Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS HIV

DI RUANGAN SEROJA RSUD UNDATA PROVINSI


SULAWESI TENGAH

Disusun Oleh :

NAMA: STEVI ELEN


NIM : 2021032108

Mengetahui

CI Institusi CI Lahan Praktek

Ns.SUAIB,S.Kep.,M.Kes Ns.JUMAINI,S.Kep

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2022
A. Pengertian
HIV(Humman Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab
Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki
kemampuan untuk mentransfer informasi genetic, mereka dari RNA ke DNA
dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang
merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari RNA & DNA dan transflasi
dari RNA ke protein (Ardhiyanti et al., 2015)
AIDS(Acquired Immuno Defisiency Syndrom)adalahsekumpulan gejala/
tanda klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik)
karena penurunan system imun (Hidayati et al., 2019)
B. Etiologi
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala
flulikes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,
lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
C. Patofisiologi
HIV masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara
vertical, horizontal dan transeksual jadi HIV dapat mencapai sirkulasi
sistemik secara langsung dengan diperentarai benda tajam yang mampu
menembus dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit
dan mukosa yang tidak intak seperti yang terjadi pada kontak seksual. Begitu
mencpai atau berada dalam sirkulasi sistemik 4-11 hari sejak paparan pertama
HIV dapat terdeteksi di dalam darah.
Selama dalam sirkulasi sistemik terjadi viremia dengan di sertai gejala
dan tanda infeksi virus akut seperti panas tinggi mendadak, nyeri kepala,
nyeri sendi, nyeri otot, mual, muntah, sulit tidur, batuk pilek, dan lain-lain.
Keadaan ini di sebut sindrom retroviral akut. Pada fase ini mulai terjadi
penurunan CD4 dan peningkatan HIV-RNA viral load. viral load akan
meningkat dengan cepat pada awal infeksi dan kemudian turun sampai pada
suatu titik tertentu. Dengan demikian selanjutnya infeksi, viral load secara
perlahan cenderung terus meningkat. Keaadaan tersebut akan di ikuti
penurunan hitung CD4 secara perlahan dalam waktu beberapa tahun dengan
laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada ukuran waktu 1,5-2,5 tahun
sebelum akhirnya jatuh ke stadium AIDS (Nasronudin, 2020)
D. Pathway
Transmisi HIV ke dalam tubuh
melaluidarah, ASI / cairan tubuh
ibu yginfeksius

Pengikatan gp120 HIV dengan


reseptormembran T Helper + CD

Fusi / peleburan membran virus


denganmembran sel T Helper + CD

Enzim reverse transcriptase

Enzim integrase
cDNA masuk ke inti sel T Helper ibu
yginfeksius

Transkripsi mRNA dan


translasimenghasilkan protein
struktural virusibu yginfeksius

Enzim protease
Merangkai RNA virus dengan protein-protein
yang baru dibentuk

Terbentuk virus - virus HIV yang


barudalam tubuh
E. Manifestasi Klinik
Stadium klinis infeksi HIV menurut World Health Organization (WHO)
1. Tadium I : Asimptomatik
a. Tidak ada penurunan berat badan
b. Tidak ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten
2. Stadium II : Sakit ringan
a. Penurunan BB 5-10 %
b. Luka di sekitar bibir, ruam kulit yang gatal, Herpes zoster dalam 5
tahun terakhir
c. ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis, ulkus mulut berulang
3. Stadium III :sakit sedang
a. Penurunan BB > 0%
b. Kondidiasis oral atau vagina, diare, demam yang tidak di ketahui
sebabnya lebih dari satu bulan.
c. Infeksi bacterial berat, TB paru dalam satu tahun terakhir.
4. Stadium IV : sakit berat
a. Sindroma wasting HIV
b. Kandidiasis esophageal herpes simpleks ulseratif lebih dari satu bulan
c. Limfoma sarcoma koposi kanker serviks
d. Invasive, retinitis, pneumonia
AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala
mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi
yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
1. Gejala mayor :
a. Penurunan berat badan lebih dari 10%
b. Diare kronik lebih dari 1 bulan
c. Demam lebih dari 1 bulan (kontinu atau intermiten).
2. Gejala minor :
a. Batuk lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis pruritik umum
c. Herpes zoster rekurens
d. Candidiasis oro-faring
e. Limfadenopati umum
f. Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif
AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua gejala
mayor dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi
yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
1. Gejala mayor :
a. Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal
b. Diare kronik lebih dari 1 bulan
c. Demam lebih dari 1 bulan 13
2. Gejala minor :
a. Limfadenopati umum
b. Candidiasis oro-faring
c. Infeksi umum yang berulang (otitis, faringitis, dsb).
d. Batuk persisten
e. Dermatitis umum
f. Infeksi HIV maternal
F. Komplikasi
1. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
2. Neurologik Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit
serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
a. Serologis
1) Tes antibody serum
2) Tes blot western
3) Sel T limfosit
4) Sel T4 helper Indikator system imun
5) T8 ( sel supresor sitopatik )
6) ) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus
(HIV ) Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi
progresi infeksi
7) Kadar Ig
8) Reaksi rantai polymerase
9) Tes PHS
b. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
c. Tes Lainnya
1) Sinar X dada
2) Tes Fungsi Pulmonal
3) Skan Gallium
4) ) Biopsis
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
2. TesHIV
Tes HIV umum, termasuk imunoasaienzim HIV dan pengujian
Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum,
plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien.
3. USG Abdomen
4. Rongen Thorak
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan :
a. Aspek Psikologis, meliputi :
1) Perawatan personal dan dihargai
2) Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang
masalahmasalahnya
3) Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
4) Tindak lanjut medis
5) Mengurangi penghalang untuk pengobatan
6) Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
b. Aspek Sosial
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk
dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial
meliputi 3 hal:
1) Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,
dan diperhatikan
2) Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
3) Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah.
2. Penatalaksanaan Medis :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian
infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosin
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi
Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
e. Diet
Tujuanya :
1) Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua
tahap dini penyakit infeksi HIV.
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi
tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot.
3) Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4) Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan
relaksasi.
I. Prognosis
Tidak ada obat untuk AIDS, tetapi kepatuhan yang ketat untuk
mengonsumsi rejimen anti-retroviral (ARV) dapat secara dramatis
memperlambat bertambah parahnya penyakit serta mencegah infeksi
sekunder dan komplikasi.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, alamat, penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose
medis.
2. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB,
infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala, kelemahan otot, perubahan
ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas, batuk produkti / non.
c.Riwayat Kesehatan
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Meliputi keluhan yang dirasakan
biasanya klien mengeluhkan diare,demam berkepanjangan,dan batuk
berkepanjangan.
b. Riwayat kesehatan dahulu : Riwayat menjalani tranfusi darah,
penyakit herper simplek, diare yang hilang timbul, penurunan daya
tahan tubuh, kerusakan immunitas hormonal (antibody), riwayat
kerusakan respon imun seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak
yang sudah lama tidak sembuh.
c. Riwayat Keluarga: Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan
melalui hubungan seksual dengan penderita HIV positif, kontak
langsung dengan darah penderita melalui ASI.
4. Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas Istirahat : Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas
berkurang, progresi, kelelahan / malaise, perubahan pola tidur.
b. Gejala subyektif : Demam kronik, demam atau tanpa mengigil,
keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB
menurun, nyeri, sulit tidur.
c. Psikososial : Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa
hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
d. Status Mental : Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilanginterest pada lingkungan sekiar, gangguan proses
piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan
delusi.
e. Neurologis : Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak
seimbangan, kaku kuduk, kejang, paraf legia.
f. Muskuloskletal : Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan
ADL 32
g. Kardiovaskuler : Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer,
dizziness.
h. Pernafasan : Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang – parah),
batuk produktif/non produktif, bendungan atau sesak pada dada.
i. Integument : Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.
B. Diagnosis Keperawatan
1. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makan
2. (D.0192) Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan
imunodefisiensi
3. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. (D.0020) Diare berhubungan dengan proses infeksi
5. (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder : imunosupresi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSIS TUJUAN/ KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
DX. 1 : Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
(D.0019) Defisit tindakan keperawatan (I.03119)
nutrisi berhubungan selama 3 x 24 jam di Obsrevasi :
dengan harapkan asupan nutrisi  Identifikasi status
ketidakmampuan membaik nutrisi
 Identifikasi makanan
menelan makan KH : yang di sukai
 Porsi makan yang di  Monitor asupan
habiskan meningkat makanan
 Sariawan menurun  Monitor berat badan
 Diare menurun Terapeutik :
 Nafsu makan membaik  Fasilitasi menentukan
pedoman diet
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan
yang tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Edukasi :
 Anjurkan posisi
duduk jika mampu
 Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

DX . 2 : Tujuan : Setelah dilakukan Perawatan Integritas


(D.0192) Gangguan tindakan keperawatan Kulit
integritas kulit/ selama 3 x 24 jam di ( I.11353)
jaringan harapkan gangguan Observasi :
berhubungan dengan integritas kulit membaik  Identifikasi penyebab
imunodefisiensi KH : gangguan integritas
 Tidak ada luka/ lesi pada kulit
kulit Terapeutik :
 Perfusi jaringan  Bersihakn perineal
membaik dengan air hangat
 Integritas kulit yang baik  Gunakan produk
berbahan ringan/
alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
Edukasi :
 Anjurkan minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Kolaborasi: -

DX 3 : Tujuan : setelah dilakukan Manajemen Nyeri


(D.0077) Nyeri akut tindakan keperawatan (I.08238)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam masalah Observasi :
agen pencedera dapat teratasi  Identifikasi lokasi,
fisiologis KH : karakteristik, durasi,
 Skala Nyeri berkurang frekuensi, kulaliats
 Tanda-tanda vital dalam dan intensitas nyeri
batas normal  Identifikasi faktor
 Tidak mengalami yang memperberat
gangguan tidur dan memperingan
nyeri
Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
menurangi rasa nyeri
 kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
 fasilitasi istirahat dan
tidur
edukasi :
 jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
 ajarkan
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
kolaborasi :
 kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
DX. 4 : Tujuan : setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
(D.0142) Resiko tindakan keperawatan (I.4539)
infeksi berhubungan selama 2 x 24 jam masalah Observasi :
dengan teratasi  Monitor tanda dan
ketidakadekuatan KH : gejala infeksi local
pertahanan tubuh  klien bebas dari tanda dan sistemik
sekunder : dan gejala infeksi Terapeutik :
imunosupresi  temperatur kembali  Batasi jumlah
normal pengunjung
 Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi :
 Jelaskan tanda dan
gejala iinfeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Kolaborasi :
 Kolaboarsi pemberian
imunisasi, jika perlu
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian,
dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikitnya.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap
akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke
arah pencapaian hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., & Megasari, K. (2015). AIDS pada Asuhan
Kebidanan. CV Budi Utama.

Hidayati, A. N., Rosyid, A. N., Nugroho, C. W., Asmarawati, T. P., Ardhiansyah,


A. O., Bakhtiar, A., Amin, M., & Nasronudin. (2019). Manajemen HIV/
AIDS. Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga (UAP).

Nasronudin. (2020). HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinia dan
Sosial. Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga (UAP).

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai