Anda di halaman 1dari 44

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan

penurunan janin ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifudin, 2006).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan

menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu

belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan

serviks (JNPK-KR, 2008)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan prresentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun

janin (Margareth, 2013).

7
8

2.1.2 Teori Persalinan

Teori yang menerangkan proses persalinan menurut Manuaba

(2009) :

1. Teori Kadar Progesterone

Progesterone yang mempunyai tugas mempertahankan

kehamilan semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan,

sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh oksitosin.

2. Teori Oksitosin

Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat sehingga

cukup kuat untuk merangsang persalinan.

3. Teori Regangan Otot Rahim

Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu

menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya.

4. Teori Prostaglandin

Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim

yang diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian

prostaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot rahim dan

terjadi persalinan atau gugur kandung.

2.1.3 Jenis-Jenis Persalinan

Jenis Persalinan antara lain :

1. Menurut Cara Persalinan

a. Partus Biasa (normal) : disebut juga partus spontan adalah proses

lahirnya bayi pervaginam dengan tenaga ibu sendiri, tanpa


9

bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam.

b. Luar Biasa (Abnormal) : adalah partus pervaginam dengan

bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi

caesarea.

2. Menurut Tua atau Umur Kehamilan

a. Abortus (Keguguran) : adalah terhentinya kehamilan sebelum

janin dapat hidup (viable), berat janin dibawah 1000 gram, tua

kehamilan dibawah 28 minggu.

b. Partus Imaturus : yaitu kehamilan 16-28 minggu, berat badan

janin kurang dari 1000 gram, dan tidak dapat hidup di luar

kandungan.

c. Partus Prematurus : yaitu kehamilan 28-37 minggu, berat badan

lahir 1000-2500 gram.

d. Partus Aterm (matures) : yaitu partus pada kehamilan 38-40

minggu, janin matur, berat badan lahir diatas 2500 gram.

e. Partus Serotinus (postmaturus) : adalah kehamilan di atas 42

minggu, bayi disebut postmatur (Mochtar, 2007).

f. Partus Presipatatus : adalah partus yang berlangsung cepat,

mungkin di kamar mandi, di atas becak, dsb.

g. Partus Percobaan : adalah suatu penilaian kemajuan persalinan

untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disporposi

sefalopelfik (Prawirohardjo, 2008).


10

2.1.4 Tanda-tanda Permulaan Persalinan

Sejumlah tanda dan gejala memperingatkan yang akan

meningkatkan kesiagaan bahwa seorang ibu sedang mendekati waktu

persalinan. Ibu tersebut akan mengalami beberapa kondisi sebagai

berikut :

1. Lightening

Lightening yang mulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum

persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis

minor. Pada presentasi servalik, kepala bayi biasanya menancap

setelah lightening. Sesak nafas yang dirasakan sebelumnya selama

trimester ketiga kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan

menciptakan ruang yang besar di dalam abdomen atau untuk

ekspansi paru. Namun, tetap saja lightening menimbulkan masa

tidak nyaman yang lain akibat tekanan bagian presentasi pada

struktur di area pelvis minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami

ibu :

a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga

ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.

b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh

yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus

menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau perlu defekasi.

c. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagian

presentasi pada saraf yang menjalar melaui foramen isiadikum

mayor dan menuju ke tungkai.


11

d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen

akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat

aliran balik daerah dari ekstremitas bawah. Lightening

menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan

posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini, tidak

dapat lagi melakukan pemeriksaan ballote terhadap kepala janin

yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis pubis pada

palpasi abdomen. Pada langkah keempat pemeriksaan leopold ini,

jari-jari yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar.

2. Perubahan Serviks

Mendekati persalinan serviks menjadi matang, selama hamil

serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak. Selama proses

persalinan serviks masih lunak dan mengalami sedikit penipisan

(effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan

serviks akan tergantung pada individu ibu dan paritasnya. Perubahan

serviks terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hiks.

Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum

persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk

persalinan.

a. Persalinan Palsu

Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat

nyeri, yang memberi pengruh signifikan terhadap serviks.

Kontraksi pada persalinan palsu timbul akibat kontraksi Braxton

Hiks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak enam minggu
12

kehamilan. Persalinan palsu dapat timbul berhari-hari atau secara

intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum proses

persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri dan ibu dapat

mengurangi kurang tidur dan kekurangan energi dalam

menghadapinya.

b. Lonjakan Energi

Sebelum terjadi proses persalinan, ibu bersalin dalam waktu

24 jam atau 48 jam mengalami lonjakan energi selama alamiah.

Hal ini dapat dimanfaatkan dalam proses persalinan.

c. Gangguan Saluran Cerna

Saat menjelang persalinan beberapa ibu hamil mengalami

gejala seperti kesulitan mencerna, mual, dan muntah diduga hal

tersebut merupakan gejala menjelang persalinan (Varney, 2007).

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :

1. Power

Power adalah kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti

kekuatan his dan mengejan yang dapat menyebabkan serviks

membuka dan mendorong jalan keluar. His yang normal mulai dari

salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata

simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan

pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan,

kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh,

hingga tekanan dalam ruang amnion kembali ke asalnya.


13

2. Passage

Passage adalah keadaan jalan lahir,jalan lahir mempunyai

peranan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran

bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu

faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung

pervaginam atau sectio secaria. Pada jalan lahir tulang dengan

panggul ukuran normal kelahiran pervaginam janin dengan berat

badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi

karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain-lain. Ukuran panggul

dapat menjadi lebih kecil daripada standar normal, sehingga biasa

terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Pada jalan lahir lunak

yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, serviks

uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen

yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada

persalinan.

3. Passanger

Passanger adalah janinya sendiri, bagian yang paling besar

dan keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala

dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang

paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat

membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna,

cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah

lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.


14

4. Psikis

Psikis adalah kejiwaan ibu, ada keterkaitan antar faktor-faktor

somatic (jasmaniah) dengan faktor psikis, dengan demikian segenap

perkembangan emosional dimana dari ibu yang bersangkutan ikut

berperan dalam kegiatan mempengaruhi mudah sukarnya proses

kelahiran bayinya. Pada proses melahirkan bayi, pengaruh psikis

bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran, atau bisa juga

mempercepat kelahiran. Maka fungsi biologis dari reproduksi sangat

dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional ibu

yang bersangkutan.

5. Penolong

Penolong adalah dokter, bidan yang mengawasi ibu inpartu

sebaik-baiknya dan melihat apakah semua persiapan untuk

persalinan sudah dilakukan, memberikan obat atau melakukan

tindakan hanya apabila ada indikasi untuk ibu maupun janin

(Sumarah, 2008).

2.1.6 Tahap Persalinan

Tahap persalinan adalah :

1. Kala Satu Persalinan

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga

serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas

dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.


15

a. Fase laten

1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8

jam.

b. Fase aktif

Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi,

pembukaan pada umumnya dimulai dari 4-10 cm dan berlangsung

selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif

terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase antara lain :

1) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi

4 cm.

2) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali

dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

2. Kala Dua Persalinan

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga

disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Beberapa tanda dan gejala

kala dua persalinan :


16

a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau

vaginanya.

c. Vuva-vagina dan sfingter ani membuka.

d. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat, dan lama, kira-kira 2-

3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang

panggulsehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

secara reflek timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum,

ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada

waktu his kepala janin mulaiterlihat, vulva membuka dan perineum

meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir kepala

dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primigravida 1½ - 2

jam, pada multigravida ½ - 1 jam.

3. Kala Tiga Persalinan

Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga

persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan

ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan

plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan

terlipat, menebal kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,

plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.


17

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal di

bawah ini :

a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai

berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus

biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta

terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah

pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat(seringkali

mengarah ke sisi kanan).

b. Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda

Ahfeld).

c. Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu

mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila

kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang diantara

dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas

tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang

terlepas.

4. Kala Empat Persalinan

Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk

mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum

(Prawirohardjo, 2008).
18

2.2 Konsep Nyeri Persalinan

2.2.1 Pengertian Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang

sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan

penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Respons

fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut

nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin,

2008).

Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim,

kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang

disebut kontraksi Braxton hiks akibat perubahan-perubahan dari

hormon esterogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak

nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan

braxton hiks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan

sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang

biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar

sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan

persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya

kontraksi otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit

pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini

menyebabkan adanya pembukaan serviks (Sulistyo, 2010).


19

2.2.2 Penyebab Nyeri Persalinan

Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal terjadi.

Penyebabnya meliputi :

1. Kontraksi Otot Rahim

Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks

serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena

rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut

nyeri visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain

yang bukan merupakan asalnya yang disebut nyeri alih (reffered

pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada punggung

bagian bawah dan sacrum. Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri

ini selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar

kontaksi.

2. Regangan Otot Dasar Panggul

Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak

seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum

dan perineum, sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan

disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat

penurunan bagian terbawah janin.

3. Episiotomy

Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, laserasi maupun

ruptur pada jalan lahir.


20

4. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi

rasa nyeri ini. Setiap ibu mempunyai versi sendiri-sendiri tentang

nyeri persalinan dan melahirkan. Hal ini karena ambang batas

rangsang nyeri setiap orang berlainan dan subyektif sekali. Ada yang

merasa tidak sakit hanya perutnya yang terasa kencang. Ada pula

yang merasa tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragamnya respons

tersebut merupakan suatu mekanisme proteksi dari rasa nyeri yang

dirasakan ( Sulistyo & Suharti, 2013).

2.2.3 Fisiologi Nyeri Persalinan

Menurut Maryunani (2010), menjelaskan bahwa fisiologis

terjadinya nyeri persalinan terbagi sesuai tahap persalinan, yaitu

persalinan kala I dan persalinan kala II. Penjelasan selengkapnya akan

diuraikan sebagai berikut :

1. Persalinan Kala I

Nyeri pada kala I terutama ditimbulkan oleh stimulus yang

dihantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan

rahim/uterus bagian bawah. Nyeri ini merupakan nyeri visceral yang

berasal dari kontraksi uterus dan aneksa. Intensitas nyeri

berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang

ditimbulkan. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi

isometrik pada uterus yang melawan hambatan oleh leher

rahim/uterus dan perineum. Selama persalinan bilamana serviks uteri

dilatasi sangat lambat atau bilamana posisi fetus abnormal


21

menimbulkan distorsi mekanik, kontraksi kuat disertai nyeri hebat.

Hal ini karena uterus berkontraksi isometrik melawan obstruksi.

Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat.

2. Persalinan Kala II

Selama persalinan kala II, pada saat serviks dilatasi penuh

stimulasi nyeri berlangsung terus dari kontraksi badan rahim (corpus

uteri) dan distensi segmen bawah rahim. Terjadi peningkatan secara

progesif tekanan oleh fetus terhadap struktur di pelvis, dan

menimbulkan peningkatan nyeri somatik, dengan regangan dan

robekan fascia (jaringan pembungkus otot) dan jaringan subkutan

jalan lahir bagian bawah, distensi perineum, dan tekanan pada otot

lurik perineum. Nyeri ini ditransmisikan melalui serabut saraf

pudendal, yaitu suatu serabut saraf somatik yang keluar melalui S2,

S3, dan S4 segmen sakral. Nyeri pada kala II ini sangat berbeda

dengan nyeri visceral kala I, nyeri somatik dirasakan selama

persalinan ini adalah intensitas nyerinya terasa lebih nyeri dan lokasi

jelas.

2.2.4 Mekanisme Nyeri Persalinan

Mekanisme nyeri persalinan sebagai berikut :

1. Membukanya mulut rahim

Nyeri pada kala pembukaan terutama disebabkan oleh

membukanya mulut rahim, misalnya peregangan otot polos

merupakan rangsangan yang cukup menimbulkan nyeri. Terdapat

hubungan erat antara besar pembukaan mulut rahim dengan


22

intensitas nyeri (makin membuka makin nyeri), dan antara timbulnya

rasa nyeri dengan timbulnya kontraksi rahim (rasa nyeri terasa ± 15-

30 detik setelah mulainya kontraksi).

2. Kontraksi dan peregangan rahim

Rangsang nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf

sewaktu rahim berkontraksi dan teregangnya rahim bagian bawah.

3. Kontraksi mulut rahim

Teori ini kurang dapat diterima, oleh karena jaringan mulut

rahim hanya sedikit mengandung jaringan otot.

4. Peregangan jalan lahir bagian bawah

Peregangan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala

pembukaan dan selama kala pengeluaran menimbulkan rasa nyeri

paling hebat dalam proses persalinan.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan

Menurut Sulistyo & Suharti (2013), faktor-faktor yang

mempengaruhi nyeri persalinan sebagai berikut :

1. Faktor Internal

a. Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri

Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan

membantu mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping

terhadap nyeri. Ibu primipara dan multipara kemungkinan akan

merespons secara berbeda terhadap nyeri walaupun menghadapi

kondisi yang sama, yaitu persalinan. Hal ini disebabkan ibu


23

multipara telah memiliki pengalaman pada persalinan

sebelumnya.

b. Paritas

Wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang,

mereka merasa letih. Hal ini menyebabkan peningkatan nyeri.

Pasien yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya

umumnya akan terasa lebih nyeri jika dibandingkan dengan

pasien yang sudah mengalami persalinan. Rasa nyeri pada satu

persalinan di bandingkan dengan nyeri pada persalinan berikutnya

akan berbeda.

c. Usia

Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis

yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga

nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat. Usia juga dipakai

sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap

nyeri. Toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan

pemahaman terhadap nyeri.

d. Aktivitas fisik

Aktivitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan

mengurangi rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak

melakukan latihan-latihan yang terlalu keras dan berat, serta

menimbulkan keletihan pada wanita karena hal ini justru akan

memicu nyeri yang lebih berat.


24

e. Kondisi psikologis

Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang

peranan penting dalam memunculkan nyeri persalinan yang lebih

berat. Salah satu mekanisme pertahanan jiwa terhadap stres

adalah konversi, yaitu memunculkan gangguan secara psikis

menjadi gangguan fisik.

2. Faktor Eksternal

a. Agama

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme

pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan

dengan kondisi psikologis yang relatif stabil.

b. Lingkungan fisik

Lingkungan yang terlalu ekstrem, seperti perubahan cuaca,

panas, dingin, ramai, bising, memberikan stimulus terhadap tubuh

yang memicu terjadinya nyeri.

c. Budaya

Budaya tertentu akan mempengaruhi respons seseorang

terhadap nyeri. Ada budaya yang mengekspresikan rasa nyeri

secara bebas, tetapi ada pula yang menganggap nyeri adalah

sesuatu yang tidak perlu diekspresikan secara berlebihan.

d. Support system

Tersedianya sarana dan support system yang baik dari

lingkungan dalam mengatasi nyeri, dukungan dari keluarga dan


25

orang terdekat sangat membantu mengurangi rangsang nyeri yang

dialami oleh seseorang saat menghadapi persalinan.

e. Sosial ekonomi

Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat

membantu mengatasi rangsang nyeri yang dialami. Sering status

ekonomi mengikuti keadaan nyeri persalinan. Keadaan ekonomi

yang kurang, pendidikan yang rendah, informasi yang minimal,

dan kurang sarana kesehatan yng memadai akan menimbulkan ibu

kurang mengetahui bagaimana mengatasi nyeri yang dialami dan

masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan persiapan

persalinan sering menimbulkan kecemasan tersendiri dalam

menghadapi persalinan.

f. Komunikasi

Komunikasi tentang pencapaian informasi yang berkaitan

dengan hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana

mekanismenya, apa penyebabnya, cara mengatasi, dan apakah hal

ini wajar akan memberikan dampak yang positif terhadap

manajemen nyeri. Komunikasi yang kurang akan menyebabkan

ibu dan keluarga tidak tahu bagaimana yang harus dilakukan jika

mengalami nyeri saat persalinan.

2.2.6 Dampak Nyeri Persalinan

Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat

kontraksi uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapt mempengaruhi


26

proses persalinan dan kesejahteraan janin. Dampak dari nyeri persalinan

menurut Llewllyn (2006) yaitu :

1. Hipoksia janin

Terjadi karena sekresi hormon katekolamin dan steroid yang

berlebihan akan menimbulkan gangguan sirkulasi utero plasenta.

2. Stress

Pelepasan hormon yang berlebihan menyebabkan terjadinya

ketegangan otot polos dan vasokontriksi pembuluh darah.

3. Hiperventilasi

Kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan

berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria.

4. Partus lama

Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang

dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus

sehingga terjadi inersia uteri.

2.2.7 Klasifikasi Nyeri

1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

a. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat,

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan

berlangsung untuk waktu singkat. Untuk tujuan definisi, nyeri

akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari

beberapa detik hingga enam bulan. Fungsi nyeri akut ialah


27

memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang.

Nyeri akut akan berhenti dengan sendirinya (self-limiting) dan

akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah

keadaan pulih pada area yang terjadi kerusakan. Klien yang

mengalami nyeri akut biasanya juga akan memperlihatkan

respons emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang

kesakitan, mengerutkan wajah, atau menyeringai (Sulistyo &

Suharti, 2013).

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik

berlangsung lama, intensitas yang bervariasi, dan biasanya

berlangsung lebih dari 6 bulan (Potter & Perry, 2006).

Klien yang mengalami nyeri kronik sering mengalami

periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan

eksaserbasi (keparahan meningkat). Sifat nyeri kronik yang tidak

dapat diprediksi ini, membuat klien frustasi dan sering mengarah

pada depresi psikologis (Sulistyo & Suharti, 2013).

2. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Ringan Beratnya

a. Nyeri Ringan

Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas

yang ringan. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara objektif

dapat berkomunikasi dengan baik.


28

b. Nyeri Sedang

Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas

yang sedang. Pada nyeri sedang secara objektif pasien mendesis,

menyeringai, dan menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan baik.

c. Nyeri Berat

Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang

berat. Pada nyeri berat secara objektif pasien terkadang tidak

dapat mengikuti perintah, tetapi masih respons terhadap tindakan,

dan dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, serta tidak dapat di atasi dengan alih posisi

dan napas panjang (Dharmayana, 2009).

2.2.8 Penilaian Respons Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif

dan individual. Selain itu, kemungkinan nyeri dalam intensitas yang

sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif yang paling mungkin

adalah menggunakan respons fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan

gambaran pasti tentang itu sendiri (Tamsuri, 2007).


29

Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan

skala sebagai berikut :

1. Skala Deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal

Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari

tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang

sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa

nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat/bidan

menunjukkan kepada klien skala tersebut dan meminta klien untuk

memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat/bidan juga

menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan

seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri (Potter & Perry, 2006).

Gambar 2.1 Skala Nyeri Deskriptif

2. Skala Analog Visual

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu

garis lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang

menunjukkan letak nyeri terjadi di sepanjang garis tersebut. Ujung


30

kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri” , sedangkan

ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri yang paling

buruk”. Skala ini memberikan klien kebebasan penuh untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan

pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka (Potter & Perry, 2006).

Gambar 2.2 Skala Nyeri Analog Visual

3. Skala Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi terapeutik. Contohnya pasien post-section cessarea hari

pertama menunjukkan skala nyerinya 9, setelah dilakukan intervensi

kebidanan, hari ketiga perawatan pasien menunjukkan skala

nyerinya 4 ( Potter & Perry, 2006).

Gambar 2.3 Skala Nyeri Numerik


31

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas nyeri

ringan pada skala 1 sampai 3, intensitas nyeri sedang pada skala 4

sampai 6, intensitas nyeri berat terkontrol pada skala 7 sampai 9, dan

intensitas nyeri berat tidak terkontrol pada skala 10. Cara

penggunaan skala ini adalah : berilah tanda salah satu angka sesuai

dengan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS merupakan skala

pengukuran nyeri yang mudah dipahami oleh pasien, dalam

penelitian ini skala nyeri NRS diberi warna yang berbeda-beda. Oleh

karena itu, skala NRS ini yang akan digunakan sebagai instrumen

penelitian.

a. Skala 0 : tidak nyeri (hijau), tidak ada keluhan nyeri.

b. Skala 1-3 : nyeri ringan (kuning), ada rasa nyeri, mulai terasa

dan masih dapat ditahan.

c. Skala 4-6 : nyeri sedang (orange), ada rasa nyeri, terasa

mengganggu dengan usaha yang cukup untuk menahannya.

d. Skala 7-9 : nyeri berat (merah), ada nyeri, terasa sangat

mengganggu/tidak tertahankan sehingga harus meringis, menjerit

bahkan berteriak.

e. Skala 10 : secara objektif klien tidak mau berkomunikasi

dengan baik, berteriak dan histeris. Klien tidak dapat mengikuti

perintah lagi, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan menarik-

narik apa saja yang tergapai dan tidak dapat menunjukkan lokasi

nyeri (Judha, 2012).

4. Skala Nyeri Oucher


32

Skala nyeri oucher merupakan salah satu alat untuk mengukur

intensitas nyeri pada anak, yang terdiri dari dua skala yang terpisah,

yaitu sebuah skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk

anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik dengan enam

gambar pada sisi kanan untuk anak-anak yang lebih kecil. Foto

wajah seorang anak (dengan peningkatan rasa tidak nyaman)

dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian

sehingga dapat memahami makna dan tingkat keparahan nyeri

(Potter & Perry, 2006).

Gambar 2.4 Skala Nyeri Oucher

5. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Mengembangkan skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anak-

anak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun

yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum

“tidak merasa nyeri”, kemudian secara bertahap meningkat menjadi

wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang
33

sangat ketakutan “nyeri yang sangat”. Anak-anak berusia tiga tahun

dapat menggunakan skala tersebut (Potter & Perry, 2006).

Gambar 2.5 Skala Nyeri Wajah

2.2.8 Metode Penanggulangan Nyeri

Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri

persalinan yaitu, dengan cara non farmakologi dan farmakologi.

1. Cara non-farmakologi

a. Analgesia psikologi

Cara ini mempunyai persamaan dengan edukasi, terapi

fisiologi dan terapi psikologi. Proses edukasi memegang peranan

penting dan efektif dalam menghilangkan kegelisahan dan

ketakutan yang disebabkan oleh informasi yang salah mengenai

proses kehamilan dan persalinan. Prosedur terapi fisiologik

meliputi latihan fisik untuk meningkatkan fisik dan mental,

latihan cara pernapasan selama persalinan dan relaksasi oto-otot

selama kontraksi rahim. Prosedur terapi psikologik terutama

memadai metode psikodinamik seperti : sugesti, motivasi, atensi,

distraksi yang dapat menghilangkan ketegangan dan ketakutan

serta dapat mengendalikan perasaan nyeri (Mander, 2006).


34

b. Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendalian nyeri dengan

mengajarkan kepada ibu untuk meminimalkan aktivitas simpatis

dalam sistem saraf otonom, sehingga seorang ibu mampu

memecah siklus ketegangan, cemas dan nyeri. Teknik relaksasi

untuk mengurangi nyeri persalinan telah diteliti dalam sejumlah

keadaan patologis, seperti penelitian yang melibatkan penderita

sakit kepala. Relaksasi secara signifikan dapat menurunkan

komponen sensoris rasa nyeri (Henderson, 2006).

Pendekatan persiapan persalinan yang lain menekankan

teknik yang berbeda dalam menggunakan pernapasan sebagai

media yang membantu ibu mempertahankan kontrol sepanjang

kontraksi. Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat

memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen dan dengn demikian

meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaan ini mengurangi

gesekan dan rasa tidak nyaman antara rahim dan dinding

abdomen. Karena otot-otot di daerah genetalia juga menjadi lebih

rileks, otot-otot tersebut tidak mengganggu penurunan janin. Pada

tahap kedua, pernapasan dipakai untuk meningkatkan tekanan

abdomen dan dengan demikian membantu mengeluarkan janin.

Keadaan ini juga dipakai untuk merelaksasi otot-otot pudental

untuk mencegah pengeluaran dini kepala janin.

Teknik relaksasi sangat efektif untuk mengurangi nyeri

persalinan, dan merupakan cara mudah yang dapat dilakukan


35

tanpa resiko serta hanya memerlukan sedikit biaya (Bagharpoosh,

2006).

c. Imajinasi

Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan

imajinasi untuk mengontrol nyerinya. Hal ini dicapai dengan

menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri yang

terdiri dari pengganti yang lebih dapat diterima dan tidak nyeri.

Oleh karena keterlibatan aktif ibu sangat penting dalam teknik ini,

sehingga dapat mengendalikan nyeri yang selanjutnya

mempermudah relaksasi.

Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup.

Upayakan kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan

ini. Kegaduhan, kebisingan, bau menyengat, atau cahaya yang

sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien

untuk berkonsentrasi. Beberpa klien lebih rileks dengan menutup

mata (Sulistyo & Suharti, 2013).

d. Hidroterapi

Hidroterapi adalah metode non farmakologis yang

melibatkan komponen bak mandi atau kolam dan air di dalamnya.

Air dalam berbagai bentuk telah lama digunakan untuk proses

penyembuhan dan kenyamanan, tetapi penggunaan air selama

proses persalinan untuk meningkatkan kenyamanan merupakan

terapi yang baru.


36

Air dapat digunakan untuk memberikan rasa nyaman

meskipun terdapat anjuran mengenai penggunaan air, baik dalam

hal aliran, arah, kekuatan dan suhu. Keuntungan hidroterapi

dikaitkan pada dua fenomena. Pertama, hidrotermia merupakan

hasil dari air sebagai konduktor panas, melepaskan spasme otot

dan kemudian meredakan nyeri. Kedua, hidrokinesis meniadakan

pengaruh gravitasi, bersama ketidaknyamanan berkaitan dengan

tekanan pada panggul dan struktur lain. Hidrotermia dan

hidrokinesis digabungkan untuk membantu relaksasi, sehingga

dapat mengurangi kecemasan dan kelelahan (Sulistyo & Suharti,

2013).

e. Massage

Massage adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum, tanpa

menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk

meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan memperbaiki

sirkulasi (Sulistyo & Suharti, 2013).

Massage adalah terapi nyeri paling primitif dan

menggunakan reflek lembut manusia untuk menahan, menggosok,

atau meremas bagian tubuh yang nyeri. Dalam menjelaskan

massage sebagai terapi pelengkap dalam keperawatan, Malkin

(1994) memerinci enam gerakan dasar yang dilakukan. Gerakan

tersebut yakni effluerage (gerakan tangan mengurut), petrissage

(gerakan tangan mencubit), tapotement (gerakan tangan


37

melakukan perkusi), hacking (gerakan tangan mencincang),

kneading (gerakan tangan meremas), dan cupping (tangan

membentuk seperti mangkuk). Setiap gerakan ditandai dengan

perbedaan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan, dan gerakan

untuk mencapai pengaruh yang berbeda pada jaringan di

bawahnya (Sulistyo & Suharti, 2013).

f. Musik

Terapi musik digunakan untuk terapi keadaan kronis yang

menggambarkan gangguan emosional. Namun penggunanya

dalam persalinan kurang dipublikasikan dengan baik. Kerja musik

membantu wanita dalam menghadapi nyeri persalinannya, yang

memberikan efek distraksi (Mander, 2006).

g. Transcutaneus Nerve Stimulation (TENS)

Merupakan salah satu cara penanggulangan nyeri persalinan

non-farmakologi. Dua pasang elektroda ditempelkan di

punggung, satu pasang setinggi T10-L1, sepasang yang lain

setinggi S2-S4. Stimulasi berasal dari generator dua saluran yang

menghasilkan pulsa bifasik dengan intensitas rendah dan

frekuensi tinggi. Stimulasi ini dapat ditingkatkan sesuai derajat

nyeri yang dialami. Ternyata cara ini dapat mengurangi nyeri

persalinan derajat ringan.

Cara kerja TENS meliputi penutupan pintu gerbang ke jalur

impuls nyeri, akibat tembakan impuls-impuls listrik pada ambang

nyeri bawah. Tembakan dirasakan sebagai syok listrik ringan,


38

dihasilkan oleh alairan generator portbel yang dikendalikan oleh

ibu. Mekanisme TENS dalah untuk menstimulasi pelepasan

endorfin, yang merupakan salah satu kelompok peptida yang

menyerupai opiat yang diproduksi secara fisiologis. Endorfin

mengatur transmisi persepsi nyeri yang akan meningkatkan

ambang nyeri sehingga menghasilkan relaksasi dan perasaan

nyaman (Henderson, 2006).

h. Obat Herbal

Obat herbal berasal dari tanaman yang berisi berbagai jenis

bahan kimia dasar. Obat herbal bereaksi secara farmasi,

mempengaruhi secara kut terhadap preparat farmasi. Namun, hal

tersebut terdapat kesalahan pemahaman di kalangan masyarakat

pada umumnya dan tenaga profisional mengenai reaksi obat

tersebut, karena obat herbal berasal dari bahan-bahan alami,

secara otomatis aman. Hal tersebut bukan sesuatu masalah

penting untuk dibicarakan, dan bidan perlu memastikan bahwa

mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk menasehati

wanita yang salah persepsi mengenai obat herbal. Obat herbal

daun Raspberry (buah prambos) secara tradisi biasa digunakan

wanita sebagai persiapan persalinan dan dipercaya mengandung

sedikitnya dua bahan kimia yang bereaksi terhadap otot polos

(Tiran, 2006).
39

i. Akupuntur

Akupuntur merupakan suatu teknik tusuk jarum yang

mempergunakan jarum-jarum kecil panjang untuk menusuk

bagian-bagian tertentu di badan guna menghasilkan

ketidakpekaan terhadap rasa sakit atau nyeri. Setelah dimasukkan

ke dalam tubuh, maka jarum-jarum itu diputar-putar atau dipakai

untuk menghantar arus listrik yang kecil. Titik-titik akupuntur

dapat distimulasi dengan memasukkan dan mencabut jarum

menggunakan panas, tekanan/pijatan, laser, atau stimulasi elektrik

atau kombinasi dari berbagai macam cara tersebut (Prasetyo,

2010).

Mekanisme kerja akupuntur dapat mempengaruhi efek

psikologis yang berkaitan dengan komponen budaya dan perlunya

persiapan akupuntur. Jarum akupuntur mengaktivasi mekanisme

penghambat rasa nyeri di susunan saraf pusat. Efek analgesik

akupuntur hanya berlangsung selama stimulasi akupuntur

dilakukan (Henderson, 2006).

j. Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah penggunaan teknik hipnotis yang

menyebabkan keadaan seperti tidak sadar yang tunduk dan dapat

dipengaruhi dalam terapi kondisi dengan menggunakan

komponen psikologis yang besar.

Hipnoterapi membuat ibu menginterprestasikan kembali

stimulus nyeri yang disebabkan oleh kontraksi uterus.


40

Keterlibatan faktor non-maternal pada hipnoterapi dalam

persalinan cukup besar, hal ini dikaitkan dengan latihan intensif

yang dilakukan untuk mempersiapkan hipnoterapi pada saat

persalinan. Latihan terdiri dari sesi mingguan selama trimester I

dan III, dan tiga kali seminggu pada trimester ke II (Henderson,

2006).

2. Cara Farmakologi

Menurut Sulistyo & Suharti (2013), terdapat beberapa obat yang

dapat digunakan untuk menanggulangi nyeri persalinan yaitu :

a. Anastesia Umum

Anastesi umum/total/general merupakan anastesia atau

pembiusan yang menyebabkan hilangnya kesadaran secara total.

Saat ini, anastesi ini jarang dilakukan, kecuali ada kondisi tertentu

yang menyebabkan ibu harus dilakukan anastesi total. Hal ini

disebabkan efak anastesi total mempengaruhi otak dan sistem

saraf pusat, yang menyebabkan insensivitas secara umum

terhadap stimulus dan berbagai tingkat relaksasi. Indikasi untuk

pemberian anestesi umum antara lain ibu menderita hipovolemia,

janin harus dilahirkan dengan cepat, atau ibu menolak terhadap

anestesi yang lainnya.

b. Anastesia lokal atau regional

Anastesia lokal/regional merupakan hilangnya sensasi

sementara yang ditimbulkan dengan menyuntikkan agen anestetik

(lokal) langsung ke jaringan saraf. Kehilangan sensasi terjadi


41

karena agen lokal menstabilkan membran sel, yang mencegah

inisiasi dan tranmisi pada impuls-impuls saraf.

c. Anastesi Epidural

Anestesi epidural merupakan suntikan anestesi lokal yang

sesuai ke ruang epidural. Anestesi ini dapat membantu

menghilangkan nyeri akibat kontraksi dan proses melahirkan

(pada vagina dan abdomen). Anestesi ini memblok rasa sakit di

rahim, leher rahim, dan bagian atas vagina. Namun demikian, otot

panggul masih tetap dapat melakukan gerakan rotasi kepala bayi

untuk keluar melalui jalan lahir.

Cara kerja anestesi epidural : nyeri mulai tidak terasa dalam

waktu 15 menit sesudah suntikan. Efek obat bius akan terasa terus

hingga beberapa jam. Obat bius dapat ditambahkan tiap beberapa

jam melewati suntikan/kateter epidural.

d. Anestesi Spinal

Anestesi spinal disebut juga anestesi subarakhnoid yang

merupakan suatu anestesi lokal, yang disuntikkan melalui ruang

antar lumbal ketiga, keempat atau kelima ke dalam ruang

subarakhnoid, tempat obat bercampur dengan cairan

serebrospinal (susunan saraf tulang belakang). Anestesi ini dapat

menjadi metode pilihan bagi ibu yang memiliki masalah penyakit

ginjal, hati, dan kelainan metabolik karen metode ini dapat

mengurngi stres pada proses persalinan.


42

Cara kerja anestesi spinal : nyeri di area panggul secara

berangsur-angsur berkurang begitu obat disuntikkan. Efeknya

lebih cepat dibandingkan epidural, yaitu biasanya timbul dalam

satu sampai dua menit setelah injeksi. Obat dapat bertahan sampai

4 jam, tetapi tidak dapat menambah dosis.

e. Combined Spinal-Epidural (CSE)

Anestesi Combined Spinal-Epidural (CSE) adalah anestesi

lokal, yang merupakan kombinasi dari anestesi spinal dan

epidural. Metode ini semakin populer dan memungkinkan

anagesia yang cepat dan efektif, baik untuk persalinan

pervaginam maupun sectio caesarea.

Cara kerja Anestesi Combined Spinal-Epidural (CSE) :

obat-obatan spinal langsung menghambat nyeri selama satu atau

dua jam, sementara obat-obatan epidural bekerja setelah satu jam

dan bisa meredakan nyeri hingga prose persalinan berakhir.

f. Intrathecal Labor Analgesia (ILA)

Intrathecal Labor Analgesia (ILA) merupakan tipe lain dari

anestesia lokal/regional. Metode ini merupakan teknik

pengurangan rasa sakit/nyeri dengan injeksi atau suntikan yang

diberikan melalui sumsum tulang belakang ibu. Obat ini tidak

berbahaya bagi janin karena bekerja hanya pada saraf dan tidak

masuk pembuluh darah. Metode ILA biasanya diberikan pada saat

pembukaan belum terlalu besar atau pada saat pembukaan baru

mencapai 3-4 cm.


43

Cara kerja Intrathecal Labor Analgesia (ILA) : efek ILA

dapat langsung bekerja tidak lama setelah penyuntikan, yang

mana setelah obat bius disuntikkan, otot-otot kaki ibu akan terasa

kesemutan, kemudian menjadi lemas. Rasa sakit dan nyeri akan

berangsur hilang. Kontraksi uterus juga dapat melambat akibat

suntikan ini, tetapi kelahiran tetap dapat berjalan normal.

2.3 Konsep Pijat Punggung Teknik Effluerage

2.3.1 Pengertian Pijat

Pijat adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan

pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,

menghasilkan relaksasi atau meningkatkan sirkulasi darah (Henderson,

2006).

2.3.2 Fisiologi Pijat

Sebuah penelitian, ibu yang dipijat dua puluh menit setiap jam

selama tahap persalinan akan lebih terbebas dari rasa sakit. Hal ini

disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan

senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit. Endorphin juga

dapat menciptakan perasaan nyaman, enak, rileks dalam persalinan.

Banyak wanita merasa bahwa pijatan sangat efektif dalam

menghilangkan rasa sakit pada saat melahirkan yang secara umum akan

membantu menyeimbangkan energi, merangsang dan mengatur tubuh

memperbaiki sirkulasi darah, kelenjar getah bening. Sehingga oksigen,

zat makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif dari jaringan
44

tubuh ibu ke plasenta dengan mengendurkan ketegangan yang

membantu menurunkan emosi (Aprilia, 2010).

Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang

muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu, punggung,

kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga

akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk menggunakan

pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih

sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan

keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras

atau gosokan di punggung (Simkin, 2008).

Riset membuktikan bahwa teknik pijat dapat meningkatkan

pelepasan hormon oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi

persalinan (Aprilia, 2010). Simkin (2008) juga mengungkapkan bahwa

sentuhan yang nyaman seperti mengusap dapat meningkatkan produksi

oksitosin endogen.

2.3.3 Manfaat Pijat Punggung

Dikutip dari Female First ada 9 manfaat pijat secara umum

untuk menjaga kesehatan yaitu menghilangkan rasa lelah, meringankan

sakit, mengeluarkan racun, memaksimalkan hasil olahraga,

mengoptimalkan fungsi tubuh, memelihara kesehatan holistik,

menyehatkan sistem pernapasan, memperbaiki postur tubuh,

meningkatkan fleksibilitas persendian (Rimba, 2014).

Pijat sangat bermanfaat dilakukan terhadap ibu hamil karena

mengurangi stress dan merilekskan tubuh. Pijat akan membantu


45

meredakan kejang otot dan kram akibat beban ekstra yang harus dibawa

oleh ibu hamil dan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan.

Pemijatan juga membantu menguatkan proses kehamilan dengan cara

memperlancar aliran darah, sirkulasi limpa, mengurangi edema, dan

membantu menyiapkan kesiapan mental dan fisik ibu. Selain itu, juga

berfungsi mengurangi persendian akibat beban ekstra dan membantu

memaksimalkan kapasitas pernafasan yang sangat diperlukan dalam

proses melahirkan (Poerwadi, 2011).

Menurut Balaskas (2005), manfaat pijat punggung dalam

persalinan antara lain :

1. Memberikan rasa nyaman

2. Mengurangi rasa sakit

3. Membantu relaksasi pada ibu saat proses persalinan

4. Memperbaiki sirkulasi darah

5. Mengembalikan kemampuan berkontraksi

6. Memudahkan bayi turun dan melewati jalan lahir

7. Meningkatkan kerja sistem organ, sehingga dapat mengeluarkan zat-

zat beracun lebih lancar baik melalui urine

2.3.3 Teknik Effluerage

Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,

lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Dalam persalinan,

effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan

lembut dan ringan. Pijatan effluerage dapat dilakukan di punggung,

tujuan utamanya adalah relaksasi. Lakukan usapan dengan ringan dan


46

tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari

permukaan kulit (Maemunah, 2009).

Gambar 2.6 Gambar 2.7


Teknik effluerage pada punggung Teknik effluerage pada

abdomen

2.3.4 Prosedur Pijat Punggung Teknik Effluerage

1. Tahap Persiapan

a. Menyiapkan alat dan bahan

 1 lembar selimut

 1 lembar washlap/ handuk kecil

 1 buah sabun

b. Menjaga lingkungan : atur pencahayaan dan privacy ruangan

2. Tahap orientasi

a. Memberikan salam

b. Menjaga privacy klien dengan menutup pintu dan jendela/korden

c. Mengklarifikasi kegiatan massage

d. Menjelaskan tujuan dan prosedur pijat punggung teknik

effluerage
47

e. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya

f. Informed consent

g. Mendekatkan alat ke pasien

3. Tahap Pelaksanaan

a. Petugas kesehatan mencuci tangan

b. Mengatur posisi pasien dengan posisi miring kiri

c. Membantu pasien melepas pakaian

d. Memasangkan selimut pada pasien

e. Dimulai dari leher, pemijatan dilakukan dengan membentuk huruf

V ke arah luar menuju sisi tulang rusuk ibu, lalu pijatan

diteruskan turun ke bawah dan ke belakang

f. Pemijatan dilakukan dengan menggunakan kedua telapak tangan

untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu kebawah dengan

gerakan berirama naik turun.

g. Pijatan dilakukan dengan lama dan lambat untuk membuat rasa

nyaman pada ibu.

h. Seluruh jari harus menyentuh tubuh sehingga merasakan tegangan

pada daerah tersebut.

i. Membantu ibu menggunakan pakaian kembali.

j. Mencuci tangan.

4. Tahap Terminasi

a. Mengevaluasi respon klien.

b. Menyimpulkan hasil kegiatan.


48

2.4 Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effluerage Terhadap Intensitas Nyeri

Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

prresentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin

(Margareth, 2013). Persalinan juga disertai dengan rasa nyeri yang membuat

kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Namun,

ketika seorang ibu merasa takut maka secara otomatis otak mengatur dan

mempersiapkan tubuh untuk merasa sakit, sehingga rasa sakit saat persalinan

akan lebih terasa. Wanita yang tidak mengetahui apa yang terjadi pada

dirinya serta tidak dipersiapkan dengan teknik relaksasi dan pernapasan untuk

mengatasi kontraksinya akan menangis dan bergerak tidak terkendali di

tempat tidur hanya karena kontraksi ringan, sebaliknya wanita yang telah

dipersiapkan dalam menghadapi pengalaman persalinan ini dan mendapat

dukungan dari orang terdekat atau tenaga professional yang terlatih

memimpin persalinan atau wanita berpendidikan tidak menunjukkan

kehilangan kendali atau menangis bahkan pada kontraksi yang hebat

sekalipun (Padila, 2014).

Nyeri persalinan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang

terjadi selama proses persalinan. Secara fisiologi nyeri persalinan mulai

timbul pada persalinan kala I fase laten dan aktif, pada fase aktif terjadi

pembukaan mulai dari 4-10 cm. Pada primigravida kala I persalinan bisa

berlangsung ± 20 jam, pada multigravida ± 14 jam. Nyeri disebabkan oleh

kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Makin lama nyeri yang dirasakan akan
49

bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan

lengkap sampai 10 cm. Intensitas nyeri selama persalinan mempengaruhi

kondisi psikologis ibu, proses persalinan, dan kesejahteraan janin (Potter &

Perry, 2006).

Banyak cara yang dapat digunakan dalam menghilangkan rasa sakit

saat persalinan, cara tersebut antara lain dengan tindakan farmakologi dan

tindakan non farmakologi. Tindakan farmakologi yang digunakan antara lain

penggunaan analgesik, suntikan epidural, Intracthecal Labor Analgesik

(ILA), dan Paracervical Block. Metode non-farmakologi dapat dilakukan

melalui kegiatan tanpa obat antara lain dengan teknik massage, kompres

panas atau dingin, sentuhan terapeutik, akupresur dan akupuntur, TENS,

musik, hidroterapi ( Sulistyo & Suharti, 2013).

Terdapat banyak teknik dalam mengurangi nyeri persalinan

diantaranya adalah melakukan teknik massage. Teknik massage merupakan

aspek naluriah manusia ketika merasa kesakitan pada beberapa bagian tubuh

serta teknik ini menimbulkan reaksi pertama kali adalah mengeluas bagian

tubuh yang sakit dengan tangan untuk mengurangi sakitnya (Rohmah, 2010).

Teknik Effleurage adalah pemijatan ringan yang lambat, lembut dan tak

putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan

effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan

ringan. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di punggung, tujuan utamanya

adalah relaksasi (Danuatmaja, 2008).

Ibu yang dipijat dua puluh menit setiap jam selama persalinan akan

lebih terbebas dari rasa sakit. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang
50

tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa

sakit. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman, enak, rileks

dalam persalinan. Banyak wanita merasa bahwa pijatan sangat efektif dalam

menghilangkan rasa sakit pada saat melahirkan yang secara umum akan

membantu menyeimbangkan energi, merangsang dan mengatur tubuh

memperbaiki sirkulasi darah, kelenjar getah bening. Sehingga oksigen, zat

makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif dari jaringan tubuh ibu ke

plasenta dengan mengendurkan ketegangan yang membantu menurunkan

emosi.

Anda mungkin juga menyukai