DEFINISI
Robekan yang sering terjadi pada persalinan
Robekan yang biasanya terjadi pada bibir serviks sampai dengan segmen bawah Rahim
(SBR)
Robekan portio serviks yang luas yang menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke
segmen bawah rahim
PERSALINAN DENGAN
BANTUAN
PATOLOGIS
PERSALINAN
diantara kepala bayi pada letak sungsang dengan letak
dan simfisis pubis secara paksa dan sungsang secara
sisi anterior dapat pembukaan belum paksa
membengkak tidak lengkap
teregang dengan baik Kegagalan serviks
mengalami untuk berdilatasi
robekan karena kelainan
Pembukaan belum kongenital atau
lengkap jaringan parut
Persalinan
presipitatus
Setiyaningrum, Erna. 2017. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatral. Jakarta: in Media
Cunningham F, Leveno K, Dashe J, Hoffman B, Spong C, Casey B. Williams Obstetrics 26th Edition. New York: Mc GrawHill; 2022.
KOMPLIKASI
Komplikasi Awal Komplikasi lanjur
- Perdarahan
- Hematoma - Fistula vesiko vagina, vesiko
serviks
- Retensi urine
- Jaringan parut dan stenosis
- Infeksi
(penyempitan) vagina
dyspareunia
- Cervicitis
- Parametritis
- Carcinoma cervix
- Pemeriksaan inspekulo:
- Bibir serviks dapat
dijepit dengan cunam
atromatik
Penjempitan bibir cervix pada arah jam 6 dan 12 dengan cuman atraumatic/
fenster kelm
Eksplorasi
1. Beritahu ibu tentang tujuan proses yang akan dilakukan dan beri dukungan agar ibu menjadi lebih kuat dan siap untuk dilakukan tindakan
medis
3. Bantu ibu untuk dalam mengatur posisi dorsal recumbent atau posisi litotomi.
6. Lakukan katerisasi kandung kemih jika penuh dan ibu tidak mampu mengosongkannya sendiri
8
Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: in Media
7. Jika robekan luas beri diazepam dan petidin IV. perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama )
atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar.
9. Tahan fundus dengan lembut untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat. Jika perlu gunakan retractor vagina
untuk membuaka serviks
10.Pegang atau jepit bibir serviks dengan forcep cincin dan forcep spons (klem ovum) dengan hati-hati, kemudian
letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara perlahan (biasanya pada jam 3 dan 9)
sehingga semua bagian serviks dapat diperiksa.
9
Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: in Media
11 Jika ditemukan robekan serviks diantara 2 klem yang ditinggalkan. Letakkan pegangan kedua forsep pada satu
tangan, tarik kearah depan.
12. Apabila ada robekan memanjang, serviks perlu ditarik keluar sehingga batas antara robekan dapat dilihat
dengan baik. Apabila robekan serviks yang berbentuk melingkar, diperiksa terlebih dahulu apakah sebagian besar
dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas. bagian yang belum lepas tersebut dijahit pada serviks dan
jika yang lepas hanya sebagian kecil saja dapat dipotong dari serviks
13. Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur disepanjang luka berjarak 1 cm dengan ketebalan pada setiap
bibir serviks, menggunakan benang catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada apeks (tepi atas robekan
serviks) yang seringkali menjadi sumber perdarahan.
10
Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: in Media
14. Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan jelujur menggunakan benar cutgut kromik atau poliglikolik 0.
15. Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang klem ovum/forcep arteri/forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 4 jam. Jangan mempererat
perdarahan. Selanjutnya: seletah 4 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan dikeluarkan dan setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
18. Tindak lanjut selama 10 hari, dan dalam 6 minggu untuk memastikan bahwa luka benar benar sembuh
11
Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: in Media
Periksa tanda vital tiap 2-4 jam
Evaluasi berkala
12