DEFINISI
Demam dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) disebabkan oleh infeksi virus dengue. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh. Dengue Shock Syndrome adalah DBD yang disertai dengan shock.
PREVALENSI
ETIOLOGI
Etiologi DBD adalah virus dengue, yang termasuk genus Flavivirus. Terdapat 4 serotipe
virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempat serotype dapat menyebabkan
DBDD dan ditemukan di Indonesia, namun DEN-3 merupakan serotype terbanyak.
Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan flavirius lainnya seperti Yellow
Fever, Japanese Encephalitis dan West-Nile Virus. Penularan melalui vektor nyamuk genus
Aedes, terutama A. aegypti dan A. albopictus. Peningkatan kasus berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan untuk nyamuk betina yaitu tempat
penampungan yang terisi air jernih. Faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi
virus adalah :
Vektor
Perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan,
transportasi vektor dari 1 tempat ke tempat lain.
Host
Terdapatnya penderita di lingkungan atau keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan jenis kelamin
Lingkungan
Curah hujan, sanitasi, suhu dan kepadatan penduduk
PATOGENESIS
Mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya DBD dan Dengue Shock Syndrome.
Respon imun yang berperan antara lain adalah :
Terdapat pula hipotesis secondary heterologous infection oleh Halstead. Pada hipotesis ini,
dinyatakan bahwa DHF terjadi bila sesorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang
berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibody sehingga mengakibatkan
konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Menurut Kuranne dan Ennis, infeksi virus tinggi mengaktivasi makrofag untuk
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi, sehingga virus bereplikasi di
dalam makrofag. Infeksi makrofag oleh virus dengue meyebabkan aktivasi T-Helper dan T-
sitotoksik untuk memproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma lalu akan
mengaktivasi monosit sehingga terjadi sekresi mediator inflamasi (TNF-alfa, IL-1 PAF, IL-
6, Histamin) sehingga terjadi disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan
C3a dan C5a oleh aktivitas kompleks virus-antibodi juga mengakibatkan kebocoran
plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui : (a) Supresi sumsum tulang (b)
Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase
awal infeksi (<5 hari) menunjukkan hiposelular dan supresi megakariosit. Destruksi
trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibody virus dengue,
konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi
trombosit terjadi akibat gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan
PF4 yang merupakan pertanda degranulasi trombosit. Kogaulopati terjadi akibat interaksi
virus dengan endotel sehingga terjadi disfungsi endotel.
MANIFESTASI KLINIS
Umumnya pasien mengalami fase demam 2 – 7 hari, diikuti dengan fase kritis 2 – 3 hari.
Pada fase kritis, pasien tidak demam namun memiliki resiko terjadinya shock akibat
terjadinya ekstravasasi plasma. Manifestasi klinis lainnya antara lain adalah nyeri kepala,
lemah, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, ruam, dan perdarahan spontan (epistaksis,
melena, hematemesis, dsb.) Apabila ekstravasasi plasma yang terjadi berat, dapat terjadi
efusi pleura sehingga pasien mengeluhkan sesak napas.
KLASIFIKASI
FAKTOR RISIKO
PEMERIKSAAN FISIK
1. Suhu >37,5oC
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
1. Suhu >37,5oC
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Efusi pleura, asites (Kebocoran plasma)
8. Hematemesis atau melena
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
X-Foto thorax dapat ditemukan efusi pleura, terutama pada hemithorax kanan. Pemerisaan
foto rontgen thorax dilakukan pada posisi RLD. Asites dan efusi pleura juga dapat dideteksi
dengan USG.
DIAGNOSIS
Bila ditemukan gejala demam ditambah minimal 2 tanda dan gejala lain, diagnosis klinis
demam dengue dapat ditegakkan.
Adanya demam disertai minimal 2 manifestasi klinis ditambah bukti perembesan plasma
dan trombositopenia menegakkan diagnosis DBD.
Klinis
- Demam turun namun keadaan anak memburuk
- Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
- Muntah persisten, letargi, gelisah, perdarahan mukosa, pembesaran hati,
akumulasi cairan, oliguria.
Laboratorium
- Peningkatan kadar hematocrit, bersamaan dengan penurunan cepat jumlah
trombosit
- Hematokrit awal tinggi
Probable Dengue
Diagnosis klinnis + hasil pemeriksaan serologi antidengue
Confirmed Dengue
Diagnosis klinis + deteksi genome virus Dengue dengan RT-PCR, antigen dengue
dengan pemeriksaan NS1 atau apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG
dan IgM pada pemeriksaan serologi berpasangan
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
EDUKASI
Menerapkan 3M (menguras, mengubur, menutup).
KRITERIA RUJUKAN
1. Perdarahan Masif (hematemesis, melena)
2. Dengan pemberian kristaloid dosis 15ml/kg/jam kondisi belum membaik
3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tak lazim (kejang, penurunan
kesadaran, dll)
1. DBD non-syok, pasien dapat minum adekuat, dan keluarga mampu melakukan
perawatan di rumah dengan adekuat
2. Terdapat 1 dokter dan perawat tetap yang bertanggung jawab penuh terhadap
tatalaksana pasien
3. Semua kegiatan tatalaksana dapat dilaksanakan dengan baik di rumah
4. Dokter dan/atau perawat dapat memfollow up pasien setiap 6 – 8 jam setiap hari
sesuai kondisi klinis
5. Dokter dan tau perawat dapat berkomunikasi secara lancar dengan keluarga
pasien sepanjang masa tatalaksana