Anda di halaman 1dari 5

HEPATITIS B AKUT

DEFINISI

Hepatitis B akut adalah penyakit akibat infeksi virus Hepatitis B yang menyerang hati
dengan gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Virus Hepatitis B merupkaan virus
DNA yang termasuk virus Hepadnaviridae. Hepatitis B dapat masuk melalui darah atau
cairan tubuh orang yang terinfeksi. Hepatitis menyumbang 80% penyebab karsinoma
hepatoseluler primer. Pasien yang terinfeksi virus hepatitis B pada awal kehidupan
memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami infeksi kronik virus hepatitis B
dibandingkan pasien yang terinfeksi pada masa kanan-kanan maupun dewasa. Prevalensi
Hepatitis B di Indonesia bervariasi antara 2,5% (Banjarmasin) - 25,61% (Kupang).
Indonesia termasuk negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi.

PATOGENESIS

Virus hepatitis B dapat ditularkan secara vertikal serta dapat ditransmisikan melalui cairan
tubuh, perkutan dan melalui membrane mukosa. Hepatitis B terkonsentrasi dalam jumlah
tinggi dalam cairan tubuh yaitu darah, serum dan eksudat luka. Konsentrasi sedang terdapat
pada semen, cairan vagina dan air liur. Konsentrasi rendah/tidak ada terdapat pada urin,
feses, keringat, air mata dan ASI. Hepatitis dapat menular melalui pasien dengan HBsAg
negatif tetapi anti-HBc positif karena adanya kemungkinan DNA virus hepatitis B yang
bersirkulasi, yang dapat dideteksi dengan PCR. Virus hepatitis B 100x lebih infeksius pada
pasien HIV dan 10x lebih infeksius pada pasien Hepatitis C. HBeAg positif menunjukkan
risiko transmisi virus tinggi. Patogenesis infeksi virus hepatitis melibatkan reson imun
humoral dan selular. Viru bereplikasi di dalam hepatosit, namun tidak bersifat sitopatik.
Kerusakan hepatosit dan manifestasi klinis tidak disebabkan oleh virus yang menyerang
hepatosit namun karena respon imun tubuh. Antibodi merespon antigen permukaan dan
berperan eliminasi virus. Sel T merespon terhadap selubung, nukleokapsid, sedangkan
antigen polymerase berperan dalam eliminasi sel yang terinfeksi.
MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasi 1 – 4 bulan, kemudian diikuti periode prodromal dengan gejala malaise,
anoreksia, mual, muntah, myalgia, mudah lelah, nyeri perut pada kuadran kanan atas atau
epigastrium. Demam lebih jarang pada pasien Hepatitis B (dibandingkan Hepatitis A dan
E). Demam dapat terjadi pada pasien dengan serum-sickness-like syndrome, kondisi yang
terjadi pada 10 – 20% pasien. Gejala tersebut terjadi 1 – 2 minggu sebelum icterus. Hanya
30% pasien hepatitis yang mengalami icterus. Gejala klinis dan icterus umumnya
menghilang setelah 1 – 3 bulan, tapi sebagian pasien dapat mengalami kelelahan persisten
meskipun kadar serum transaminase telah normal. Selain demam dapat juga ditemukan
hepatomegaly, splenomegaly, limfadenopati, palmar eritema atau spider nevi. Pada
hepatitis B akut, HBsAg muncul di serum dalam 2 – 10 minggu setelah paparan virus,
sebelum onset gejala dan peningkatan kadar ALT. Pada sebagian pasien dewasa, HBsAg
hilang dalam waktu 4 – 6 bulan. Anti-HBs dapat muncul beberapa minggu setelah
serokonversi HBsAg. Setelah serokonversi HBsAg menjadi anti-HBs, HBV-DNA dapat
dideteksi pada hati. Apabila terdapat HBsAg persisten lebih dari 6 bulan menunjukkan
bahwa pasien menderita infeksi hepatitis B kronik.

Terdapat window period, yaitu periode antara hilangnya HBsAg dan munculnya anti-HBs.
Pada periode ini, HBeAg negative dan HBV-DNA biasanya juga tidak terdeteksi, dan satu-
satunya penanda positif adalah IgM anti-HBc, sehingga IgM anti-HBc merupakan penanda
serologis paling penting pada hepatitis B kut. IgM anti-HBc biasanya bertahan 4 – 6 bulan.
IgM anti-HBc juga dapat positif pada pasien hepatitis B kronik eksaserbasi akut. IgG anti-
HBc merupakan penanda paparan hepatitis B. Hasil positif dapat ditemukan baik pada
kasus akut, kronik, maupun pasien yang sudah sembuh dari Hepatitis B. Pada pasien yang
sudah sembuh, didapatkan IgG anti-HBc positif dan anti-HBs positif.
Peningkatan ALT dan AST sampai 1000 – 2000 IU/L seringkali dijumpai, dengan ALT
lebih tinggi daripada AST. Kadar bilirubin meningkat setelah itu. ALT biasanya kembali
normal setelah 1 – 4 bulan sembuh, diikuti kadar bilirubin menjadi normal.

FAKTOR RESIKO

1. Hubungan seksual tidak aman dengan orang yang sudah terinfeksi hepatitis B
2. Memakai jarum suntik secara bergantian
3. Menggunakan alat-alat yang biasa melukai bersama-sama dengan penderita
hepatitis B
4. Orang yang bekerja ada tempat-tempat yang terpapar dengan darah manusia
5. Orang yang pernah mendapatkan transfuse darah sebelum dilakukan pemilahan
terhadap donor
6. Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialysis
7. Anak yang lahir dari ibu penderita hepatitis B

MANIFESTASI KLINIS

1. Pada anak-anak umumnya tidak menimbulkan gejala


2. Gejala timbul bil telah terinfeksi selama minggu, gejala dapat berupa :
- Gangguan gastrointestinal: Malaise, anoreksia, mual dan muntah
- Gejala flu : Batuk, fotofobia sakit kepala, mialgia
-
3. Gejala prodromal tersebut hilang saat timbul kuning, tapi keluhan anoreksia,
malaise dan kelemahan dapat menetap
4. Ikterus didahului dengan urin berwarna gelap. Pruritus dapat timbul ketika icterus
meningkat. Pada saat badan kuning, biasanya diikuti oleh hepatomegali, dan diikuti
rasa nyeri tekan pada perut kanan atas

PEMERIKSAAN FISIK

1. Konjungtiva ikterik
2. Hepatomegali dan nyeri tekan pada perut kuadaran kanan atas
3. Splenomegali dan limfadenopati

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Laboratorium urin : bilirubin di dalam urin


2. Pemeriksaan darah : Peningkatan bilirubin dalam darah, peningkatan SGOT SGT
≥2x normal
3. HBsAg

DIAGNOSIS BANDING

Perlemakan hati, penyakit hati oleh karena obat atau toksin, hepatitis autoimun,
hepatitis alkokholik, obstruksi akut traktus biliaris

KOMPLIKASI

Sirosis hepar, hepatoma

PENATALAKSANAAN

Hepatitis B akut tidak memerlukan antivirus, sebagian besar dapat sembuh sendiri.
Antivirus terutama diberikan pada kasus fulminant atau pada pasien
imunocompromised.

1. Asupan kalori dan cairan adekuat


2. Tirah baring
3. Pengobatan simptomatik
 Demam : Ibuprofen 2 x 400 mg/hari
 Mual : Metoklopramid 3 x 10 mg/hari atau
Domperidon 3 x 10 mg/hari
 Perut perih dan kembung
- H2 bloker : Simetidin 3 x 200 mg/hari atau Ranitidin 2 x 150 mg/hari
- PPI : Omeprazol 1 x 20mg/hari
PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin hepatitis B terdiri dari partikel
HbsAg yang tidak terglikosilasi, namun tidak dapat dibedakan oleh tubuh dari HbsAg
natural. Pemberian vaksin tidak mencegah infeksi namun mengurangi frekuensi penyakit
klinis. Pemberian vaksin dibedakan menjadi pencegahan sebelum pajanan dan setelah
pajanan. Vaksinasi sebelum pajanan diberikan secara IM di daerah deltoid sebanyak 3x,
pada 0, 1 dan 6 bulan. Kehamilan tidak menjadi kontraindikasi vaksinasi. Booster tidak
direkomendasikan untuk diberikan secara rutin kecuali pada pasien dengan
immunocompromised. Vaksinasi setelah pajanan merupakan kombinasi HBIG dan vaksin
hepatitis B. HBIG untuk mencapai titer anti-HBs tinggi dan vaksin hepatitis B untuk
mencapai imunitas yang bertahan lama. HBIG diberikan single dose secara IM dengan
dosis 0,06 ml/kgBB maksimal 14 hari setelah pajanan. Vaksin dapat diberikan bersamaan
dengan HBIG pada tempat yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai