DISUSUN OLEH
IIS WANDIRA
S21130014
2. Etiologic
Menurut Benson dan Penol , 2010 bahwa penyebab preeklampsia
sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang
meninggal karena preeklampsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai penyebab preeklampsi sampai
sekarang belum diketahui secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal
karena preeklampsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat .
tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah sapasmus
arteriole ,retensi Na dan air dan cogulasi intravaskuler. Walaupun
vasospasmus mungkin bukan merupakan sebabprimer penyakit ini,akan
tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
PreeklamsiaSebab preeklampsi belum diketahui :
Vasospasmus menyababkan:
1) Hipertensi
2) Pada otak (sakit kepala,kejang)
3) Pada placenta (solutio plasenta,kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri,insufisiensi)
5) pada hati (icterus)
6) pada retina (amourose)
3. Patofisiologi
Pada preeklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal di temukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus , lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga
hanya dapat dilalui satu set darah merah . jadi jika semua arter darah
dalam tubuh mengalami sapasme ,maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat di cukupi. sedangkan kenaikan berat badan dan edema di sebabkan
oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan iterstital, proteinuria
dapar di sebabkan oleh spasme arteriola sehingga aliran darah ke ginjal
dan fungsi glomerulus menurun (Mochtar2010).
4. Pathaway
5. Manifestasi Klinis
Infeksi purperal (nifas)
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu tubuh beberapa hari
dalam masa nifas, atau bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis dan
sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum, atau ada faktr-faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal 15 D al a m ba b 2 in i ak an di ur
ai ka n se ca ra te or iti s m en ge na i 16 sebelumnya), bahaya infeksi
sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali terutama seksio sesarea klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada seksio sesarea transperitonealis profunda
6. Komplikasi
Menurut Rukiyah dan Yuliani (2010), komplikasi presentasi bokong
yaitu :
Bagi ibu
1) Robekan perineum lebih besar
2) Jika ketuban pecah dini dapat terjadi partus lama
3) Infeksi
Bagi janin
Ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong dan perut lahir
karena tali pusat terjepit.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan
b. Pemantauan EKG
c. Elektrolit
d. Ekstensi
e. Hemoglobin / hematokrit
8. Penatalaksanaan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sunsang
harus dihindarkan. Untuk ibu bila pada waktu pemeriksaan antenatal
dijumpai letak sunsang menjadi letak kepala. Upaya-upaya tersebut adalah
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas dan penanggung jawab
Terdiri dari nama, usia, alamat, nomor rekam medic, diagnosa, tanggal
masuk rumah sakit, dan sebagainya terkait klien dan penanggung
jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Riwayat Ginekologi dan Obstetric
d. Aktivitas sehari-hari
1) Pola nutrisi
A) Makan : keluhan saat makan, frekuensi dan porsi makan. Saat
Proses persalinan biasanya ibu banyak mengeluarkan energi Hal ini
menyebabkan nafsu makan menjadi meningkat dan sering lapar pasca
persalinan.
B) Minum : jumlah minuman yang dihabiskan, jenisnya dan
Keluhan saat minum. Meningkatnya cairan yang masuk pada
postpartum.
2) Pola eliminasi
A) Buang Air Besar (BAB) : frekuensi BAB, waktu, konsistensi feses,
warna feses, cara dan keluhan saat BAB. Pada klien Postpartum BAB
terjadi 2-3 hari kemudian.
B) Buang Air Kecil (BAK) : frekuensi BAK, jumlah, dan keluhan saat
BAK. Pada klien post partum hari pertama BAK sering sakit atau
sering terjadi kesulitan kencing.
3) Pola istirahat dan tidur : kaji kuantitas, kualitas dan keluhan
mengenai tidur siang dan malam. Pasca melahirkan akan terasa Nyeri
yang akan mengganggu istirahatnya.
4) Personal Hygiene : kaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas,
Pasca persalinan personal hygiene biasanya tidak terawatt karena rasa
lelah
5) Pola aktivitas
e. Pemeriksaan fisik head to toe
2. Diagnosa Keperwatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap respons
klien mengenai masalah kesehatan untuk menyusun intervensi melalui
penegakan diagnosa (SDKI, 2017). Carpenito (2000, dalam Nurbaeti,
2013) mengatakan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon pasien atau status kesehatan atau resiko perubahan
pola dari individu atau kelompok dimana perawat dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
dengan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.
Berdasarkan SDKI tahun (2017) diagnosa keperawatan pasien post patum
terdiri dari 7 diagnosa keperawatan yaitu :
a. Nyeri akut b/d terputusnya inkontunitas jaringan
b. Gangguan mobilitas fisik b/d keletihan dan luka dan nyeri pasca
operasi.
c. Resiko infeksi b/d faktor resiko
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan yang
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
(Mitayani, 2009)
5. Evaluasi
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena
merupakan semu. Sehingga pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan
karena dapat diketahui keadaan klien dan masalah secara langsung.
Pada tinjauan kasus pada waktu dilakukan evaluasi tentang nyeri yang
dialami klien sudah berkurang dalam waktu 2x24 jam karena tindakan
yang tepat, klien juga merupakan apa yang tim medis ajarkan untuk
nyerinya dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan dari criteria hasil telah
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia