Anda di halaman 1dari 6

69

PENGELOL AAN PERDARAHAN


SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Pangestu Adi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum pemeriksaan lain yang diperlukan; 4). memastikan
Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan perdarahan saluran cerna bagian atas atau "bagian
varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya bawah; 5). menegakkan diagnosis pasti penyebab
terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan pedarahan; 6). terapi untuk menghentikan perdarahan,
prognosisnya. Manifestasi klinik perdarahan saluran cerna penyembuhan penyebab perdarahan, mencegah
bagian atas (SCBA) bisa beragam tergantung lama, perdarahan ulang.
kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan Tegaknya diagnosis penyebab perdarahan sangat
apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak. menentukan langkah terapi yang diambil.
Kemungkinan pasien datang dengan' l). anemia defisiensi
besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung
lama,2). hematemesis dan atau melena disertai atau tanpa PEMERIKSAAN AWAL PADA PERDARAHAN
anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik; SALURAN CERNA
derajat hipovolemi menentukan tingkat kegawatan pasien.
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan Langkah awal pada semua kasus perdarahan saluran
adalah pecahnya varises esofagus, gashitis erosif, tukak makanan adalah menentukan beratnya perdarahan dengan
peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss, dan memfokuskan pada status hemodinamik. Pemeriksaannya
keganasan. Perbedaan di antara laporan-laporan penyebab meliputi : 1). tekanan darah dan nadi posisi baring, 2).
perdarahan SCBA terletak pada urutan penyebab perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi, 3). ada
tersebut. tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin), 4). kelayakan
Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna napas, 5). tingkat kesadaran, 6). produksi urin.
sama seperti perdarahan pada umumnya, yakni meliputi Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi2Dohvol-
pemeriksaan awal, resusitasi, diagnosis, dan terapi. ume intravaskular akan mengakibatkan kondisi
Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas hemodinamik tidak stabil, dengan tanda-tanda sebagai
hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah berikut : 1). hipotensi (< 90/60 mm Hg atau MAP < 70
perdarahan ulang. Konsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI mmHg) dengan frekuensi nadi > 1OO/menit; 2). tekanan
menetapkan bahwa pemeriksaan awal dan resusitasi diastolik ortostatik turun > l0 mm Hg atau sistolik turun
pada kasus perdarahan wajib dan harus bisa dikerjakan > 20 mm Hg; 3). frekuensi nadi ortostatik meningkat > l5l
pada setiap lini pelayanan kesehatan masyarakat menit; 4). akral dingin; 5). kesadaran memrun; 6). anuria
sebelum dirujuk ke pusat layanan yang lebih tinggi. atau oliguria (produksi urin < 30 ml/jam).
Adapun langkah-langkah praktis pengelolaan Kecurigaan perdarahan akut dalam jumlah besar selain
perdarahan SCBA adalah sebagai berikut: l). pemeriksaan ditandai kondisi hemodinamik tidak stabil ialah bila
awal, penekanan pada evaluasi status hemodinamik; 2). ditemukan : 1). hematemesis, 2). hematokesia (berak darah
resusitasi, terutama untuk stabilisasi hemodinamik; 3). segar); 3). darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik dan

447
448 GAIITROENTEROIPGI

dengan lavase tidak segerajernih, 4). hipotensi persisten, koagulan, 6). Kebiasaan minum alkohol, 7). Mencari
5). dalan24 jammenghabiskan tranfusi darah melebihi 800- kemungkinan adanya penyakit hati kronik, demam
1000nt1. berdarah, demam tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes
melitus, hipertensi, alergi ob at-obatart, 8). Riwayat transfusi
sebelumnya.
STABILISASI H EMODINAMIK PADA PERDARAHAN Pemeriksaan fisis yang perlu diperhatikan : l).
SALURAN CERNA Stigmata penyakit hati kronik, 2). Suhu badan dan
perdarahan di tempat lain, 3). Tanda-tanda kulit dan mukosa
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan penyakit sistematik yang bisa disertai perdarahan saluran
kristaloid (misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan makanan, misalnya pigmentasi mukokutaneus pada
cepat menggunakan dua jarum berdiameter besar (minimal sindrom Peutz-Jegher.
16 G) dan pasang monitor CYP (central venous pressure); Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan :
tujuannya memulihkan tanda-tanda vital dan 1). Elektro kardiogram; terutama pasien berusia > 40 tahun,
mempertahankan tetap stabil. Biasanya tidak sampai 2).BUN, kreatinin serum; pada perdarahan SCBA
memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada pemecahan darah oleh kuman usus akan mengakibatkan
kondisi hipoalbuminemia berat. Secepatnya kirim kenaikan BUN, sedangkan kreatinin serum tetap normal
pemeriksaan darah untuk menentukan golongan darah, atau sedikit meningkat, 3). Elektrolit (Na, K Cl); perubahan
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, lekosit. Adanya elektrolit bisa terjadi karena perdarahan, transfusi, atau
kecurigaan diatesis hemoragik perlu ditindaklanjuti dengan kumbah lambung, 4). Pemeriksaan lainnya tergantung
melakukan tes Rumpel-Leede, pemeriksaan waktu macam kasus yang dihadapi.
perdar.ahan, wakhrpembekuan, retraksi bekuan darah, PPI
dan aPTT.
Kapan transfusi darah diberikan sifatnya sangat indi- MEMBEDAKAN PERDARAHAN SALURAN CERNA
vidual, tergantung jumlah darah yang hilang, perdarahan BAGIANATASATAU BAWAH
masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan
berlangsung, dan akibat klinik perdarahan tersebut. Cara praktis membedakan perdarahan saluran cerna bagian
Pemberian transfusi darah pada perdarahan saluran cerna atas (SCBA) atau saluran cerna bagian bawah (SCBB)
dipertimbangkan pada keadaan berikut ini: 1). Perdarahan terdapat dalam Tabel 1.
dalam kondisi hemodinamik tidak stabil, 2).Perdarahan baru
atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya I
liter atau lebih, 3).Perdarahan baru atau masih berlangsung
Perdarahan Perdarahan
dengan hemoglobin < l0 g%o atau hematokrit <30%.4).
SCBA SCBB
Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.
Manifestasi klinik Hematemesis Hematokesia
Perlu dipahami bahwa nilai hematokrit untuk pada umumnya dan / melena Jernih
memperkirakan jumlah perdarahan kurang akurat bila Aspirasi nasogastrik Berdarah <35
perdarahan sedang atau baru berlangsung. Proses Rasio (BUN/kreatinin) Meningkat > 35 Normal
Auskultasi usus Hiperaktip
hemodilusi dari cairan ekstravaskular selesai 24-72jam
setelah onset perdarahan. Target pencapaian hematokrit
setelah tranfusi darah tergantung kasus yang dlhadapi,
untuk usia muda dengan kondisi sehat cukup 20-25oh, Seorang pasien yang datang dengan keluhan
usia lanjut 300/o, sedangkan pada hipertensi portal jangan hematemesis, muntahan seperti kopi karena berubahnya
melebthi27-28%o. darah oleh asam lambung, hampir pasti perdarahannya
berasal dari SCBA. Timbul melena, berak hitam lengket
dengan bau busuk, bila perdarahannya berlangsung
PEMERIKSAAN LANJUTAN sekaligus sejumlah 50 - 100 mlatau lebih. Untuk lebih
memastikan keterangan melena yang diperoleh dari anam-
Sambil melakukan upaya mempertahankan stabilitas nesis, dapat dilakukan pemeriksaan digital rektum.
hemodinamik lengkapi anamnesis, pemeriksaan fisis, dan Perdarahan SCBA dengan manifestasi hematokezia (berak
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diperlukan. darah segar) dimungkinkan bila perdarahannya cepat dan
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan : l). Sejak banyak melebihi 1000 ml dan disertai kondisi hemodinamik
kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang tidak stabil atau syok.
yang keluar, 2). Riwayat perdarahan sebelumnya, 3). Pada semua kasus perdarahan saluran makanan
Riwayat perdarahan dalam keluarga, 4).Ada tidaknya disarankan untuk pemasangan pipa nasogastrik, kecuali
perdarahan di bagian tubuh lain, 5). Penggunaan obat- pada perdarahan kronik dengan hemodinamik stabil atau
obatan terutama anti inflammasi non-steroid dan anti yang sudah jelas perdarahan SCBB. Pada perdarahan
PENGELOLAAII PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN AIAS
449

SCBA akan keluar cairan seperti kopi atau cairan darah akibat komorbiditas yang menyertai.
segar sebagai tanda bahwa perdarahan masih aktif. Sarana diagnostik yang bisa digunakan pada kasus
Selanjutnya dilakukan kumbah lambung dengan air suhu perdarahan saluran makanan ialah endoskopi gastrointes-
kamar. Sekiranya sejak awal tidak ditemukan darah pada tinal, radiografi dengan barium, radionuklid, dan angiografi.
cairan aspirasi, dianjurkan pipa nasogastrik tetap terpasang Pada semua pasien dengan tanda-tanda perdarahan SCBA
sampai 12 atat24 jam. Bila selama kurun waktu tersebut alau yartg asal perdarahannya masih meragukan
hanya ditemukan cairan empedu dapat dianggap bukan pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan prosedur
perdarahan SCBA. pilihan. Dengan pemeriksaan ini sebagian besar kasus
Perbandingan BLIN dan kreatinin serum juga dapat diagnosis penyebab perdarahan bisa ditegakkan. Selain
dipakai untuk memperkirakan asal perdarahan, nilai puncak itu dengan endoskopi bisa pula dilakukan upaya terapeutik.
biasanya dicapai dalam 24 - 48 jam sejak terjadinya Bila perdarahan masih tetap berlanjut atau asal perdarahan
perdarahan, normal perbandingnya 20, di atas 35 sulit diidentifikasi perlu dipertimbangkan pemeriksaan
kemungkinanperdarahanberasal dari SCBA, di bawah 35 dengan radionuklid atau angiografi yang sekaligus bisa
kemungkinan perdarahan SCBB. Pada kasus yang masih digunakan untuk menghentikan perdarahan. Adapun hasil
sulit untuk menentukan asal perdarahannya, langkah tindakan endoskopi atau angiografi sangat tergantung
pemeriksaan selanjutnya ialah endoskopi SCBA. tingkat keahlian, ketrampilan, dan pengalaman pelaksana.
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan
penyebab serta asal perdarahan,juga untuk menentukan
DIAGNOSIS PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN aktivitas perdarahan. Forest membuat klasifikasi
CERNABAGIANATAS perdarahan tukak peptik atas dasar temuan endoskopi
yang bermanfaat untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Dai 1673 kasus perdarahan SCBA di SMF Penyakit Dalam
RSU dr. Sutomo Surabaya, penyebabnya 76,9o/opecahnya
TERAPI PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN
varises esofagus, 19,2oh gastitis erosif, 1 ,0% tukak peptik,
0,60lo kanker lambung, dan 2,6o/okarena sebab-sebab lain.
ATAS
Laporan dari RS Pemerintah di Jakarta, Bandung, dan
Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan Non-Endoskopis
SCBA sama dengan di RSU dr. Sutomo Surabaya. Salah satu usaha menghentikan perdarahan yang sudah
Sedangkan laporan dari RS Pemerintah di Ujung Pandang lama dilakukan adalah kumbah lambung lewat pipa
menyebutkan tukak peptik menempati urutan pertama nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini
penyebab perdarahan SCBA. Laporan kasus di rumah diharapkan mengurangi distensi lambung dan memperbaiki
swasta yakni RS Darmo Surabaya perdarahan karena tukak proses hemostatik, namun demikian manfaatnya dalam
peptik 5l,2oh, gastritis erosif 1l,7Yo, varises esofagus menghentikan perdarahan tidak terbukti. Kumbah lambung
o/o,
0,9%o,keganasan 9,8oh, esofagitis 5,3 sindrom Mallory-
I
ini sangat diperlukan untuk persiapan pemeriksaan
Weiss l,4olo, tidak diketahui 7 o/o, dan penyebab-penyebab endoskoopi dan dapat dipakai untuk membuat perkiraan
lain 2,7%o Di negara barat tukak peptik berada di urutan kasar jumlah perdarahan. Berdasar percobaan hewan,
pertama penyebab perdarahan SCBA dengan frekuensi kumbah lambung dengan air es kurang menguntungkan,
sekitar 50% Walaupun pengelolaan perdarahan SCBA waktu perdarahan jadi memanjang, perfusi dinding
telah banyak berkembang namun mortalitasnya relatif tidak lambung menurun, dan bisa timbul ulserasi pada mukosa
berubah, masih berkisar 8 - l\oh. Hal ini dikarenakan lambung.
bertambahya kasus perdarahan dengan usia lanjut, dan Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati
kronis yang mengalami perdarahan SCBA diperbolehkan,
dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak merugikan
dan relatif murah.
Aktivitas perdarahan Kriteria Endoskopis Vasopressin dapat menghentikan perdarahan SCBA
Forest la - perdarahan aktif - perdarahan arteri lewat efek vasokonstriksi pembuluh darah splanknik,
menyembur menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
Forest lb - perdarahan aktif - perdarahan merembes
menurun. Digunakan di klinik untuk perdarahan akut
Forest ll - perdarahan berhenti - gumpalan darah Pada
dan masih terdapat dasar tukak atau varises esofagus sej ak tahun I 9 5 3. Pemah dicobakan pada
sisa-sisa perdarahan terlihat pembuluh perdarahan nonvarises, namun berhentinya perdarahan
darah
- tidak berbeda dengan plasebo. Terdapat dua bentuk
Forest lll - perdarahan berhenti lesi tanpa tanda sisa
tanpa sisa perdarahan perdarahan sediaan, yakni pitresin yalrg mengandung vasopressin
Konsensus pengelolaan perdarahan SCBA yang dibuat PGI- murni dan preparat pituitary gland yang mengandung
PEGI-PPHI dapat dilihat pada lampiran vasopressin dan oxcytocir. Pemberian vasopressin
450 GASTTROENTEROI.OGI

Penilaian Awal dan PENGKAJIAN/EVALUAS AWAL


Resusilasi DAN RESULITASI

namnes s dan pemerlksaan


Tanda Vital
akses vena
Se ang nasogosfik
Pemeriksaan labomtariom
Hb, Hl, Trombosit
pemerlksaen hemoslas s

Cairan rsislaloid
cairan Kolo d
Trafslus darah

Henodinamlk stabil
tidak ada perdarahan aktif

Tekanan dareh > 90/60 mmNg Tekanan darah > 90/60 mmNg
tekanan darah rabrak > 70 mmHg tekanan daBh Blarah < 70 mmHg
EMERGENSI oTAWAL nadi 100/m
endoskopi UGI Hb>9970 Hb<99%
les T L l-) tes Tilr (+)

Rujuk unt!k evaluasi elektif lebih anjut

Gambar 1. Penanganan perdarahan saluran cerna atas Radiologl bar n


Saluran cerna bagian alas
atau rujuk untuk endoskopi
saluran cerna bagian atas

PENG KAJIAN/EVALUAS AWAL


DAN RESULITASI
Anamnesis dan pemeriksaan fsik
Tanda vita
akses vena
Selanq n3sogosrik
Pemerlksaan aboratar um
Gambar 3.
Hb, Ht Trombosit
pemer ksaan hemoslasis

Crysb oid soIlions


Collo d solulions
B ood tanius ons
dilakukan dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50
unit dalam 100 ml dekstrose 5o%, diberikan 0.5 - 1 mglmeirit/
iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3 - 6 jam;
atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-
0.5 U/menit. Vasopressin dapat menimbulkan efek samping
serius berupa insufiensi koroner mendadak, oleh karena
H€modinamik insEbi itu pemberiannya disarankan bersamaan preparat nitrat,
Tekanan daEh > 90/60 mmHg
misalnya nitrogliserin intravena dengan dosis awal 40 mcg/
lekanan darah rala rata < 70 mmHo
nadi 100/m menit kemudian secara titrasi dinaikkan sampai maksimal
Hb<99%
res Ti l (+)
400 mcg/menit dengan tetap mempertahankan tekanan
sistolik di atas 90 mm Hg.
Somatostatin dan analognya (octreotide) diketahui
dapat menurunkan aliran darah splanknik, khasiatnya lebih
selektif diban ding v as op r e ssln. Penggunaan di klinik pada
Perdarahan beilan uL
perdarahan akut varises esofagus dirnulai sekitar tahun
I I 978. Somastostatin dapat menghentikan perdarahan akut
--r-----r
f;p"*m*,,*-l
varises esofagus pada 70-80o/o kasus, dan dapat pula
ti
Perdamhan befr enL Perdarahan menerao
digunakan pada pada perdarahan nonvarises Dosis
pemberian somastatin, diawali dengan bolus 250 mcgliv,
I dilanjutkan per infus 250 mcgljam selama 12-24 jam atau
sampai perdarahan berhenti; oktreotide dosis bolus 100
mcg/iv dilanjutkan per infus 25 mcgljam selama 8-24 jam
Gambar 2. atau sampai perdarahan berhenti.
PENGEI.OLAAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS 4st

Obat-obatan golongan anti sekresi asam yang Keberhasilan terapi endoskopi dalam menghentikan
dilaporkan bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang perdarahan bisa mencapai di atas 95%o dan tanpa terapi
SCBA karena tukak peptik ialah inhibitor pompa proton tambahan lainnya perdarahan ulang frekuensinya sekitar
dosis tinggi. Diawali bolus omeprazol 80 mgliv kemudian ts-20%.
dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam, Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan pada
perdarahan ulang pada kelompok plasebo 200lo sedangkan perdarahan karena varises esofagus. Ligasi varises
yang diberi omeprazol hanya 4,2%o. Suntikan omeprazol merupakan pilihan pertama untuk mengatasi perdarahan
yang beredar di Indonesia hanya untuk pemberian bolus, varises esofagus. Dengan ligasi varises dapat dihindari
yang bisa digunakan per infus ialah persediaan efek samping akibat pemakaian sklerosan, lebih sedikit
esomeprazol dan pantoprazol dengan dosis sama seperti frekuensi te{adinya ulserasi dan striktur. Ligasi dilakukan
omeprazol. Pada perdarahan SCBA ini antasida, sukralfat, mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 1 - 2
dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan unflrk cm. Dilakukan pada varises yang sedang berdarah atau
tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab perdarahan. bila ditemukat tandabaru mengalami perdarahan seperti
Antagonis reseptor H2 dalam mencegah perdarahan ulang bekuan darah yang melekat, bilur-bilur merah, noda
SCBA karena tukak peptik kurang bermanfaat. hematokistik, vena pada vena. Skleroterapi endoskopik
Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan sebagai alternatif bila ligasi endoskopik sulit dilalalkan
perdarahan varises esofagus dimulai sekitar tahun 1950, karena perdarahan yang masif, terus berlangsung, atau
paling populer adalah Sengstaken-Blakemore tube (SB- teknik tidak memungkinkan. Sklerosan yang bisa
tube) yangmempunyai tiga pipa serta dua balon masing- digunakan antara lain campuran sama banyak polidokanol
masing untuk esofagus dan lambung. Komplikasi 3%, NaCl O,9o/o, dan alkohol absolut. Campuran dibuat
pemasangan SB-tube yang bisa berakibat fatal ialah sesaat sebelum skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan
pnemoni aspirasi, laserasi sampai perforasi. Pengembangan dimulai dari bagian paling distal mendekati kardia
balon sebaiknya tidak melebihi 24 jam. Pemasangan SB- dilanjutkan ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5

tube seyogyanya dilakukan oleh lenaga medik yang cm. Pada perdarahan varises lambung dilirkukan
berpengalaman dan ditindaklanjuti dengan observasi yang penytrntikan cy ano acry I ate, skleroterapi untuk varises
ketat. lambung hasilnya kurang baik.

ENDOSKOPIS TERAPIRADIOLOGI

Terapi endoskopi ditujukan padaperdarahan tukak yang Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan
masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang tetap berlangsung dan belum bisa ditentukan asal
tampak. Metode terapinya meliputi: l). Contact thermal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan
(monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe) pembedahan sangat berisiko. Tindakan hemostasis yang
2). Noncontact thermal (laser) 3). Nonthermal (misalnya bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin atau
suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol, cy ano acrylat e, embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan
atau pemakaian klip). fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat
Berbagai caraterapi endoskopi tersebut akan efektif dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic
dan aman apabila dilakukan ahli endoskopi yang terampil Portosystemic Shunt).
dan berpengalaman. Endoskopi terapeutik ini dapat
diterapkan pada 90% kasus perdarahan SCBA, sedangkan
10% sisanya tidak dapat dikerjakan karena alasan teknis PEMBEDAHAN
seperti darah terlalu banyak sehingga pengamatan
terhalang atau letak lesi tidak terjangkau. Secara Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medik,
keseluruhan 80% perdarahan tukak peptik dapat berhenti endoskopi dan radiologi dinilai gagal. Ahli bedah
spontan, namun pada kasus perdarahan arterial yang bisa seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim
berhenti spontan hany a 3lYo.Terapi endoskopi yang relatif multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan SCBA
mudah dan tanpa banyak peralatan pendukung ialah untuk menentukan waktu yang tepat kapan tindakan bedah
penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan sebaiknya dilakukan.
menggunakan adrenalin 1 : 10000 sebanyak 0,5-l mltiap
kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alkohol absolut
(98%) tidak melebihi I ml. Penyrntikan bahan sklerosan KESIMPULAN
seperti alkohol absolut atau polidokanol umumnya tidak
dianjurkan karena bahayatimbulnya tukak dan perforasi Penyebab perdarahan SCBA dapat digolongkan menjadi2
akibat nekrosis jaringan di lokasi penyuntikan. kelompok, perdarahan varises dan perdarahan
4s2 GAITTROENTEROI.OGI

non-varlses. Fogel M, Kracer M, Andrew L. Continous intravenous vasopressin


Pengelolaan perdarahan saluran makanan secara praktis in active upper gastrointestinal bleeding. Ann Intern Med.
meliputi: evaluasi status hemodinamik, 1982;96:65
Gilbefi DA, Saunders DR. Iced saline lavage does not slow bleeding
stabilisasihemodinamik, melanjutkan anamnesis,
from experimental Canine gastric ulcers. Dig Dis Sci.
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan lain yang diperlukan,
1982;26:7065.
memastikan perdarahan saluran makanan bagian atas atau Gupta PK, Fleischer DE. Nonvariceal upper gastrointestinal
bawah, menegakkan diagnosis pasti penyebab perdarahan, bleeding. Med Clin North Am. 1993;77:973.
terapi spesifik. Hernomo K, Iswan A Nusi, Pangestu Adi. Endoscopic variceal
Prioritas utama dalam menghadapi kasus perdarahan ligation with local ligator compared with endoscopic
SCBA ialah penentuan status hemodinamik dan upaya sclerotherapy in variceal bleeding: a prospective randomized
trial. Endoscopy. 1995;27 :53.
resusitasi sebelum menegakkan diagnosis atau pemberian
Hernomo K. Hematemesis melena karena perdarahan varises
terapi lainnya. esofagus. Gastroenterologi hepatologi. In: Ali Sulaiman, ed
Pemeriksaan endoskopi SCBA merupakan cara terpilih Jakarta: CV Infomedika. 1990. p. 328.
untuk menegakkan diagnosis penyebab perdarahan dan Jutabha R, Jensen DM. Acute upper gastrointestinal bleeding.
sekaligus berguna untuk melakukan hemostasis. Pada Current diagnosis & treatment in gastroenterology. In: Fried-
perdarahan tukak lambung dapat dilakukan antara lain man SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. 2nd ed. New York:
denganpenyuntikan adrenalin I : 10000, sedangkanpada \ Lange Medical BooksiMcGraw-Hill. 2003. p. 53
onsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI. Perdarahan saluran makanan
perdarahan varises esofagus dengan ligasi atau
bagian atas. Bandung 13 April 2002.
skleroterapi. Lau JYW, Sung JJY, Lee KKC, Yung MY, Wong SKH, Wu fYC, Chan
Manfaat terapi medik tergantung macam kelainan yang FKL, Ng EKW, You JHS, Lee CW, Chan Acw, Chung SCS. Effect
menjadi penyebab perdarahan. Somatostatin dapat of intravenous omeprazole on recurrent bleeding after
digunakan untuk menghentikan perdarahan SCBA, endoscopic ffeatment of bleeding peptic ulcers. N Engl J Med.
terutama pada perdarahan varises. Pada perdarahan karena 2000;343:3 I 0.
tukak peptik pemberian PPI intra vena dosis tinggi Lichtenstein DR. Therapy of digestive disorders: a companion to
Sleisenger and Fordtran's gastrointestinal and liver disease. in:
bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang.
Wolfe MM, Cohen S, Davis GL, Giannella RA, Hanauer SB,
Ahli radiologi dan ahli bedah seyogyanya dilibatkan
Silen W, Toskes PP, editors. Philadelphia: WB Saunders Co;
dalam tim multidisipliner pengelolaan perdarahan SCBA.
2000. p. 127.
Longstreth GF. Epidemiology of hospitalization for acute upper
gastrointestinal hemorrhage: a population based study. Am J
REFERENSI Gastroenterol. 1995; 90:206.
Moitinho E, Planas R, Banares R Albillos A, Ruiz-delarbol L, Galvez
Bongiovanni GL. Gastrointestinal bleeding. Essentials of clinical C, Bosch J. Multicenter randomized controlled trial comparing
gastroenterologycision making. In: Bongiovanni GL, ed. 2,d ed. different schedules of somatostatin in the treatment of acute
New York: McGraw-Hill Book Co; 1998 p. 15. variceal bleeding. J Hepatol. 2001;35:712.
Burroughs AK. Somatostatin and octreotide for variceal bleeding. Oesman N. Diagnosis perdarahan saluran makanan bagian atas.
J Hepatology 1991;13:1. Simposium penanggulangan perdarahan saluran makan bagian
Chen RJ, Fang JF, Chen MF. Octreotide in the management of atas. PGI-PPHI-PEGI Cabang Surabaya. 8 Mei 1993.
postoperative enterocutaneus fistula and stress ulcer bleeding. Rockall TA, Logan RF, Devlin HB, Nothfield TC. Incidence and
' Am J Gastroentercl. 1992;87:1212. mortality from acute upper gastrointestinal hemorrhage in the
Christiansen J, Yotis A. The role of somatostatin and longacting United Kingdom. Steering Committee and members of the
analogue, SMS 201-995, in acute bleeding due to peptic ulcer- National Audit of acute upper gastrointestinal haemorrhage.
ation. Scand J Gastroenterol. 1986;21:109. BMl. 1995;311:222.
Cotton PB, Williams CB. Practical gastrointestinal endoscopy. The Rockey DC. Gastrointestinal bleeding. Sleisenger and Fordtran's
fundamentals. 5th ed. Blackwell Oxford; 2003. gastrointestinal and liver disease: pathophysiology/diagnosis/
Daniel WA, Egan WS. The quantity of blood required to produce a management. In: Feldman M, Friedman LS, Sleisenger MH,
tarry stool. JAMA. 1942;173:2232. editors. 7th ed. Philadelphia: WB. Saunders;2002. p.271.
Djajaprarata LI. Pandangan mutakhir pengobatan perdarahan saluran Schiff L, Stevens RJ, Shapiro N, Goodman S. Observation on the
cerna nonvariseal. Simposium Ilmiah dalam rangka HUT ke 82 oral administration of citrated blood in man. The effect on the
RS Darmo Surabaya. Surabaya 8 Februari 2003. stool. Am J Med Sci. 1939;203:409.
Ebert RA, Stead EA, Gibson JG Response of normal subjects to Skok P. The epidemiology of hemorrhage from the upper
acute blood loss. Arch Intern Med. 1940;68:578. gastrointestinal tract in the mid nineties has anything changed?
Fleischer D. Therapy for gastrointestinal bleeding. Techniques in Hepatogastroenterology. 1998;45 :2228.
therapeutic endoscopy. In: Geenen JE, Fleischer DE, Waye JD, Van Rensburg CL, Thorpe A, Waren B. Intragastric pH in patients
Venu RM, editors. 2"d ed. New York: Gower Med. Publ; 1992. p. with bleeding peptic ulceration during pantoprazole infusion 8
12. mg/hour. Gastroenterology. 1997 ;l12 A321.

Anda mungkin juga menyukai