Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN SPONTAN

Pada Ny. A DI BANGSAL MERPATI RSUD SIMO BOYOLALI

Laporan pendahuluan ini disusun untuk memenuhi praktik klinik keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing :

Ratna Kusuma A, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun Oleh :
Salvina Putri Verisca (21.1.033)
Sindi Dinda Lestari (21.1.071)
Stefani Swastika (21.1.034)
Vira Yuniar Pramesti (21.1.035)
Windiyarti (21.1.037)
Yulinda Kusuma Andani (21.1.076)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


DEFINISI PERSALINAN SPONTAN

A. PENGERTIAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapathidup daridalam


uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahirannormal merupakan proses pengeluaran
janin yang terjadi padakehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
denganpresentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam,tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. (Jannah, 2015)

Persalinan adalah bagian dari proses melahirkan sebagai respons terhadap


kontraksi uterus, segmen bawah uterus teregang danmenipis, serviks berdilatasi, jalan
lahir terbentuk dan bayibergerak turun ke bawah melalui rongga panggul.
(Hanretty,2014)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi( janin + uri) yang
dapat hidup ke dunia luar dari dalam rahimmelalui jalan lahir dengan LBK atau dengan
tenaga ibu sendiri,tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2016).

B. ETIOLOGI
Hingga saat ini, penyebab terjadinya persalinan masih menjadi pembahasan
yang rumit. Ada dua hormone yang dominan dan mempengaruhi pada persalinan yakni
hormon estrogen dan hormon progesterone. Hormon estrogen berperan dalam
meninggikan sensitifitas otot rahim dan mempermudah respon rangsangan dari luar
berupa oksitoksin, prostaglandin. Hormon progesterone berperan dalam menurunkan
sensitifitas otot rahim, menahan rangsangan dari luar dan juga merileksasikan otot-otot
polos. Nurhayati (2019) penyebab timbulnya persalinan sebagai berikut :
a. Teori penurunan hormon; menurunya kadar hormon estrogen dan progesterone
kurang lebih 1-2 minggu sebelum persalinan berlangsung. 15 Dimana progesterone
berkontribusi dalam menenangkan otot rahim. Saat kadar progesterone menurun
akan timbul kontraksi otot rahim dan pada akhirnya menimbulkan persalinan.
b. Teori plasenta menjadi tua; seiring bertambahnya usia plasenta maka menyebabkan
penurunan hormon estrogen dan progesterone dan menimbulkan pembekakan pada
nadi, dengan kondisi tersebut dapat menyebabkan kontraksi rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin; hasil konsepsi segera dikeluarkan apabila
nutrisi pada janin berkurang.
d. Teori distensi rahim; rahim akan berangsur membesar hingga menegang yang
membuat iskemia pada otot uterus. Keadaan demikian salah satu faktor yang dapat
mengganggu aliran pada uteroplasenta.
e. Teori iritasi mekanik; saat ganglion servikale tertekan makan membuat kontraksi
uterus, dimana letak dari ganglion ini dibelakang serviks.
f. Teori induksi partus (Induction Of Labor); partus terjadi karena adanya gejala
gangguan luminaria. Beberapa luminaria dimasukkan kedalam kanalis servikalis
yang bertujuan untuk merangsang pleksus frankenhause, amniotomi (pemecahan
ketuban), oksitosin drips.

C. PATOFISIOLOGI
a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
1. Lightening Padaminggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
karena kepala bayi sudah memasuki pintu atas panggul yang di sebabkan oleh :
kontraksi Braxton hicks, ketegangan otot, ketegangan ligamentum rotundum
dan gaya berat janin kepalakearah bawah.
2. Terjadinya his permulaan Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone
dan estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi, yang lebih sering disebut dengan his palsu, sifat his palsu yaitu rasa
nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan
serviks, durasinya pendek, tidak bertambah jika beraktivitas (Ai Nursiah, dkk.
2014).
b. Tanda-tanda persalinan
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya sebagai
berikut : nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan,
teratur, makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya,
jika dibawa berjalan bertambah kuat, dan mempunyai pengaruh padapendataran
atau pembukaan serviks (Dewi setiawati. 2013).
2. Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil
pada serviks (Mochtar,2013)
3. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya (Yuanita Syaiful dan LilisFatmawati.
2020).
4. Dengan pendataran dan pembukaan Lender dari canalis servikalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit disebabkan karena
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler
terputus (Dewi Setiawati. 2015).
D. PATHWAY

Kehamilan 37 – 42 minggu

Tanda – Tanda Inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi uterus Partus Pelepasan Plasenta Ibu Kelelahan

Trauma
Nyeri Akut Resiko perdarahan Keletihan
Jaringan/Laserasi

Gangguan integritas
kulit

( Karjatin A,2016)
E. MANIFESTASI KLINIS

Adapun tanda–tanda permulaan persalinan, sebagai berikut :


a. Lightening
Menjelang minggu ke 36 kehamilan, tanda pada primigravida
adalah terjadinya penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah
masuk pintu atas panggul yang disebabkan karena Braxton hiks,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya
berat janin dimana kepala ke arah bawah. Berbeda dengan multipara
yang gambarannya tidak begitu jelas kepala janin baru masuk pintu atas
panggul menjelang persalinan.
b. Terjadinya his atau kontraksi
Saat kehamilan trimester pertama uterus akan sering mengalami
kontraksi ringan. Pada trimester kedua dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual, serta saat trimester ketiga biasanya kontraksi ini
sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu sebelum
persalinan. Dengan semakin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen
dan progesteron semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering atau biasa disebut his palsu.
His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu
disebut his efektif (Eka Puspita, 2014).
c. Bloody Show
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks
pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim,
sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan
keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah dan
terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang
menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.
Keluarnya lendir bercampur darah ini berasal dari pembukaan kanalis
servikalis, sedangkan terjadinya pengeluaran darah disebabkan oleh
robeknya pembuluh darah ketika serviks membuka (Elisabet Siwi
Walyani, 2015).
d. Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur- angsur akibat
pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis
yang semula panjang 1–2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya
ostium yang tipis seperti kertas.

F. KOMPLIKASI
Berikut menurut (wahyono 2015)adalah berbagai komplikasi persalinan yang perlu ibu
waspadai:
1. Persalinan Prematur
Persalinan prematur adalah apabila usia kehamilan belum mencapai 37 minggu.
Kelahiran prematur dapat terjadi paling cepat pada minggu ke-20 kehamilan. Risiko
kelahiran semakin tinggi jika usia kehamilan lebih muda. Bayi yang prematur akan
berisiko mengalami cacat perkembangan atau masalah kesehatan jangka panjang
karena organnya yang belum terbentuk sempurna. Kelahiran prematur cukup umum
terjadi. Diskusikan dengan dokter tentang hal dapat dilakukan apabila Anda berisiko
mengalami komplikasi satu ini.
2. Persalinan Lama
Persalinan lama atau failure to progress adalah kondisi di mana proses
persalinan berjalan lebih lama dari yang diharapkan. Menurut American Pregnancy
Association, yang termasuk kategori persalinan lama adalah 20 jam untuk
persalinan pertama dan 14 jam bagi ibu yang sudah pernah melahirkan sebelumnya.
Penyebab kondisi ini meliputi:
a Pelebaran serviks yang lambat
b Penipisan serviks yang lambat
c Ukuran bayi besar
d Jalan lahir atau panggul yang kecil
e Bayi kembar
f Faktor emosi seperti khawatir, stres, dan takut

Persalinan lambat yang terjadi pada fase awal biasanya tidak berbahaya, meskipun
dapat menyebabkan ibu kelelahan. Namun jika kondisi ini terjadi pada fase aktif,
penggunaan obat pemicu persalinan atau operasi caesar mungkin perlu dilakukan.
3. Plasenta Previa
Salah satu masalah pada plasenta yang umum terjadi adalah plasenta previa,
kondisi ini memengaruhi sekitar 1 dari 200 persalinan. Plasenta previa adalah
kondisi di mana plasenta menutupi pembukaan serviks. Beberapa ibu memiliki
risiko tinggi kondisi ini apabila:
a Pernah melahirkan sebelumnya, terutama lebih dari 4 kehamilan
b Riwayat plasenta previa, melahirkan caesar, atau operasi uterus
c Usia di atas 35 tahun
d Memiliki fibroid rahim
e Hamil anak kembar
f Merokok

Kondisi ini ditandai dengan pendarahan ringan hingga berat tanpa rasa sakit di
trimester ketiga. Jika pendarahan berat, ibu mungkin akan membutuhkan transfusi
darah.

4. Persalinan Cepat atau Partus Presipitatus

Selain persalinan terlalu lama, persalinan terlalu cepat juga dianggap sebagai
komplikasi persalinan. Persalinan cepat atau partus presipitatus adalah kondisi saat
3 tahapan persalinan berlangsung hanya 3-5 jam. Padahal normalnya 3 fase ini
membutuhkan waktu 6-18 jam. Tanda dari kondisi ini adalah serangkaian kontraksi
cepat dan intens yang terjadi tiba-tiba. Mungkin terdengar menyenangkan proses
persalinan dapat berjalan dengan cepat, tapi ada beberapa kekurangan dari
persalinan cepat. Kerkurangan persalinan cepat antara lain seperti:

a Membuat ibu kelelahan dan kewalahan.


b Kurangnya waktu untuk pergi ke rumah sakit atau rumah bersalin.
c Meningkatkan risiko robekan pada serviks dan vagina, pendarahan, dan
syok postpartum.
d Aspirasi air ketuban.
e Risiko infeksi yang tinggi pada bayi apabila persalinan dilakukan di lokasi
yang tidak steril.
5. Posisi Bayi Sungsang

Sungsang Sungsang adalah posisi di mana bokong atau kaki bayi yang
menghadap jalan lahir, bukan kepalanya. Selain posisi sungsang, terdapat beberapa
posisi tidak normal lainnya seperti menghadap ke atas atau berbaring horizontal di
atas rahim. Posisi yang tidak normal tentunya akan menyulitkan proses persalinan
pravaginam. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi posisi bayi
yang tidak normal agar kelahiran tetap aman, seperti:

a Mengubah posisi janin secara manual


b Menggunakan forcep
c Episiotomi agar jalan lahir lebih luas
d Operasi caesar

6. Perdarahan Berlebihan

Pendarahan berlebihan dapat terjadi apabila ibu mengalami kondisi tertentu


saat persalinan seperti solusio plasenta, kehamilan bayi kembar, hipertensi akibat
kehamilan, persalinan lama, penggunaan forcep atau vakum, hingga infeksi.

Selama melahirkan satu bayi melalui vagina, wanita dapat kehilangan 500
ml darah, sedangkan pada operasi caesar darah yang hilang adalah 1.000 ml.
pendarahan ini dapat terjadi 24 jam setelah melahirkan bahkan hingga 12 minggu
kemudian.

Jika tidak ditangani dengan tepat, pendarahan yang berlebihan dapat


menyebabkan tekanan darah rendah, kegagalan organ, syok, atau bahkan kematian.
Meskipun mengancam jiwa, bantuan medis yang cepat dan tepat biasanya dapat
mengatasi komplikasi ini dengan baik.

G. TAHAP-TAHAP PROSES PERSALINAN


Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu :
a. Kala I (pembukaan)
Pengertian Kala I Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang
ditandai dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit),
cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina. Dara berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler serta kanalis servikalis karena pergesera serviks mendatar
dan terbuka. (Ai Nursiah, dkk. 2014).
Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai
pembukaan 3 cm, berlangsung selama 7-8 jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi
dalam 3 subfase :
(1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode fase deselerasi berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10
cm atau lengkap. (Nurul, 2017).
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi di anggap adekuat jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detikatau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Dari pembukaan 4 hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata per jam
(primipara) atau lebih 1 cm hingga 2 cm (multipara). (Ai Nursiah, dkk. 2014).
b. Kala II
1. Pengertian kala II Kala II atau kala pengeluaran dimulai dengan pembukaan
lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan kalahiran bayi. (Jannah, 2014:6)
2. Tanda dan gejala kala II
a) His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
b) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengejan.
c) Tekanan pada rectum dan anus terbuka, serta vulva membuka dan perineum
meregang. (Jannah, 2014).
d) Ketuban biasanya pecah ditandaidengan kaluarnya cairan berwarna
kekuningan secara tiba-tiba dan banyak.
e) Muncul perasaan ingin mengejan. (Naomy. 2013).
c. Kala III
Kala III di mulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta, rata-rata lama kala
III berkisar 15-30 menit, baik itu pada primapara dan multipara. Penyebab
terpisahnya plasenta dari dinding uterus yakni kontraksi uterus (spontan atau
stimulus) setelah kala II selesai. (Naomy. 2013).
1) Tanda-tanda terlepasnya plasenta
a) Perubahan bentuk uterus Perubahan bentuk uterus menjadi globuler atau
berbentuk seperti buah alpukat. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium
mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus uteri
sekitar dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong
kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan
fundus berada diatas pusat.
b) Semburan darah tiba-tiba Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding
uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka
darah tersembur keluar secara tiba-tiba dari tepo plasenta yang terlepas.
c) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(tanda ahfeld). (Naomy, 2015).
d. Kala IV

Kala IV untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling


sering terjadi pada 2 jam pertama. Pada saat proses persalinan berlangsung, ada
beberapa hal yang harus diamati, diawasi oleh tenaga kesehatan (bidan dan dokter)
yaitu nyeri, lama pembukaan, lama meneran, robekan perineum, lama pelepasan
plasenta dan volume perdarahan. Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
24jam disebut periode immediate postpartum.

Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu (Indah, 2018).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Oktarina (2016), sebelum persalinan dapat dilakukan pemeriksaan sebagai


berikut yaitu :
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda anomaly janin, atau
melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Tes VDRL

Untuk mendeteksi adanya infeksi sifilis dalam tubuh.

3. TORCH

Untuk mendeteksi adanya infeksi yang dapat membahayakan janin, yaitu


Txoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks.
4. Test HBsAg

Untuk mendeteksi antigen permukaan virus hepatitis B di dalam darah.

5. Kertas Lakmus

Bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru
menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
6. Tes Antibodi

Untuk mendeteksi ada tidaknya virus HIV dalam tubuh.

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu :

1. Penanganan umum :

a. Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG

b. Lakukan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar jumlah,


warna,bau dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila
kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah
menunjukkan cairan urine (asam).
c. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan
melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital.
d. Tentukan ada tidaknya infeksi

e. Tentukan tanda-tanda inpartus

2. Penanganan khusus :

a Bau cairan ketuban yang khas

b Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar


dannilai 1jam kemudian.

c Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan


keluarmelalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
3. Penanganan konservatif :

a. Rawat di rumah sakit

b. Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau crittromisin bila tidak tahan


ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa
negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu,tidak ada
infeksi, berikantokolitik (salbutamol), deksametason dan
induksi sesudah 24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukaninduksi
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
Kliendianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali
pusat.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira
100-200 cc.
Tanda- tanda lepasnya plasenta: perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali
pusatmemanjang, semburan darah tiba-tiba. Kala III terdiri dari 2 fase:
a) Fase pelepasan uri

b) Fase pengluaran uri


3. Data penunjang

Meliputi hasil pemeriksaaan laboratorium, radilogi, USG, dll.

4. Program Terapi

Meliputi terapi apa saja yang didapatkan pasien selama proses persalian. Seperti
pemberian Oxytocin, antibiotik, Ergometrine, dll (Meliyana, 2023).
5. Data Fokus

Data fokus adalah data tentang perubahan- perubahan atau respon pasien
tentangkesehatan dan masalah kesehatanya terhadap pasien.

1. Data subejektif

Data yang didapat berdasarkan persepsi klien terhadap masalah kesehatannya

2. Data objektif

Data yang didapat dari pengalaman,observasi,pengukuran,pemeriksaan fisik


denganbeberapa metode.

6. Analisa Data

Analisa data adalah metode yang dilakukan perawat untuk mengkaitkan data
pasien,serta menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang
relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan pasien dan keperawatan pasien.

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap awal yang dilakukan dariproses
keperawatan. Pengkajian biasanya sebagai gambaran perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan informasi subjektif dan objektif. Adapun beberapa hal yang dikaji
dalam proses keperawatan dari pasien dan penanggungjawab seperti nama,usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, diagnosis medis, nomor
register, dan hubungan antara pasien dan penanggung jawab.
Tanggal :
Ruang :
a) Pengkajian Identitas Pasien
1) Nama
2) TTL
3) Umur
4) Alamat
5) Pendidikan
6) Tanggal Masuk
b) Penanggung Jawab
1) Nama
2) TTL
3) Umur
4) Alamat
5) Pekerjaan
c) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan pernyataan pasien mengenai masalah atau penyakit
yang mendorong pasien untuk memeriksakan diri dan dominan dirasakan
pasien.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang mengkaji kondisi klien yang pernah dialami berisi
rincian dari keluhan utama dan selama pasien mengalami keluhan secara
lengkap.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik maupun
psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga adalah catatan
informasi kesehatan seseorang dan kerabat dekatnya. Bukan hanya orang
tua, riwayat kesehatan keluarga juga mencakup tiga generasi di antaranya:
Anak. Saudara laki-laki dan perempuan.
d) Pola Gordon
1) Pola persepsi Kesehatan-Penanganan Kesehatan
Pola persepsi kesehatan-penanganan kesehatan Menggambarkan tentang
pemahaman pasien tentang pola kesehatan dan kesejahteraan dan
bagaimana penanganannya.
2) Pola nutrisi-metabolik
Menjelaskan tentang pola konsumsi makanan dan minuman yang
berkaitan dengan kebutuhan metabolik dan pola-pola yang menunjukkan
pemasukan nutrient local
3) Pola eliminasi
Menggambarkan tentang pola ekskretori
4) Pola Aktifitas Latihan
Aktifitas Sebelum sakit : Klien mengatakan sehari hari beraktivitas normal
Saat sakit : Klien mengatakan selama dirawat hanya istirahat untuk
memulihkan kesehatan
5) Pola tidur-istirahat
Menguraikan tentang pola-pola tidur, istirahat, dan relaksasi
6) Pola kognitif-perseptual
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif
7) Pola persepsi-diri/konsep-diri
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri
8) Pola peran-hubungan
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan
9) Pola seksualitas –reproduksi
Menjelaskan tentang pola-pola kepuasan dan ketidakpuasan dalam
seksualitas menggambarkan pola reproduksi

10) Pola koping-toleransi stress


Menjelaskan tentang pola koping yang umum dan keefiktifan pola dalam
arti toleransinya terhadap stress
11) Pola nilai-kepercayaan
Menggambarkan pola-pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan (termasuk
spiritual), atau sasaran yang mengarahkan pada memilih atau memutuskan.
e) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Head to toe
i. Kepala Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk
kepala pasien serta keadaan rambut pasien
ii. Mata Bentuk simetris atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, ada
nyeri atau tidak, Ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan
mata untuk mengetahui adanyakelainan atau tidak
iii. Hidung Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada
pembengkakan didaerah polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak.
Fungsi dari pemeriksaan hidung untuk mengetahui adanya secret dan
pembengkakan.
iv. Telinga Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada
infe atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan te
10/18 untuk mengetahui ada cairan yang berlebih atau adanya infeksi
un sekitar telinga.
v. Mulut Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk
pemeriksaan mulut untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau
adanya gigi kotor dan berlubang.
vi. Leher Ada lesi atau tidak, ada pembengkakak kelenjar getah bening
atau tidak, ada pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak
vii. Dada Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara
jantung.
Perkusim: Suara dada saat diperkusi terdengar suara sonor ataukah
suara lainnya.
Palpasi : Kesimestrisan Dada
Auskultasi : Suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stidor, atau mengi
atau kan pola pernapasan, bunyi nafas, HR, RR, bunyi jantung.

viii. Abdomen Ada lesi atau tidak, suara bising usus


Inpeksi: Permukaan dinding
Palpasi : Ada atau tidak pembesaran limfa dan hati, ada tidaknya nyeri tekan.
Perkusi: Suara abdomen saat diperkusi, terdengar bunyi gas atau tidak.
Auskultasi : Menilai adanya bising usus.
ix. Integumen
Inspeksi: Sianosis, turgor kulit, warna kulit, terdapat lesi atau tidak
x. Genetalia
Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia
xi. Anus
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada atau tidaknya gangguan pada
anus
xii. Ekstremitas
Pemeriksaan tonus otot, CRT, dan akral

Kekuatan otot:
0: lumpuh.
1: ada kontraksi.
2: melawan gravitasi dengan sokongan.
3: melawan gravitasi tapi tidak ada lawanan.
4: melawan gravitasi dengan tahanan sedikit.
5: melawan gravitasi dengan kekuatan otot penuh.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).
Masalah yang mungkin muncul adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

2. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan laserasi

3. Resiko perdarahan dibuktikan dengan pengeluaran plasenta

4. Keletihan berhubungan dengan proses persalinan


3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/KH Perencanaan Rasional
Dx Keperawatan

1 Kala1 Nyeri Setelah dilakukan Menejemen nyeri - Mengetahui lokasi,


akut tindakan selama (I.08238) karakteristik, durasi,
berhubungan 1x8 jam O: frekuensi, kualitas,
dengan diharapkanpasien intensitas nyeri
- Identifikasi lokasi,
kontraksi mampu - Untuk mengetahui
karakteristik,
uterus memanajemen skala nyeri
durasi,frekuensi,
nyeri dengan - Untuk mengetahui
kualitas,intensitas
pengaruh nyeri pada
kriteria hasil :
nyeri kualitas hidup
- Pasien mampu - Untuk
- Identifikasi skala
malakukan memanajemen nyeri
nyeri
tekniknafas - Untuk
- Identifikasi
dalam setiap memanajemen nyeri
pengaruhnyeripada
nyeri datang - Untuk mengetahui
kualitas hidup
penyebab, periode,
T:
dan pemicu nyeri
- Kontrol lingkungan
- Agar pasien dapat
yang memperberat
mengetahui cara
rasanyeri (mis.
meredakan nyeri
Suhu ruangan,
- Agar pasien dapat
pencahayaan,
memonitor nyeri
kebisingan)
secara mandiri
- Ajarkan teknik
- Untuk menambah
nafasdalam kontaksi
E:
- Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan
strategimeredakan
nyeri
- Anjurkan
memonitornyeri
secara tepat
K:
Kolaborasi
pemberian
oxytosin, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan - Mengetahui
integritas tindakan selama Luka karakteristik luka
kulit 1x8 jam (I.14565) - Untuk menghindari

berhubungan diharapkan O: infeksi

dengan integritas kulit - Monitor - Mempercepat


dan jaringan karakteristikluka penyembuhan luka
laserasi
meningkatdengan T: - Agar pasien dapat
kriteria hasil : - Bersihkan merawat luka secara
- Kerusakan dengan cairan mandiri
jaringan NaCl, sesuai - Untuk mencegah
menurun(4) kebutuhan. infeksi
- Kerusakan
lapisan kulit
E:
menurun (4) Ajurkan
mengkonsumsi
- Nyeri menurun makanan tinggi
(4) kalori dan protein

- Anjuran prosedur
perawatan luka
secaramandiri
K:
Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu
3 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan
- Mengetahui
perdarahan tindakan selama Perdarahan
jumlahperdarahan
dibuktikan 1x8 jam (I. 02067)
- Mengurangi
dengan diharapkantingkat O:
perdarahan
pengeluaran perdarahan - Monitor tanda
- Menghindari
menurun dengan dan gejala
plasenta kekurangan volume
kriteria hasil : perdarahan
cairan
- Perdarahan - Kaji
- Untuk mengontrol
vagina kelengkapan
perdarahan
menurun(4) plasenta
Denyut nadi T:
apikal membaik - Beri masase
(5) padafundus
uteri
E:
- Anjurkan
meningkatkan
asupancairan

K:

- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan
4 Keletihan Setelah dilakukan Manajemen - Untuk mengetahui
berhubungan tidakan selama Energi (I.0578) penyebab kelelahan
dengan 1x8jam O: Untuk memonitor
proses diharapkan Identifikasi TTV, perdarahan,
persalinan tingkat keletihan gangguan fungsi dan kontraksi
menurun dengan tubuh yang - Untuk mengrangi
kriteria hasil : mengakibatkan rasa lelah
- Tenaga kelelahan - Agar pasien dapat
meningkat (5)
- Monitor berlatih duduk
- Kemampuan
kelelahan fisik - Agar pasien dapat
melakukan
dan emosional beristirahat
aktivitas
- Monitor - Agar pasien dapat
rutin
TTV, melakukan aktivitas
meningkat
perdarahan, secara bertahap
(5)
dan - Untuk
- Lesu menurun
(5) kontraksi menambahenergi
- Pola istirahat
T: pasien
membaik
- Berikan aktivitas
- Untuk membantu
distraksi yang
pasien mobilisasi
memenangkan
- Fasilitasi duduk
disisitempat tidur
E:
- Anjurkan tirah
baring

- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
K:
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupanmakanan
- Kolaborasi dengan

fisioterapi, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Terjemahan


oleh Maria A. Wijayarini, S.Kp, MSN. Jakarta: EGC

Lazuarti, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Dengan


Ketuban Pecah Dini Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. In Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents. Poltekkes
Kemenkes Kalimantan Timur.

Marcellina n.d. (2021). Laporan Pendahuluan Praktik Keperawatan


Maternitas Kasus Post Operasi Sectio Caesarea. JakartaTimur.

Meliyana. (2023). Teknik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Luaran


KeperawatanIndonesia : Definisi dan Luaran Keperawatan. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Safitri, Mekania. 2020. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea dan Komplikasi


Pasca Persalinan Sectio Caesarea : Narrative Review. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai