PENDAHULUAN
yang berpotensi mengancam nyawa sehingga membutuhkan terapi yang cepat dan
tepat. Perdarahan SCBA menjadi beban ekonomi dan klinis yang signifikan di
Amerika Serikat dengan laju perawatan RS sebesar 165 per 100.000 orang dengan
biaya sekitar $2,5 milliar. Lebih banyak orang yang dirawat karena perdarahan
SCBA dibanding gagal jantung kongestif atau deep vein thrombosis (DVT).1
ulkus peptik atau penyebab lain seperti gastritis erosif, gastropati kongestif,
(SCBA) umumnya empat kali lebih sering dari perdarahan saluran cerna bagian
bawah (SCBB).1,2,3
cerna bagian atas (SCBA) bisa beragam tergantung lama, kecepatan, banyak
1
sedikitnya darah yang hilang dan apakah perdarahan berlangsung terus menerus
atau tidak. Kemungkinan pasien datang dengan: 1). Anemia defisiensi besi akibat
melena disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik;
2
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
resusitasi pada kasus perdarahan wajib dan harus bisa dikerjakan pada setiap lini
sebagai berikut:2
yang diperlukan;
4. Memastikan perdarahan saluran cerna bagian atas atau bagian
bawah;
5. Menegakkan diagnosis pasti penyebab perdarahan;
6. Terapi untuk menghentikan perdarahan, penyembuhan penyebab
3
1. Pemeriksaan awal pada perdarahan saluran cerna
Pemeriksaannya meliputi: 1). Tekanan darah dan nadi posisi baring, 2). Perubahan
ortostatik tekanan darah dan nadi, 3). Ada tidaknya vasokonstriksi perifer (akral
dingin), 4). Kelayakan napas, 5). Tingkat kesadaran, 6). Produksi urin.2
Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi 20% volume intravascular
sebagai berikut: 1). Hipotensi (<90/60 mm Hg atau MAP < 70 mmHg dengan
frekuensi nadi >100/menit; 2). Tekanan diastolik ortostatik turun > 10 mmHg atau
sistolik turun > 20 mmHg; 3). Frekuensi nadi ortostatik >15/ menit; 4). Akral
dingin; 5). Kesadaran menurun; 6). Anuria atau oliguria (produksi urin < 30
ml/jam).2
Kecurigaan perdarahan akut dalam jumlah besar selain ditandai kondisi
hemodinamik tidak stabil ialah bila ditemukan: 1). Hematemesis, 2). Hematokesia
(berak darah), 3). Darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik dan dengan lavase
tidak segera jernih, hipotensi persisten, dan 5). Dalam 24 jam menghabiskan
4
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan kristaloid
(misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan cepat menggunakan dua jarum
tergantung jumlah darah yang hilang, perdarahan masih aktif atau sudah berhenti,
keadaan berikut ini: 1). Perdarahan dalam kondisi hemodinamik tidak stabil, 2).
Perdarahan baru atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1 liter atau
lebih, 3). Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan hemoglobin <10 g%
perdarahan kurang akurat bila perdarahan sedang atau baru berlangsung. Proses
hemodilusi dari cairan ekstravaskuler selesai 24-72 jam setelah onset perdarahan.
5
dihadapi, untuk usia muda dengan kondisi sehat cukup 20-25%, usia lanjut 30%,
aktif dan hemodinamik yang stabil. Berikan transfusi trombosit untuk pasien yang
perdarahan aktif dan memiliki jumlah trombosit < 50x109/l. Berikan fresh frozen
plasma untuk pasien yang memiliki fibrinogen < 1g/l, atau protrombin time (rasio
normal internasional) atau activated partial thromboplastin time > 1,5 kali
normal.4
3. Pemeriksaan Lanjut
diperlukan.2
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan: 1). Sejak kapan terjadinya
perdarahan perdarahan dan berapa perkiraan darah yang keluar. 2). Riwayat
perdarahan sebelumnya, 3). Riwayat perdarahan dalam keluarga, 4). Ada tidaknya
inflamasi non-steroid dan anti koagulan, 6). Kebiasaan minum alcohol, 7).
tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hipertensi, alergi obat-obatan, 8).
6
Pemeriksaan fisis yang perlu diperhatikan: 1). Stigmata penyakit hati
kronik 2). Suhu badan dan perdarahan di tempat lain, 3). Tanda-tanda kulit dan
mukosa penyakit sistematik yang bisa disertai perdarahan saluran cerna, misalnya
serum; pada perdarahan SCBA pemecahan darah oleh kuman usus akan
sedikit meningkat, 3). Elektrolit (Na, K, Cl); perubahan elektrolit bisa terjadi
atau saluran cerna bagian bawah (SCBB) terdapat dalam tabel 1.2
perdarahannya berasal dari SCBA. Timbul melena, berak hitam lengket dengan
7
bau busuk, bila perdarahannya berlangsung sekaligus sejumlah 50-100 ml atau
lebih. Untuk lebih memastikan keterangan melena yang diperoleh dari anamnesis,
cepat dan banyak melebihi 1000 ml dan disertai kondisi hemodinamik yang tidak
stabil atau syok. Pada semua kasus perdarahan saluran makanan disarankan untuk
hemodinamik stabil atau yang sudah jelas perdarahan SCBB. Pada perdarahan
SCBA akan keluar cairan seperti kopi atau cairan darah segar sebagai tanda
dengan air suhu kamar. Sekiranya sejak awal tidak ditemukan darah pada cairan
aspirasi, dianjurkan pipa nasogastrik tetap terpasang sampai 12 atau 24 jam. Bila
selama kurun waktu tersebut hanya ditemukan cairan empedu dapat dianggap
memperkirakan asal perdarahan, nilai puncak biasanya dicapai dalam 24-48 jam
8
Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hematemesis disebabkan oleh
pecahnya varises esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga
tukak peptic, 0,6% kanker lambung, dan 2,6% karena sebab-sebab lain. Laporan
rumah sakit swasta yakni RS Darmo Surabaya perdarahan karena tukak peptik
namun mortalitasnya relatif tidak berubah, masih berkisar 8-14%. Hal ini
dan angiografi. Pada semua pasien dengan tanda-tanda perdarahan SCBA atau
9
yang asal perdarahannya masih meragukan, pemeriksaan endoskopi SCBA
diagnosis penyebab perdarahan bisa ditegakkan. Selain itu dengan endoskopi bisa
pula dilakukan upaya terapeutik. Bila perdarahan masih tetap berlanjut atau asal
klasifikasi perdarahan tukak peptik atas dasar temuan endoskopi yang bermanfaat
Non-Endoskopis
10
Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah lama dilakukan
adalah kumbah lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur
dan dapat dipakai untuk membuat perkiraan kasar jumlah perdarahan. Berdasar
perdarahan jadi memanjang, perfusi dinding lambung menurun, dan bisa timbul
dan bila diduga terdapat fibrinolisis sekunder dapat diberikan asam traneksamat
parenteral.3 Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang
11
Gambar 1. Penanganan perdarahan saluran cerna bagian atas.2
Vasopressin merupakan vasokonstriksi kuat yang dapat menghentikan
dengan obat vasoaktif sebaiknya mulai diberikan saat datang ke rumah sakit pada
pasien dengan hipertensi portal dan dicurigai adanya perdarahan varises. Terapi
ini rasional bila tekanan portal yang tinggi ( > 20 mmHg) dengan prognosis yang
kurang baik. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung
vasopressin murni dan preparat pituitary gland yang mengandung vasopressin dan
oxytocin. 5,6
12
Pemberian vasopressin dilakukan dengan mengencerkan sediaan
selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam; atau setelah pemberian
efek samping serius berupa insufisiensi coroner mendadak, oleh karena itu
diatas 90 mmHg.2
Terlipresin adalah turunan dari vasopresin sintetik yang long acting,
dibandingkan dengan vasopresin. Pada pasien dengan sirosis dan hipertensi porta
tekanan darah arteri dan tahanan vaskuler sistemik. Terlipresin memiliki efek
fungsi ginjal dan sirosis dekompensata. Dengan demikian, dapat mencegah gagal
ginjal, yang sering terdapat pada pasien dengan perdarahan varises. Ketika
dicurigai perdarahan varises diberikan dosis 2 mg/ jam untuk 48 jam pertama dan
dilanjutkan sampai dengan 5 hari kemudian dosis diturunkan 1 mg/ jam atau 12-
13
vasokonstriksi seperti iskemia jantung, infark saluran cerna dan iskemia anggota
badan.5,6,7
Somatostatin dan analognya (octreotide) diketahui dapat menurunkan
Penggunaan di klinik pada perdarahan akut varises esofagus dimulai sekitar tahun
80% kasus, dan dapat pula digunakan pada perdarahan akut non-varises. Dosis
250 mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan berhenti; oktreotide dosis
bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per infus 25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai
masih belum jelas dan tidak ada cukup bukti untuk merekomendasikan
non-varises.8
Obat-obatan golongan anti sekresi asam yang dilaporkan bermanfaat untuk
mencegah perdarahan ulang SCBA karena tukak peptik ialah inhibitor pompa
proton dosis tinggi. Diawali dosis omeprazole 80 mg/iv kemudian dilanjutkan per
20% sedangkan yang diberi omeprazole hanya 4,2%. Suntikan omeprazole yang
beredar di Indonesia hanya untuk pemberian bolus, yang bisa digunakan perinfus
omeprazole. Pada perdarahan SCBA ini antasida, sukralfat, dan antagonis reseptor
14
H2 masih boleh diberikan untuk tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab
karena tukak peptik kurang bermanfaat. Jangan memberikan PPI atau antagonis
non-varises.2,4,8
Balon tamponade tepat di lakukan jika tidak ada pilihan endoskopik
emergensi atau setelah tindakan endoskopik, terapi operasi atau TIPS yang gagal.
dimulai sekitar tahun 1950, paling popular adalah Sengtaken-Blakemore tube (SB-
tube) yang mempunyai tiga pipa serta dua balon masing-masing untuk esofagus
dan lambung (Gambar 2). Balon lambung berfungsi sebagai jangkar agar SB tube
tidak keluar saat balon esofagus dikembangkan. Balon esofagus tersebut secara
tidak langsung menekan langsung pembuluh darah varises yang robek dan
15
Endoskopi
.Endoskopi merupakan sarana diagnostik yang paling akurat. Endoskopi
dampak yang terpenting terapi segera yang dapat menghentikan perdarahan dan
pola penatalaksanaan saat itu. Apakah dukungan sarana personal dan sarana
medik saat itu cukup baik sehingga dapat mengantisipasi bila terjadi perburukan.
Terdapat laporan bahwa risiko endoskopi pada perdarahan SCBA sepuluh kali
lebih besar daripada endoskopi elektif. Disisi lain akurasi diagnosis yang telah
dicapai dengan kemajuan teknologi canggih ini ternyata tidak menurunkan angka
saluran cerna bagian atas setelah diresusitasi karena endoskopi yang dini dapat
memperkirakan risiko perdarahan. Pasien dengan resiko rendah dapat keluar dari
rumah sakit pada tahap awal sehingga dapat mengurangi pengeluaran biaya
perawatan. Praktek klinis saat ini melibatkan endoskopi yang dilakukan dalam 24
16
jam sejak munculnya gejala. Endoskopi dan terapi endoskopi dini (<24 jam)
aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak. Metode terapinya meliputi:
1). Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe) 2).
ini dapat diterapkan pada 90% kasus perdarahan SCBA, sedangkan 10% sisanya
tidak dapat dikerjakan karena alasan teknis seperti darah terlalu banyak sehingga
pengamatan terhalang atau letak lesi tidak terjangkau. Secara keseluruhan 80%
perdarahan tukak peptik dapat berhenti spontan, namun pada kasus perdarahan
arterial yang bisa behenti spontan hanya 30%. Terapi endoskopi yang relatif
kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alcohol dosis (98%) tidak melebihi 1 ml.
tidak dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak dan perforasi akibat nekrosis
17
endoskopi dalam menghentikan perdarahan bisa mencapai diatas 95% dan tanpa
perdarahan varises esofagus dengan cara memutus aliran darah kolateral dengan
cepat. Dengan ligase varises dapat dihindari efek samping akibat pemakaian
sklerosan, lebih sedikit frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur. Ligasi dilakukan
mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 1-2 cm. dilakukan pada
varises yang sedang berdarah atau bila ditemukan tanda baru mengalami
endoskopi sulit dilakukan karena perdarahan yang massif, terus berlangsung, atau
teknik tidak memungkinkan. Sklerosan yang bisa digunakan antara lain campuran
sama banyak polidokanol (etoksiskerol) 3%, NaCl 0,9%, dan alcohol absolut.
proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5 cm. Disuntikkan pada daerah para
varises atau intra varises. Terapi ini sudah terbukti, baik pada kasus dimana
lapang pandang buruk dan relatif lebih mudah dilakukan. Pada perdarahan varises
18
lambung dilakukan penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises
Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung
dan belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai
gagal dan pembedahan sangat berisiko. Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan
19
dengan penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada
dalam vena hepatik kanan melalui kateter jugular. Selanjutnya cabang vena porta
expanding stent (Gambar 5).. Hal ini merupakan cara lain terakhir pada
perdarahan yang tidak berhenti atau gagal dengan farmakoterapi, ligasi atau
skleroterapi.5,7,12
Pembedahan
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medic, endoskopi, dan
radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam
20
bentuk tim multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan SCBA untuk
BAB II
KESIMPULAN
perdarahan saluran makanan bagian atas atau bawah, menegakan diagnosis pasti
21
Pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan cara terpilih untuk menegakkan
hemostasis. Pada perdarahan tukak lambung dapat dilakukan antara lain dengan
tukak peptic pemberian PPI intravena dosis tinggi bermanfaat untuk mencegah
perdarahan ulang.
Ahli radiologi dan ahli bedah seyogyanya dilibatkan dalm tim
REFERENSI
22
2. Sudoyo AW, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1, Edisi 5. 2009.
Germany: Grammlich.
8. Management of acute upper and lower gastrointestinal bleeding. A national
http://emedicine.medscape.com/article/81020-overview
10. Ala I, Sharara S, Don C, Rockey R. Gastroesophageal variceal hemorrhage.
Airlangga.
23
24