Anda di halaman 1dari 38

Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas

DISUSUN OLEH:
Endah Wahyuningrum

PEMBIMBING:
dr. Ivan Lumban Toruan, Sp.PD-KHOM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDARSO
PONTIANAK
2020
Anatomi Saluran Pencernaan
DEFINISI

Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah


perdarahan saluran makanan proksimal mulai dari
esofagus, gaster, duodenum, jejunum proksimal ( batas
anatomik di ligamentum treitz)
EPIDEMIOLOGI
• Berbeda dengan di negera barat dimana perdarahan karena
tukak peptik menempati urutan terbanyak maka di Indonesia
perdarahan karena ruptura varises gastroesofagus
merupakan penyebab tersering yaitu sekitar 50-60%,
gastritis erosif hemoragika sekitar 25-30%, tukak peptik
sekitar 10-15% dan karena sebab lainnya < 5%

• Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%

• Kematian pada penderita ruptur varises bisa mencapai 60%


sedangkan kematian pada perdarahan non varises sekitar 9-
12%.
ETIOLOGI PENDARAHAN SALURAN
CERNA BAGIAN ATAS
MANIFESTASI KLINIS

• Hematemesis : Muntah darah dan mengindikasikan adanya


perdarahan saluran cerna atas, yang berwarna coklat merah
atau “coffee ground”.

• Melena : Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang


dikarenakan kotoran bercampur asam lambung

• Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah anemia,


sinkope, instabilitas hemodinamik karena hipovolemik dan
gambaran klinis dari komorbid seperti penyakit hati kronis,
penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal.
1. VARISES ESOFAGUS

• Dilatasi abnormal vena subepitel dan


submukosa dikarenakan meningkatnya
tekanan pembuluh darah vena dari hipertensi
portal.
• Paling
Pre hepatic sering : Intra
lower esophagusPost hepatic
hepatic
Trombosis vena portal sirosis Budd-chiari syndrome
Trombosis vena limpa scistosomiasis Gagal jantung kanan
sarcoidosis Pericarditis konstriktif
Sirosis hepar congenital
PATOFISIOLOGI

• Hipertensi vena porta  peningkatan resistensi di


sistem vena porta  peningkatan tekanan  shunting
sistem portal (komunikasi antara vena porta dan
sirkulasi sistemik yang abnormal)  pelebaran vena
submukosa di lower esofagus dan gastric fundus 
pendarahan
MANIFESTASI KLINIS

• Onset mendadak
• Tidak nyeri
• Volume darah yang banyak berwarna merah kehitaman
• Mempunyai riwayat liver disease
• Pemeriksaan fisik : asites, splenomegaly.
TATALAKSANA

• Transfusi darah
• Injeksi endoskopi varises dengan sclerosant atau
banding
• SB Tube (Sengstaken blackemore tube)
2. MALLORY WEISS TEAR

• Robekan longitudinal di oesophagogastric junction


• Dapat muncul setelah peningkatan intragastric pressure atau
prolapsgastic di esofagus.
• Manifestasi klinis: episode hematemesis diikuti muntah,
melena,hematochezia, syncope, abdominal pain
TATALAKSANA

• Pendarahan pada mallory weiss tear berhenti pada 80-90%


pasien
• Multipolar elektrokoagulasi atau heater probe, dengan atau
tanpa epinefrin
• Injeksi epinefrine ( vasokontriksi dan tamponade)
• Endoscopic band ligation
• Endoscopic hemoclipping
http://egaliter.files.wordpress.com/2010/07/sklerosing1.jpg
3. CA ESOFAGUS
MANIFESTASI KLINIS

1. Disfagia
2. Odynophagia
3. Regurgitasi
4. Pneumonia aspirasi
5. Weight loss
6. Anorexia
7. Anemia
8. lemah
4. ULKUS PEPTIKUM

• Gaster ulcer dan duodenal ulcer


• Disebabkan ketidakseimbangan sekresi asam dan pepsin, serta
gangguan pertahanan mukosa lambung

• Faktor resiko terjadinya ulkus peptikum meliputi


1. Infeksi Helicobacter pylori
2. penggunaan OAINS
3. merokok,
4. dan alkoholik.
MANIFESTASI KLINIS

Nyeri epigastrik yang terasa terbakar dan diperburuk


atau tidak terkait dengan makanan; anoreksia,
keengganan makan,penurunan berat badan.
TATALAKSANA

1. Antasida ( aluminium/ magenesium hidroksida)


2. Mucosal protective agent (sucralfat)
3. Analog prostaglandin ( misoprostol)
4. H2RA ( cimetidine dan ranitide)
5. PPI ( omeprazole dan lansoprazole)
6. Eradikasi H. pylori ( metronidazole, amoksisilin dan
eritromisin)
7. Tindakan pembedahan jika gagal terapi oral
5. GASTRITIS EROSIF

• Proses inflamasi akut di mukosa, biasanya disertai


pendarahan di mukosa dan erosi epitel superfisial

• Etiologi: NSAIDs, alkohol,merokok, kemoterapi,


uremia, stress, iskemia dan syok, trauma mekanik,
gastrectomi distal
MANIFESTASI KLINIS

• Asimptomatik
• Nyeri epigastium dengan mual dan muntah
• Hematemesis dan melena
• Pendarahan yang banyak

Penyebab paling sering hematemesis, terutama bagi pencandu


alkohol
6. CA GASTRIC

• Usia 60-80 tahun


• Male: female = 2:1
MANIFESTASI KLINIS DAN
TATALAKSANA
7. DUODENITIS

• Investigasi menggunakan endoskopi akan menunjukan nodul


dan kemerahan di dinding small intestine
TATALAKSANA DUODENITIS
ANAMNESIS

1. sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang


keluar
2. Riwayat perdarahan sebelumnya
3. Riwayat perdarahan dalam keluarga
4. Ada tidaknya perdarahan di tubuh lain
5. Penggunaan obat-obatan terutama anti inflamasi non-steroid dan anti
koagulan
6. Kebiasaan minum alkohol
7. Mencari kemungkinan adanya penyakit hati kronik, demam
berdarah, demam tifoid, gagal injal kronik, diabetes melitus,
hipertensi, alergi obat-obatan,
8. Riwayat transfusi sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan awal perdarahan saluran cerna :


• Tekanan darah dan nadi posisi baring
• Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
• Ada tidaknya vasokonstriksi perifer ( akral dingin )
• Kelayakan nafas
• Tingkat kesadaran
• Produksi urin.
PEMERIKSAAN FISIK

Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi 20 % volume


intravaskular akan mengakibatkan kondisi hemodinamik tidak
stabil dengan tanda – tanda sebagai berikut:
• Hipotensi ( tekanan darah < 90/60 mmHg , frekuensi nadi >
100x/menit )
• Tekanan diastolik ortostatik turun > 10 mmHg atau sistolik turun
> 20 mmHg
• Frekuensi nadi ortostatik meningkat > 15/menit
• Akral dingin
• Kesadaran menurun
• Anuria atau oliguria
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kelengkapan pemeriksaan yang perlu


diperhatikan:

• Elektrokardiogram
• BUN, kreatinin serum
• Elektrolit (Na, K, Cl)
PEMERIKSAAN LAINNYA

Endoskopi
• Endoskopi adalah suatu alat untuk melihat ke bagian dalam
tubuh dengan menggunakan suatu selang fiberoptik yang
disesuaikan dengan sistem kerja lapangan pandang manusia
sehingga memungkinkan kita untuk melakukan pemeriksaan
pada organ-organ bagian dalam tubuh manusia

• Dalam prosedur diagnosis ini pemeriksaan endoskopi


merupakan gold standard.
a. Indikasi
Indikasi endoskopi, yaitu: perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA), dyspepsia, disfagia, odinofagia, nyeri epigastrium
kronis, kecurigaan obsruksi outlet, survey endoskopi, curiga
keganasan, dan nyeri dada tidak khas

b. Kontra Indikasi Absolut


Kontra indikasi endoskopi, yaitu: tidak kooperatif, psikopat,
alergi obat premedikasi, syok, infark miokard akut, respiratori
distress, dan perdarahan masif
GAMBARAN ENDOSKOPI

Gambar 1. Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat


penggunaan NSAIDs dan test H.Pylori negatif (Vakil, N., 2010)
Gambar 2. Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer
dengan test H.Pylori positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan
NSAIDs (Vakil, N., 2010)
Gambar 3. Gambaran endoskopi dari esophageal varices
(Shah, V.H., et al., 2010)
Gambar 4. Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss
Tear (Savides, T.J., et al., 2010)
2. Angiography
Angiography dapat digunakan untuk mendiagnosa dan
menatalaksana perdarahan berat, khususnya ketika penyebab
perdarahan tidak dapat ditentukan dengan menggunakan
endoskopi atas maupun bawah.

3. Conventional radiographic imaging


Conventional radiographic imaging biasanya tidak terlalu
dibutuhkan pada pasien dengan perdarahan saluran cerna tetapi
adakalanya dapat memberikan beberapa informasi penting.
Misalnya pada CT scan; CT Scan dapat mengidentifikasi adanya
lesi massa, seperti tumor intra-abdominal ataupun abnormalitas
pada usus yang mungkin dapat menjadi sumber perdarahan.
PROGNOSIS

Identifikasi letak perdarahan adalah langkah awal yang paling


penting dalam pengobatan. Ada beberapa prediktor buruk dari
perdarahan SCBA antara lain, umur diatas 60 tahun, adanya
penyakit komorbid lain yang bersamaan, adanya hipotensi atau
syok, adanya koagulopati, onset perdarahan yang cepat,
kebutuhan transfusi lebih dari 6 unit, perdarahan rekurens dari
lesi yang sama. Setelah diobati dan berhenti, perdarahan SCBA
dapat berulang lagi atau rekurens.

 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai