Anda di halaman 1dari 18

PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS

DEFINISI

Perdarahan saluran cerna bagian atasa (SCBA) adalah perdarahan saluran cerna
proksimal dari Ligamentu Treitz. Untuk kepentingan klinik, dibedakan perdarahan
varises esofagus dan non-varises.

TANDA GEJALA

Kemungkinan pasien datang dengan :

 Anemia defisiensi besi akibat perdarahan yang tersembunyi dan telah


berlangsung lama
 Hematemesis dan atau melena dengan atau tanpa anemia, dengan aau tanpa
gangguan hemodinamik, derajat hipovolemi menentukan tingkat kegawatan
pasien

ETIOLOGI

Etiologi tersering : Ruptur varises esofagus, gastritis erosive, ulkus eptikum,


gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss dan keganasan.

FAKTOR RESIKO

Konsumsi NSAID jangka panjang

FAKTOR PREDISPOSISI

Riwayat sirosis hepatis

PENGELOLAAN AWAL

1. Pemeriksaan awal, terutama evaluasi hemodinamik


2. Resusitasi, terutama untuk stabilisasi hemodiamik
3. Anamnesis, PF dan pemeriksaan lain yang diperlukan
4. Mencari sumber perdarahan (Saluran cerna bagian atas atau bawah)
5. Menegakkan diagnosis pasti penyebab pasti perdarahan
6. Terapi untuk menghentikan perdarahan, penyembuhan penyebab, mencegah
perdarahan ulang

PEMERIKSAAN AWAL

Menentukan keparahan perdarahan dengan berfokus pada status hemodinamik.

1) Tekanan darah dan nadi posisi baring


2) Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
3) Ada tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin)
4) Kelayakan napas
5) Tingkat Kesadaran
6) Produksi Urin

Perdarahan akut jumlah besar (>20 % volume intravaskuler)  hemodinamik tidak


stabil. Tanda-tanda hemodinamik tak stabil :

 Hipotensi ( <90/60 mmHg atau MAP < 70mmHg) dengan frekuensi nadi >
100x/menit
 Tekanan diastolic ortostatik turun >10 mmHg atau sistolik turun >20 mmHg
 Frekuensi nadi ortostatik meningkat >15x/menit
 Akral dingin
 Kesadaran menurun
 Anuria atau oliguria (produksi urin <30ml/jam)

Selain kondisi hemodinamik tak stabil, perdarahan dalam jumlah besar dapat
diperkirakan pada kondisi:

 Hematemesis
 Hematokesia (BAB darah segar)
 Darah segar pada aspirasi NGT dan dengan lavage tidak segera jernih
 Hipotensi persisten
 Dalam 24 jam menghabiskan transfuse darah > 800 – 1.000 ml
STABILISASI HEMODINAMIK

Pada kondisi hemodinamik tak stabil :

o Infus cairan kristaloid (Contoh : Larutan garam fisiologis dengan tetesan cepat,
gunakan dua jarum diameter besar, minimal 16 G dan pasang monitor CVP
[Central Venous Pressure]). Jika terdapat hipoalbuminemia berat diperlukan
cairan koloid (biasanya dekstran)
o Bila ada kecurigaan diathesis hemoragik, laukan tes Rumpel-Leede, pemeriksaan
waktu perdarahan, waktu pembekuan, reaksi bekuan darah, PTT dan aPTT.
o Pemberian transfusi darah dipertimbangkan jika :
- Perdarahan dalam kondisi hemodinamik tak stabil
- Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan perkiraan jumlah
perdarahan ≥ 1 liter
- Perdarahan baru atau mash berlangsung dengan Hb < 10g% atau hematocrit
<30%
- Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan menurun

Catatan : Nilai hematocrit seringkali kurang akurat pada saat perdarahan sedang
atau baru berlangsung. Proses hemodilusi cairan ekstravaskuler selesai 24 – 72
jam setelah onset perdarahan. Target pencapaian hematocrit setelah transfuse
darah untuk usia muda kondisi sehat : 20 – 25%, usia lanjut 30 %, hipertensi
portal > 27 – 28%

PEMERIKSAAN LANJUTAN

A. Anamnesis
1. Sejak kapan (onset) perdarahan dan berapa perkiraan darah yang keluar
2. Riwayat perdarahan sebelumnya
3. Riwayat perdarahan dalam keluarga
4. Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
5. Penggunaan obat-obatan (NSAID, antikoagulan)
6. Kebiasaan minum alkohol
7. Cari kemungkinan penyakit hepar kronik, DB, demam tifoid, gagal ginjal
kronik, DM, hipertensi, alergi obat
8. Riwayat tranfusi sebelumnya
B. Pemeriksaan fisik
1. Stigmata penyakit hepar kronik (icterus, spider nevi, asites,
splenomegaly, eritema palmaris, edema tungkai), massa abdomen, nyeri
abdomen, rangsangan peritoneum, penyakit paru, penyakit jantung,
penyakit rematik, dll.
2. Suhu badan dan perdarahan di tempat lain
3. Rectal toucher
4. Aspirat NGT
Aspirat putih keruh  Perdarahan tak aktif
Aspirat merah maroon  Perdarahan massif, kemungkinan besar
perdarahan arteri
5. Tanda-tanda kulit dan mukosa penyakit sistematik yang bisa disertai
perdarahan saluran pencernaan (contoh : pigmentasi mukokutaneus pada
sindrom Peutz – Jegher)
C. Pemeriksaan Penunjang (Bold : Tersedia di faskes primer)
1. Laboratorium darah lengkap
2. X-ray thorax
3. EKG (terutama jika pasien >40 tahun)
4. BUN, kreatinin serum
Pada perdarahan SCBA, pemecahan darah oleh kuman usus akan
meningkatkan BUN, sedangkan kreatinin serum normal atau sedikit
meningkat
5. Elektroli (Na, K, Cl)
6. Pemeriksaan lain tergantung kasus
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

1. Stabilisasi hemodinamik
- Pemasangan IV line
- Oksigen (masker atau canule)
- Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
- Monitor Tekanan Darah, nadi, saturasi oksigen dan keadan lainnya sesuai
dengan komorbid yang ada
2. Pemasangan NGT untuk melakukan bilas lambung sehingga tindakan
endoskopi lebih mudah
3. Tirah baring
4. Puasa/diet hati/lambung
- Injeksi H2 receptor antagonist atau Proton Pumpt Inhibitor (PPI)
- Sitoprotektor (sukralfat 3 – 4 x 1 gram)
- Antasida
- Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis

KRITERIA RUJUKAN

1. Pasien dengan dugaan kuat rupture varises esophagus


2. Bila perdarahan tak berhenti dengan penganan awal di layanan tingkat
pertama
3. Terjadi anemia berat

MEMBEDAKAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS DAN


PERDARAHAN SALURAN CERNA BAWAH

Perdarahan SCBA Perdarahan SCBB


Manifestasi klinik umum Hematemesis dan/melena Hematokezia
Aspirasi NGT Berdarah Jernih
Rasio (BUN/Kreatinin) Meningkat > 35 < 35
Auskultasi usus Hiperaktif Normal
DIAGNOSIS ETIOLOGI PERDARAHAN SCBA

Penegakkan diagnosis pada pasien perdarahan SCBA dapat menggunakan endoskopi.


Jika masih belum jelas, dapat dilakukan pemeriksaan radionuklid atau angiografi.
Pemeriksaan endoskopi selain bisa melihat penyebab dan asal perdarahan, dapat juga
digunakan untuk menentukan aktivitas perdarahan, dengan beracuan pada Kriteria
Forest.

TERAPI
 Non Endoskopis
Gastric lavage melalui NGT dengan air suhu kamar. Prosedur ini diharapkan
mengurangi distensi lambung dan memperbaiki proses hemostatik, namun
manfaat dalam menghentikan perdarahan tidak terbukti. Gastric lavage
dibutuhkan untuk persiapan endoskopi dan dapat digunakan untuk membuat
perkiraan kasar jumlah perdarahan. Dapat pula diberikan vitamin K pada
pasien dengan penyakit hepar kronis yang mengalami perdarahan SCBA.
Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA dengan efek
vasokonstriksi pembuluh darah, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena
porta menurun. Terdapat 2 bentuk sediaan, pitresin (vasopressin murni) dan
preparat pituitary gland (vasopressin dan oxcytocin). Pemberian vasopressin
dengan cara 50 unit vasopressin dalam 100 ml dekstrosa 5%, diberikan 0,5 – 1
mg/menit IV, selama 20 – 60 menit, dapat diulang tiap 3 – 6 jam, atau setelah
pembrian pertama dilanjutkan per infus 0,1 – 0,5 U/menit. Efek samping
vasopressin yaitu insufisiensi coroner mendadak, sehingga pemberian
disarankan bersamaan dengan preparat nitrat.
Somatostatis dan analognya (octreotide) dapat menurunkan aliran darah
splanchnic dan lebih selektif daripada vasopressin. Dapat digunakan baik pada
pedarahan varises maupun non varises. Dosis awal bolus 250 mcg/iv,
dillanjutkan iv per infus 250 mcg/jam selama 12 – 24 jam atau sampai
perdarahan berhenti. Octreotide dosis bolus 100 mcg/iv dilanjut infus 25
mcg/jam selama 8 -24 jam atau sampai perdarahan berhenti.
Obat-obatan anti sekresi asam dapat mencegah perdarahan ulang SCBA akibat
ulkus peptikum, yaitu PPI dosis tinggi. Diawali bolus omeprazole 80 mg IV,
dilanjutkan per infus esomeprazole atau pantoprazol 8 mg/kgBB/jam selama
72 jam. Antasida, sukarlfat dan antagonis reseptor H2 dapat diberikan untuk
penyembuhan lesi mukosa.
Dapat pula digunakan balon tamponade seperti Sengstaken-Blakemore tube
(SB-tube). Komplikasi pemasangan SB-tube antara lain pneumonia aspirasi,
laserasi dan perforasi. Pengembangan balon sebaiknya < 24 jam.
Hemostasis endoskopi merupakan pilihan pada perdarahan akibat varises
esofagus. Ligasi varises adalah pilihan pertama. Ligasi dimulai dari distal
mendekati cardia, bergerak spiral tiap 1 – 2 cm. Bila ligase sulit, alternatifnya
dapat dilakukan skleroterapi. Sklerosan yang sering digunakan antara lain
campuran polidokanol 3%, NaCl 0,9% dan alkohol absolut. Penyuntikan
dimulai dari distal ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5 cm. Pada
perdarahan varises lambung dilakukan penyuntikan cyanoacrylate.
 Endoskopi
Dilakukan untuk perdarahan ulkus yang masih aktif atau untuk ulkus dengan
pembuluh darah yang tampak. Metode terapi bisa dengan Contact Thermal,
non contact thermal (laser) atau Nonthermal (suntik adrenalis, alkokhol,
polidokanol, klip, dsb). Metode yang relative mudah adalah dengan
penyuntikan sub mukosa di sekitar titik perdarahan dengan adrenalin 1 :
10.000 sebanyak 0,5 – 1 ml tiap kali suntik dengan dosis max 10 ml.

 Terapi Radiologi
Terapi angiografi dipeertimbangkan bil perdarahan tetap berlangsung dan
belum bisa ditemukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi gagal dan
pembedahan sangat beresiko. Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan
adalah penyuntikan vasopressin atau embolisasi atrial. Pada perdarahan
varises dapat pula dilakukan TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic
Shunt).
 Pembedahan
Dilakukan bila terapi farmakologis, endoskopi dan radiologi gagal.
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
(HEMATOKEZIA) DAN SAMAR (OCCULT)
DEFINISI
Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) berasal dari saluran cerna distal dari
Ligamentum Treitz. 80% perdarahan SCBB keadaan akut dapat berhenti tidak
sendirinya dan tidak berpengaruh pada tekanan darah (contoh : perdarahan hemoroid,
polip kolon, kanker kolon atau kolitis). Hanya 15% pasien dengan perdarahan berat
dan berdampak pada tekanan darah.
KARAKTERISTIK KLINIK
Hematokezia
Hematokezia adalah darah segar yang keluar dari anus dan meruakan manifestasi
tersering perdarahan SCBB. Hematokezia umumnya menandakan perdarahan dari
kolon, namun perdarahan SCBA dapat menimbulkan hematokezia atau feses warna
maroon.
Melena
Melena yaitu tinja yang berbau hitam dengan bau yang khas. Melena terjadi apabila
hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom lainnya oleh bakteri di
saluran pencernaan setelah 14 jam. Melena biasanya diakibatkan perdarahan saluran
cerna bagian atas, namun dapat pula disebabkan dari usus halus atau kolon bagian
kanan dengan perlambatan mobilitas. BAB berwarna hitam juga dapat disebabkan
oleh bismuth, sarcol, dan obat-obatan yang mengandung besi. Dibutuhkan tes guaiac
untuk menentukan ada tidaknya hemoglobin.
Darah Samar
Darash samar timbul apabila terdapat perdarahan ringan namun tidak sampai
merubah warna feses. Perdarahan jenis ini dapat diketahui dengan tes guaiac.
DIAGNOSIS BANDING
Penyebab tersering perdarahan SCBB adalah perdarahan divertikel kolon,
angiodisplasia dan colitis iskemik. Perdarahan SCBB kronik berulang biasanya
berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon. Perdarahan SCBB seringkali berlangsung
lambat dan intermiten.
Divertikulosis
Perdarahan tidak nyeri, tinja biasanya berwarna merah maroon, dapat juga berwarna
merah. Divertikel banyak ditemukan di kolon sigmoid, namun perdarahan divertikel
biasanya terletak di sebelah kanan. Umumnya berhenti spontan dan tidak berulang,
tidak dibutuhkan pengobatan khsusus.
Angiodisplasia
Angiodisplasia menyebabkan kehilangan darah kronik. Angiodisplasia kolon
biasanya multiple, ukuran kecil diameter <5 mm, biasanya terlokalisir di kolon
sebelah kanan dan caecum. Lesi pada kolon seringkali berkaitan dengan usia tua,
radiasi dan insufisiensi ginjal
Kolitis Iskemia
Terjadi penurunan aliran darah visceral dan tidak terdapat penyempitan pembuluh
darah mesenteric. Pasien umumnya berusia tua. Kadang-kadang dipengaruhi juga
oleh sepsis, perdarahan akibat lain, dan dehidrasi.
Penyakit Perianal
Contohnya : hemoroid, fisura ani. Dapat menimbulkan perdarahan warna merah segar
tapi tidak bercampur dengan feces.
Neoplasia Kolon
Tumor kolon jinak dan ganas biasanya berhubungan dengan perdarahan berulang atau
darah samar. Neoplasia usus halus meningkat pada pasien IBD.
Penyebab Lain
Kolitis dapat terjadi pada IBD, infeksi dan terapi radiasi. Diverticulum Meckel juga
dapat berdarah dalam jumlah yang banyak. Umumnya pasien anak-anak dengan
perdarahan segar maupun hitam dan tidak nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran
berwarna maroon dan disertai nyeri di tempat polip atau tumor ganas pada dewasa.
Hipertensi porta dapat menimbulkan varises dan menyebabkan perdarahan dalam
jumlah besar. Penyebab lain antara lain fistula autoenterik, ulkus rektal dan ulkus
caecum.
PENDEKATAN KLINIS
Anamnesis
Keluhan :
1. Pasien datang dengan keluhan hematokezia, bisa juga dengan melena
2. Perdarahan dari diverticulum biasanya tidakn nyeri, tinja erwarna merah atau
merah maroon
3. Hemoroid dan fisura ani biasanya menyebabkan perdarahan merah segar
namun tidak bercampur dengan feses
4. Pasien dengan perdarahan occult umumnya tidak ada gejala atau hanya
merasa lelah
5. Tanyakan adanya pemakaian obat anti-koagulan, cari adanya gejala sistemik
seperti demam lama (tifoid, colitis infeksi), penurunan berat badan,
limfadenopati, massa yang teraba, perubahan pola defekasi (keganasan), tanpa
rasa nyeri (jemoroid interna angiodisplasia), nyeri perut (colitis infeksi,
iskemia mesenterial), tenesmus ani (fisura, disentri)

PEMERIKSAAN FISIK

1. Rectal Touch
Ditemukan darah segar
2. Tanda vital
Nilai apakah terdapat hipotensi postural atau shock
3. Pemeriksaan fisik abdomen
Nilai apakah terdapat nyeri tekan (iskemia mesenterial), rangsang peritoneal
(diverticulitis), massa intra abdomen (keganasan, amuboma, Crohn disease)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Darah perifer lengkap


 Feses rutin
 Tes darah samar
Berikut hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan darah samar pada masing-
masing lokasi perdarahan.

 Endoskopi
Dilakukan pemeriksaan kolonoskopi untuk menentukan sumber perdarahan,
dapat juga digunakan untuk prosedur terapeutik, menghentikan perdarahan.
Apabila hasil temuan negative dengan kolonoskopi, dapat dilakukan
enteroskopi atau endoskopi kapsul
 Scintigraphy dan angiografi
Pada perdarahan berat tidak memungkinkan pemeriksaan kolonoskopi,
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan angiografi dengan perdarahan > ½
ml/menit. Sebelum pemeriksaan angiografi, sebaiknya diperiksa dengan
scintigraphy bila lokasi perdarahan tidak dapat ditemukan. Dapat pula
digunakan Helical CT-angiography.
 Pemeriksaan radiografi lainnya
Barium enema dapat digunakan dalam diagnosis dan terapi.
PENATALAKSANAAN

1. Stabilisasi hemodinamik
a. Pemasangan IV line
b. Oksigen masker/canule
c. Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
d. Monitor tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lain sesuai
dengan komorbid pasien

Tidak perlu dipasang NGT. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium,


dilakukan segera pada kasus-kasus yang membutuhkan transfuse >3 unit pack
red cell.

2. Medikamentosa
Beberapa perdarahan SCBB dapat diobati dengan medikamentosa. Hemoroid
dan fisura ani serta ulkus peptikum soliter dapat diobati dengan bulk-forming
agent, sithz baths¸dan menghindari mengejan. Kombinasi estrogen dan
progesterone dapat mengurangi perdarahan pada pasien angiodisplasia. Pada
IBD dapat diberikan obat-obatan anti inflamasi. Formalin intrarektal dapat
memperbaiki perdarahan pada proktitis radiasi.
3. Kehilangan darah samar memerlukan suplementasi besi Ferrosulfat 325 mg
3x/hari.
4. Terapi endoskopi
Pada angiodisplasia dan perbahan vascular pada colitis radiasi dapat dilakukan
colonoscopic bipolar cautery, monopolar cautery, heater probe application,
argan plasma coagulation dan Nd:YAG laser. Kolonoskopi juga dapat
digunakan untuk ablasi dan reseksi polip yang berdarah atau mengendalikan
perdarahan pada keganasan kolon. Sigmoidoskopi dapat digunakan untuk
ligase pembuluh darah.
5. Angiografi terapeutik
Jika kolonoskopi gagal atau tidak dapat dilakukan, angiografi dapat
digunakan. Embolisasi arteri dengan polyvinyl alkohol atau mikrokoil dapat
dilakukan. Embolisasi angiografi merupakan pilihan terakhir karena memiliki
resiko infark kolon.
6. Terapi bedah
Pada kasus divertikel Meckel atau keganasan, bedah merupakan pendekatan
utama setelah keadaan pasien stabil. Hemikolektomi atau hemilektomi
subtotal dapat dilakukan pada kasus perdarahan berulang tanpa smber
perdarahan yang jelas.

KRITERIA RUJUKAN

Perdarahan SCBB yang terus-menerus.


PERDARAHAN SAMAR (OCCULT)

Kebanyakan perdarahan samar saluran cerna bersifat kronik dan bila cukup banyak
dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

Penyebab Inflamasi

Penyakit asam lambung seperti erosi atau ulkus di esofagus, lambung dan duodenum
merupakan penyebab tersering perdarahan samar saluran cerna dan menyebabkan
anemia defisiensi besi pada 30 – 70% kasus. Penyebab inflamasi lain contohnya IBD,
celiac sprue, diverticulum Meckel, gastroenteritis eosinofilik, enteritis radiasi dan
ulkus kolorektal. Infeksi jarang menimbulkan perdarahan samar namun organisme
seperti cacing tambang, Mycobacterium tuberculosis, amoeba dan ascaris dapat
menyebabkan kehilangan darah kronik.

Penyebab Vaskular

Malformasi vascular dapat menyebabkan perdarahan samar. Beberapa di antaranya


disertai lesi jelas seperti telangiectasia sporadic, telangiectasia pascaradiasi,
scleroderma dan GAVE (Gasric Antral Vascular Ectasia). Pasien dengan hipertensi
portal, gastropati hipertensi portal umumnya menyebabkan kehilangan darah tersamar
dan menyebabkan defisiensi besi

Tumor dan Neoplasma

Karsinoima kolorektal dan polip adenomatous merupakan penyebab tersering.

Penyebab Lain

Ulserasi dan erosis labung, usus halus dan kolon dapat disebabkan oleh konsumsi
NSAID jangka panjang. Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan perdarahan antara
lain adalah preparat kalium, antibiotik tertentu dan antimetabolik. Antikoagulan juga
dapat meningkatkan kehilangan darah dari lesi yang memang sudah ada.
ANAMNESIS

Umumnya pasien tidak ada gejala, atau kadang hanya merasa lelah akibat anemia.

1. Tanda-tanda anemia : palpitasi, rasa pusing saat berubah posisi dan sesak
napas saat olahraga dapat ditemui.
2. Dispepsia, nyeri abdomen, heart burn, atau regurgitasi menunjukkan
kemungkinan penyebab dari lambung.
3. Penurunan berat badan anoeksia berkaitan dengan kemungkinan keganasan.
4. Perdarahan samar berulang pada usia lanjut tanpa gejala lain kemungkinan
angiodisplasia atau vascular ektasia lainnya.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Apabila sudah terdapat anemia, pasien tampak pucat, takikardi, hipotensi


postural dan aktivita jantung hiperdinamik
2. Limfadenopati masa hepatosplenomegali atau icterus dapat mengarah ke
keganasan
3. Nyeri pada epigastrium ditemukan pada penyakit asam lambung
4. Splenomegali, icterus atau spider nevi meningkatkan kemungkinan
perdarahan akibat gastropati hipertensi portal
5. Kelainan kulit seperti telangiectasia dapat menunjukkan kemungkinan
telangiectasia hemoragik herediter.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Tes Darah Samar


Tes yang sering digunakan adalah tes guaiac. Makanan-makanan yang
mengandung peroksidase, obat-obatan (sukralfat, cimetidine), dan halogen
juga dapat mengubah warna. Besi menyebabkan perubahan warna menjadi
hijau. Asam askorbat, antasida, panas dan pH asam menghambat reaktivitas
guaiac sehingga memberikan hasil negative palsu. Hemoccult card dapat
mendeteksi perdarahan samar yang >10ml/hari. Untuk mencegah hasil
negative palsu, pasien harus diet rendah daging merah dan tidak mengonsumsi
NSAID.
 Pemeriksaan Defisiensi Besi
Anemia hipokromik mikrositik dapat menunjukkan adanya perdarahan samar
saluran cerna. Anisocytosis (bentuk sel beragam) menunjukkan defisiensi
besi. Pemeriksaan darah perifer lengkap dan kadar besi serum serta transferrin
perlu dilakukan. Kadar besi serum menurun pada anemia insufisiensi besi dan
sebagai kompensasi akan terjadi peningkatan konsentrasi transferrin dan
akhirnya persentasi saturasi transferrin turun. Rendahnya kadar serum besi
dan saturasi transferrin juga terdapat pada anemia penyakit kronik. Kadar
ferritin serum berkaitan dengan cadangan besi di jaringan dan dapat turun
walaupun anemia belum terjadi, hal ini kadang dipengaruhi oleh inflamasi
yang akan meningkatkan kadar ferritin. Pada kasus yang meragukan, dapat
diperiksa kadar besi di sumsum tulang.
 Endoskopi dan radiografi

Pada pasien dengan tes darah samar positif walaupun pemeriksaan kadar
ferritin normal dan tiada anemia, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
kolonoskopi untuk mencari kemungkinan keganasan. Kolonoskopi dianjurkan
untuk dilakukan terlebih dulu, bila tidak ditemukan lesi maka dapat dilakukan
endoskopi saluran cerna atas. Dapat pula dilakukan biopsy usus halus untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit celiac jika terdapat anemia defisiensi
besi namun hasil tes darah samar negative. Jika endoskopi tidak menemukan
lesi maka dapat dilakukan pemeriksaan barium.

PENATALAKSANAAN

Penyakit peptic diterapi sesuai dengan penyebabnya meliputi pemberian obat supresi
asam jangka pendek maupun jangka panjang dan terapi eradikasi infeksi Helicobacter
pylori jika ditemukan. Polip dapat diangkat dengan poliipektomi. Angiodisplasia
diobati dengan kauterisasi atau dengan preparat estrogen-progesteron. Gastropati
hipertensi portal dapat diberikan obat untuk menurunkan hipertensi portal. Bila
perdarahan samar diakibatkan oleh obat-obatan, hentikan penggunaan obat tersebut.
Pemberian ferro sulfat 325 mcg 3x/hari dapat dilakukan. Perbaikan cadangan besi
membutuhkan waktu 3 – 6 bulan.

DAFTAR PUSTAKA
1. PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke-6. Jakarta : Interna
Publishing.
2. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
3. Scharschmidt, Bruce F. 2007. Internal Medicine. USA : Cambridge University Press.
4. Tanto, Christ., et. al. 2014 Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta : Media
Aeusculapius

Anda mungkin juga menyukai