Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASITES

DISUSUN OLEH :
AULIA AYU NINGTYAS
S21130028

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga
peritoneum. asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik dan
pengelolaan penyakitnya menjadi semakin sulit,asites juga dapat menjadi
sumber Infeksi seperti setiap penimbunan cairan secara abnormal dirungga
tubuh yang lain infeksi akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya
(Nurarif, 2015)
Asites adalah penimbunana cairan secara abnormal di rongga
peritoneum, asites dapat disebabakan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya
penimbunan cairan di rongga peritoneum dapat terjadi melalui mekanisme
dasar yakni transudasi dan eksudasi, asites ada hubunganya dengan sirosis
hati dan hipertensi porta adalah salah satu contoh penimbunan cairan di
rongga peritoneum yang terjadi melalui mekanisme transudasi. (Ilmu
Penyakit Dalam).
Kesimpulan, asites adalah penumpukan cairan secara abnormal di
rongga peritoneum (rongga perut) yang dapat disebabkan oleh beberapa
penyakit seperti sirosis hati dan hipertensi.

B. Etiologi
a. Menurut teori underfilling: hipertensi porta, hipoalbuminea yang
mengakibatkan volume cairan plasma menurun.
b. Menurut teori overfilling: peningkatan aktivitas hormone anti-diuretik
(ADH) dan menurunkan aktivitas hormon natrutik mengakibatkan
ekspansi cairan plasma dan reabsorpsi air di ginjal (Nurarif, 2016).

C. Manifesasi klink
Asites lanjut sangat mudah dikenali pada inspeksi, akan tampak perut
membuncit pada umumnya gizi kurang dan otot atrofi. Pada saat pasien tidur
terlentang, pembesaran perut akan nampak mencolok kesamping kanan dan
kiri seperti perut kodok letak umbilikus tergeser kekaudal mendekati sismfisis
pubis, sering dijumpai hemia umbilikalis kiri tekanan intara abdomen yang
meninggi sedangkan otot-otot atrofi sehingga kekuatannya berkurang, tanda-
tanda visis lain menunjukkan adanya akumulasi cairan dalam rongga perut.
Perut antar lain: pekak samping (Flank dullness) pekak alih (shifting
dulinees). Gejala-gejala lain dari ascites yaitu :
a. Kehilanagan selera/ nafsu makan
b. Merasa mudah kenyang
c. Mual
d. Nyeri ulu hati
e. Sesak nafas saatbaring
f. Ukuran perut membesar

D. Patofisiologi
Penimbunan asites ditentukan oleh 2 faktor yang penting yakni faktor lokal
dan Sistemik :
a. Faktor lokal
Bertanggung jawab terhadap penimbunan cairan dirongga perut, faktor
lokal yang penting adalah cairan sinusoid hati dan sistem kapiler
pembuluh darah usus.
b. Faktor sistemik
Bertanggung jawab terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
sistem cardiovaskuler dan ginjal yang menimbun retensi air dan garam.
Faktor utama sebagai pencetus timbulnya retensi air dan garam oleh
ginjal adalah vasodilatasi arteri perifer mula-mula akan terjadi
peningkatan tahananan sistem porta dan diikuti terbentuknya pitas porta
sistemik baik intra maupun ektra hati apabila struktur perubahan
parenkim semakin berlanjut, pembentukan pintas juga semakin berlanjut,
tubuh akan menafsirkan seolah-olah menjadi penurun volome efektif
darah arteri reaksi yang dilakukan untuk melawan keadaan itu adalah
meningkatkan tonos saraf simpatik adrenergik. Hasil akhirnya adalah
aktivitas terhadap 3 sistem vasokonstriktor yakni sistem renin-
angiostensin, aldesteron, arginin vasopresin dan saraf simpatik aktivasi
sistem arginin vasopresin akan menyebabkan retensi air, sistem
aldesteron akan menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus
dan meningkatkan reapsorpsi garam pada tubulus progsimal, disamping
itu sistem vaskuler juga akan terpengaruh oleh aktivitasi ketiga vaso
kontriktor tersebut. Apabila terjadi sirosis hatisemakin berlambat,
vasodilatasi arteri ferifer akan menjadi semakin berat sehingga aktivitasi
sistem neoru homoral akan mampu menimbulkan asites. Disamping itu,
aktivasi sistem neurohumoral yang terumenerus tetapi akan menimbulkan
perubahan fungsi ginjal yang semakin nyata sehingga terjadi sindrom
heparorenal.
Pathway
E. Pemeriksan Penunjang
Adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumen
serum,peninggian kadar globulin serum,penurunan kadar bilirubin direk dan
inderik),penurunan enzim kolenisterase, serta peninggian SGOT dan SGPT.
Pemeriksaan khusus untuk menilai adanya asites yang masih sedikit,
misalnya dengan paddle singn pemerisaan penunjang yang dapat diberikan
informasi dalam keadaan ini adalah USG Fungsi dioagnostik sebaiknya
dilakukan pada setiap pasien baru. Dari pemeriksaan cairan asites dapat
diketahui adanya keganasan . infeksi premer atau sekunder, eksudat, kilus
atau transudasi.

F. Komplikasi
a. Spontaneous Bacterial Peritonitis(SBP), infeksi yang terjadi pada rongga
perut secara spontan akibat cairan dalam rongga perut tersebut.
b. Sindrom Hepatorenal, komplikasi yang umumnya terjadi pada penderita
sirosis yang mengakibatkan gagal ginjal.
c. Malnutrisi dan berat badan menurun
d. Kesulitan bernapas, akibat cairan yang menekan otot diafragma yang
berperan dalam pernapasan.
e. Kesadaran menurun atau ensefalopati hepatikum. Keadaan ini akibat
fungsi hati yang menurun dalam detoksifikasi racun, sehingga racun
menumpuk pada otak.

G. Penatalaksanaan Medis
a. Nutrisi
Membatasi pemasukan sodium (garam) makanan kurang dari 2 gram per
hari. konsultasi dengan ahli nutrisi dalam rangka pembatasan garam
harian dapat sangat bermanfaat untuk pasien -pasien dengan asites
b. Diuretik
Pemberian diuretik dapat meningkatkan eksresi air dan garam dari ginjal.
Regimen diuretik yang direkomendasikan kombinasi dari spironolactone
dan furosemide. dosis tunggal harian dari 100 mg spironolactone dan 40
mg furosemide adalah dosis awal yang biasanya direkomendasikan.
c. Therapeutic paracentesis
Untuk pasien yang tidak merespon dengan baik pada regimen diatas
therapeutic paracentesis dapat dilakukan untuk mengeluarkan jumlah
cairan yang banyak. sekitar 4-5 liter dari cairan dapat dikeluarkan secara
aman dengan prosdur ini setiap waktu.
d. Operatif
Untuk kasus yang lebih berat, prosedur operasi mungkin perlu untuk
mengontrol asites. transjugular intrahepatic portacaval shunt metode ini
dilakukan dengan cara memasang paracarval shunt dari sisi kiri melalui
radiologis dibawah anastesi lokal, metodi ini sering digunakan untuk
asites yang berulang.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur, nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada fase ini pasien akan mengeluarkan adanya penurunan berat
badan. tidak nafsu makan (anoreksia), nyeri pada kuadran kanan atas
keluhan lain yang berhubungan dengan adanya penyakit pada fase
lanjut, pasien akan mengeluh bahwa mudah terjadi luka memar.,
rontok rambut, terutama di daerah ketiak dan pubis, juga pasien juga
akan mengutarakan bahwa menstruasinya tidak teratur (pada wanita
dan impoten pada pria).
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu ditanyakan apakah adanya atau pernah ada kebiasaan minum-
minum keras (alkohol).
1) Pernah menderita penyakit tertentu terutama hepatitis B, non A,
non B, hepatitis D (pernah menderita penyakit kuning) dan pernah
penyakit jantung.
2) Apakah terjadi mendapat tranfusi darah
3) Bagaimana kebiasaan pola makan
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita sirosis hepatis harus di lakukan
secara menyeluruh.
1) Keadaan pasien, bentuk tubuh
2) Pada sklera mata diperoleh sklera mata yang ikterus sampai
dengan kehijauan, kadang-kadang pada konjungtiva di peroleh
kesan anemia.
3) Pada infeksi daerah dada di temukan adanya spider nevi atau
adanya terlihat suatu usaha dalam bernafas karena tekanan
abdomen terhadap diafragma ditemukan bulu ketiak yang rontok
dan gynecomatik pada laki-laki.
4) Pemeriksaan abdomen
a) Infeksi perut yang membesar karena asites, adanya bayangan
b) vena, hernia umbilikus.
c) Perkusi adanya asites sehingga terdengar pekak
d) Palpasi: nyeri pada kuadran kanan atas, hepar membesar dan
padat teraba benjol-benjol
e) Lingkar perut : bertambah besar.
e. Test diangnostik
1) Untuk memastikan sirosis hepatis dilakukan biopsy
2) Dilakukan pemerikasaan laboratorium darah: hemoglobin,
leukosit, trombosit menurun.
3) Liver fungsi test: serum albumin, cholinestrase menurun,
sedangkan billirubin, globulin, serum alkali propastase, SGOT,
SGPT dan ureum meningkat, serta protrombin time memanjang.
4) USG untuk mengetahui perbandingannya perubaha sel pernchy
hati dan jaringan fibrotik.
5) CT scan dan radioisoton memberikan informasi tentang ukuran
hati, perdarahan yang terjadi dan obstruksi pada hepar.
6) Billirubin urine meningkat, sedangkan dalam feces menurun.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen agen pencedera fisologis
(D.0077)
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(mis.Nyer) (D.0005)
c. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(D.0022)
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA


INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN HASIL

Nyeri akut berhubungan Tujuan Setelah dilakukan. I.08238) Manajemen Nyeri


dengan agen agen tindakan keperawatan Observasi
pencedera fisologis selama 1x8 jam maka 1. Identifikasi lokasi,
(D.0077) diharapkan pola tidur karakteristik, durasi, frekuensi,
membaik kualitas, intensitas nyeri
KH : (L.108066) Tingkat 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri Terapeutik
 Keluhan nyeri menurun 3. Berikan teknik non
 Meringis menurun farmakologis untuk

 Pola nafas membaik mengurangi rasa nyeri


(kompres hangat atau dingin)
 Pola tidur membak Edukasi
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pola nafas tidak efektif Tujuan Setelah dilakukan. Manajemen jalan nafas (1.01011)
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama Observasi
hambatan upaya nafas 1x8 jam maka diharapkan pola 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
(mis. Nyeri) (D.0005) tidur membaik kedalman,usaha nafas)
KH : pola napas 2. Monitor bunyi nafas tambahan
 Tekanan ekspirasi 3. Monitor sputum
meningkat Terapeutik
 Tekanan inspirasi 4. Pertahankan kepatenan jalan
meningkat nafas dengan head tlft dan chn
 Dipsnea menurun lift

 Penggunaan oto bantu napas 5. Posisikan semi fowler

menurun 6. Berikan minuman hangat

 Frenkuensi napas membaik Edukasi


7. Anjurkan asupan cairan
 Kedalaman napas membaik
2000ml/hari
8. Ajarkan teknik batuk efektf
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
Hipervolemia Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama (1.03114)
mekanisme gangguan 1x8 jam maka diharapkan pola Observasi
regulasi (D.0022) tidur membaik 1. Periksa tanda dan gelaja
KH : keseimbanagana cairan hipervolemia
(L.05020) 2. Identfkasi penyebab
 Asupan cairan meningkat hypervolemia
 Keluaran urin meningkat 3. Monitor intake dan ouput

 Kelembaban membrane cairan

mukosa meningkat Terapeutik

 Asupan makanan meningkat 4. Timbang berat badan setiap

 Edema menurun har pada waktu yang sama


5. Batas asupan cairan dan garam
 Dehidrasi menurun
6. Tinggikan kepala tempat tidur
 Membran mukosa membaik
30-40 derajat
 Turgor kult membaik
Edukasi
7. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
8. Kolaborasi memberian diuretik
9. Kolaborasi penggantian
kehilangan kaliaum akibat
diuretik
Intoleransi Aktivitas Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen energy (1.05178)
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama Observasi
kelemahan (D.0056) 1x8 jam maka diharapkan pola 1. Monitor gangguan fungsi tubuh
tidur membaik yang mengakibatkan kelelahan
KH : toleransi aktivitas Terapeutik
(L.05047) 2. Lakukan latihan rentang gerak
 Kemudahan dalam pasif atau aktif
melakukan aktivitas sehari- 3. Fasilitasi duduk di sisi tempat
hari meningkat tidur
 Kecepatan berjalan Edukasi
meningkat 4. Anjurkan melakukan aktifitas
 Jarak berjalan meningkat secara bertahap

 Kekuatan tubuh bagan. Kolaborasi


5. Kolaborasi dengan ahli gizi
bawah menngkat tentang cara meningkatkan
 Keluhan lelah menurun asupan makanan
 Perasan lemah menurun
 Frekuens nafas membaik

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi yang diharapkan antara lain :
1. Nyeri akut pada pasien sudah teratasi
2. Pola nafas tidak efektif pada pasien sudah teratasi
3. Hipervolemia pada pasien sudah teratasi
4. Intoleransi aktifitas pada pasien sudah teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia Defenisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Defenisi Dan Tindakan Keperawatan (1st ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2019). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia Defenisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dn Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.
Mediacton Publishing: Jogjakarta,.

Anda mungkin juga menyukai