Disusun oleh:
2020/2021
A. Konsep Teori
1. Deinisi
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang
cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir
spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin,
2014).Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu (Ida Ayu, 2010).
Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara
amnion korion (Joseph, 2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
2. Etiologi
Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
a. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri dimana
kanalis servikalis selalu terbuka.
b. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium
uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
c. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetic.
d. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
1) Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
2) Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
3) Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
e. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,
karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan
kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
f. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinyaketuban
pecah dini.
3. Patofisiologis Ketuban Pecah Dini
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
b. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada
infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.
c. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
1) Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia
luar.
2) Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion.
3) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar
melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau
higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan
sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo (2010).
4. WOC KPD
Kala 1 Persalinan
Kontraksi dan
pembukaan serviks Kanalis servikalis Kelainan letak janin Infeksi genitalia Serviks inkompeten Gameli Hidramnion
selalu terbuka (sungsang)
akibat kelainan
Mengiritasi nervus Proses biomekanik Dilatasi berlebih Ketegangan uterus
serviks
pundendalis Tidak ada bag. bakteri mengeluarkan serviks berlebih
Terendah yang enzim proteolitik
Mudahnya menutupi PAP yang Serviks tidak bisa
Stimulus nyeri Selaput ketuban
pengeluaran air menghalangi menahan
Selaput ketuban menonjol dan
ketuban tekanan terhadap tekanan
Nyeri akut mudah pecah mudah pecah
membrane bag. intrauterus
bawah
Rasa mules dan
ingin mengejan Ketuban Pecah Dini (KDP)
Pasien melaporkan
tidak nyaman Air ketuban terlalu banyak keluar Pasien tidak mengetahui Tidak adanya pelindung dunia luar
penyebab dan akibat KPD dengan daerah rahim
Distoksia (Partus kering)
Gangguan rasa Resiko Infeksi
nyaman Defisiensi Pengetahuan
Laserasi pada jalan lahir
Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban Yang harus segera
dilakukan:
a) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
b) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas
dan tenangkan diri.
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. H
2. Umur : 26 Tahun
3. Alamat : Kendal
4. Agama : Islam
5. Suku bangsa : Jawa
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Pekerjaan : IRT
8. Pendidikan : D3
9. Status obstetric : G3P0A2
PenanggungJawab
1. Nama : Tn. C
2. Hubungan dengan klien : Suami
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Alamat : Kendal
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan khawatir denagn kondisi bayinya karena ketubannya rembes
dimulai dari jam 5 pagi
E. Riwayat Kehamilan
1. HPHT : 17 Agustus 2020
2. HPL : 24 Mei 202
3. Persalinan lalu:
Hamil ke Jenis Kehamilan Cara Lahir BB lahir Keadaan Usia kehamilan
4. Kunjungan antenatal :
TM I : 3x kunjungan ke bidan
TM II : 3x kunjungan ke bidan
TM III : 2x kunjungan ke bidan
5. Masalah pada kehamilan sekarang: ketuban pecah dini
6. Masalah kehamilan sebelumnya : abortus
7. Apakah mengikuti kelas prenatal? Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti
kelas prenatal
8. Persiapan persalinan yang sudah dilakukan: pasien sudah melakukan persiapan
persalainan secara normal
9. Masalah dalam persalinan yang lalu : abortus
: pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
10. Penyakit yang diderita ibu seperti hipertensi, DM, jantung
Penggunaan obat-obatan selama kehamilan: pasien mengatkan hanya mengkonsumsi
11. asam polat, dan vitamin serta penambah darah
: pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi baik makanan, minuman
12. Alergi maupun obat-obatan.
13. Konsumsi alkohol/ rokok/ zat adiktif/ zat kimia lainnya : pasien mengatakan tidak
mengkonsumsi alcohol/rook/sat adiktif/zat kimia lainnya
14. Adakah penggunaan pemacu persalinan? Tidak ada
15. Persepsi ibu dan keluarga tentang persalinan:
16. Bantuan yang diinginkan ibu dari keluarga pada saat persalinan : pasien
mengatakan memilih untuk SC karena hawatir dengan kondisi bayinya.
17. Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang
memiliki riwata penyakit seperti hipertensi, DM dan jantung
F. Pemantauan perkembangan persalinan
Pemantauan : Kala 1
09:45 = DJJ 138x/menit, kuat teratur
10: 00 = DJJ132x/menit, kuat teratur
11:00 = DJJ 142x/menit, kuat teratur
G. Data Fokus
DS (DATA SUBJEKTIF) DO (DATA OBJEKTIF)
H. Diagnosa Keperawatan
J. Implementasi
1.5 Evaluasi
Asrining, S. H.. S. K. N., dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC
Bulecchek. G. 2013. Nursing Intervensions Clasification (NIC). Edisi Keenam. Elsivers.
Singapura
Hidayat, A.A.A. 2010. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan edisi 2. Jakarta:Salemba
Hakimi, 2010 : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Joseph H. K. 2010. Catatan Kuliah: Ginekologi dan Obstetri (Obsgin). Suha Medika :
Yogyakarta
Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I . Jakarta : Media
Martaadisoebrata D. 2013. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 3.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moorhead. S. 2013. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi Kelima. Elsivers.
Singapura
Nugroho. 2010. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.
Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. EGC. Jakarta
Sarwono, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2. Tridasa Printer :
Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesiad Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1Cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.