PENCERNAAN
Aini Sofa Haniah 130112190510
Mutiara Kantika 130112190692
Naren 130112183501
1. Pemeriksaan awal
2. Resusitasi: stabilisasi hemodinamik
3. Pemeriksaan lanjutan diagnosis
4. Memastikan letak pendarahan
5. Menegakan diagnosis
Pengelolaan Pasien
1. Pemeriksaan Awal
Tensi dan Nadi posisi baring Hipotensii <90/60mmHg atau MAP <70mmHg,
Nadi >100bpm
Perubahan ortostatik tekanan darah Tekanan diastolik ortostatik turun>10mHg dan
dan nadi sistolik turun >20mmHg
Ostostatik adalah penurunan tekanan Nadi ortostatik meningkat >15/menit
darah yang terjadi tiba-tiba saat
berubah posisi dari telentang ke posisi
duduk atau tegak.
Ada tidaknya vasokonstriksi perifer Akral dingin
Kelayakan napas
Tinkat kesadaran Kesadaran menurun
Produksi urin Anuria atau oliguria (<30ml/jam)
Gejala lainya 1. Hematemesis
2. Hematokesia (berak darah segar)
3. Darah segar saat aspirasi NGT dan dengan
lavase tdk segera jernih
4. Hipotensi persisten
5. Dalam 24 jam menghabiskan transfusi darah
melebihi 800-1000ml
2. Resusitasi: Stabilisasi Hemodinamik
◻ Pasang Infus
◻ Berikan Kristaloid: NaCl dengan tetesan cepat menggunakan 2 jarum berdiameter
besar 16G
◻ Pasang monitor CVP (central venous pressure)
◻ Pada kondisi hipoalbuminemia berat berikan koloid -- dextrose
◻ Periksa darah – goldar, Hb, Ht, Trombosit, tes rumpel leed (uji tourniquet), waktu
pendarahan, waaktu pembekuan, retraksi bekuan darah, PPT, aPTT
◻ Berikan transfusi darah dengan pertimbangan:
• Perdarahan dalam kondisi hemodinamik tidak stabil
• Pendarahan baru dan masih berlangsung dengan jumlah kehilangan 1L atau lebih
• Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan Hb <10g%
• Tanda2 oksigenasi jaringan menurun
◻ Pengukuran Ht bila pendarahanya 24-72 jam onset (baru akan terjadi hemodilusi).
Targetnya setelah transfusi darah:
• Muda: 20-25%
• Lanjut 30%
• Hipertensi portal jangan melebihi 27-30%
3. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Penunjang
◻ EKG, terutama >40
◻ BUN dan kreatinin serum
◻ Nilai puncak BUN biasanya dicapai
dalam 24-48 jam sejak terjadinya
pendarahan normal jika
perbandinganya 20, jika diatas 35
kemungkinan SCBA jika dibawah
35 kemungkina SCBB
◻ Elektrolit (Na, K, Cl)
◻ Pemeriksaan lainya tergantung
macam kasus yang dihadapi
◻ ENDOSKOPI
◻ Radiografi barium
◻ Radionuklid dan angiografi
4. Memastikan lokasi pendarahan
5. Menegakan diagnosis dan penyebab pasti
Gastritis erosif
Tukak peptik
Tukak peptik
Berikut klasifikasi
pendarahan tukak peptik atas
dasar temuan endoskopi yang
bermanfaat untuk
menentukan tindakan
selanjutnya
5. Menegakan diagnosis dan penyebab pasti
Keganasan
◻ Endoscopy
◻ biopsy
5. Menegakan diagnosis dan penyebab pasti
Duodenal ulcer
◻ Jarang
◻ Sulit untuk didiagnosa
◻ Peenyebab umum:
Vascular ectasias ,
tumors and NSAID-
induced erosions and
ulcers
Stratifikasi Risiko
◻Skor blatchford
Stratifikasi Risiko
◻Skor Rockall
Pengelolaan Pasien Perdarahan SCBA
Pemebedahan
Jika endoskopi dan radiologi gagal.
Pendarahan Saluran Cerna Bawah
DEFINISI
◻ Adalah pendarahan saluran cerna yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum
Treitz.
Epidemiology
• Hampir 80% dalam keadaan akut berhenti dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada
tekanan darah, seperti pada perdarahan hemoroid, kanker kolon, atau kolitis. Hanya 15%
pasien dengan pendarahan berat dan berdampak pada tekanan darah.
Klasifikasi
◻ Unstable
◻ Stable
1. Mayor
2. Minor
Etiologi
◻ PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Fecal occult blood test
3. Kolonoskopi
4. Scintigrafi dan Angiografi/Arteriografi
5. Radiografi Barium Enema
6. Eksplorasi surgikal
Diagnosis Banding
1. Divertikulosis
2. Angiodisplasia
3. Kolitis iskemia
4. Penyakit perianal
5. Neoplasma kolon
Tatalaksana
Terapi
1. Resusitasi
◻ Dilakukan pada perdarahan saluran cerna bagian
bawah akut dengan tujuan menstabilkan
hemodinamik
◻ Resusitasi dilakukan dengan protokol yang sama
dengan perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Medikamentosa
Pengobatan farmakologis diberikan berdasarkan penyebab dari
perdarahan itu sendiri :
◻ Hemoroid fisura ani & ulkus rektum soliter : bulk forming agent,
sitz baths dan menghindari mengedan
◻ Angiodisplasia : kombinasi estrogen & progesteron
◻ IBD : anti inflamasi
◻ Proktitis radiasi : formalin intrarektal, pemberian oksigen hiperbarik
3. Terapi Endoskopi
◻ Colonoscopic bipolar cautery, monopular cautery, heater probe
application, argon plasma coagulation & Nd:YAG laser : untuk
mengobati angiodisplasia dan perubahan vaskular pada kolitis radiasi.
◻ Kolonoskopi : untuk melakukan ablasi dan reseksi polip yang berdarah
atau mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker kolon.
◻ Sigmoidoskopi : untuk mengatasi perdarahan hemoroid internal dengan
ligasi maupun teknik termal.
4. Angiografi Terapeutik
◻ Dilakukan apabila kolonoskopi gagal atau tidak dapat dikerjakan
◻ Dilakukan dengan cara embolisasi arteri/angiografi
◻ Embolisasi secara selektif dengan polyvinil alkolohol atau
mikrokoil telah menggantikan vasopresin intraartery -> mengatasi
perdarahan SCBB
◻ Embolisasi angiografi merupakan pilihan terakhir karena dapat
menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.
5. Terapi Bedah
Dapat menjadi pendekatan utama setelah keadaan pasien stabil pada
kasus-kasus seperti divertikel Meckel atau keganasan. Namun
tindakan bedah emergensi juga dapat menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi, serta dapat memperburuk keadaan klinis.
Pada kasus perdraahan berulang tanpa diketahu sumbernya ->
hemikolektomi kanan atau hemikolektomi subtotal
Alur tatalaksana