Anda di halaman 1dari 1

Diagnosis dan Terapi


Perdarahan Saluran
Cerna Bagian Atas
Ditulis Oleh: dr. Akbar Fahmi
Time to read: 6 min.

Perdarahan saluran cerna adalah


salah satu kasus yang sering kita
temui di IGD. Kondisi ini merupakan
kegawatdaruratan medis yang bisa
menyebabkan kematian bila tidak
segera ditangani.

Kejadian perdarahan SCBA


dilaporkan lebih sering terjadi
dibandingkan jenis perdarahan
saluran cerna lain. Studi retrospektif
yang dilakukan di Pusat Endoskopi
Saluran cerna RSCM pada 2001-
2005 menunjukkan 20,15%
mengalami perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA).

Manifestasi perdarahan saluran


cerna sangat bervariasi, mulai dari
kasus yang full blown sampai yang
tidak kasat mata. Keparahan kasus
pun beragam, mulai dari kasus
ringan yang bisa dikompensasi oleh
pasien, sampai perdarahan masif
yang mengganggu stabilitas
hemodinamik.

Diagnosis dan Terapi


Perdarahan Saluran
Cerna Bagian Atas
Perdarahan SCBA adalah
perdarahan yang terjadi pada
proksimal ligamentum treitz. Ada
beragam anifestasi perdarahan
SCBA, bisa berupa:

1. Hematemesis yaitu muntah


darah merah atau material
seperti kopi,
2. Melena yaitu kotoran berwarna
hitam lembek seperti petis dan
berbau busuk,
3. Hematokezia yaitu kotoran
melalui rektum yang berwarna
merah terang atau darah
kecoklatan, dan
4. Perdarahan tersembunyi yang
tidak terlihat oleh mata.

Penyebab perdarahan SCBA


beragam, di antaranya yaitu: ulkus
peptikum, perdarahan Mallory
Weiss, varises esofagus, gastritis
dan gastropati erosiva, perdarahan
usus halus, dan penyebab lain.

Penyebab lainnya yang lebih jarang


terjadi bisa berupa: duodenitis
erosif, fistula aortoenterik, lesi
vaskuler, gastric antral vascular
ectasia (watermelon stomach), lesi
Dieulafoy, gastropati, dan
perdarahan dari saluran empedu
dan saluran pankreas.

Membedakan
Perdarahan SCBA
dengan Perdarahan
Saluran Cerna Bagian
Bawah (SCBB)
Secara lebih sederhana,
perdarahan SCBA dan bawah dapat
dibedakan dengan kriteria penilaian
pada tabel di bawah ini.

Diagnosis Perdarahan
Saluran Cerna Bagian
Atas
Evaluasi awal pada pasien dengan
perdarahan SCBA meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang
(laboratorium), dan analisis aspirasi
pipa nasogastrik.

Anamnesis yang teliti dapat


membantu menentukan lokasi dan
penyebab perdarahan di waktu-
waktu awal kontak dengan pasien.
Hematemesis mencerminkan
perdarahan SCBA yang berasal dari
atas pilorus. Melena menandakan
perdarahan telah berada di saluran
cerna setidaknya 8 jam. Melena
yang terjadi tanpa hematemesis
lebih sering berasal dari pilorus atau
lebih kaudal. Perdarahan pada usus
halus dapat bermanifestasi sebagai
melena maupun hematokezia.

Riwayat penyakit dahulu penting


ditanyakan untuk mencari
penyebab perdarahan. Misalnya,
gejala nyeri epigastrium yang
kronis, penyakit jantung, penyakit
paru, penyakit ginjal, penyakit hati,
dan keganasan. Riwayat konsumsi
obat juga membantu penegakan
diagnosis. Misalnya konsumsi
aspirin yang berhubungan dengan
gastropati erosif dan konsumsi
alkohol dapat berhubungan dengan
gastritis erosif atau sirosis hepatik.

Riwayat usaha muntah yang kuat


berhubungan dengan sindrom
Mallory Weiss. Varises esofagus
bisa menimbulkan sensasi
pendarahan di lambung yang naik
ke kerongkongan sebelum terjadi
hematemesis. Riwayat perdarahan
di tempat lain bisa berhubungan
dengan sirosis hepatik atau
kelainan darah.

Tanda klinis yang mendukung


perdarahan SCBA adalah
peningkatan bising usus. Bising
usus meningkat karena proses
lewatnya darah. Nyeri abdomen
dengan ketegangan periumbilikal
disertai distensi abdomen biasanya
merupakan tanda terjadinya
perdarahan masif.

Spasme otot rektus abdominalis


dan nyeri tekan epigastrik dapat
berhubungan dengan ulkus peptik.
Pada keganasan gaster, dapat
diraba massa dan perbesaran
kelenjar getah bening
supraklavikular kiri. Splenomegali
dapat ditemukan pada pasien
dengan hipertensi portal atau
kelainan hemopoietik.

Pasien dengan gangguan hati dapat


menunjukkan tanda ikterus, spider
nevi, konsistensi hati yang keras,
asites, eritema palmar,
ginekomastia, kontraktur
Dupuytren, venous hum pada
umbilikus, atau bruit arteri hepatika.
Pelebaran vena superfisial di atas
umbilikusyang disertai
splenomegali merupakan tanda
terjadinya hipertensi portal.

Pereriksaan colok dubur harus


dilakukan jika terdapat syok
hipovolemik tanpa perdarahan yang
nyata. Pemeriksaan ini sekaligus
dapat menunjukkan lesi lokal pada
rektum, nodul, indurasi, dan
rigiditas kavum Douglas yang
menunjukkan adanya metastasis
atau endometriosis.

Aspirasi dari pipa nasogastrik juga


dapat menjadi penentu diagnosis.
Darah yang terhisap dari pipa
nasograstrik di esophagogastric
junction menandakan sumber
perdarahan mungkin berasal dari
esofagus atau gaster. Darah yang
baru terhisap saat pipa nasogastrik
berada di dalam gaster
menandakan perdarahan terjadi
dalam gaster. Bila tidak terdapat
darah, perdarahan mungkin terjadi
dari organ d bawah gaster.

Penurunan kadar Hb 1 g/dL dapat


diasosiasikan dengan kehilangan
darah 250 mL. Penilaian Hb
hendaknya dilakukan setiap 2-8 jam
sekali. BUN meningkat pada
perdarahan SCBA dan bawah. Rasio
BUN dan kreatinin yang lebih dari
30:1 lebih sering terjadi pada
perdarahan SCBA.

Endoskopi pada
Perdarahan Saluran
Cerna Bagian Atas
Endoskopi merupakan pemeriksaan
diagnosis pilihan terhadap
perdarahan SCBA endoskopi
sebaiknya segera dilakukan pada
pasien dengan instabilitas
hemodinamik. Pada pasien dengan
perdarahan minor, endoskopi
bermanfaat untuk pengambilan
keputusan tatalaksana lanjutan.

Tatalaksana Perdarahan
Saluran Cerna Bagian
Atas
Tatalaksana perdarahan SCBA
dibagi menjadi tatalaksana non-
farmakologi dan farmakologi.

Resusitasi cairan menggunakan


larutan salin normal harus segera
diberikan pada pasien dengan
perdarahan masif. Cairan salin
normal dipilih karena dapat segera
menggantikan volume intravaskular
yang hilang.

Oksigen dapat diberikan untuk


memaksimalkan kapasitas darah
mendistribusikan O2. Pemberian
transfusi darah dapat dilakukan
dengan tetap mempertimbangkan
kondisi masing-masing pasien.
Pertimbangan permberian jenis dan
jumlah transfusi darah harus
memperhatikan usia, penyakit
penyerta, dan derajat perdarahan.

Kadar hematokrit dipertahankan


sekitar 30% pada pasien tua dan
20% pada pasien muda tanpa
mengesampingkan aspek yang lain.
Hingga saat ini belum ada batasan
pasti waktu untuk memulai ransfusi.

Pemasangan pipa nasogastrik


(NGT) dan lavase lambung
bertujuan untuk mengurangi
distensi lambung dan memperbaiki
proses hemodinamik. Pemasangan
NGT bukan bertujuan untuk
menghentikan perdarahan.
Pemasangan NGT diindikasikan
pada pasien dengan perdarahan
yang diduga masih berlangsung.

Prosedur ini juga bermanfaat untuk


mempersiapkan endoskopi,
memperkirakan derajat perdarahan,
dan evakuasi darah yang masih
berada di lambung. Pasien dengan
perdarahan SCBA sementara
dipuasakan sampai aspirat NGT
jernih. American College of
Gastroenterology (ACG) tidak
merekomendasikan pemasangan
NGT dan lavage sebagai terapi
rutin.

Saat ini, terapi standar perdaranan


SCBA adalah pemberian PPI dan
endoskopi. PPI bermanfaat untuk
perdarahan akibat tukak lambung.
Pemberian omeprazole dimulai
dengan dosis 80 mg, dilanjutkan 80
mg melalui infus selama 72 jam, dan
peroral 20 mg/hari selama 8
minggu.

Antasida, sukralfat, dan antagonis


reseptor H2 dapat diberikan untuk
penyembuhan mukosa lambung.
Pemberian vit K pada penyakit hati
kronis diperbolehkan. Pasien
dengan perdarahan aktif dan
hemodinamik tidak stabil perlu
perawatan di ruang intensif.

Pemberian antifibrinolitik seperti


asam traneksamat belum menjadi
rekomendasi terapi perdarahan
SCBA. Walaupun penggunaan asam
traneksamat disebut mampu
mengurangi angka kematian, terapi
ini tidak mengurangi risiko
perdarahan berulang.

Pada perdarahan varises esofagus,


penggunaan vasopresin,
somatostatin, dan ocreotide
bermanfaat menurunkan aliran
darah splanknik.

Vasopresin diberikan degan dosis


10 unit/jam bersama dengan
nitrogliserin untuk mencegah
insufisiensi koroner. Somatostatin
dan ocreotide mempunyai efek
terapi lebih baik daripada
vasopresin. Somatostatin diberikan
dengan dosis awal bolus 250 mcg
dilanjutkan 250 mcg selama 12-24
jam atau sampai perdarahan
berhenti.

Prognosis pasien dengan


perdarahan SCBA ditentukan oleh,
usia, vital sign, komorbiditas, dan
penyebab perdarahan. Stratifikasi
risiko pasien dengan perdarahan
saluran cerna dapat dihitung
menggunakan skor blatchford dan
skor Rockall yang akan dibahas di
artikel berikutnya.

Diagnosis yang tepat di awal akan


menentukan ketepatan dan
keberhasilan terapi. Tujuan utama
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah menentukan
derajat dan lokasi perdarahan. Tapi
lebih penting dari itu, pemantauan
dan stabilitas hemodinamik pasien
dengan perdarahan masif wajib kita
lakukan segera. (mqa)

Semoga Bermanfaat^^

=
Sponsored Content

Bukan rahasia umum, EKG adalah


kompetensi "penting" dokter
umum. Tidak hanya pada kasus
nyeri dada spesifik (kecurigaan
Sindroma Koroner Akut), ilmu EKG
diperlukan untuk banyak kasus
kegawatdaruratan lain (misal Henti
Jantung dan Aritmia).

Kemarin tim DokterPost.com minta


dr. Ragil Nur Rosyadi, SpJP untuk
ngajari sejawat DokterPost.com
tentang bagaimana biar sejawat
bisa MAHIR BACA EKG. Ini video
contoh analisis kasus blok jantung
dari dr Ragil, SpJP

Videonya gedhe banget, hampir 7


GB. Biar sejawat di Papua dan
Indonesia Timur yang lain bisa ikut
belajar juga, akhirnya kami
putuskan untuk distribusikan
videonya dalam bentuk DVD.

Yang mau pesan MAHIR BACA EKG


(BASIC-Non Aritmia-Aritmia), bisa
kontak kami disini ya

SMS/WA 085608083342 (Yahya)


atau kontakin.com/dokterpost

PREVIOUS POST

Tatalaksana Acne
Vulgaris di Praktek
Pribadi

NEXT POST

Membedakan
Hiperkalemia
vs STEMI
pada Bacaan
ECG

RELATED POSTS

Tatalaksana Chest Clapping


untuk Fisioterapi Dada Pasien
PPOK

Perubahan Diagnosis Dengue


ICD 11

Rangkuman Webinar PAPDI


30 April 2020

ABOUT US

About Us
Contact Us
Privacy Policy

FOLLOW US

 

Anda mungkin juga menyukai