BAWAH
DISUSUN OLEH :
Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapi. Manifestasi bervariasi mulai dengan
perdarahan masif yang mengancam jiwa hingga perdarahan samar yang tidak dirasakan. Pendekatan pada
pasien dengan perdarahan saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya perdarahan dan lokasi
perdarahan. Hematemesis (muntah darah segar atau hitam) menunjukkan perdarahan dari saluran cerna
bagian atas, proksimal dari ligamentum Treitz. Melena (tinja hitam, bau khas) biasanya akibat perdarahan
saluran cerna bagian atas dari usus halus atau kolon bagian kanan, juga dapat menimbulkan melena.
Hematokezia (perdarahan merah segar) lazimnya menandakan sumber perdarahan dari kolon, meskipun
perdarahan dari saluran cerna bagian atas yang banyak juga dapat menimbulkan hematokezia atau feses
warna marun.
DEFINISI
Perdarahan saluran cerna bawah atau Lower gastrointestinal bleeding (LGIB) didefinisikan sebagai
perdarahan yang berasal dari organ traktus gastrointestinalis yang terletak dari distal Ligamentum Treitz.
EPIDEMIOLOGI
Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) menyumbang sekitar 20%-33% dari kasus perdarahan gastrointestinal,
dengan kejadian tahunan sekitar 20-27 kasus per 100.000 penduduk di negara-negara barat. Namun, meskipun SCBB
secara statistik lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan saluran pencernaan atas (SCBA), ditemukan bahwa SCBB
kurang dilaporkan karena persentase yang lebih tinggi dari pasien yang terkena tidak mencari pertolongan medis.
Insidensinya lebih tinggi pada pasien usia lanjut dan pasien yang menggunakan multiple medications. 80% hingga 85%
perdarahan gastrointestinal bagian bawah berasal dari distal katup ileocaecal, dengan hanya 0,7% hingga 9% yang berasal
dari usus halus. Pasien datang dengan perdarahan cepat, melena, atau darah merah segar per rektum. SCBB terus menjadi
penyebab sering masuk rumah sakit dan merupakan faktor morbiditas dan mortalitas rumah sakit. SCBB berbeda dari
SCBA dalam epidemiologi, manajemen, dan prognosis.
ETIOLOGI
Divertikulosis
disebabkan oleh faktor traumatis lumen,
termasuk fecalith yang menyebabkan
abrasi dari pembuluh darah, sehingga
terjadi perdarahan
Arteriovenosus Malformation
(Angiodysplasia)
diduga terjadi sebagai akibat dari proses yang
kronis, intermiten, obstruksi bagian rendah
dari submukosa vena sambil mereka
menembus lapisan otot dari kolon.
Inflammatory Bowel Disease (IBD)
dipengaruhi oleh faktor genetik, respon imun
abnormal, mikroba dan lingkungan
menyebabkan terjadinya kaskade proses
inflamasi pada mukosa usus
Karsinoma Kolon
Penyebab perdarahan samar pada karsinoma kolorektal
adalah akibat ulserasi mukosa atau erosi
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK :
1. Vital sign : untuk mengethaui adanya syok
2. Melihat adanya luka bekas operasi terdahulu
3. Menilai hipovolemia
4. Pemeriksaan kardiopulmonary
5. Pemeriksaan abdomen
6. Pemeriksaan rectal : diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan
pada anorectal, yaitu tumor, ulser, atau polip
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Laboratorium :
darah lengkap,
Elektrolit serum,
Faktor koagulasi : PT, APTT,platelet count, bleeding time
BUN, kreatinin serum
a type and cross match.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Resusitasi hemodinamik
Pasien dengan gangguan hemodinamik dan/atau dugaan perdarahan yang sedang berlangsung harus diberikan resusitasi cairan
intensif kristaloid IV dengan tujuan normalisasi tekanan darah sebelum evaluasi/intervensi endoskopi.
Transfusi darah Packed red cells (PRC): untuk menjaga hemoglobin di atas 7 g / dl harus dipertimbangkan pada pasien dengan
Endoskopi hemostasis dapat dipertimbangkan pada pasien dengan international normalized ratio (INR) 1,5-2,5 sebelum atau
bersamaan dengan pemberian reversal agents. INR merupakan indikator kuat penyakit komorbid yang mendasari.
Transfusi trombosit: untuk mempertahankan jumlah trombosit 50×109/l pada pasien dengan perdarahan hebat dan pasien yang
Kolonoskopi memiliki peran diagnostik dan terapeutik untuk hampir semua pasien yang mengalami SCBB akut.
Kolonoskopi dilakukan setelah pasien stabil secara hemodinamik. Tindakan kolonoskopi dalam waktu <24 jam
dapat meningkatkan hasil diagnostik dan terapeutik.
Tujuan: untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan dan melakukan hemostasis, jika diindikasikan.
Mukosa kolon harus diperiksa secara hati-hati selama insersi dan penarikan kolonoskop. Upaya agresif dilakukan
untuk mencuci sisa tinja dan darah untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.
Persiapan kolonoskopi: pembersihan kolon dengan 4-6L larutan berbahan dasar polyethylene glycol atau
yang setara harus diberikan selama 3–4 jam sampai rektal bersih dari darah dan tinja. NGT dapat
dipertimbangkan untuk persiapan kolon pada pasien beresiko tinggi dengan perdarahan berkelanjutan. Prokinetik
dapat diberikan untuk mengurangi mual dan pengosongan lambung.
TATALAKSANA
4. Terapi lainnya
Bedah: Secara umum, pembedahan untuk SCBB akut harus dipertimbangkan apabila pilihan terapi lain gagal.
Keberhasilan tindakan pengendalian perdarahan sebelumnya, tingkat keparahan, sumber perdarahan, dan riwayat
penyakit komorbid harus dipertimbangkan sebelum dilakukan pembedahan.
Radiografi: intervensi radiografi berupa angiography, CTA dapat dipertimbangkan untuk lokalisasi sumber
perdarahan.
ALGORITMA MANAJEMEN PERDARAHAN SALURAN CERNA
BAWAH
KOMPLIKASI
Kehilangan darah dari saluran cerna secara samar dapat ditolerir dengan baik oleh pasien usia muda
namun pada usia lanjut atau pasien dengan masalah kardiovaskuler keadaan ini dapat memperburuk
penyakit dasarnya karena turunnya kemampuan distribusi oksigen ke organ vital. Komplikasi lain nya
dapat berupa syok hipovolemik, gagal ginjal akut dan anemia karena perdarahan.
PROGNOSIS
Identifikasi letak pendarahan adalah langkah awal yang paling penting dalam pengobatan. Setelah letak perdarahan
terlokalisir, pilihan pengobatan dibuat secara langsung dan kuratif. Meskipun metode diagnostik untuk menentukan
letak perdarahan yang tepat telah sangat meningkat dalam 3 dekade terakhir, 10-20% dari pasien dengan perdarahan
saluran cerna bagian bawah tidak dapat dibuktikan sumber pendarahannya. Oleh karena itu, masalah yang kompleks
ini membutuhkan evaluasi yang sistematis dan teratur untuk mengurangi persentase kasus perdarahan saluran cerna
yang tidak terdiagnosis dan tidak terobati.
PENCEGAHAN