Adhi Permana,SpPD,KGH,FINASIM
RS/FK Muhammadiyah Palembang
Hematemesis Melena
• HEMOSTASIS ENDOSKOPI
• Untuk perdarahan non varises: Penyuntikan mukosa disekitar titik perdarahan
menggunakan adrenalin L: L0000 sebanyak 0,5-1 ml tiap kali suntik dengan batas dosis L0
ml.
• Penyuntikan ini harus dikombinasi dengan terapi endoskopik lainnya seperti klipping, termo
koagulasi atau eleltro koagulasi.
• Untuk perdarahan varises: dilakukan Iigasi atau sklerosing
• Terapiangiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan belum bisa
ditentukan asal perdarahan.
• Pada varises dapat dipertimbangkan IPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt).
• Pada keadaan sumber perdarahan yang tidak jelas dapat dilakukan tindakan arteriografi.
• Prosedur bedah dilakukan sebagai tindakan emergensi atau elektif.
• KOMPLIKASI
• Syok hipovolemik, pneumonia aspirasi, gagal ginjal akut, sindrom hepatorenal,
• koma hepatikum, anemia karena perdarahan
• PROGNOSIS
mempunyai faal hati yang buruk/terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun
•Gagal napas → kondisi kegagalan sistem pernapasan pada fungsi pertukaran gas seperti
oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida dari darah vena.
•Gagal napas → tekanan oksigen arteri (Pa O2 <60 mmHg (8.0kPa) dan/atau tekanan
karbondioksia arteri (Pa COr) >45 mmHg (6.0 kPa).
→
•Sistem pernapasan terdiri dari
• Sistem pompa yang memventilasi paru-paru : terdiri dari dinding dada, otot pernapasan,
pusat pernapasan di susunan saraf pusat (SSP), dan jalur yang menghubungkan SSP
• DiAGNOSIS BANDING
• Edema paru, ARDS
• TATA LAKSANA
• Tipe I
• . Mengobatai penyakit dasar
• . Oksigen
• Tujuan: memperbaiki ventilasi alverolar menjadi normal, hingga penyakit dasar dapat diobati
• .Menjaga patensi jalan napas: penyedotan secret, drainase postural, stimulasi batuk, perkusi dada,
atau dengan pemasangan selang endotrakea atau trakeostomi.
• Alat napas buatan: ventilator mekani
• .Oksigen: jika ada hipoksemia, diberikan secara hati-hati
• KOMPLIKASI
miokard akut
• PROGNOSIS
• Kematian pada kasus gagal napas umumnya disebabkan karena kegagalan multiorgan.
• Angka kematian pada gagal napas yang disertai kegagalan kardiovaskular, ginjal, atau
neurologis sebesar 55.4 %, 57.4 %, dan 48.1 %.
• Sedangkan angka kematian pada gagal napas dengan kegagalan satu organ sebesar 20.7
%
Cardiac Arrest
• Cardiac arrest → sebagai berhentinya fungsi mekanis jantung secara mendadak, yang
mungkin dapat reversibel dengan intervensi cepat namun dapat menyebabkan kematian
apabila tidak ada intervensi
• PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Anamnesis → Didapatkan secara aloanamnesis.
• Riwayat peningkatan angina, dispneu, palpitasi, mudah Ielah, dan keluhan tidak spesifik
lainnya.
• Gejala prodromal → prediktif untuk penyakit jantung, namun tidak spesifik untuk
memprediksi sudden cardiac death (SCD).
• Pemeriksaan Fisik → Nadi tidak teraba
• Pemeriksaan Penunjang
• EKG : dapat ditemukan fibrilasi ventrikel, takikardia ventrikel, artifak EKG yang mirip dengan
fibrilasi ventrikel, left bundle branch block baru
• DIAGNOSIS BANDING
• Fibrilasi ventrikel primer pada infark miokard akut (tidak diikuti dengan keadaan low-output)
umumnya sangat responsif terhadap resusitasi dan mudah dikontrol setelah peristiwa inisial.
• Dalam seting rumah sakit dukungan respirator umumnya tidak diperlukan
atau hanya diperlukan dalam waktu singkat, dan stabilisasi hemodinamik dilakukan
• PROGNOSIS
• Prognosis cardiac arrest di dalam RS terkait penyakit non-kardiak buruk, dan perawatan
pasca resusitasi didominasi oleh penyakit komorbid.
• Pasien dengan kanker stadium akhir, gagal ginjal, penyakit sistem saraf pusat akut, infeksi
tidak terkontrol memiliki survival rate <1,0 %