Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

DISUSUN OLEH

AULIA AYU NINGTYAS

S21130028

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN

MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

TAHUN AJARAN 2023/2024


A. Konsep Teori
1. Definisi
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung
dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu
maupun kehamilan aterm (Manuaba, 2015).
Ketuban dinyatakan pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan
yang terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini
disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2015).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup
waktu atau kurang waktu.
2. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah :
a. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bias
menyebabkan terjadinya KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
c. Distensi uterus
d. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membran bagian bawah.
e. Faktor lain :
1) Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan
kulit ketuban.
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4) Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Faktor Resiko
Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm :
1) kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
2) riwayat persalinan preterm sebelumnya
3) perdarahan pervagina
4) pH vagina di atas 4.5
5) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
6) kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi
misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi
persalinan preterm
7) Inkompetensi serviks (leher rahim)
8) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
9) Riwayat KPD sebelumya
10) Trauma
11) servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek
(<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
12) Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
3. Manifestasi Klinis
a. Kencang-kencang (nyeri ringan dibagian bawah)
b. Keluarnya cairan ketuban dari vagina
c. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
d. Tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering
e. Berbau anyir
f. Warna cairan putih agak keruh seperti santan encer.
4. Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi
cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam.
Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan
ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta
bahan organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk
oleh selsel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada
anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya
antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut
atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih
kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap
jam. Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan
yang diakibatkan oleh ‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban
bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu,
manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin,
memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus, dan
kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan sebagainya. Caranya
yaitu dengan mengambil cairan ketuban melalui alat yang dimasukkan
melalui dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut :
1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2) Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1)
dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3) Patofisiologi Pada infeksi intrapartum :
a. ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan
langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
b. infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion.
c. mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi
intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
d. tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi
infeksi.
5. Pathway

Persalinan Kala
1

Gangguan
His yang
Persalinan Kala
berulang
1

Peningkatan Kanalis
kontraksi dan servikalis selalu Kelainan letak Serviks Gameli,
Infeksi genetalia
pembukaan terbuka akibat janin (sungsang) inkompetent Hidramnion
servik uteeri kelainan servik
uteri
Tidak ada Proses Dilatasi
mengiritasi biomekanik berlebihan Ketegangan
Mudahnya bagian terendah uterus yang
nervus yang menutupi bakteri serviks
pudendalis pengeluaran air berlebihan
ketuban pintu atas
panggul Enzim Selaput ketuban
Nyeri proteoliitik menonjol dan
keluar mudah pecah Serviks tidak
Persalinan bisa menahan
tekanan
intrauteri
Selaput ketuban
mudah pecah

KETUBAN
PECAH DINI

Pasien tidak Mudahnya


Air ketuban mengetahui mikroorganisme
terlalu banyak penyebab & masuk
akibat KPD
kecemasan ibu
Distosia (partus
terhadap Defisit Resiko infeksi
kering)
keselamatan janin Pengetahuan

Laserasi pada
Ansietas
jalan lahir
6. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan
KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian
prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a. Infeksi intrauterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin
juga urine atu secret vagina, sekret vagina ibu hamil pH: 4,5 dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna,tetap kuning. 1.a tes lakmus (tes
nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu. 1b. mikroskop (tes
pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan
caranya, namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
8. Penatalaksanaan
Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut Manuaba (2013):
a. Konservatif
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau
gawat janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila
pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
b. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
1) Induksi atau akselerasi persalinan.
2) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
3) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah
ketuban
Yang harus segera dilakukan:
1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil
nafas dan tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko
terinfeksi kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena
air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang
diganjal supaya lebih tinggi.

B. Teori Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas dan penanggung jawab
Terdiri dari nama, usia, alamat, nomor rekam medic, diagnosa, tanggal
masuk rumah sakit, dan sebagainya terkait klien dan penanggung
jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Riwayat Ginekologi dan Obstetric
d. Aktivitas sehari-hari
e. Pemeriksaan fisik head to toe
2. Diagnosa Keperwatan
a. Nyeri persalinan berhubungan dengan dilatasi serviks
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman pada status
terkini
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
d. Risiko infeksi dengan f.r pertahanan tubuh primer tidak adekuat (pecah
ketuban dini)

3. Intervensi Keperawatan

Diagnoa Tujuan dan kriteria


Intervensi keperawatan
Keperawatan hasil
Nyeri persalinan Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan
Tingkat nyeri (I.08238)
dilatasi serviks
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
selama 2 x 15 menit, karakteristik, durasi,
diharapkan pasien apat frekuensi, kualitas,
beradaptasi terhadap intensitas nyeri
nyeri persalinan, dengan 2. Identifikasi skala
kriteria hasil: nyeri
1. Pasien dapat 3. Identifikasi respon
menggunakan teknik nyeri non verbal
manajemen nyeri 4. Identifikasi faktor
nyeri yang diajarkan yang memperberat
2. Pasien dapat dan memperingan
mengontrol nyeri nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresure, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Ansietas berhubungan Tingkat Kecemasan Reduksi Ansietas
dengan krisis situasi
Setelah dilakukan (I.09134)
dan ancaman pada
status terkini tindakan keperawatan, Observasi
selama 2 x 30 menit, rasa 1. Identifikasi saat
cemaas berkurang, tingkat ansietas
dengan kriteria hasil : berubah (mis. kondisi,
1. Pasien tidak waktu, stressor)
menunjukkan adanya 2. Identifikasi
kegelisahan. kemampuan
2. Wajah pasien tidak mengambil keputusan
tegang 3. Monitor tanda-tanda
3. TTV dalam rentang ansietas (verbal dan
normal nonverbal)
4. Tidak ada keringat Terapeutik
dingin 1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, Jika perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengelihatan untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Defisit pengetahuan Pengetahuan: Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan
Kehamilan (I.12383)
kurang informasi
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 2. Identifikasi kesiapan
selama 2 x 45 menit, dan kemampuan
diharapkan pasien menerima informasi
mengerti bahwa 3. Identifikasi faktor-
pentingnya perawatan faktor yang dapat
pasca kehamilan dan meningkatkan dan
melahirkan, dengan menurunkan motivasi
kriteria hasil : perilaku hidup bersih
1. Mengetahui dan sehat
pentingnya Terapeutik
pendidikan kesehatan 1. Sediakan materi dan
2. Mengetahui strategi media pendidikan
untuk kesehatan
menyeimbanngkan 2. Jadwalkan pendidikan
aktivitas dan istirahat kesehatan sesuai
3. Mengetahui praktik kesepakatan
gizi yang sehat 3. Berikan kesempatan
4. Mengetahui pola untuk bertanya
penambahan berat Edukasi
badan yang sehat 1. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Risiko infeksi dengan Keparahan infeksi Pencegahan Infeksi
f.r pertahanan tubuh
Setelah dilakukan (I.14539)
primer tidak adekuat
(pecah ketuban dini) tindakan keperawatan Observasi
selama 2 x 15 menit 1. Monitor tanda dan
diharapkan risiko infeksi gejala infeksi lokal
dapat dicegah, dengan dan sistematik
kriteria hasil : Terapeutik
1. Tidak ada tanda 1. Batasi jumlah
terjadi infeksi pengunjung
TTV dalam rentang 2. Berikan perawatan
normal
kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka dan luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
yang dilakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan
multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan
dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah
dibuat (Patrisia et al., 2020)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil
yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan
evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria
hasil (Patrisia et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai