SCBA yang masif dapat juga mengakibatkan terjadinya hematoskezia.3
1
Pengelolaan dasar pada pasien dengan perdarahan SCBA sama seperti
pengelolaan pendarahan pada umumnya, yaitu meliputi pemeriksaan awal,
resusitasi, diagnosis, dan terapi. Tujuan utamanya adalah mempertahankan
stabilitas hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah terjadinya
perdarahan ulang. Tegaknya diagnosis penyebab perdarahan sangat menentukan
langkah terapi yang diambil.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Kejadian perdarahan SCBA menunjukkan adanya variasi geografis yang
besar mulai dari 48-160 kasus per 100.000 penduduk, dengan kejadian lebih
tinggi pada pria dan usia lanjut. Hal ini dapat dijelaskan oleh karena berbagai
penyebab, mulai dari perbedaan definisi perdarahan SCBA, karakteristik populasi,
prevalensi obat-obatan penyebab ulkus dan Helicobacter pylori.2
2.3 Etiopatogenesis
1. Ulkus Peptikum
3
terjadinya hipersekresi dari asam lambung yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau erosi pada mukosa lambung hal inilah yang dapat mengakibatkan
terjadinya perdarahan pada lambung. Sama halnya dengan pemakainan NSAID
jagka panjang, peningkatan sekresi asam lambung dan menurunnya produksi
mukus lambung dapat mengakibatkan terjadiya erosi pada mukosa lambung yang
dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan.5
2. Varises Esofagus
Varises esofagus terjadi akibat adanya obstruksi pada aliran vena porta
pada keadaan sirosis hepatis. Keadaan ini dapat menigkatkan tekanan pada
pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan ukuran dari pembuluh darah,
penurunan ketebalan dinding pembuluh darah. Keadaan ini mengakibatkan
mudahnya pembuluh darah menjadi ruptur atau pecah. Pecahnya pembuluh darah
pada varises esofagus dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan pada saluran
gastrointestinal. Manifestasi klinis yang dapat dijumpai adalah hematemesis dan
melena jika darah sudah teroksidasi.6
3. Sindrom Mallory-Weiss
4. Gastric Neoplasma
4
2.4 Pemeriksaan Awal pada Perdarahan Saluran Cerna
1. Hipotensi (<90/60 mmHg atau MAP <70 mmHg) dengan frekuensi nadi
>100x/menit.
2. Tekanan diastolik ortostatik turun >10 mmHg atau sistolik turun
>20mmHg.
3. Frekuensi nadi ortostatik meningkat >15x/menit.
4. Akral dingin
5. Kesadaran menurun
6. Anuria atau oliguria (produksi urin <30ml/jam)
1. Hematemesis
2. Hematoskezia
3. Darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik
4. Hipotensi persisten
5. Dalam 24 jam menghabiskan tranfusi darah melebih 800-1000 ml
5
2.5 Stabilisasi Hemodinamik Pada Perdarahan Saluran Cerna
1. Sejak kapan terjadinya perdarahan dan beraoa perkiraan darah yang keluar
2. Riwayat perdarahan sebelumnya
3. Riwayat perdarahan dalam keluarga
4. Ada tidaknya perdarahan dibagian tubuh lain
5. Penggunaan obat-obatan terutama anti inflamasi non steroid dan anti
koagulan
6. Kebiasaan minum alkohol
7. Mencari kemungkinan adanya penyakit hati kronik, demam berdarah,
demam tifoid, gagal ginjal kronik
8. Riwayat tranfusi sebelumnya
6
2. BUN, kreatiin serum; pada perdarahan SCBA pemecehan darah oleh
kuman usus akan mengakibatkan mengakibatka kenaikan BUN, sedangkan
kreatinin serum tetap normal atau sedikit meningkat.
3. Elektrolit (Na, K, Cl); perubahan elektrolit bisa terjadi karena adanya
perdarahan.
4. Pemeriksaan lainnya tergatug jenis kasus yang dihadapi.
Sarana diagnostik yang bisa digunakan pada kasus perdaraha saluran cerna
ialah endoskopi gastrointestinal, radiografi dengan barium, radionuklid, dan
angiografi. Pada semua pasien dengan tanda-tanda perdarahan SCBA atau yang
asal perdarahannya masih meragukan pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan
prosedur pilihan. 1
7
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab serta asal
perdarahan juga unntuk menentukan aktvitas perdarahan. Forest menentukan
klasifikasi perdarahan tukak peptik atas dasar temuan endoskopi yang bermanfaat
untuk menentukan tindakan selanjutnya.1
Forest II – perdarahan berhenti dan Gumpalan darah pada dasar tukak atau
masih terdapat sisa-sisa perdarahan terlihat pembuluh darah
Forest III – Perdarahan berhenti tanpa Lesi tanpa tanda sisa perdarahan
sisa perdarahan
A. Non-Endoskopis
8
unit dalam 100ml dextrose 5%, diberikan 0.5-1mg/menit/iv selama 20-60 menit
dan dapat diulang tiap 3-6jam atau setelah pemberian pertama dilanjtkan per infus
0,1-0,5 U/menit. Vasopresin dapat menimbulkan efek samping serius berupa
insufiensi koroner mendadak, oleh sebab itu pemberiannya disarankan bersamaan
preparat nitrat, misalya notrogliserin intravena dengan dosis awal 40 mcg/menit
dengan tetap mempertahankan tekanan sistolik diatas 90 mmHg.1
9
Hemodinamik stabil
tidak ada perdarahan Hemodinamik tidak
stabil perdarahan aktif
Terapi empiris
Hemodinamik stabil
perdarahan menetap
Hemodinamik stabil
Perdarahan berhenti Obat vasoaktif:
Somatostatin
Octreotide
Perdarahan
Vasopressin + nitrat
berhenti
10