C. Etiologi
Menurut Manuaba (2010) ketuban pecah dini disebabkan oleh:
1. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan kembar, hidramnion.
2. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
3. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian
terendahbelum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik.
4. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
5. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk preteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Menurut Nugroho (2012) faktor predisposisi KPD sebagai beriku t:
1. Kanalis servikalis yang selalu membuka oleh karena kelainan
padaserviks uteri (akibat persalinan, curetage).
2. Tekanan intrauterin yang meningkat secara berlebihan
(overdistensiuterus) misal trauma, hidramnion, gemeli.
3. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
atau amniosintetis yang biasanya disertai infeksi.
4. Keadaan sosial ekonomi.
5. Faktor lain :
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anakyang
tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaantermasuk
kelemahan jaringan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
d. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C)
D. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Manuaba
(2010) antara lain :
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Ciri-ciri cairan
ketuban : aroma air ketuban berbau amis dan tidakseperti bau amoniak,
cairan tersebut masih merembes atau menetes, bewarna pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu hamil duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal
atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
2. Demam
3. Bercak vagina yang banyak,
4. Nyeri perut, dan denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi.
E. Klasifikasi
Menurut POGI tahun (2014) KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok,
yaitu, KPD preterm dam KPD aterm, antara lain :
1. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1
(+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm
adalah pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai
kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan
ibu anatara 34 sampai kurang dari 37 minggu.
2. KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya yag terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern
(+), IGFBP-1 (+ ) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.
F. Patofisiologi
Menurut Prawirahardjo (2010) ketuban pecah dalam persalinan
secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.
Selaput ketubn pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahanbiokimia
yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh bukan karena luruh
ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintetis dan degradasi ekstrakuler
matriks. Perubahan struktur jumlah sel dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah.selaaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda trimester ke 3
selaput ketuban pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus kontraksi rahim dan gerakan janin.
Pada trimester terakir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis
disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
polihidramnion inkompeten serviks (Prawirahardjo, 2010).
Adapun pathway dari kejadian ketuban pecah dini, antara lain :
Kala I Persalinan
Nyeri Akut
Air ketuban terlalu banyak Kecemasan ibu terhadap Klien tidak mengetahu Tidak adanya pelindung dunia
keluar keselamatan janin dan dirinya penyebab dan akibat KPD luar dengan daerah rahim
I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah
dalam perawatan dirinya
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering/
susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien
nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah
persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus
bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologis (kontraksi dan
pembukaan serviks uteri)
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-
sumber informasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Pain level (tingkat nyeri) Pain Management (Manajemen Nyeri)
dengan mukosa Pain control (rasa sakit) 1. Mampu menegnali nyeri (skala, insensitas,
lambung teriritasi Comfort level (tingkat frekuensi dan tand nyeri)
kenyamanan) 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
Kriteria hasil : komprehensif termasuk lokasi,
Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas
(tahu penyebab nyeri, dan faktor prespitasi
mampu meggunakan teknik 3. Observasi reaksi nnonvernal dari
non faramakologi untuk ketikdanyamanan
mengurani nyeri, mencari 4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
bantuan) untuk mengetahui pengalaman nyeri
Melaporkan bahwa nyeri pasien
berkurang dengan 5. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
menggunakan manajemen nyeri
nyeri 6. Evluasi pengalaman nyeri masa lampau
Mampu menegnali nyeri 7. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
(skala, insensitas, frekuensi lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
dan tand nyeri) masa lampau
8. Bantu pasien dan jeluarga untuk mencari
Menyatakan rasa nyaman
dan menemukan dukungan
setelah nyeri berkurang
9. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengatuhi nyeri
10. Pilih dan lakukan pengangan nyeri
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarakan teknik non farmakologi
13. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
16. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek intruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasai dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik pilihan, rute,
pemberian dan dosis optimal
6. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri berat
9. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala
2. Ansietas NOC NIC
berhubungan Anxiety self-control 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
dengan perubahan Anxiety level 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
status kesehatan Coping dirasakan selama prosedur
Kriteria hasil : 3. Dengarkan dengan penuh perhatian
Klien mampu 4. Identifikasi tingkat kecemasan
mengidentifikasi dan 5. Intruksikan pasien menggunakan tekhnik
mengungkapkan gejala relaksasi.
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspirasi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan.
3. Defisiensi NOC NIC
pengetahuan Knowledge : Disesase 1. Berikan penilaian tentang tingkat
berhubungan Process pengetahuan pasien tentang proses
dengan Knowledge : Health penyakit yang spesifik
penatalaksanaan dan Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
proses penyakit. Kriteria hasil : bagaimana hal ini berhubungan dengan
Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
menyatakan pemahaman tepat
tentang penyakit, kondisi 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prognosis dan program muncul pada penyakit, dengan cara yang
pengobatan tepat
Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
melaksanakan prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara benar 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
yang dijelaskan perawat/ tim kondisi, dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya 7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan dating dan
atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
13. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat
4. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan Status Imun Infection Control (Kontrol Infeksi)
dengan luka operasi Penegtahuan : Pengendalian 1. Pertahankan teknik isolasi
Infeksi 2. Gunakan sabun antimirobia untuk cuci
Pengendalian Resiko tangan
Kriteria Hasil : 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Klien bebas dari tanda dan tindakan keperawatan
gejala ifeksi 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
Mendeskripsikan proses pelindung
penularan penyakit, faktor 5. Pertahnakan lingkungan aseptik selama
yang mempengaruhi serta pemasangan alat
penatalaksanaannya. 6. Ganti letak IV perifer dan line sentral dan
Menunjukkan kemampuan dressing sesuai dengan pentunjuk umum
untuk mencegah infeksi atau 7. Tingkatakan intake nutrisi
timbulnya infeksi. Infection protection
8. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
Jumlah leukosit dalam batas
dan lokal
normal
9. Pertahankan teknik asepsis pada pasien
Menunjukkan perilaku hidup
yang berisiko
sehat
10. Pertahankan teknik isolasi K/P
11. Berikan perawatan kulit pada area epidema
12. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas , drainase
13. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
14. Dorong masukan nutrisi yang cukup
15. Dorong masukan cairan
16. Dorong istirahat
17. Instruksikan pasien untuk minum
antibbiotik sesuai resep
18. Ajarkan pasien dan keluarga tand adan
gejala infeksi
19. Ajarkan cara menghindari infeksi
20. Laporkan kecurigaan infeksi
21. Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA
Duff, P., Lockwood, Cj., & Barss, VA. (2016). Preterm Premature (Prelabor)
Rupture of Membranes. International Journal of Women’s Health and
Reproduction Sciences, 3(4).
Eskicioglu, F., & Bahar, GE. (2015). Diagnostic Modalities in Premature Rupture
of Membranes. International Journal of Women’s Health and
Reproduction Sciences, 3(2).
Fraser, D. M., Cooper, M. A., & Fletcher, A. (2009). Myles Buku Ajar Bidan,
Edesi ke 14. Jakarta : EGC.