Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI

DI RUANG RAWAT JALAN POLI KANDUNGAN


RSUD. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh :
Uswatun Hasanah, S.Kep
Nim. 11194692210159

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Ketuban Pecah Dini


NAMA MAHASISWA : Uswatun Hasanah
NIM : 11194692210159

Banjarmasin, April 2023

Menyetujui,

Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Hj. Fauziah, S. Kep., Ners Umi Hanik Fetriyah, S. Kep., Ns., M. Kep
NIP. 197303231997032011 NIK. 1166042009023
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Ketuban Pecah Dini


NAMA MAHASISWA : Uswatun Hasanah
NIM : 11194692210159

Banjarmasin, April 2023

Menyetujui,

Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Hj. Fauziah, S. Kep., Ners Umi Hanik Fetriyah, S. Kep., Ns., M. Kep
NIP. 197303231997032011 NIK. 1166042009023

Mengetahui,

Ketua Jurusan
Program Studi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia

Muhammad Arief Wijaksono, S. Kep., Ns., MAN


NIK. 1166012016089
LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI

A. Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan dan setelah satu jam ditunggu belum ada tanda-tanda persalinan.
(Kennedy et al., 2019).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput
amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
kontraksi, Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum
inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa laten). (Darmawati, 2019)
Menurut Ernawati, (2019) Klasifikasi ketuban pecah dini dibagi atas usia
kehamilan yaitu :
a. Ketuban pecah dini atau disebut juga Premature Rupture of Membrane
atau Prelabour Rupture of Membrane (PROM), adalah pecahnya selaput
12 ketuban pada saat usia kehamilan aterm.
b. Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran korioamniotik sebelum
usia kehamilan yaitu kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm
Premature Rupture of Membrane atau Preterm Prelabour Rupture of
Membrane (PPROM).

B. Etiologi
Faktor yang menyebabkan kejadian ketuban pecah dini antara lain :
(Aspiani, 2018)
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban yang bisa menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka karena
kelainan pada servik uteri akibat persalinan atau curetage. Kerusakan pada
serviks skibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akobat
tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi)
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan Tekanan intra uterin
yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a) Trauma: saat berhubungan badan, pememeriksaan yang dilakukan saat
kehamilan untuk memeriksa sampel air ketuban untuk mengetahui ada
atau tidaknya kelainan pada janin (amniosintesis), trauma saat
berkendara. Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi
progedteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada
usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih
fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
b) Gemelli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan Gemelli terjadinya distensi uterus yang
berlebihan sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan, hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih
besar dan kantung (selaput ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian
bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah.
4. Kelainan letak
Hubungan kelainan letak dengan adalah lebih dominan pada kelainan letak
sungsang karena pada letak sungsang posisi janin berbalik, kepala berada
dalam ruangan yang besar yaitu di fundus uteri sedangkan bokong dengan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar di paksa untuk menepati ruang yang
kecil yaitu disegmen bawah rahim, sehingga dapat membuat ketuban bagian
terendah langsung menerima tekanan intrauteri dan ketegangan rahim
meningkat, sedangkan letak lintang bagian terendah 10 adalah bahu
sehingga tidak dapat menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah maupun
pembukaan servik (Arif & Kurnia, 2021).
5. Faktor golongan darah
Inkompatibilitas rhesus dapat terjadi jika ibu yang bergolongan darah rhesus
negatif mengandung janin yang bergolongan darah rhesus positif, perbedaan
golongan darah ini terjadi akibat ayah memiliki golongan darah rhesus
positif. Inkompatibilitas rhesus jarang terjadi pada kehamilan pertama. Hal ini
karena ibu hamil dengan rhesus negatif baru membentuk antibodi terhadap
rhesus positif setelah kehamilan pertama. Oleh karena itu, anak pertama ibu
dengan kondisi ini umumnya terlahir normal. Sedangkan pada kehamilan
kedua dan seterusnya, antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh ibu akan
menyerang darah bayi dengan golongan rhesus positif, hal ini menyebabkan
sel-sel darah bayi hancur (Kids Health, 2018).
6. Infeksi lokal pada saluran kelamin: infeksi saluran kemih (Arif & Kurnia,
2021).
7. Faktor sosial seperti: peminum minuman keras dan keadaan sosial ekonomi
rendah (Arif & Kurnia, 2021).
8. Terdapat sefalopelvik disproporsi yaitu, kepala janin belum masuk pintu atas
panggul dan kelainan letak janin, sehingga ketuban bagian terendah
langsung menerima tekanan intrauteri yang dominan (Arif & Kurnia, 2021).

C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadi pembukaan
premature servik, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah kulit
ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami
nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang,
melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang
mengeluarkan enzim yaitu enzim proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh
ketuban pecah spontan (Manuaba, 2019).
D. Clinical pathway
Gravida

His yang berulang Kanalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gamely


servikalis selalu janin(sungsang) genetalia inkompetent hidramnion
terbuka akibat
Peningkatan kelainan
kontraksi dan serviks uteri Tidak ada bagian Proses Dilatasi serviks Ketegangan
pembukaan serviks (abortus dan terendah yang biomekanik berlebihan uterus berlebih
riwayat menutupi pintu bakteri
kuretase) atas panggul mengeluarkan
mengiritasi
yang enzim proteolitik
nervus Selaput Serviks tidak
menghalangi
pudendalis ketuban bias menahan
tekanan
Mudah menonjol dan tekanan
terhadap
mengeluarkan Selaput mudah pecah intrauterus
membrane
Srimulus air ketuban ketuban
nyeri mudah pecah

Nyeri akut Ketuban pecah dini sebeum 37 minggu

Rasa mulas Air ketuban keluar Pasien tidak mengetahui Tidak ada perlindung dunia
dan ingin terlalu banyak penyebab dan akbat KPD luar dengan daerah rahim
mengejan

Distosis (partus kering)


Pasien Mudahnya makroorganisme
Defisit Pengetahuan
melaporkan rasa masuk secara asendens
tidak nyaman
Laserasi pada jalan lahir

Gangguan Rasa Nyaman Resiko Infeksi

Kecemasan ibu terhadap Distensi janin injury


Ansietas keselamatan janin dan
ibunya

Sumber : Nurarif Amin Huda. Kusuma Hardhi, 2019. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan SDKI SLKI SIKI. Jogjakarta: Mediaction
E. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut (Sunarti, 2018) :
1. Keluarnya cairan yang berisi meconium
Cairan dapat keluar saat tidur, duduk, berdiri atau saat berjalan. Cairan
berwarna putih, keruh, jernih dan hijau.
2. Demam
Apabila ketuban telah lama pecah dan terjadi infeksi, maka pasien akan
demam.
3. Bercak darah vagina yang banyak
Plasenta previa: kondisi ini terjadi apabila plasenta berada di bagian bawah
saluran vagina dan menyebabkan jalan lahir bayi terhalang Pelepasan
plasenta: kondisi ini terjadi apabila plasenta terlepas dari dinding uterus
sebelum atau pada saat melahirkan dan darah mengumpul di antara
plasenta dan uterus.
4. Nyeri perut
Ketuban pecah dini menyebabkan kontraksi yang mengakibatkan nyeri
atau kram pada perut.
5. Denyut jantung janin bertambah capat
DJJ bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi.

F. Komplikasi
Komplikasi ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin yaitu: (Kusuma, 2019)
a) Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah dini pada ibu yaitu
infeksi saat persalinan, infeksi masa nifas, cairan ketuban sedikit atau
kering, persalinan lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan
operatif obstetric (khususnya sectio caesarea), meningkatnya angka
kematian pada ibu.
b) Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah dini pada janin itu 13
yaitu prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah
pemberian makanan neonatal), retinopati prematur, perdarahan
intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko
cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli atau
penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri,
persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, perdarahan
intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan, oligohidromnion (sindrom
deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan
janin terhambat), dan meningkatkan angka kematian janin.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis ketuban pecah dini, yaitu: (Ratnawati, 2018)
1. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
2. Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu dirujuk dengan posisi
panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud.
3. Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali pusat
tidak tertekan kepala janin
4. Jika ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau KPD
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.
5. Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat dengan posisi
berbaring miring, berikan antibiotik.
6. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik dan tokolisis. 14
7. Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan.
8. Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan
akselerasi bila ada inersia uteri.
9. Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila ketuban pecah
kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah dini
lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari 5.
10. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Mengakhiri kehamilan dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu :
a) Induksi Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi
rahim sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk
mempercepat proses persalinan.
b) Persalinan secara normal/pervaginam Persalinan normal adalah
proses persalinan melalui kejadian secara alami dengan adanya
kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
mengeluarkan bayi
c) Sectio caesarea. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga
urine atu secret vagina, sekret vagina ibu hamil pH: 4,5 dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna,tetap kuning. 1.a tes lakmus (tes nitrazin), jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat
menghaslkan tes yang positif palsu. 1b. mikroskop (tes pakis), dengan
meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion. Walaupun
pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun
pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana (Sujiyatini, 2019).

I. Masalah Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis,
jenis kelamin.
2) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien,
jenis kelamin.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi
kesehatan saat ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
c. Aktifitas
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum
2) Kehilangan produktivitas, kehilangan semangat untuk bekerja.
3) Sirkulasi
4) Riwayat kehilangan darah kronis
5) Palpitasi
6) CRT lebih dari 2 detik
d. Eliminasi
1) Konstipasi
2) Sering kencing
3) Makanan/ cairan: nafsu makan menurun, mual/ muntah
4) Nyeri/ kenyamanan: di daerah abdomen dan kepala
5) Pernapasan: napas pendek pada saat istirahat maupun aktivitas
6) Seksual
7) Dapat terjadi perdarahan pervagina
8) Perdarahan akut sebelumnya
9) Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman b/d kehamilan
2) Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
3) Ansietas b/d krisis situasional
4) Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnose SLKI SIKI
keperawatan
1 Gangguan Status Kenyamanan Terapi Relaksasi
Rasa Nyaman (L.08064) (I.09326)
b/d kehamilan 1. Keluhan tidak Observasi
(D.0074) nyaman (4)  Identifikasi
cukup menurun teknik relaksasi
2. Gelisah (4) yang pernah
cukup menurun digunakan
 Periksa
ketegangan
otot, frekuensi
nadi, tekanan
darah, dan suhu
sebelum dan
sesudah latihan
Terapetik
 Ciptakan
lingkungan
tenang dan
tanpa gangguan
dengan
pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman
 Gunakan
relaksasi
sebagai stretegi
penunjang
dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
 Jelaskan tujuan,
manfaat,
batasan dan
jenis relaksasi
yang tersedia
(missal; Musik,
meditasi, napas
dalam, relaksasi
otot progresif).
 Anjurkan
mengambil
posisi yang
nyaman
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih
2 Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
pengetahuan (L.01004) (I.01011)
b.d kurang 1. Perilaku sesuai Observasi
terpapar anjuran  Identifikasi
informasi 2. Kemampuan kesiapan dan
(D. 0111) menjelaskan kemampuan
pengetahuan menerima
suatu topik dari informasi
menurun (1)
menjadi
meningkat (5) Terapeutik
3. Persepsi yang  Sediakan materi
keliru terhadap dan media
suatu masalah pendidikan
dari menurun kesehatan
(1) menjadi  Berikan
meningkat (5) kesempatan
Perilaku dari bertanya
menurun (1)
menjadi Edukasi
meningkat (5)  Jelaskan faktor
risiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

3 Ansietas b/d Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas


krisis (L. 09093) (L. 09093)
situasional 1. Konsentrasi Observasi
(D.0080) membaik  Identifikasi saat
2. Pola tidur tingkat ansietas
membaik berubah
3. Perilaku gelisah  Monitor tanda-
meningkat tanda ansietas

Terapeutik
 Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan jika
memungkinkan

Edukasi
 Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
 Anjurkan keluarga
untuk tetap
bersama pasien

4 Resiko infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi


(L.14137) (I.14539)
1. Kebersihan Observasi
tangan  Monitor tanda
meningkat dan gejala
2. Kebersihan infeksi lokal
badan
meningkat Terapeutik
3. Nafsu makan  Cuci tangan
meningkat sebelum dan
4. Kadar sel sesudah kontak
darah putih dengan pasien
membaik dan lingkungan
pasien
 Pertahankan
Teknik aseptic
pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tnda
dan gejala
infeksi
 Anjurkan
meningkatkan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2019. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Arif, Kurnia .2021. Keperawatan Maternitas: Definisi dan Klasifikasi Jakarta: EGC.

Darmawati. 2019. Keperawatan Maternitas Kasus Anemia. Jakarta: MediAction

Herlman, T. Heather, dkk. 2016. NANDA International Diagnosis Keperawatan :

Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Mitayani. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta

Manuaba. 2019. Patofisiologi Keperawatan Maternitas Kasus Anemia. Jakarta

Kusuma.2019. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-

NOC. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction

Ratnawati. 2018. Penatalaksanaan Keperawatan Maternitas Ketuban Pecah Dini :

EGC

Sunarti. 2018. Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Yogyakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi

dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai