Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE (INC)

OLEH :
SETIA SUKMA DARWANTO
2021207209097

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2021/2022
Laporan Pendahuluan INC
“Intranatal Care”

A. Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta, dan ketuban keluar dari uterus ibu
bersalin, persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/setelah usia
kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Pada akhir kehamilan ibu dan janin
mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan (Fauziah, 2015).
Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses persiapan menghadapi kehidupan
diluar rahim. Ibu menjalani berbagai adaptasi fisiologi selama masa hamil sebagai persiapan
menghadapi proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu. Persalinan dan kelahiran
adalah akhirkehamilan dan titik dimulainya kehidupan diluar rahim bagi bayi baru lahir
(Fauziah, 2015).
Persalinan dimuai/inpartu sejak uterusberkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks yang membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya bayi beserta plasenta
secara lengkap (Fauziah, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan (37-42 minggu) atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran placenta
dan selaput janindaritubuh ibu atau Persalinan adalah proses pengeuaran produk konsepsi
yang viable melalui jalan lahir biasa. Perbedaan persalinan sejati dan palsu (Asrinah dkk,
2010):

Persalinan Sejati (Sesungguhnya) Persalinan Palsu (Semu)


Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri dengan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang secara Tidak ada perubahan interval antar
perlahan semakin memendek rasa nyeri yang satu dan yang lain
Waktu dan kekuatan kontraksi Tidak ada perubahan pada waktu dan
semakin bertambah kekuatan kontraksi
Rasa nyeri terasa di bagian belakang Kebanyakan rasa nyeri di depan.
dan menyebar ke depan
Berjalan menambah intensitas Tidak ada perubahan rasa nyeri
dengan berjalan
Ada hubungan antara tingkat kekuatan Tidak ada hubungan antara tingkat
kontraksi dan intensitas rasa nyeri kekuatan kontraksi uterus dan
intensitas rasa nyeri
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP Kepala belum masuk PAP walaupun
di antara kontraksi ada kontraksi
Pemberian obat penenang tidak Pemberian obat penenang yang efisien
menghentikan proses sesungguhnya menghentikan rasa nyeri pada
persalinan semu
Lendir darah sering tampak Tidak ada lendir darah
Ada penurunan bagian kepala bayi Tidak ada kemajuan penurunan
bagian terendah janin

B. Jenis Persalinan
1. Menurut cara persalinan.
a. Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta tidak
melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Persalinan buatan.
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut
dengan operasi secio caesaria.
c. Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan ketuban.
2. Menurut usia (tua kehamilan)
a. Abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500 g.
b. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat badan
antara 500 g dan 999 g.
c. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat badan 1000
g dan 2499 g.
d. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan BB 2500 g
atau lebih
e. Partus post matures / serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.
C. Sebab terjadinya persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang
komplek. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterusm sirkulasi uterus,
pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor yang mengakibatkan partus mulai.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan
berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone
merupakan penenang bagi otot-otot uterus (Prawirohardjo, 2005).
Menurunkan kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1 sampai 2 minggu sebelum
partus dimulai. Kadar progesteron dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm
meningkat. Plasenta menjadi tua, dengan tuanya kehamilan. Villi koriales mengalami
perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun. Keadaan uterus
yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini
mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter, sehingga
plasenta akan mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi pada janin, maka hasil konsepsi
akan segera dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada ganglion
servikale dari Frankenhauser yang terletak di belakang. Bila ganglion tertekan, maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan (Prawirohardjo, 2005).
D. Tanda-tanda Persalinan
a. Adanya kontraksi rahim
Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan adalah mengejangnya
rahim atau dikenal dengan istilah kontreaksi. Konteraksi tersebut berirama,teratur, dan
involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar
dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga
fase yaitu:
1) Increment: Ketika intensitas terbentuk.
2) Acme: Puncak atau maximum.
3) Decement: Ketika otot relaksasi
Ketika merasakan kontruksi uterus, mulailah untuk menghitung waktunya. Catalah
lamanya waktu antara satu kontraksi dengan kontraksi berikutnya, dan lamanya
kontraksi berlangsungn. Jika ibu merasakan mulas yang belum teratur akan lebih baik
menunggu di rumah ambil beristirahat dan mengumpulkan energi untuk persalinan.
b. Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir di sekrasi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir servik pada awal
kehamilan.lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada
mulutrahim terlepass, sehingga menyebabakan keluarnya lendir yang berwarna
kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut
rahim yang menandakan bahwa mulutrahimmenjadi lunak dan membuka. Lendir inilah
yang dimaksud sebagai bloody slim.
c. Keluarnya air-air (ketuban)
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban. Selama sembilan
bulan masa gestasi bayi aman melayang dalam cairan amnion. Keluarnya air-air dan
jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin
sering terjadi. Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu sampai pada saat persalinan.
Kebocoran cairan amniotik bervariasi dari yang mengalir deras sampai dengan memakai
pembalut yang bersih. Tidak adarasa sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan
alirannya tergantung pada ukuran, dan kemungkinan kepala bayi telah memasuki
rongga panggul ataupun kemungkinan kepala bayi telah memasuki rongga panggul
ataupun belum.
d. Pembukaan servik
Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama aktivitas uterus dimulai untuk
mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi
servik yang cepat. Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang
berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui dengan
pemeriksaan dalam.petugas akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan
pematangan, penipisan, dan pembukaan leher rahim. Servik menjadi matang selama
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan, kematangan servik mengindikasikan
kesiapannya untuk persalinan.
E. Pemeriksaan menjelang persalinan
Saat mulai terasa mulas dan mengalami kontraksi secara teratur sebagai tanda dan
akan segera melahirkan, perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Tujuanny untuk mengetahui
kemajuaan persalinan, yang meliputi pemeriksaan servik, masih ada atau tidaknya selaput
ketuban karena, apabila sudah pecah harus diberitindakan, dengan pemriksaan dalam
dapat dinilai juga tentang kepala bayi, apakah sudah memutar atau belum, sampai mana
putaran tersebut karena kondisi ini akan menentukan jalannya persalinan. Jantung janin
akan dimonitor secara teratur dengan fetoscope yang akan diperiks secara rutin oleh
petugas kesehatan untuk mengetahuikesejahteraan janin. Kontraksi uterus dihitung setiap
kali ibu merasakan mulas, dan pada perut ibu teraba keras. Mengukur waktunya dan
mencatat jaraj antar kontraksi (dari akhir satu kontraksi sampai awal kontraksi yang lain).
Tanda-tanda vital, intake dan out take ibu juga diperiksa selama proses persalinan
(Purwoastuti dkk, 2015).
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan (Purwoastuti dkk, 2015):
1. Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)
Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu menedan, kontraksi diafragma, dan
liagmentum action terutama ligamen rotundum.
2. Passage (Faktor jalan lahir)
Perubahan pada servik, pendataran serviks, pembukaan servik dan perubahan pada
vagina dan dasar panggul

3. Passanger
Passanger utama lewat jalan lahir adaalah janin. Ukuran kepala janin lebih lebar
daripada bagian bahu, kurang lebih seperempat daari panjang ibu. 96% bayi
dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama, passanger terdiri daari janin, plasenta,
dan selaput ketuban.
4. Psikis ibu
Pemeriksaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk dan persiapan untuk
menghadapi persilnan), kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong, dan
adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.
5. Penolog
Meliputi ilmu pengetahuan, tererampilan, pengalaman, kesabran, pengertiannya
dalam menghadapiklien baik primipara dan multipara.
F. Faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan adalah (Setiawati, 2013):
1. Penurunan fungsi plasenta: kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,
nutrisi janin dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi
4. Peningkatan beban/ stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.

G. Penapisan Ibu Hamil

No. Penyulit Ya Tidak


1. Riwayat bedah sesar
Beresiko terjadinya ruptur uteri yaitu robeknya uterus
akibat perlukaan sesar, sehingga berbahaya bagi ibu
dan bayi
2. Perdarahan pervaginam, beresiko terjadinya :
a.    Solusio plasenta : terlepasnya plasenta lebih
dahulu, Adanya nyeri perut bagian bawah, perut
tegang, warna darah yang dikeluarkan merah tua.
b.    Plasenta previa : letak plasenta dibawah atau
menutupi jalan lahir, tidak ada nyeri perut kecuali ada
kontraksi, warna darah merah segar.
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang
dari 37 minggu)
Beresiko bagi janinnya karena kondisi janin terjadi
prematur yang akibatnya organ-organ janin belum
matur, sehingga janin belum sanggup menjalankan
fungsinya dengan optimal.
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
Beresiko janin terjadi hipoksia dan ketika lahir terjadi
asfiksi yang dapat membahayakan janin.
5. Ketuban pecah lama
Beresiko terjadinya partus lama sehingga dapat
mengakibatkan infeksi pada ibu dan janin.
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu)
Beresiko terjadinya kelahiran prematur yang nantinya
dapat berdampak pada janin yang belum siap untuk
dilahirkan.
7. Ikterus
Beresiko terjadi kerusakan pada hepar yang nantinya
dapat mengakibatkan komplikasi pada janin sehingga
terjadi ikterus pada janin.
8. Anemia berat
Beresiko terjadinya IUGR pada janin serta persalinan
dengan komplikasi yang berlebihan.
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan
Beresiko pada ibu dengan terjadinya hipertensi kronik
serta kejangdan beresiko pula pada janin, yaitu
pertumbuhan janin terhambat, kematian janin,
perdarahan serebral serta persalinan prematur.
11. Tinggu fundus uteri 40 cm atau lebih
Tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan bisa di sebabkan (makrosomia, kehamilan
ganda),maka perlu dilakukan pemeriksaan dini, karena
makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu dan
menyebabkan perdarahan pasca persalinan.
12. Gawat janin
Ibu yang mengalami gawat janin perlu di lakukan
pemantauan DJJ yang sering, karena gawat janin dapat
berakibat fatal pada janin yang di kandung dan bahkan
dapat menyebabkan kematian pada janin.
13. Primipara dalam fase aktif dengan palpasi kepala
janin masih 5/5
Untuk mengatasinya ibu dapat miring ke kiri ataupun
dengan mengubah posisi ibu dengan jongkok maupun
berdiri. Posisi ini bisa membantu untuk penurunan
kepala dan jika tetap tidak ada penurunan persalinan
bisa ilakukan dengan SC.
14. Presentasi bukan belakang kepala
Kelainan pada malpresentasi/malposisi dapat
menyebabkan kesulitan pada proses persalinan,maka
ini bisa dilakukan SC untuk untuk proses
persalinannya.
15. Presentasi majemuk
Untuk mencegah letak majemuk dapat dilakukan
dengan ibu posisi sujud.tetapi jika presentasi terendah
sudah masuk PAP posisi sujud tidak dapat mengubah
presentasi dan persalinan harus dilakukan SC.
16. Kehamilan gemelli
Ibu yang mengandung bayi gemeli/kembar perlu
dilakukan SC untuk mengeluarkan bayinya karena di
kawatirkan adanya malpresentasi/malposisi pada salah
satu janinnya, dan juga dapat mengakibatkan
perdarahan.
17. Tali pusat menumbung
Untuk mengetahui tali pusat menumbung perlu di
lakukan pemeriksaan ini dengan USG, karena tali pusat
menumbung dapat mengakibatkan perdarahan bahkan
juga partus lama karena tali pusat menutupi jalan lahir.
18. Syok
Untuk mengatasi syok bisa diberikan infus dan oksigen
untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Jika
syok tidak tertangani dapat menyebabkan kematian
pada janin dan ibu.
Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti di atas, pasien harus dirujuk (Ulfa
dkk., 2014).

H. Penurunan kepala janin

PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN

kepala diatas PAP

5/5 mudah digerakkan

sakit digerakkan

4/5 H I – II bagian terbesar PAP


belum masuk panggul

bagian terbesar kepala


belum masuk panggul
3/5 H II – III

bagian terbesar kepala


sudah masuk panggul
2/5 H III +

kepala didasar panggul

1/5 H III - IV

diperineum

0/5 HV

Ket :

: kepala janin

: PAP

HI : sama dengan atas pintu panggul / PAP

H II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simpisis

H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika

HV : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius

I. FASE PERSALINAN

1. KALA 1
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan
serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi
uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai
pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat
akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
a. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
b. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6
jam. Fase aktif terbagi atas :
1) Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3) Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)
pada primigravida dan multipara :
1) Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2) Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah),
sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
3) Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan multipara (8
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
1) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
2) Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
3) Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-
4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
1) Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug)
yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular
kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam
uterus.
2) Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3) Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah
dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
1) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
2) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada).
3) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
1) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
2) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan
fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada).
3) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
1) Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan
analgesik secukupnya.
2) Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
3) Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang.
Segera berikan dextrose IV.

d. Kemajuan pada kondisi janin.


1) Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit)
curigai adanya gawat janin.
2) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna
digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2. KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi
telah lahir lengkap. Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama.
Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini.
Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan
multipara ± 0,5 jam.
a. Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
b. Peristiwa penting pada Kala 2 :
1) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2) Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
3) Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
4) Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan.
5) Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).
c. Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
1) Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2) Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3)
kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin
terjadi ekstensi dan menegang.
3) Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
4) Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5) Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6) Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan
bahu belakang.
7) Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter
depan dan belakang, tungkai dan kaki.
3. KALA 3
a. Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
b. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
c. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
d. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
e. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di
atas pusat.

Sifat His :
a. Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap
menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
4. KALA 4
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
a. Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :
1) Kontraksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4) Kandung kencing harus kosong
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
6) Resume keadaan umum ibu dan bayi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan :
1) Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan oleh
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Gerakan memendek dan menebalotot-otot
rahim yang terjadi sementara waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi
diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-otot perut
dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai untuk
mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan oleh
otot-otot volunter ibu.
2) Passages/Lintasan
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina
sebelum dilahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan
atau resisten yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya.
3) Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang
paling penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin selain itu
disertai dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau amnion.

4) Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak
tepenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan
wanita tersebut yang berkenan dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang
merugikan.
J. PEMERIKSAAN DALAM (VAGINAL TOUCHER)
Beberapa hal yang dinilai pada pemeriksaan dalam pada ibu hamil. Keadaan
kerampang atau perineum pada liang senggama atau vagina pada saat pertama kali jari
tengah masuk ke dalam vagina. Hal yang di kaji adalah : 
1. Keadaan perineum, kemungkinan perineum terasa kaku adanya bekas luka jahitan
perineum atau prenium teraba elastis. Kemudian saat jari telunjung masuk kaji sukar
tidaknya liang senggama diregangkan dan kemungkinan adanya tumor dalam liang
senggama. Sevara tidak langsung dapat dilakukan penilaian cairan vagina yang
keluar bisa berupa bercak darah, pendarahan pervaginam atau mekoneum. Jika keluar
mekoneum kemungkinan posisi janin diindikasikan letak bokong. Tetapi perlu
diperhatikan apabila dengan posisi janin dengan letak belakang kepala namun
terdapat mekoneum kemungkinan terjadi gawat janin dalam kandungan. 
2. Keadaan serviks, penilaian keadaan serviks pada pemeriksaan dalam yaitu dapat
dirasakan serviks teraba lunak (seperti pipi) atau serviks teraba lunak (sperti hidung).
Selanjutnya menilai beberapa persen pendataran atau
efficement/penipisan/pendekatan serviks. Panjang serviks normal biasanya 2-2,5 cm.
Namun dalam masa persalinan terutama menjelanh persalinan serviks mengalami
penipisan, meski pun belum dapat diperkirakan secara pasti hanya berupa presentase.
Penipisan ini kemungkinan dikarenakan peningktan hormon ekstrogen menjelang
akhir kehamilan yang mengakibatkan serviks menjadi elastis atau meregang. Jika
serviks belum mengalami pembukaan perkiraaan pendataran msih 0%, serviks
mengalami pembukaan 5 cm perkiraan pendataran serviks 50%, dan jika serviks
mengalami pembukaan 9 cm perkiraan pendataran serviks 90%. · 
3. Penilaian penting kemajuan persalinan yaitu menilai pembukaan serviks, sebab salah
satu tanda wanita memasuki masa inpartu dengan mengetahui ada tidaknya
pembukaaan serviks pembukaan serviks dikategorikan dalm dua tahap yaitu faselaten
dimana pembukaaan serviks dimulai dari pembukaan 1-3 cm, faseaktif dimulai dari
pembukaan 4-10 cm.jika pembukaaan serviks telah mencapai 10 cm dan terdapat
tanda2 inpartu kala dua lain seperti adanya dorongan untuk meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol dan vulva anus membukamaka tenaga kesehatan siap
memimpin jalannya persalinan. · 
4. Keadaan ketuban, ketuban berperan penting dlam persalinan salah astunya yaitu
cairan ketuban dapat difungsikan sebagai pelicin saat berlangsungnya proses
persalinan. Sering kali ketuban pecah mendekati akhir kala II tetapi pecahnya
ketubban bisa jadi stiap saat seblum atau selama persalinan. Pengeluaran air ketuban
dapat terjadi dengan tiba2 atau sdkit2 demi sedikt. Kadang-kadang sulit diketahui
apakah ketuban telah pecah atau belum. Untuk menilai ketban ,masih ituh atau sudah
pecah salah satunya dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam. 
Ketuban dikatakan masih utuh apabila dalam pemeriksaan dalam terba adanya
selaput yang didalamnya terdapat cairan dan saat kedua jari tanagan masuk (jari
telunjuk dan jari tengah) dan di lakukan penekanan pada selaput tersebut tersa
semacam ada lentingan atau pantulan. Sedikit banyak dapat digambarkan seperti
balon yang didalamnya berisi cairan dan di dlam balon tersebut juga terdapat bola
mota/ bola kasti (bola kasti ini dpat di ibaratkan sebagai kepala janin, jika presentasi
letak belakang kepala) dan saat dilakukan penekanan oleh tanagan terjadi semacam
pantulan. Perlu diperhatikan saat melakukan perabaan kemungkinan terdapat bagian
kecil janin yang terkemuka (bisa ekstremitas janin atau tali pusat janin). 
5. Ketuban dinyatakan sudah pecah apabila pada saat pemeriksaan dalam tidak terasa
ada pantulan,melainkan terasa adanya gesekan-gesekan kemungkinan rambut
bayi,jika presentasinya letak belakang kepala. Tidak hanya ketuban yang masih utuh,
pada ketuban yang sudah pecah perlu di perhatikan saat melakukan perabaan
kemungkinan terdapat bagian kecil janin yang menumbung (bisa ekstremitas janin
atau tali pusar janin) tali pusar yang menumbung dapat mengakibatkan janin
mengalami hipoksia sehingga aliran oksigen ke janin dapat terhambat. Baik tali pusar
atau ekstremitas janin yang menumbung dapat menyulitkan proses persalinan. 

Penurunan Bagian Terendah 


Pada saat ini proses persalinan, biasanya bagian terendah janin akan mengalami
penurunan pada rongga panggul. Penurunan bagian terendah janin dapat dinilai dari
pemeriksaan dalam berdasarkan bidang hodge/bidang khayal. Penilaian ini sedikit
sulit, butuh ketepatan menentukan batas bidang hodge, terutama bidang hodge I,II.
Dua bidang hodge terdiri dari dua :
1. Hodge I yaitu sejajar dengan PAP 
2. Hodge II yaitu sejajar PAP melalui tipe bawah simpisis 
3. Hodge III yaitu sejajar dengan H 1 DAN H2 melalui spina isidiaka 
4. Hodge IV yaitu sejajar dengan H 1,H2,H3 melalui koksigis 
Untuk lebih memudahkan penilaian, dapat di tentukan dengan bidang hodge
3, jika bagian terendah belum sampai pada bidang hodge 3 bisa di artikan bagian
terendah janin masih melewati bidang hodge 3 bisa diartikan bagian terendah janin
sudah turun. Percepatan penurunan bagian tebisa di pengaruhi rendah janin bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : kekuatan kontraksi uterus, ada tidaknya
lilitan tali pusar, kandung kemih yng penuh atau kosong, posisi janin. 

Letak Janin Presentasi Janin 


Dapat dilakukan dengan pemeriksaan seperti : 
1. Letak/presentasi puncak kepala – pada pemeriksaan dalam teraba : UUB (ubun2
besar) terendah. (disumbu panggul) UUK sukar di raba.
2. Letak/presentasi dahi – ada pemeriksaan dalam teraba : UUB,dahi, pangkal, hidung,
pinggir lekuk mata (orbita).
3. Letak/presentasi bokong – pada pemeriksaan dalam teraba : lubang tulang belakang,
krista sakralis media, tuber ishiadikum, ujung tulang tungging, dubur (kemaluan agak
sukar dikenali). 
4. Letak/presentasi muka – pada pemeriksaan dalam teraba : dagu, mulut, hidung, lekuk
mata (orbita) Pada letak belakang kepala, perlu diperhatikan mungkin adanya
moulage/tumpangtindi tulang kepala janin. Moulange dapat menghambat jalannya
prosese persalinan secara normal atau spontan. Pada pemantauan kemajuan
persalinan penuliasan dalam patograf untuk membedakan ada tidaknya moulange
dapat dilihat berdasarkan simbol sebagai : 
a. Simbol 0, jika tidak ada moulage 
b. Simbol 1, jika tulang kepala janin hanya saling bersentuhan 
c. Simbol 2, jika tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi msih dapat
dipisahkan 
d. Simbol 3, jika tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi tidak dapat di
pindahkan.

K. LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN

1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5 sampai 6
cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang kaku dapat dilakukan
episiotomi median,mediolateral atau lateral.
2. Episotomi dilakukan pada saat his dan,mengejan untuk mengurangi sakit,tujuan
episiotomy adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan
melakukan adaptasi.
3. Persiapan kelahiran kepala,tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi
robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi.
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung
dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna
menyesuaikan os aksiput kearah punggung.
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam kebawah untuk
melahirtkan bahu depan,ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang setelah kedua
bahu lahir ketiak dikaitr untuk melahirkan sisa badan bayi.
6. Setelah bayi lahir seluruhnya jajalan nafas dibersihkan dengan menghisap lender
sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas
dari hambatan.
7. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan : Setelah bayi menagis dengan nyaring artinya
paru-paru bayi telah berkembang dengan sempurna
8. Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang aterm
sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
9. Pada bayi premature pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah yang
masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi terjadi ikterus
hemolitik dan kern ikterus 
10. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya.
11. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan.
12. Kateterisasi kandung kemih
13. Menjahit luka spontan atau luka episiotomi
L. Asuhan Keperawatan pada setiap kala
1. Kala I (Pembukaan)
Menurut Rohani (2011) inpartu ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan
mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks
mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana
serviks membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks
membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi
selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin)
masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam.
Menurut Sulistyawati (2010, hal. 75) asuhan pada kala I yaitu:
a. Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan
partograf.
b. Pemantauan terus-menerus vital sign.
c. Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi.
d. Pemberian hidrasi bagi pasien.
e. Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan
posisi dan ambulansi.
f. Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman.
g. Memfasilitasi dukungan keluarga.
2. Kala II (Pengeluaran Janin)
Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada
akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk
dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri.Bila ketuban belum pecah,
ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala II
wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai rasa ingin mengedan
kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong
janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran
pada waktu ada his. Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi.
Menurut Rohani (2011, hlm. 150) asuhan kala II persalinan
merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan
asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu.
b. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin.
c. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan.
d. Perawatan tubuh wanita.
e. Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga.
f. Persiapan persalinan.
g. Penatalaksanaan kelahiran.
3. Kala III (Pengeluaran Plasenta)
Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, seperti
dijelaskan tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam
memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan.
Kala uri dimulai sejak dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta
lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu:
a. Melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus.
b. Pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Menurut Wiknjosastro (2008) langkah pertama penatalaksanaan kala III
pelepasan plasenta adalah:
a. Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.
b. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu
tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa
melakukan masase. Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus
bekontraksi.
c. Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah
bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta
telah lepas dan dapat dilahirkan.
d. Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta
terdorong keluar melalui introitus vagina.
e. Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan
menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam
wadah penampung. f) Karena selaput ketuban mudah sobek,
pegang plasenta dengan keua tangan dan secara lembut putar
plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu. Lakukan
penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan
selaput ketuban.

4. Kala IV (Observasi)
Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus)
yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat.Lakukan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri
setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Kemudian perkirakan
kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan
dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan
dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV.
Menurut Rohani (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV
persalinan adalah:
a. Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras.
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap
15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2.
c. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
d. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
e. Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan
bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman.
f. Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi.
g. Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat
untuk memberikan ASI.
h. Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan.
i. Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus
dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi.

M. PENGKAJIAN

a. Aktifitas dan istirahat

1) Tekanan darah lebih rendah dari pada normal pada 8-12 minggu
pertama. Kembali pada tingkat normal pada separuh waktu
kehamilan akhir

2) Denyut nadi meningkat 10-15x/menit

3) Mur-mur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan


peningkatan volume darah

4) Varises pada ekstremitas bawah dan edema terutama pada


trimester III

5) Episode sinkope

b. Integritas Ego

1) Menunjukkan perubahan persepsi diri

2) Body image rendah

c. Eliminasi

1) Perubahan pada konsistensi dan frekuensi defekasi


2) Peningkatan frekuensi berkemih

3) Peningkatan berat jenis urin

4) Timbulnya hemoroid

d. Makanan dan Cairan

1) Mual, muntah terutama pada trimester I, nyeri uluh hati sering


terjadi

2) Peningkatan berat badan 2-4 Kg pada trimester I, 11-12 Kg pada


trimester II & III

3) Membran mukosa kering, hipertropi jaringan, gusi mudah terjadi


perdarahan

4) Hb dan Ht rendah, mungkin di temui anemia fisiologis

5) Glukus dan edema

e. Nyeri dan Ketidaknyamanan

1) Kram kaki

2) Nyeri tekan dan bengkak pada payudara

3) Kontraksi brakson hicks setelah 28 minggu

4) Nyeri punggung

f. Pernafasan

1) Mukosa nampak lebih merah dari biasanya

2) Frekwensi pernafasan dapat meningkat relatif terhadap ukuran /


tinggi uterus

3) Pernafasan thorakal

g. Keamanan

1) Suhu tubuh 36 – 37ºC


2) DJJ terdengar pada usia kehamilan 17 –20 minggu

3) Gerakan janin terasa pada usia kehamilan 20 minggu

4) Quickening pada usia kehamilan 16 – 20 minggu

5) Ballotement ada pada bulan ke 4 dan ke 5

h. Sexualitas

1) Berhentinya menstruasi

2) Perubahan respon / aktifitas seksual

3) Leukhorea

4) Peningkatan secara progresif ukuran uterus

5) Payudara membesar, hiperpigmentasi pada areola

6) Perubahan pigmentasi kloasma, lineanigra, palmaleritema,


spindernevi, strie gravidarum

7) Tanda-tanda hegar, chadwick positif

i. Interaksi social

1) Bingung atau meragukan perubahan peran yang diantisipasi

2) Tahap maturasi / perkembangan bervariasi dan dapat mundur


dengan stressor kehamilan

3) Respon anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan


mendukung sampai disfungsional

j. Penyuluhan/ Pembelajaran

Harapan individu terhadap kehamilan persalinan,


melahirkan tergantung pada usia, tingkat pengetahuan,
pengalaman, paritas, keinginan terhadap anak, dan keadaan
ekonomi
k. Pemeriksaan Diagnostik

1) Darah : Hb, golongan darah, skrening HIV, hepatitis

2) Skrening untuk TBC paru, tuberubela

3) Tes serum HSG

N. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :
1)Tampak rileks diantara kontraksi
2)Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
1) Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non
verbal.
2) Jelaskan penyebab nyeri.
3) ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan
tehnik pernapasan / relaksasi yang tepat dan masses pinggang
4) Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki,
punggung, tekanan sakral, perubahan posisi.
5) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas
simpisis untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok
syaraf.
6) Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola
kontraksi uterus setiap 30 menit.
7) Monitor vital sign.
2. Kala II :
a. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
aktif, penurunan masukan
Tujuan :
1) Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan
KH :
2) Tanda – tanda vital dalam batas normal.
3) Keluaran urine adekuat.
4) Membran mukosa kental.
5) Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
1) Ukur masukan dan keluaran.
2) Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
3) Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
4) Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
5) Atur posisi klien tegak atau lateral.
6) Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
3. Kala III :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan :
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
1) Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi
dengan nyerinya.
2) Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
3) Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
1) Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama
perbaikan luka.
2) Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
3) Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik
dan oleskan salep topikal.
4) Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang
hangat.
5) Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.

4. Kala IV :
a. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi
atau peningkatan perkembangan anggota keluarga.
Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan
dengan KH
1) Klien menggendong bayinya.
2) Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan
ikatan yang tepat.
Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan
memeriksa bayi.
2) Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi
serta membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
3) Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan
perilaku untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam
budaya khusus.
4) Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan
kekecewaan / kurang minat / kedekatan.
5) Anjurkan dan bantu pemberian ASI
Daftar Pustaka

Asrinah dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Fauziah, Siti. 2015. Keperawatan Maternitas. Jakarta: Kencana.
Purwoastuti, Th, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani.2015.Asuhan Kebidanan
Persalinan & Bayi Baru Lahir.Yogyakarta:PT.PUSTAKA BARU.
Rohani,2011.Asuhan Kebidanan Pada Masa Perslinan.Jakarta:Salemba Medika.
Setawati, Dewi. 2013. Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan. Makassar:
Alauddin University Press.
Sulisetyawati, A.2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba
Medika.
Wiknjosastro.2008.Buku Acuan Persalinan Normal.Jakarta:JNP-KR.

Anda mungkin juga menyukai