OLEH :
STEVI ELEN
2021032118
CI LAHAN CI INSTITUSI
____________________________
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Patofisiologi
a. Terjadi penbukaan premature serviks.
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak kuat
sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Hal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytosin, peningkatan prostaglandin,
dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan
SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
Persalinan dimulai
Kala I
Nyeri
Dilatasi maksimal
Kala II
Distensi
Tanda-tanda persalinan
Vulva membuka
Perubahan Pola
Eliminasi
Perineum kaku
Episiotomi
Episiotomi
Kala III
Kontraksi uterus
Resti kekurangan
Perdarahan Vasokontriksi
volume cairan
Nyeri Laktasi
(Huda, amin 2015)
5. Klafikasih Persalinan
a. Persalinan Spontan: Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri
b. Persalinan Buatan: Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari
luar
c. Persalinan Anjuran: Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan rangsangan.
Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan:
1) Abortus
a) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
b) Hidup diluar kandungan
c) Umur hamil sebelum 28 minggu
d) Berat janin kurang dari 1000 gram
2) Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu Berat janin
kurang dari 2.449 gram.
3) Persalinan Aterm
a) Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
b) Berat janin diatas 2500 gram
4) Persalinan Serotinus
a) Persalinan melampaui umur 42 minggu
b) Pada janin terdapat tanda postmaturitas
STEVI ELEN (2021032118) PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU
5) Persalinan Presipitatus: Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Nugroho 2011).
6. Tahap – tahap Persalinan
a. Kala I
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan
dan pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada
kala 1 terdapat dua fase yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar
delapan jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar enam jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10
menit selama 20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat
hingga 2-4 kali tiap 10 menit, dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi
terjadi bersamaan dengan keluarnya darah, lendir, serta pecah ketuban
secara spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum pembukaan 5 cm
kerap dikatakan sebagai ketuban pecah dini.
b. Kala II
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang
membutuhkan waktu sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah
membuka selebar 10cm hingga bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban
sudah pecah atau baru pecah spontan, dengan kontraksi yang lebih
sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah
janin yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan
kontraksi otot-otot dinding abdomen serta diafragma, membantu ibu
mengeluarkan bayi dari dalam rahim.
c. Kala III
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam
rahim. Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya
plasenta. Pada tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun
c. Kala III
Tahap ketiga persalinan dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta
lahir,tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan
ekspulsi plasenta segera yang dicapai dengan cara yang paling mudah dan
STEVI ELEN (2021032118) PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU
paling aman, setelah bayi lahir dengan adanya kontraksi uterus yang
kuat,sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vili akan pecah
dan plasenta akan lepas dari perlekatannya,dalam keadaan normal lima
sampai tujuh menit setelah kelahiran bayi plasenta akan lahir, pelepasan
plasenta diindikasikan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Fundus yang berkontraksi kuat
2) Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bulat
oval,sewaktu plasenta bergeser ke bawah segmen rahim
3) Darah yang berwarna gelap tiba-tiba keluar dari introitus
4) Tali pusat bertambah panjang dengan mendekati introitus
5) Vagina akan penuh oleh plasenta
Setelah di cek,plasenta sudah lepas dari perlekatannya,tangan kanan
memegang tali pusat dan tangan kiri menekan fundus secara perlahan tali
pusat ditarik kemudian tangan kiri menekan simpisis pubis,plasenta
dilahirkan tanpa ibu mengedan, setelah plasenta lahir periksa kotiledon
dan selaputnya,ketika tahap ketiga selesai robekan diperbaiki atau jika ada
luka episiotomi maka robekan tersebut dipebaiki dan setelah selesai vulva
dibersihkan dengan perlahan-lahan dan pembalut dipasangkan.
d. Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya,
bukan hanya proses pemulihan secara psikis setelah melahirkan tetapi
juga mengawali hubungan yang baru selama satu sampai dua jam. Pada
kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensive karena
perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia, uteri, robekan pada
serviks dan perineum. Rata rata jumlah perdarahan normal 100-300 cc,
bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu
tidak perlu ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan ke
kamarnya. Pengkajian dimulai dengan meninjau kembali catatan prenatal
dan persalinan,hal yang paling penting adalah keadaan-keadaan yang
dapat menyebabkan predisposisi perdarahan pada ibu, misalnya :
1) Persalinan yang cepat
2) Bayi yang besar
STEVI ELEN (2021032118) PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU
3) Grande multipara
4) Persalinan dengan induksi.
8. Penatalaksanaan
a. Kala I
1) Mengukur TTV
2) Auskultasi DJJ
3) Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi
terendah dan kemajuan persalinan serta perineum
b. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
c. Kala III
1) Pengawasan terhadap perdarahan
2) Memperhatikan tanda plasenta lepas
d. Kala IV
1) Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
2) Kontraksi rahim
3) Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu
9. Komplikasi Persalinan
Komplikasi kehamilan dan persalinan terdiri atas :
a. Perdarahan: Perdarahan sebelum, sewaktu dan sesudah persalinan adalah
kelainan yang tetap berbahaya dan mengancam jiwa ibu .
Klasifikasi perdarahan
1) Perdarahan Ante Partum
Yaitu perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada perdarahan
sebelum 28 minggu.
2) Perdarahan post partum
Yaitu perdarahan yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir
Penyebab perdarahan diperoleh sebaran sebagai berikut :
a) Atonia uteri 50%-60%
b) Resentasi plasenta 16%-17%
STEVI ELEN (2021032118) PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU
c) Sisa plasenta 23%-24%
d) Laserasi jalan lahir 4%-5%
e) Kelainan darah 0,5%-0,8
Pendarahan pada kehamilan dan persalinan ini bila tidak ,segera ditangani
kemungkinan besar nyawa ibu akan sulit ditolong.
b. Preeklamsi/ eklamsi
Pre Eklamsi dan Eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadi belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre Eklamsi dan Eklamsi merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal yang utama dalam kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenal dan mengobati pre Eklamsi
ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. Hal ini hanya bisa diketahui bila
ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil. Jadi jelaslah bahwa
pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting dalam upaya pencegahan
pre Eklamsi dan Eklamsi.
Tiga gejala utama pre eklamsi Yaitu :
1) Hipertensi
2) Proteinuria
3) Bengkak mula-mula pada kaki, yang tidak hilang pada waktu bangun pagi
dan lama kelamaan. menjalar keatas, kadang-kadang mengeluh sakit
kepala, mual, nyeri ulu hati hingga muntah. Bila semakin berat,
penglihat.an menjadi kabur, kesadaran menurun, kemudian timbul kejang-
kejang, keadaan ini disebut eklamsia yang prognosisnya lebih buruk dari
pre eklamsi.
c. Kelainan letak
Setiap kelainan Ietak perlu dicoba untuk dilakukan versi luar tapi pada
primigravida letak sungsang dan lintang harus melahirkan dirumah sakit.
d. Anak besar, hidramnion, kehamilan kembar.
Yaitu berat badan anak melebihi berat badan normal, jumlah air ketuban
yang melebihi normal, jumlah anak dalam kandungan lebih dari satu, hal ini
sangat memerlukan perhatian dan tindakan khusus dari tim medis seperti
tindakan sectio sesaria.
STEVI ELEN (2021032118) PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU
e. Ketuban Pecah Dini
Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan atau satu
jam sesudahnya, merupakan kejadian dengan prosentase 10% dari seluruh
persalinan dan terjadi lebih sering pada fase laten. Penyebabnya memiliki
dimensi multifaktorial seperti :
1) Serviks inkompeten
2) Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidroamnion
3) Kelainan letak janin : sungsang, oblique,
4) Panggul sempit : sefalopelvik disproforsi
5) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6) Infeksi : terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini berlangsung sevagai berikut :
1) Tidak kuatnya selaput ketuban akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2) Jika terjadi pembukaaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah
10. Pemeriksaan diagnostic
a. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly
janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
c. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
d. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
e. Histopatologi
b. Kala II
Nyeri persalinan b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Lakukan pengkajian Data dasar dalam
a. Kontrol nyeri nyeri komphrehensif menentukan
b. Tingkat nyeri yang meliputi lokasi, intervensi
karakteristik, onset / selanjutnya.
durasi, frekuensi,
STEVI ELEN (2021032118) PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU
Kriteria Hasil: kualitas, intensitas /
a. Mampu beratnya nyeri dan
mengontrol nyeri faktor penceetus
saat terjadi
Observasi reaksi Reaksi nonverbal
kontraksi
nonverbal dari bisa menggambarkan
b. Melaporkan
ketidaknyamanan nyeri yang dirasakan
bahwa nyeri
pasien
berkurang
c. Mengatakan rasa Kendalikan faktor Lingkungan yang
nyaman setelah lingkungan yang dapat nyaman dapat
nyeri berkurang mempengaruhi respon mengurangi persepsi
pasien terhadap nyeri pasien.
ketidaknyamanan (suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising)
c. Kala III
STEVI ELEN (2021032118) PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA
NUSANTARA PALU
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
Tujuan Intervensi Rasional
d. Kala IV
Risiko infeksi dibuktikan dengan gangguan integritas kulit (luka
episiotomy)
Tujuan Intervensi Rasional
NOC: Monitor tanda dan Mengetahui ada
a. Status imun gejala infeksi sistemik tidaknya infeksi,
b. Kontrol resiko dan lokal untuk menentukan
intervensi
Kriteria Hasil: selanjutnya.
a. Bebas tanda Monitor adanya luka Luka merupakan de
gejala infeksi entre
b. Jumlah leukosit Kaji suhu badan Pasien yang
dalam batas pasien mengalami infeksi
normal biasanya terjadi
c. Status imun, kenaikan suhu
genitourinaria badan.
dalam batas Pertahankan teknik Untuk meminimalisir
normal aseptik terjadinya infeksis
d. Luka episiotomy
Cuci tangan sebelum Meminimalisir
baik
dan sedudah tindakan terjadinya
penyebaran kuman
Berikan pendkes Vulva hygiene yang
tentang vulva hygiene benar dapat
yang benar mencegah terjadinya
infeksi
Berikan pendkes Perawatan luka
tentang perawatan perineum dapat