Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SECTIO CAESAREA INDIKASI PRE EKLAMPSIA BERAT

DISUSUN OLEH

IIS WANDIRA

S21130014

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN

MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

TAHUN AJARAN 2023/2024


A. Konsep Sectio Caessarea
1. Definisi
Sectio Caessarea adalah salah satu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono,2012) Sectio Caessarea ialah tindakan untuk melahirkan janin
dengan berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh (Gulardi dan wiknjosastro,2011) Sectio Caessarea adalah
pembedahan untuk melahirkan janin membuka dinding perut dan dinding
rahim (Mansjoer,2012)

2. Etiologic
Menurut Benson dan Penol , 2010 bahwa penyebab preeklampsia
sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang
meninggal karena preeklampsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai penyebab preeklampsi sampai
sekarang belum diketahui secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal
karena preeklampsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat .
tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah sapasmus
arteriole ,retensi Na dan air dan cogulasi intravaskuler. Walaupun
vasospasmus mungkin bukan merupakan sebabprimer penyakit ini,akan
tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
PreeklamsiaSebab preeklampsi belum diketahui :

Vasospasmus menyababkan:
1) Hipertensi
2) Pada otak (sakit kepala,kejang)
3) Pada placenta (solutio plasenta,kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri,insufisiensi)
5) pada hati (icterus)
6) pada retina (amourose)

3. Patofisiologi
Pada preeklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal di temukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus , lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga
hanya dapat dilalui satu set darah merah . jadi jika semua arter darah
dalam tubuh mengalami sapasme ,maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat di cukupi. sedangkan kenaikan berat badan dan edema di sebabkan
oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan iterstital, proteinuria
dapar di sebabkan oleh spasme arteriola sehingga aliran darah ke ginjal
dan fungsi glomerulus menurun (Mochtar2010).
4. Pathaway

5. Manifestasi Klinis
Infeksi purperal (nifas)
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu tubuh beberapa hari
dalam masa nifas, atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis dan
sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum, atau ada faktr-faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal 15 D al a m ba b 2 in i ak an di ur
ai ka n se ca ra te or iti s m en ge na i 16 sebelumnya), bahaya infeksi
sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali terutama seksio sesarea klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada seksio sesarea transperitonealis profunda

6. Komplikasi
Menurut Rukiyah dan Yuliani (2010), komplikasi presentasi bokong
yaitu :
Bagi ibu
1) Robekan perineum lebih besar
2) Jika ketuban pecah dini dapat terjadi partus lama
3) Infeksi
Bagi janin
Ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong dan perut lahir
karena tali pusat terjepit.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan
b. Pemantauan EKG
c. Elektrolit
d. Ekstensi
e. Hemoglobin / hematokrit
8. Penatalaksanaan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sunsang
harus dihindarkan. Untuk ibu bila pada waktu pemeriksaan antenatal
dijumpai letak sunsang menjadi letak kepala. Upaya-upaya tersebut adalah
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas dan penanggung jawab
Terdiri dari nama, usia, alamat, nomor rekam medic, diagnosa, tanggal
masuk rumah sakit, dan sebagainya terkait klien dan penanggung
jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Riwayat Ginekologi dan Obstetric
d. Aktivitas sehari-hari
1) Pola nutrisi
A) Makan : keluhan saat makan, frekuensi dan porsi makan. Saat
Proses persalinan biasanya ibu banyak mengeluarkan energi Hal ini
menyebabkan nafsu makan menjadi meningkat dan sering lapar pasca
persalinan.
B) Minum : jumlah minuman yang dihabiskan, jenisnya dan
Keluhan saat minum. Meningkatnya cairan yang masuk pada
postpartum.
2) Pola eliminasi
A) Buang Air Besar (BAB) : frekuensi BAB, waktu, konsistensi feses,
warna feses, cara dan keluhan saat BAB. Pada klien Postpartum BAB
terjadi 2-3 hari kemudian.
B) Buang Air Kecil (BAK) : frekuensi BAK, jumlah, dan keluhan saat
BAK. Pada klien post partum hari pertama BAK sering sakit atau
sering terjadi kesulitan kencing.
3) Pola istirahat dan tidur : kaji kuantitas, kualitas dan keluhan
mengenai tidur siang dan malam. Pasca melahirkan akan terasa Nyeri
yang akan mengganggu istirahatnya.
4) Personal Hygiene : kaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas,
Pasca persalinan personal hygiene biasanya tidak terawatt karena rasa
lelah
5) Pola aktivitas
e. Pemeriksaan fisik head to toe

2. Diagnosa Keperwatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap respons
klien mengenai masalah kesehatan untuk menyusun intervensi melalui
penegakan diagnosa (SDKI, 2017). Carpenito (2000, dalam Nurbaeti,
2013) mengatakan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon pasien atau status kesehatan atau resiko perubahan
pola dari individu atau kelompok dimana perawat dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
dengan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.
Berdasarkan SDKI tahun (2017) diagnosa keperawatan pasien post patum
terdiri dari 7 diagnosa keperawatan yaitu :
a. Nyeri akut b/d terputusnya inkontunitas jaringan
b. Gangguan mobilitas fisik b/d keletihan dan luka dan nyeri pasca
operasi.
c. Resiko infeksi b/d faktor resiko
3. Intervensi Keperawatan

Dx Tujuan dan kriteria hasil


keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
(D.0077) keperawatn 1 x 24 jam Observasi
diharapkan :  Identifikasi lokasi,
 Klien dan keluarga karakteristik nyeri
klien dapat  Identifikasi skala
menjelaskan kembali nyeri
tentang nyeri dan  Identifikasi faktor
penyebab nyeri yang memperberat
 Klien mau melakukan dan memperingan
teknik relaksasi dan nyeri
distraksi saat nyeri Edukasi
 Klien merasa nyaman  Jelaskan penyebab,
dengan posisi semi periode dan
fowler terjadinya nyeri
  Ajarkan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
menggunakan
analgesik yang tepat
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
analgesik, jika perlu

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi


mobilitas keperawatn 1 x 24 jam Urine
fisik diharapkan : Observasi
 Sensasi berkemih  Identifikasi tanda
menurun dan gejala retensi
 Urgensi menurun urine
 Distensi kandung  Identifikasi faktor
kemih menurun penyebab retensi dan
 Berkemih tidak tuntas inkontinensia urine
menurun  Monitor eliminasi
 Volume residu urine urine
menurun Terapeutik
 Nokturia menurun  Catat waktu-waktu
 Urine menetes dan haluaran urine
(dribbling) menurun  Batasi asupan
 Mengompol menurun cairan, jika perlu
 Enuresis menurun  Ambil sample urine,
 Disuria menurun jika perlu
 Anuria menurun Edukasi
 Frekuensi BAK  Ajarkan mengenali
membaik tanda-tanda retensi
 Karakteristik urine urine
membaik  Ajarkan mengatur
asupan cairan
 Ajarkan terapi
modalitas
 Anjurkan minum
yang cukup
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
supositoria, jika
perlu
Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
infeksi keperawatan 1 x 24 jam Observasi
(D.0142) diharapkan :  Monitor dan dan
 Kebersihan tangan gejala infeksi
meningkat Terapeutik
 Kebersihan badan  Batasi jumlah
meningkat pengunjung
 Nafsu makan  Berikan perawatan
meningkat kulit pada luka
 Demam menurun  cuci tangan sebelum
 Kemerahan menurun dan sesudah kontak
 Nyeri menurun dengan pasien dan
 Bengkak menurun lingkungan pasien
 Kadar sel darah putih  pertahankan teknik
membaik aseptik
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara
mencuci tangan
yang benar
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
 Ajarkan
meningkatkan
asupan nutrisi
 Ajarkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian imuniasi,
jika perlu

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan yang
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
(Mitayani, 2009)
5. Evaluasi
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena
merupakan semu. Sehingga pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan
karena dapat diketahui keadaan klien dan masalah secara langsung.
Pada tinjauan kasus pada waktu dilakukan evaluasi tentang nyeri yang
dialami klien sudah berkurang dalam waktu 2x24 jam karena tindakan
yang tepat, klien juga merupakan apa yang tim medis ajarkan untuk
nyerinya dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan dari criteria hasil telah
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai