Anda di halaman 1dari 171

EFEKTIVITAS MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN

MENGENAL ANGGOTA TUBUH MANUSIA PADA ANAK AUTIS


KELAS 2 SD DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS BINA ANGGITA
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Ferina Kusumaningrum
NIM 11103244013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
OKTOBER 2015

i
ii
iii
iv
MOTTO

“Kau dapat mengajarkan sebuah pelajaran pada seorang siswa selama sehari,

tapi jika kau mengajarinya belajar dengan menciptakan keingintahuan, dia akan

lanjutkan proses belajarnya selama dia masih hdup”

(Clay. P. Bedford).

“ Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”

(Anonim).

v
PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Allah SWT dan Agamaku

2. Kepada kedua orangtua tercinta, Bapak dan Ibu saya terimakasih untuk

dukungannya.

3. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta

4. Nusa dan Bangsa.

vi
EFEKTIVITAS MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN
MENGENAL ANGGOTA TUBUH MANUSIA PADA ANAK AUTIS
KELAS 2 SD DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS BINA ANGGITA
YOGYAKARTA

Oleh:
Ferina Kusumaningrum
NIM. 11103244013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas media flashcard


terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh manusia pada anak autistik
kelas 2 SD di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Efektivitas
media flashcard dapat dilihat dari berkurangnya frekuensi kesalahan pada tes
mengenal anggota tubuh manusia oleh subjek setelah diberikan intervensi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian kuasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah
single subject research (SSR) dengan desain A-B-A’. Subjek penelitian adalah
satu siswa autistik kelas 2 Sekolah Dasar. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi, tes, dan dokumentasi. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan adalah panduan observasi dan instrumen
tes mengenal anggota tubuh manusia. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan
grafik .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media flashcard efektif terhadap
kemampuan mengenal anggota tubuh manusia pada anak autistik yang
ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi kesalahan pada tes mengenal
anggota tubuh manusia yang dilakukan oleh subjek setelah diberikan
intervensi. Adapun jumlah frekuensi kesalahan pada tes mengenal anggota
tubuh manusia pada baseline-1 (A) yaitu: A1=12, A2=12, A3=12, frekuensi
kesalahan dapat dikatakan stabil karena cenderung menetap. Frekuensi kesalahan
yang dilakukan subjek selama sesi intervensi (B) yaitu: B1=11, B2=8, B3=2,
B4=0, B5=0, sedangkan frekuensi kesalahan pada tes kemampuan mengenal
anggota tubuh manusia pada baseline-2 (A’) yaitu: A’1=2, A’2=1 dan
A’3=0. Efektivitas tersebut juga didukung oleh persentase overlap yang rendah
yaitu 0%. Perubahan level yang terjadi pada perbandingan kondisi intervensi
dengan baseline-2 (A’/B) untuk kemampuan mengenal anggota tubuh manusia
yaitu (+11).

Kata kunci: Media Flashcard, Mengenal Anggota Tubuh Manusia, Anak


Autistik.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah

diberikan selama ini, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Media

Flashcard terhadap Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh Manusia pada Anak

Autis Kelas 2 SD di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta” dapat

terselesaikan dengan baik.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan,

bimbingan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin

kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu dari masa awal studi sampai

dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Bapak Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang sangat membantu dalam

pembuatan tugas akhir skripsi ini.

5. Kepala Sekolah, Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian, pengarahan, dan kemudahan agar penelitian dan

penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.

viii
6. Ibu Anna Nur Anis selaku guru pembimbing di Sekolah Khusus Autis Bina

Anggita Yogyakarta yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Seluruh Guru dan karyawan Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta

atas dukungan dan semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini.

8. Siswa di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta yang telah

membantu penulis selama penelitian.

9. Ayahanda Sunarto, Ibunda Windu Pamungkas Murbaningrum, Adik-adikku

Amalia Desti Puspitasari dan Erwin Maulana Yusuf yang selalu memberikan

doa dan dukungan serta semangat selama menjalani masa kuliah hingga

terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat saya selama berada di Yogyakarta, Risma, Shelly, Iyes, Eva,

Atikah, Fera, Alif, Nana, Putri, Retno, Julia, Wikan, Rate, teman kerja dan

yang tidak saya sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan motivasi

untuk tetap semangat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, terima kasih atas

segala waktunya selama bersama.

11. Teman-teman PLB 2011 yang selalu mendukung dan memberikan semangat

serta doa sehingga terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

ix
x
DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

PERSETUJUAN................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv

MOTTO.................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN.................................................................................................. vi

ABSTRAK.............................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL................................................................................................ xv

DAFTAR GRAFIK.............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. ......... 9
C. Batasan Masalah................................................................................................. 10
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... ........ 10
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... ........ 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... ........ 11

xi
G. Batasan Istilah..................................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Anak Autistik ................................................................................ ......... 14


1. Pengertian Anak Autistik............................................................................... 14
2. Faktor Penyebab AnakAutistik...................................................................... 16
3. Karakteristik Anak Autistik ................................................................. ......... 17
B. Kajian Pembelajaran IPA tentang Mengenal Anggota Tubuh
Manusia pada Anak Autistik ..................................................................... ......... 21
1. Pengertian Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh Manusia ............. ......... 21
2. Pembelajaran IPA bagi Anak Autistik ................................................. ......... 23
C. Kajian Media Pembelajaran ...................................................................... ......... 24
1. Pengertian Media Pembelajaran ........................................................... ......... 24
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ........................................................... ......... 26
3. Kegunaan dan Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Belajar
Mengajar........................................................................................................ 30
D. Kajian tentang Media Flashcard......................................................................... 32
1. Pengertian Media Flashcard.......................................................................... 32
2. Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcard............................................... 34
3. Manfaat Media Flashcard............................................................................. 35
4. Langkah-Langkah Cara Penggunaan Media Flashcard................................ 36
5. Kriteria Pemilihan Media Flashcard............................................................. 38
6. Alasan Pemilihan Media Flashcard............................................................... 39
E. Penggunaan Media Flashcard dalam Pembelajaran IPA tentang
Mengenal Anggota Tubuh Manusia................................................................... 40
F. Penelitian yang Relevan..................................................................................... 44
G. Kerangka Pikir.................................................................................................... 45
H. Hipotesis Penelitian .................................................................................. ........ 48

xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian.............................................................................................. 49
B. Desain Penelitian............................................................................................... 50
C. Tempat danWaktu Penelitian .................................................................... ....... 53
D. Subjek Penelitian ...................................................................................... ....... 54
E. Variabel Penelitian............................................................................................ 55
F. Setting Penelitian ...................................................................................... ....... 56
G. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... ....... 57
H. Instrumen Penelitian ................................................................................. ....... 60
I. Prosedur Perlakuan ................................................................................... ....... 64
J. Teknik dan Analisis Data .......................................................................... ....... 69
K. Kriteria Keefektivan Media Flashcard............................................................. 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................................... 71


B. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................................. 75
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian......................................................................... 78
1. Deskripsi Baseline-1 tentang kemampuan mengenal anggota
tubuh manusia.............................................................................................. 78
2. Deskripsi pelaksanaan intervensi (saat pemberian treatment)..................... 83
3. Deskripsi Baseline-2 (kemampuan akhir tanpa diberikan
intervensi)..................................................................................................... 96
D. Deskripsi Hasil Analisis Data ......................................................................... 101
E. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................................... 111
F. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 118
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 119
B. Saran ............................................................................................................... 119

xiii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 121

LAMPIRAN.......................................................................................................... 124

xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian .......................................................... ....... 52
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ........................................................... ....... 5
Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Penggunaan Media Flashcard ........... ....... 59
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh pada
Anak Autis .......................................................................................... ....... 60

Tabel 5. Data Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota


Tubuh manusia Subjek MRD Pada Fase Baseline-.................................... 79

Tabel 6. Data Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota


Tubuh manusia Subjek MRD Pada Fase Intervensi ke-1.......................... 84

Tabel 7. Data Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota


Tubuh manusia Subjek MRD Pada Fase Intervensi ke-2……................... 86

Tabel 8. Data Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota


Tubuh manusia Subjek MRD Pada Fase Intervensi ke-3……................... 88

Tabel 9. Data Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota


Tubuh manusia Subjek MRD Pada Fase Intervensi ke-4……................... 90

Tabel 10. Data Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota


Tubuh manusia Subjek MRD Pada Fase Intervensi ke-5……................. 91

Tabel 11. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota
Tubuh manusia Subjek MRD Selama Fase Intervensi………................ 92

Tabel 12. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota
Tubuh manusia Subjek MRD Selama Fase Baseline-1 dan
Intervensi…………………………………………………….................. 94
Tabel 13. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota
Tubuh manusia Subjek MRD Selama Fase Baseline-2………................ 98

Tabel 14. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Pada Tes Mengenal Anggota
Tubuh manusia Subjek MRD Selama Fase Baseline-1,
Intervensi, dan Baseline-2……………………………………............... 99

xv
Tabel 15. Data Hasil Kemampuan Subjek MRD Pada Tes Mengenal
Anggota Tubuh manusia Subjek MRD Selama Fase Baseline-1,
Intervensi, dan Baseline-2……………………........................................ 101

Tabel 16. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Dengan


Aspek Mengenal Anggota Tubuh Manusia………………….................. 108

Tabel 17. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Dengan


Aspek Mengenal Anggota Tubuh Manusia…………………................. 109

xvi
DAFTAR GRAFIK

hal
Grafik 1. Frekuensi Kesalahan Mengenal Anggota Tubuh Manusia
Subjek MRD pada Fase Baseline-1............................................................ 81

Grafik 2. Frekuensi Kesalahan Mengenal Anggota Tubuh Manusia


Subjek MRD pada Fase Intervensi............................................................. 93

Grafik 3. Frekuensi Kesalahan Mengenal Anggota Tubuh Manusia


Subjek MRD pada Fase Baseline-1 dan Intervensi.................................... 94

Grafik 4. Frekuensi Kesalahan Mengenal Anggota Tubuh Manusia


Subjek MRD pada Fase Baseline-2........................................................... 98

Grafik 5. Frekuensi Kesalahan Mengenal Anggota Tubuh Manusia


Subjek MRD pada Fase Baseline-1, Intervensi dan
Baseline-2................................................................................................. 100

Grafik 6. Perkembangan Frekuensi Kesalahan Kemampuan


Mengenal Anggota Tubuh Manusia Subyek MRD Pada
Setiap Fase................................................................................................ 102

xvii
DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Desain Kerangka Pikir Mengenai Efektivitas Media Flashcard


Terhadap Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh
Manusia...............................................................................................…. 44

Gambar 2. Desain Penelitian A-B-A’ tentang Efektivitas Media Flashcard


Terhadap Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh
Manusia.................................................................................................... 50

xviii
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Isi Media Flashcard “ Mengenal Anggota Tubuh
Manusia”.................................................................................. 124

Lampiran 2. Instrumen Tes Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh


Manusia…………………………………………………...... 131
Lampiran 3. Panduan Observasi Pencatatan Kejadian............................... 133
Lampiran 4. Instrumen Uji Validitas Media Flashcard............................. 135
Lampiran 5. Surat Keterangan Konsultasi Ahli......................................... 136
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Subbag Pendidikan FIP UNY...... 137
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah daerah DIY................ 138

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten


Bantul.................................................................................... 139

Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari


Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta................. 140

Lampiran 10. Lembar Hasil Tes Kemampuan Mengenal Anggota


Tubuh Manusia dan Pencatatan Frekuensi Kesalahan........ 141

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Komponen-Komponen Pada Fase


Baseline-1, Intervensi, dan Baseline-2…………………..... 163

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Fase Intervensi.. 167


Lampiran 13. Soal Mengenal Anggota Tubuh.......................................... 170
Lampiran 14. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian…………………….. 173

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seluruh warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang

layak, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang

untuk mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik.

Setiap manusia membutuhkan pendidikan yang layak guna

mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya demi kelangsungan

hidupnya dalam bermasyarakat. Pendidikan menjadi kunci masa depan

bagi setiap individu, termasuk anak berkebutuhan khusus. Salah satu tipe

anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan gangguan autis. Anak

autistik merupakan anak yang mengalami permasalahan dalam interaksi

sosial, komunikasi dan perilaku. Berdasarkan hal tersebut, layanan

pendidikan juga harus diberikan kepada anak autistik agar dapat

menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.

Margareth Mahler dalam Safaria (2005:2), menyebut dengan

symbiotic psychotic children dengan gejala-gejala tidak dapat

mengembangkan self-object differentiation. Anak autistik ialah anak yang

mengalami gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi

cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain

(Safaria, 2005:2). Anak autistik merupakan anak yang mengalami

hambatan dalam hal berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

Hambatan-hambatan tersebut ditandai dengan munculnya perilaku, tanda-

tanda, dan gejala yang ditunjukkan anak autistik dalam kesehariannya.

1
Gejala dan perilaku yang muncul pada anak autistik di antaranya adalah

perilaku tantrum pada anak yang sering ditunjukkan anak (mengamuk,

menangis, berteriak-teriak, menggebrak meja) dan perilaku lain yang

sering muncul pada anak autistik di antaranya adalah menyakiti dirinya

sendiri, kontak mata belum terbentuk, konsentrasi anak yang masih

kurang, emosi anak yang tak terkendali, menyakiti orang lain. Berbagai

permasalahan yang dialami, menghambat anak autistik dalam menerima

dan menyerap informasi dari luar, terutama dalam proses pembelajaran di

kelas. Oleh karena itu, pemberian layanan pendidikan harus

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak autistik. Tujuan

pemberian layanan pendidikan ini adalah mengarahkan anak autistik

untuk mengenal dirinya sendiri dan lingkungan sekitar melalui

komunikasi dan interaksi yang intensif.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dipenuhi oleh anak autistik

dalam pembelajaran di Sekolah Luar Biasa yaitu mengenal anggota tubuh

manusia. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum yang digunakan guru

pada mata pelajaran IPA yaitu tentang pembelajaran mengenal anggota

tubuh manusia. Pengenalan anggota tubuh bagi anak autistik bertujuan

agar anak autistik dapat mengenal dirinya sendiri. Pada prinsipnya,

tujuan mengenalkan anggota tubuh pada anak autistik sama halnya

dengan mengenalkan anggota tubuh bagi anak-anak normal pada

umumnya. Menurut Budiono (2005: 15), pengenalan anggota tubuh

merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang karena

2
merupakan keseluruhan bagian dari anggota badan mulai dari kepala

yang terletak paling atas dan kaki yang terletak pada bagian bawah. Dari

pendapat tersebut dapat diartikan bahwa mengenal anggota tubuh

seperti mata, hidung, telinga, mulut, tangan, jari tangan dan kaki

sangat penting bagi anak, terutama bagi anak autistik yang belum dapat

mengenal anggota tubuh.

Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita

Yogyakarta, terdapat satu anak autistik di kelas 2 SD dengan inisial

MRD. Anak autistik ini memiliki permasalahan dalam mengenal

anggota tubuh manusia, yaitu anak tidak dapat atau sering keliru

menunjukkan anggota tubuh yang disebutkan oleh guru. Seperti, guru

menyebutkan “mata” dan menginstruksikan anak untuk menunjuk

anggota tubuh yang disebutkan oleh guru, tetapi anak belum mampu

menunjukkan anggota tubuh yang dimaksud dengan benar, anak menunjuk

dan memegang bagian tubuh yang lain. Kemampuan dasar yang sudah

dimiliki adalah anak sudah dapat diajak berkomunikasi. Hal tersebut

ditunjukkan saat siswa merespon intruksi atau sapaan yang diberikan oleh

guru saat pembelajaran berlangsung, walaupun terkadang tidak merespon

karena belum terbentuknya kontak mata siswa dengan baik. Anak sulit

melakukan kontak mata dengan guru hal tersebut ditunjukkan dengan

tatapan mata siswa yang melihat ke arah sekeliling ruang kelas saat

pelajaran akan dimulai. Perhatian siswa mudah beralih saat mengikuti

pelajaran, hal ini ditunjukkan ketika ada suasana gaduh atau hal lain yang

3
lebih menarik, sehingga anak memilih untuk mencari tahu tentang hal

yang menarik perhatiannya tersebut. Saat di dalam kelas anak sulit

dikondisikan untuk duduk dan berjalan-jalan mengelilingi kelas. Anak

dapat menyebutkan namanya sendiri, dan memahami bahwa dirinya

memiliki nama. Hal tersebut dapat dilihat dari “anak menoleh ketika

namanya dipanggil oleh guru”. Anak sudah mampu memahami beberapa

perintah sederhana seperti duduk, berdiri, ambilkan, samakan atau tirukan.

Fokus perhatian anak dalam mengerjakan tugas hanya lima menit. Setelah

itu anak keluar dari tempat duduk dan melakukan aktivitas lain, lalu duduk

lagi ketika guru meminta anak untuk duduk. Hal ini tentu menganggu

proses belajar di dalam kelas dan menghambat anak dalam memahami

materi yang disampaikan oleh guru termasuk materi mengenal anggota

tubuh manusia.

Informasi lain yang ditemukan peneliti pada proses observasi

dan wawancara dengan guru kelas yaitu anak sangat senang menggunakan

media yang berbasis visual. Hal tersebut dapat dilihat dari anak dapat

memusatkan perhatian ketika diberikan pembelajaran dengan

menggunakan gambar- gambar. Selain itu, anak dapat menyamakan

berbagai jenis benda namun kesulitan untuk menunjukkan benda yang

dimaksud oleh guru. Anak belum dapat mengidentifikasi benda-benda

yang ada disekitarnya, termasuk mengidentifikasi anggota tubuhnya

sendiri. Namun, anak mampu menirukan ucapan guru yang

menyebutkan anggota tubuh seperti mata, telinga, dan hidung. Tetapi,

4
jika diinstruksikan untuk memegang hidung secara mandiri, anak tidak

dapat memegang dengan benar. Proses pembelajaran mengenal

anggota tubuh manusia pada anak autistik sudah menggunakan

berbagai media seperti media ensiklopedia, buku bergambar, poster,

namun anak masih belum memahami materi mengenal anggota tubuh

manusia. Hal tersebut dikarenakan saat melihat media tersebut,

perhatian anak tidak terfokus pada salah satu bagian gambar yang

ditunjuk, sehingga pesan gambar yang terdapat pada media tersebut tidak

dipahami oleh anak dengan baik.

Dengan keterbatasan yang dimiliki anak autistik yaitu salah

satunya sulitnya memusatkan perhatian yang menyebabkan anak sulit

berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran, maka dibutuhkan suatu media

yang menarik dan disukai oleh anak agar memudahkannya dalam proses

belajar. Dalam penyampaian pembelajaran, guru sekurang-kurangnya

dapat menggunakan media yang murah dan efisien meskipun sederhana,

tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan. Hasil observasi, peneliti sering mengamati anak

autistik yang cenderung senang saat melihat guru memberikan materi

dengan media yang berbasis visual. Hal tersebut menjadi alasan bagi

peneliti untuk menggunakan media flashcard.

Penelitian sebelumnya menggunakan media flashcard telah

dilakukan oleh Siti Ainun Khoiriyah (2013) yang menggunakan media

flashcard untuk meningkatkan penguasaan mufradat siswa kelas VII A

5
MTs N Ngemplak Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa media flashcard dapat meningkatkan

penguasaan mufradat siswa kelas VII A MTs N Ngemplak Sleman

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian lainnya yaitu dilakukan

oleh Ardi Bangkit Purwoko (2012) yang menggunakan media flashcard

juga untuk meningkatkan penguasaan vocabulary Bahasa Inggris siswa

kelas 2 SDN Salatiga 06 Kota Salatiga. Pada Penelitian tersebut juga

menunjukkan adanya pengaruh media flashcard dalam meningkatkan

penguasaan vocabulary Bahasa Inggris siswa.

Media flashcard dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat

ingatan. Dengan berbasis visual, media flashcard dapat menumbuhkan

minat siswa dan memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan

dunia nyata. Seperti yang disebutkan Levie & Levie (dalam Azhar Arsyad,

2006:9) bahwa belajar melalui stimulus gambar atau visual membuahkan

hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,

mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan

konsep. Aaron & Gitten dalam Joko Yuwono (2012: 12) berpendapat

tentang beberapa poin yang berharga dari kondisi tentang anak autistik

tentang good rote memory yaitu bahwa “beberapa anak-anak dengan

gangguan autistik menunjukkan prestasi yang luar biasa dalam mengingat

dan belajar hafalan. Pada kasus-kasus tertentu anak autistik mungkin dapat

mengingat nama-nama kota atau nama-nama tempat, atau bahkan urutan

arah jalan saat berpergian ke tempat tertentu, nomor telepon, dan peta

6
hanya dengan melihat beberapa kali saja (visual learner)”. Hal tersebut

menunjukkan bahwa anak autistik lebih mudah menangkap informasi

melalui media yang bersifat visual.

Berdasarkan permasalahan dan hasil penelitian yang dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai penggunaan media visual

seperti flashcard, peneliti menggunakan media untuk proses belajar

yaitu media flashcard untuk mengenal anggota tubuh manusia. Media

flashcard ini telah disesuaikan dengan dengan gaya belajar anak autistik

yaitu dengan menggunakan unsur visual dalam proses belajar mengenal

anggota tubuh manusia. Selain itu penggunaan warna yang mencolok

juga dapat membantu siswa dalam menangkap dan menarik perhatiannya

saat menerima materi yang diberikan.

Media flashcard terdiri dari unsur gambar dan kata agar anak

autistik lebih mudah memahami pesan atau informasi yang ditampilkan

pada kartu tersebut. Tampilan media flashcard yang dibuat merupakan

gabungan dari gambar bagian anggota tubuh dan tulisan nama dari bagian

anggota tubuh tersebut. Gambar bagian anggota tubuh tersebut terdiri dari

11 bagian anggota tubuh manusia yang meliputi bagian mata, hidung,

mulut, rambut, telinga, gigi, lidah, kepala, tangan, jari tangan, dan kaki.

Selain itu ada juga gambar tentang cara merawat bagian anggota tubuh

seperti yang disebutkan tadi. Pengenalan anggota tubuh manusia pada

anak autistik ini disesuaikan kurikulum yang digunakan, sebagaimana

yang telah dijabarkan mengenai materi mengenal anggota tubuh manusia

7
pada anak autistik oleh BNSP, 2006 tentang Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar

Penggunaan media flashcard pada anak autistik difokuskan

pada bagian materi dan latihan. Penyajian materi dilakukan sebanyak 3

kali. Hal ini bertujuan agar anak autistik dapat menyerap informasi

yang dilakukan secara berulang. Dengan memperhatikan penyajian

materi pada media flashcard, anak autistik dapat belajar mengenal

anggota tubuh secara berulang ulang, sehingga anak memahami materi

tersebut. Pada pengulangan ini, ditampilkan gambar anggota tubuh.

Misalnya: menampilkan gambar anggota tubuh bagian mata dan

keterangan dalam bentuk kata “mata” yang diulangi sebanyak 3 kali.

Penyajian materi yang melibatkan indra penglihatan diharapkan agar

dapat meningkatkan efektivitas media flashcard terhadap kemampuan

mengenal anggota tubuh manusia pada anak autistik.

Berdasarkan penjabaran di atas, media flashcard diasumsikan

efektif serta dapat meningkatkan kemampuan belajar maupun motivasi

belajar pada anak. Maka efektivitas media flashcard terhadap kemampuan

mengenal anggota tubuh manusia pada anak autistik perlu dibuktikan

melalui sebuah penelitian. Oleh karena itu, peneliti melakukan

penelitian, guna mengetahui efektivitas media flashcard terhadap

kemampuan mengenal anggota tubuh pada anak autistik kelas 2 SD di

Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Penelitian ini penting

dilakukan, untuk menguji tingkat efektivitas media flashcard yang

8
ditandai dengan meningkatnya kemampuan anak autistik dalam

mengenal anggota tubuh manusia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai referensi dalam penggunaan media pembelajaran mengenai

materi mengenal anggota tubuh manusia bagi anak autistik yang

memiliki karakteristik dan kebutuhan yang sama dengan subjek dalam

penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang,

identifikasi permasalahan yang terkait dengan anak autis dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Kontak mata siswa belum terbentuk dengan baik sehingga kurang

dapat memperhatikan materi anggota tubuh yang disampaikan guru.

Hal tersebut ditunjukkan dengan tatapan mata siswa yang melihat ke

arah sekeliling ruang kelas saat pelajaran akan dimulai.

2. Anak autistik memiliki gaya belajar visual learner, sehingga

membutuhkan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya

belajarnya dalam materi mengenal anggota tubuh manusia.

3. Siswa belum menguasai materi mengenal anggota tubuh manusia pada

pelajaran IPA, hal tersebut ditunjukan sering kelirunya menyebutkan

nama bagian tubuh saat diminta menyebutkan bagian tubuh yang

ditunjuk oleh guru.

9
4. Belum diketahuinya efektivitas media flashcard sebagai media untuk

mengenalkan anggota tubuh manusia pada anak autistik kelas 2 SD di

Sekolah Khusus Autis Bina Anggita dalam mata pelajaran IPA.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah,

peneliti membatasi masalah pada nomor 2, 3, 4 yaitu anak autistik belum

menguasai materi tentang mengenal anggota tubuh manusia sehingga

membutuhkan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak

dalam materi mengenal anggota tubuh manusia, dan belum diketahuinya

efektivitas media flashcard sebagai media untuk mengenalkan anggota

tubuh manusia pada anak autistik kelas 2 SD di Sekolah Khusus Autis

Bina Anggita Yogyakarta dalam mata pelajaran IPA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat

dirumuskan menjadi: “apakah media flashcard efektif terhadap

kemampuan mengenalkan anggota tubuh manusia pada anak autistik kelas

2 SD di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan

media flashcard terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh manusia

pada anak autistik kelas 2 SD di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita

Yogyakarta.

10
F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis bagi Guru, Anak, dan Sekolah

a) Bagi Guru:

Dapat menambah pengalaman bagi guru tentang penggunaan media

flashcard dalam mengenalkan anggota tubuh manusia pada anak

autistik sesuai karakteristiknya.

b) Bagi Anak:

Bagi anak diharapkan terjadinya pengaruh dalam kemampuan

mengenal anggota tubuh manusia, sehingga dapat mencapai

indikator pembelajaran IPA.

c) Bagi Sekolah:

Sebagai bahan pertimbangan penetapan kebijakan pelaksanaan

pembelajaran IPA yang menarik dalam upaya mengenalkan

anggota tubuh manusia pada anak autis.

2. Manfaat Teoritis bagi Pendidikan Luar Biasa

a) Diharapkan hasil penelitian ini sebagai salah satu informasi awal

yang dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan Pendidikan

Luar Biasa dalam bidang pembelajaran.

G. Batasan Istilah

1. Media Flashcard

Flashcard merupakan suatu media visual dalam bentuk kartu

permainan yang biasanya berukuran 8 cm x 12 cm, 25 cm x 30 cm,

atau disesuaikan dengan kebutuhan kelas, berisi gambar-gambar serta

11
tulisan kata dari gambar tersebut, yang mana antara gambar yang satu

dengan yang lainnya saling berkaitan.

2. Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh Manusia

Kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi dan memahami

bagian-bagian anggota tubuh manusia. Anggota tubuh memiliki

bagian-bagian dari ujung kepala hingga ujung kaki seperti: rambut,

mata, telinga, hidung, mulut, tangan, kaki, dan sebagainya.

Pengenalan anggota tubuh merupakan hal yang sangat penting bagi

seseorang karena merupakan keseluruhan bagian dari anggota badan

mulai dari kepala yang terletak paling atas dan kaki yang terletak pada

bagian bawah yang masing-masing memiliki susunan yang bermacam-

macam dan melaksanakan fungsinya masing-masing dan anggota

tubuh merupakan anggota badan seluruhnya atau segenap bagian

manusia yang berupa benda yang terlihat.

3. Anak Autistik

Autisme adalah suatu gangguan pada individu yang seolah-olah

hidup di dunianya sendiri, mereka menghindari atau tidak merespon

kontak sosial dan lebih senang menyendiri, serta memiliki kesulitan

atau hambatan dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

Adanya gangguan tersebut pada anak menghambatnya dalam

menyerap informasi dari lingkungan, termasuk dalam

pembelajaran. Anak autistik ini belum mampu mengidentifikasi

anggota tubuh., mempunyai kesulitan dalam mengenal anggota tubuh

12
manusia pada mata pelajaran IPA, sehingga membutuhkan pembinaan

belajar untuk membantu anak dalam mengingat nama, fungsi, dan cara

merawat anggota tubuh manusia dengan baik.

13
BAB II:
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Anak Autistik

1. Pengertian Anak Autistik

Autisme berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti “sendiri”,

anak autisme seolah-olah hidup di dunianya sendiri, mereka menghindari

atau tidak merespon kontak sosial dan lebih senang menyendiri. Walaupun

autisme sudah ada sejak dahulu, istilah autisme baru diperkenalkan oleh

Leo Kanner pada tahun 1943.

Sedangkan menurut Individual with Disabilitis Education

Act/IDEA (Hallahan dan Kauffman, 2009:425) mendefinisikan autism

sebagai berikut:

A developmental disbility affecting verbal and nonverbal


communication and social interaction, generally evidence before
age 3, that affect a child’s performance. Other characteristics often
associated with autism are engagement in repetitive activities and
stereotype movement, resistanced to environmental change or
change in daily routines, and unusual responses to adversely
affected primaly because the child has serious emotional
disturbance.

Berdasarkan pengertian tersebut, autisme dapat dikatakan sebagai

gangguan perkembangan pada komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi

sosial yang secara umum terjadi sebelum usia tiga tahun. Karakteristik lain

yang sering muncul pada anak autistik adanya keterikatan dengan aktivitas

repetitif dan stereotip (aktivitas pengulangan tindakan atau perilaku),

menolak pada perubahan aktivitas sehari-hari dan respon yang tidak biasa

karena anak autistik memiliki masalah emosi yang serius. Secara garis

14
besar anak autistik mengalami gangguan komunikasi, interaksi sosial dan

juga pola perilaku.

Margareth Mahler dalam Safaria(2005:2) menyebut dengan

symbiotic psychotic children dengan gejala-gejala tidak dapat

mengembangkan self-object differentiation. Anak autistik ialah anak yang

mengalami gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi

cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain

(Safaria, 2005:2).

Pendapat lain bahwa autistik merupakan gangguan perkembangan

neurobiologis yang sangat kompleks atau berat dalam kehidupan yang

panjang, yang meliputi gangguan pada aspek interaksi sosial, komunikasi

dan bahasa, dan perilaku serta gangguan emosi dan persepsi sensori

bahkan pada aspek motoriknya. Gejala autistik muncul pada usia sebelum

3 tahun (Joko Yuwono, 2012:26).

Pendapat lain lagi yang dikemukakan oleh (Sunu dalam Abiyu

Mifzal, 2012: 1-2) bahwa:

“Autisme merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh


kembang, berupa sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-
syaraf tertentu yang menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara
normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan
komunikasi dan kemampuan interaksi sosial seseorang. Gejala-
gejala autis terlihat dari adanya penyimpangan dan ciri-ciri tumbuh
kembang anak secara normal”.

Berdasarkan kajian menurut para ahli di atas, maka disimpulkan

autisme merupakan suatu gangguan perkembangan sistem saraf pusat

yang ditemukan pada sejumlah anak masa kanak-kanak hingga masa-masa

15
sesudahnya, hal tersebut membuat seseorang yang menyandangnya tidak

mampu menjalin hubungan sosial secara normal bahkan tidak mampu

untuk menjalin komunikasi dua arah, serta memiliki kesulitan atau

hambatan dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

2. Faktor Penyebab Anak Autistik

Secara spesifik faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi

autistik belum ditemukan secara pasti, meskipun secara umum ada

kesepakatan di dalam lapangan yang membuktikan adanya keragaman

tingkat penyebabnya. Hal ini termasuk bersifat genetik, metabolik dan

gangguan syaraf pusat, infeksi pada masa hamil (rubella), gangguan

pencernaan hingga keracunan logam berat. Struktur otak yang tidak

normal seperti hydrocephalus juga dapat menyebabkan anak autistik.

Menurut Joko Yuwono (2012: 32) menyebutkan, selain hal-hal di

atas ada dugaan bahwa anak autistik disebabkan oleh faktor lingkungan

misalnya vaccinations. Beberapa orang tua melaporkan bahwa anaknya

tetap normal perkembangannya setelah diberikan vaccinations, tetapi ada

juga orang tua yang melaporkan bahwa ada perubahan yang kurang

menguntungkan setelah anaknya diberikan vaccinations.

Dugaan penyebab lainnya adalah perilaku ibu pada masa hamil

yang sering mengkonsumsi seafood. Jenis makanan ini mengandung

mercury yang sangat tinggi karena adanya pencemaran air laut. Selain itu

adanya kekurangan mineral yang penting seperti zinc, magnesium, iodine,

lithium, and potassium. Pestisida dan racun yang berasal dari lingkungan

16
yang belum diketahui dengan pasti. Bagian lain yang menarik dan perlu

mendapat perhatian adalah berpangkal dari ketidaktahuan para orang tua

tentang autistik itu sendiri.

Menurut Joko Yuwono (2012: 33) berpendapat bahwa beberapa

ciri-ciri anak autistik sebenarnya dapat dideteksi sejak dini, setidaknya

dicurigai sebagai perilaku autistik pada masa tahun-tahun pertama. Ketika

anak berusia 3 tahun dan menunjukkan ciri-ciri perilaku autistik, orang tua

menduga disebabkan oleh kebiasaan nonton tv, diacuhkan oleh

pengasuhnya, semua kebutuhan anak dilayani tanpa perlu belajar

mengekspresikan keinginannya (baik bersifat verbal maupun non verbal),

bermain sendiri dan hubungan antara orang tua dengan anak yang kurang

berkualitas. Hal ini bukan merupakan penyebab utama. Tetapi pada bagian

ini diduga sebagai faktor yang melengkapi dan memperkuat atau memicu

semakin kokohnya perilaku autistik itu hadir.

3. Karakteristik Anak Autistik

Hadis (2006: 47) mendeskripsikan karakteristik anak autistik

berdasarkan jenis masalah atau gangguan yang dialami oleh anak autistik.

Ada 6 jenis masalah atau gangguan yang dimiliki oleh anak autistik, yaitu

masalah komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, gangguan pola

bermain, gangguan perilaku, dan gangguan emosi. Keenam jenis masalah

atau gangguan ini, masing-masing memiliki karakteristik.

1. Masalah/gangguan di bidang komunikasi, dengan karakteristik yang

nampak pada anak autistik berupa:

17
a. Perkembangan bahasa anak autistik lambat atau sama sekali
tidak ada. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah
berbicara lalu kemudian hilang kemampuan berbicara.
b. Kadang-kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
c. Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan bahasa
yang tidak dapat di mengerti oleh orang lain.
d. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi. Senang meniru
atau membeo.
e. Bila senang meniru, dapat menghafal kata-kata atau nyanyian
yang didengar tanpa mengerti artinya.
f. Sebagian dari anak autistik tidak dapat berbicara (bukan kata-
kata) atau sedikit bicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
g. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa
yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.

2. Masalah/gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik

berupa:

a. Anak lebih suka menyendiri.


b. Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau
menghindari tatapan muka atau mata dengan orang lain.
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang
sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya.
d. Bila diajak bermain, anak autistik itu tidak mau dan menjauh.

3. Masalah/gangguan dibidang sensori, dengan karakteristik berupa :

a. Anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka


dipeluk.
b. Anak autistik bila mendengar suara keras langsung menutup
telinga.
c. Anak autistik senang mencium-cium, menjilat mainan atau
benda-benda yang ada di sekitarnya.
d. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.

4. Masalah/ gangguan dibidang pola bermain, dengan karakteristiknya

berupa:

a. Anak autistik tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.


b. Anak autistik tidak suka bermain dengan anak atau teman
sebayanya.
c. Anak autistik tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki
imajinasi.

18
d. Anak autistik tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya
sepeda dibalik dan rodanya diputar-putar.
e. Anak autistik senang terhadap benda-benda yang berputar
seperti kipas angin, roda sepeda, dan jenisnya.
f. Anak autistik sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang
dipegang terus dibawa kemana-mana.

5. Masalah/gangguan di bidang perilaku, dengan karakteristiknya berupa:

a. Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif


(hiperaktif) dan berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
b. Anak autistik memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau
merangsang diri sendiri seperti begoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung.
c. Berputar-putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau
berjalan dengan bolak-balik, dan melakukan gerakan yang
diulang-ulang.
d. Anak autistik duduk bengong dengan tatapan kosong.

6. Masalah/gangguan di bidang emosi, dengan karakteristiknya berupa:

a. Anak autistik sering marah-marah tanpa alasan yang jelas,


tertawa-tawa, dan menangis tanpa alasan.
b. Anak autistik dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau
tidak diberikan keinginannya.
c. Anak autistik kadang agresif dan merusak.
d. Anak autistik kadang menyakiti dirinya sendiri.
e. Anak autistik tidak memiliki empati dan tidak mengerti
perasaan orang lain yang ada di sekitarnya.
Menurut Hallahan & Kauffman (2006: 399-400) beberapa

karakteristik anak autistik dapat diamati sesuai dengan permasalahan

yang dihadapi, diantaranya yaitu gangguan dalam interaksi sosial,

gangguan komunikasi, perilaku repetitive dan stereotip, serta

kekurangan dalam kemampuan kognitif dan beberapa masalah dalam

persepsi.

Menurut Jamila K. A Muhammad (2007: 107), mengatakan

“Beberapa anak autistik bersifat hyperresponsive dan hyporesponsive

19
terhadap stimulus. Sensitif secara visual, sangat sensitif ketika terkena

cahaya, dan ketika disentuh”.

Menurut Andri Priyatna (2010: 166), anak autistik memiliki

karakteristik yaitu” Mengalami kesulitan dalam interaksi sosial,

bermasalah dengan komunikasi verbal dan nonverbal, tampilnya perilaku

repetitive atau tampilnya interest yang sempit atau obsesif pada suatu

obyek tertentu”

Berdasarkan karakteristik anak autistik yang dikemukakan oleh

beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anak autistik

mengalami kesulitan dalam beberapa aspek, yaitu aspek komunikasi,

interaksi sosial dan perilaku. Anak autistik sangatsulit untuk melakukan

kontak mata dengan orang lain, bercakap-cakap atau bermain dengan

teman sebaya. Kesulitan yang dialami oleh anak autistik

menyebabkan anak autistik mengalami hambatan dalam menerima dan

menyerap informasi dari orang lain dan lingkungan sekitar, terutama

menghambat anak autistik dalam pembelajaran di sekolah. Anak autistik

juga ditandai dengan kesulitan dalam memahami informasi secara

verbal dan cenderung menyerap informasi melalui visual (dalam bentuk

gambar). Materi belajar yang diberikan disesuaikan dengan karakteristik

dan kebutuhan belajar anak. Karakteristik anak autistik yang menjadi

subjek penelitian adalah anak dengan kesulitan melakukan kontak

mata, fokus dan perhatian sangat cepat beralih. Anak mampu

mengeluarkan suara, artinya memiliki modal dalam berkomunikasi

20
secara verbal jika terus menerus dilatih dan dibiasakan dalam

pembelajaran memahami objek yang ada disekitarnya. Pemberian

materi belajar yang diberikan dapat dibantu dengan menggunakan

media sesuai dengan karakteristik, kebutuhan serta tujuan yang ingin

dicapai.

B. Kajian Pembelajaran IPA tentang Mengenal Anggota Tubuh


Manusia pada Anak Autistik

1. Pengertian Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh Manusia

Menurut Nur Azman (2013:454) tubuh merupakan keseluruhan

jasat manusia atau binatang yang terlihat dari ujung kaki hingga ujung

rambut. Anggota tubuh memiliki bagian-bagian seperti kepala ada

rambut, telinga, mata, hidung, mulut, kemudian ada tangan dan kaki.

Setiap anggota tubuh memiliki fungsi dan cara perawatannya masing-

masing.

Kemampuan mengenal anggota tubuh manusia merupakan

kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi dan memahami bagian-

bagian anggota tubuh manusia. Anggota tubuh memiliki bagian-bagian

dari ujung kepala hingga ujung kaki seperti: rambut, mata, telinga,

hidung, mulut, tangan, kaki, dan sebagainya. Pengenalan anggota tubuh

merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang karena merupakan

keseluruhan bagian dari anggota badan mulai dari kepala yang terletak

paling atas dan kaki yang terletak pada bagian bawah yang masing-masing

memiliki susunan yang bermacam-macam dan melaksanakan fungsinya

21
masing-masing dan anggota tubuh merupakan anggota badan seluruhnya

atau segenap bagian manusia yang berupa benda yang terlihat.

Dalam kajian pembelajaran mengenal anggota tubuh manusia,

materi tersebut terdapat pada mata pelajaran Ilmu Pengtahuan Alam untuk

tingkat Sekolah Dasar kelas I yang memuat Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar sebagai berikut:

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA

Kelas I Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Makhluk Hidup dan Proses
Kehidupann
1. Mengenal anggota tubuh dan 1.1 mengenal bagian-bagian tubuh
kegunaanya, serta cara dan kegunaannya, serta cara
perawatannya perawatannya
BNSP, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SLB

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan

peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan yang

difasilitasi oleh guru. Kemampuan yang hendak dicapai yaitu siswa

diharapkan mampu mengenal bagian-bagian tubuhnya dan mengetahui

fungsi serta cara perawatannya.

22
2. Pembelajaran IPA bagi Anak Autistik

Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip saja.

Untuk itu, pendidikan IPA yang dibelajarkan kepada peserta didik tentang

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, selanjutnya pelajaran tentang

diri sendiri dan alam sekitar itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

Pembelajaran pengetahuan alam bagi anak autistik mendasarkan

pada fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar itu, proses

pembelajarannya diintegrasikan dengan pembelajaran bidang studi

lainnya. Bidang studi tersebut yang terkait dengan persiapan kehidupan di

masa dewasa. Untuk itu, bentuk pembelajarannya dapat dengan model

pembelajaran kecakapan hidup. Hal itu didasari suatu pendapat “ science

and social studies should be recognized as basic subjects that have major

life skill implications” yang di kemukakan oleh Cronin & Patton

(Polloway & Patton, 1993: 332). Berdasarkan pendapat tersebut bahwa

bidang studi alam dan sosial diakui sebagai dasar implikasi keterampilan

hidup yang pokok. Implikasi pada keterampilan hidup itu yang tepat

model pembelajarannya bertema tentang kecakapan hidup yang erat

kaitannya dengan pembelajaran bina diri. Program bina diri merupakan

program yang dipersiapkan agar anak autistik mampu menolong dirinya

sendiri dalam bidang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk

23
memenuhi kebutuhannya diri sendiri, dalam hal ini yaitu tentang cara

merawat anggota tubuhnya sendiri dengan baik dan mengfungsikan

anggota tubuhnya sesuai dengan fungsinya.

C. Kajian Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Sebelum membahas lebih jauh mengenai media, berikut pengertian

dari media. Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak

dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara

atau pengantar. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap dalam pengertian ini, guru, buku

teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal, Azhar

Arsyad (2006:3).

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu

unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang

dibawanya (message/software). Dengan demikian media pembelajaran

memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting

bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan

oleh media tersebut. Perangkat lunak (software) adalah informasi atau

24
bahan ajar itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan

perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan

untuk menyajikan pesan atau bahan ajar tersebut.

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007:7) media

pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin

disampaikan adalah sebagai pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin

dicapai ialah proses pembelajaran.

Pengertian lain dikemukakan oleh Gagne dan Briggs (dalam

Arsyad, 2002). Mereka mengemukakan bahwa media pembelajaran

meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaran yang diantaranya terdiri atas buku, kertas, tape recorder, video,

televisi, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber

belajar atau peralatan fisik yang mengandung materi pembelajaran di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Dari berbagai pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa media

pembelajaran merupakan alat bantu yang sangat penting dan bermanfaat

bagi siswa dan pendidik dalam kegiatan proses belajar mengajar. Karena

penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa belajar dengan

lebih baik, serta terangsang untuk memahami objek yang tengah diajarkan

dalam bentuk komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Alat ini

mencakup semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk

menerapkan pembelajaran dan memfasilitasi prestasi siswa untuk meraih

tujuan pembelajaran khususnya dalam penelitian ini yaitu membantu

25
dalam proses pembelajaran tentang mengenalkan anggota tubuh manusia

pada siswa autis.

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Dina Indriana (2011:61) mengemukakan beberapa jenis

media yang digunakan dalam proses belajar mengajar diantaranya:

a) Media grafis

Media grafis adalah media visual yang menyajikan suatu ide dan

gagasan melalui kata-kata, kalimat, angka, dan berbagai simbol atau

gambar. Media ini berfungsi menyalurkan pesan dari sumber pesan ke

penerima pesan.

Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas

sajian ide, dan mengilustrasikan fakta yang cepat dilupakan jika tidak

divisualisasikan. Selain itu media grafis juga sederhana dalam

pembuatannya dan harganya juga terjangkau. Adapun jenis-jenis

media grafis sebagai berikut:

1. Flashcard

Menurut Azhar Arsyad (2006:119) flashcard merupakan

media pembelajaran berupa kartu kecil yang berisi gambar,

teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun

siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

Flashcard biasanya berukuran 8x12 cm atau dapat disesuaikan

dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu tersebut

menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk

26
memberikan respon yang diinginkan, misalnya mengenalkan

anggota tubuh manusia kepada anak autis.

2. Diagram

Diagram merupakan suatu gambar sederhana yang

dirancang untuk melihat hubungan timbal balik melalui garis-

garis. Diagram lebih sulit dibaca daripada bagan, karena

diagram hanya berupa sebuah garis-garis, sedangkan bagan

biasannya sebuah garis-garis dan simbol, Nana Sudjana

(2005:23).

3. Poster

Suatu gambar yang mengkombinasikan unsur-unsur visual

seperti garis, gamnbar, kata-kata, dengan tujuan menarik

perhatian dan mengkomunikasikan pesan secara singkat.

Dalam proses pembelajaran, poster digunakan untuk

mengenalkan suatu topik atau materi baru..

b) Media Proyeksi Diam

1. OHP (Overhead Projector)

OHP adalah salah satu jenis alat yang digunakan untuk

memproyeksikan objek yang tembus cahaya ke permukaan layar.

Alat ini digunakan oleh pengajar sebagai pengganti papan tulis.

Salah satu kelebihan OHP adalah seorang guru dapat

mempersiapkan materi pelajaran sebelumnya sehingga jam

mengajar dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

27
2. Slide

Slide merupakan suatu gambar transparan dalam bentuk

kecil yang bersifat individual, dalam arti dipertunjukkan satu-

persatu, Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007:17). Slide atau film

bingkaiterbuat dari film yang positif kemudian diberi bingkai yang

terbuat dari karton atau plastik.

3. Film Strip

Film strip merupakan satu rol film transparan 35mm, yang

berisi serangkaian gambar mati yang saling berkaitan. Film ini

ditunjukkan melalui pesawat proyektor yang dipantulkan pada

sebuah layar, Sri Anitah (2009:34).

c) Media Audio

Media audio adalah media yang bentuk sarana penyampaiannya,

pembawa, dan pengantar pesannya ditangkap melalui indra pendengar.

Macam-macam media audio yaitu:

1. Radio

Radio merupakan media audio yang penyampaian pesannya

dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari

suatu pemancar. Penggunaan radio di dalam kelas membutuhkan

pengkondisian waktu dan siaran yang sesuai dengan materi yang

diajarkan.

28
2. CD (Compact Disk)

Media perekam yang menggunakan pita magnetik dalam

bentuk kaset ataupun menggunakan compact disk yang hanya

menghasilkan audio tanpa ada gambarnya. Kelebihan dari media

ini adalah dapat diputar berulang kali sesuai dengan kebutuhan

siswa.

d) Media Audio Visual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan

gambar. Artinya media ini didapatkan dari hasil penggabungan antara

audio dan visual. Oleh karena itu media tersebut tidak hanya

mengandalkan indra pendengaran, tetapi juga indra penglihatan.

Macam-macam media audiovisual:

1. Televisi

Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan

secara audio visual dan gerak. Media ini merupakan media

audiovisual yang mana penyampaian pesannya melalui

pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu stasiun,

kemudian pesan tersebut diterima oleh pemirsa melalui

pesawat televisi.

2. Film

Film merupakan media audiovisual yang mana dari media

tersebut dapat meluncur serangkaian gambar diam secara cepat

29
dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan

gerak.

3. Kegunaan dan Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Belajar

Mengajar

Secara umum, sebagaimana disebutkan oleh Arief (2006:17),

media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

a) Memperjelas penyajian agar tidak terlalu bersifat verbalistik


(dalam bentuk kata tertulis atau lisan), b) mengatasi keterbatasan
ruang, waktu, dan daya indera, c) dengan menggunakan media
pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif
peserta didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
menimbulkan gairah atau semangat belajar, memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan
lingkungan dan kenyataan, memungkinkan peserta didik belajar
mandiri menurut kemampuan dan minatnya, memudahkan untuk
menggali informasi yang dibutuhkan.

Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dalam proses

belajar mengajar sangat urgen sekali untuk menghadirkan pembelajaran

yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan terutama untuk belajar

pengenalan suatu konsep termasuk pada pembelajaran mengenalkan

anggota tubuh manusia pada siswa autistik.

Levie & Lentz (dalam Azhar Arsyad, 2006: 17) mengemukakan

empat fungsi media pembelajaran yaitu:

1) fungsi atensi yakni menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk


berkonsentrasi kepada pelajaran yang berkaitan dengan makna yang
ditampilkan atau menyertai teks pelajaran, 2) fungsi afektif yakni
media visual terlihat dari tingkat kenikmatan dan rasa senang siswa
ketika belajar atau membaca teks yang bergambar, 3) fungsi kognitif
yakni media visual dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk

30
memahami dan meningkatkan informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar, 4) fungsi kompensatoris yakni media visual yang dapat
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat dalam menerima
dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal.
Berdasarkan kajian di atas disimpulkan bahwa pemilihan media

pembelajaran perlu menimbang dari segi jenis, fungsi dan

kebermanfaatannya. Menurut profesor Ely ( Arief S. Sadiman, dkk

2006: 85) mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas

dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem

instruksional secara keseluruhan. Karena itu, dan meskipun tujuannya

sudah diketahui, faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi

belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan

sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, pemilihan media yang

digunakan dalam pembelajaran mengenal anggota tubuh manusia pada

anak autistik dalam penelitian ini adalah: a). Penyesuain media

dengan karakteristik siswa, b). Rangsangan yang digunakan berbasis

visual. Adanya rangsangan dengan melibatkan indera seperti penglihatan,

dapat meningkatkan efektivitas dari suatu media. Memasuki era yang

serba canggih, teknologi informasi yang sudah sangat berkembang

dengan cepat juga menuntut guru serta siswa untuk lebih kreatif dan tidak

tertinggal. Sudah banyak guru yang menggunakan media ini dalam

pembelajaran. Selain karena menarik, biaya pembuatan juga tidak

mahal, karena sudah banyak ahli yang membuat media pembelajaran

31
berbasis visual yang memudahkan guru sebagai media pembelajaran

yang dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran.

Berkaitan dengan keadaan siswa dalam hal ini adalah anak

autistik, pemilihan media harus sesuai dengan karakteristik dan

kebutuhan anak autistik. Menurut Yosfan Azwandi (2005: 166) anak

autistik membutuhkan modalitas indera supaya dapat menerima

informasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan sifat media flashcard

yang memiliki unsur pengulangan. Hal ini sesuai dengan karakteristik

anak autistik yang dapat belajar efektif jika diulangi lagi. menurut

Rudi Sutanti (2000: 75) pengulangan merupakan suatu metode

penting untuk anak autistik. Informasi atau konsep tertentu akan

diterima dengan efektif apabila diberikan secara berulang, demi

memaksimalkan hasil belajar anak autistik. Penggunaan media flashcard

juga dapat meningkatkan perhatian anak. Hal ini juga sesuai dengan

karakter anak autistik yang tidak dapat memusatkan perhatian dalam

waktu yang lama/ perhatian mudah beralih sehingga diperlukan suatu

media yang dapat menarik perhatian anak

D. Kajian tentang Media Flashcard

1. Pengertian Media Flashcard

Merurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007: 93) flashcard

adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran

25x30 cm. Gambar-gambarnya dibuat menggunakan tangan atau foto, atau

memanfaatkan gambar/foto yang sudah ada yang ditempelkan pada

32
lembaran-lembaran flashcard. Gambar-gambar yang ada pada flashcard

merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap

gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya. Flashcard hanya

cocok untuk kelompok kecil yang siswanya tidak lebih dari 30 orang.

Menurut Sumlati, dkk (2008:101) flashcard merupakan suatu

media dalam bentuk kartu permainan yang berisi gambar-gambar serta

tulisan dari gambar tersebut. Gambar serta kata yang tersedia, merupakan

kata-kata yang paling dikenal dan dekat dengan lingkungannya.

Menurut Azhar Arsyad (2006:119) flashcard merupakan media

pembelajaran berupa kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda

simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang

berhubungan dengan gambar itu. Flashcard biasanya berukuran 8x12 cm

atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu

tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan

respon yang diinginkan, misalnya mengenalkan anggota tubuh manusia

kepada anak autis.

Menurut Dina Indriana (2011: 68) flashcard merupakan media

visual (pandang). Media ini juga dipakai baik untuk kelas besar kecil

maupun belajar secara individual. Flashcard adalah media pembelajaran

dalam bentuk kartu bergambar yang mana ukurannya seukuran postcard

atau 25x30 cm. Gambar yang ditampilkan dalam media tersebut adalah

gambaran tangan atau foto yang sudah ada dan sudah ditempelkan pada

lembaran-lembaran kartu.

33
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

media flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu

bergambar yang berukuran kecil atau disesuaikan dengan kebutuhan kelas,

gambar-gambarnya dibuat menggunakan tangan atau foto, atau

memanfaatkan gambar/foto yang sudah ada yang ditempelkan pada

lembaran-lembaran yang telah dibuat, kemudian rangkaian pesan yang

disajikan merupakan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada

bagian bawah atau belakang gambar, media tersebut sangat sesuai untuk

dipergunakan pada kelas kecil atau dapat juga digunakan secara

pembelajaran individu. Media tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan

bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan, misalnya

mengenalkan anggota tubuh manusia kepada anak autis.

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcard

Beberapa kelebihan media flashcard menurut Rudi Susilana dan

Cepi Riyana (2007: 94) antara lain:

a)mudah dibawa kemana-mana, dengan ukuran yang tidak terlalu


besar, flashcard mudah dibawa kemana-mana dan dapat digunakan
dimana saja serta tidak membutuhkan ruangan yang luas, b) praktis,
dalam penggunaannya tidak perlu memiliki keahlian khusus, praktis
dan tidak menggunakan listrik dalam pemakaiannya. Jika kita akan
menggunakan media tersebut, maka harus dipastikan bahwa posisi
gambar jangan sampai terbalik, c) mudah diingat, karakteristik media
flashcard adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu
yang disajikan. Misalnya mengenal huruf, mengenal hewan, mengenal
angka, atau mengenalkan anggota tubuh manusia, dan sebagainya.
Sajian pesan pendek ini akan memudahkan siswa untuk mengingat
pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan teks cukup
memudahkan siswa untuk mengenali konsep sesuatu, d)
menyenangkan, media flashcard dalam penggunaannya bisa melalui
permainan. Misalnya seorang guru meminta siswa untuk menunjukkan
salah satu bagian anggota tubuhnya kemudian siswa diminta untuk

34
mengambil kartu yang sesuai dengan anggota tubuh yang ditunjuknya.
Selain mengasah kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan.

Uraian di atas merupakan kelebihan dari media flashcard,

sedangkan kelemahannya yaitu anak hanya dapat mengetahui dan

memahami berdasarkan gambar dan kata yang ditunjukan pada media

flashcard tersebut.

Pendapat lain tentang kekurangan media flashcard menurut Dina

Indriana dan Ronald H Anderson (2011: 68-69, 1987: 170-172),

kekurangan dari media flashcard adalah susah untuk menampilkan gerak

dalam media, tanpa perawatan yang baik, media flashcard akan cepat

rusak dan hilang.

Berdasarkan beberapa kekurangan media flashcard di atas, maka

dalam penggunaan media flashcard terhadap kemampuan pemahaman

suatu konsep khususnya dalam penelitian ini mengenal anggota tubuh

pada anak autistik perlu digunakan tema dan gambar yang menarik serta

perawatan media yang baik .

3. Manfaat Media Flashcard

Adapun manfaat dari media flashcard menurut Janu Astro

(2011:17) antara lain:

1)meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal kata dalam


waktu yang cepat, 2) memudahkan orang tua atau guru dalam
mengajarkan dan mengenalkan kosa kata kepada anak sejak dini,
3) anak akan mendapat dua manfaat sekaligus yaitu bahasa dan
mengenal berbagai jenis benda, hewan, tumbuhan, angka, anggota
tubuh, dan lain sebagainya.

35
4. Langkah-Langkah Cara Penggunaan Media Flashcard

Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007:95) mengemukakan langkah-

langkah penggunaan media flashcard dalam pembelajaran di kelas

dijabarkan dalam dua bagian yaitu sesaat sebelum pembelajaran

(persiapan) dan pada saat penyajiaan. Dua bagian tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

a. Persiapan

1. Mempersiapkan diri

Guru perlu menguasai bahan pembelajaran dengan baik,

memiliki keterampilan untuk menggunakan media tersebut.

Jika perlu untuk memperlancar lakukanlah dengan latihan

berulang-ulang. Siapkan pula bahan dan alat-alat lain yang

mungkin diperlukan. Periksa juga urutan gambarnya jika ada

yang terlewatkan atau susunannya tidak tepat.

2. Mempersiapkan flashcard

Sebelum dimulai pembelajaran pastikan bahwa jumlah gambar

yang akan disajikan sudah lengkap, cek juga urutannya apakah

sudah benar, dan perlu atau tidaknya media lain untuk

membantu pembelajaran dalam hal ini pembelajaran tentang

mengenalkan anggota tubuh manusia.

3. Mempersiapkan tempat

Hal ini berkaitan dengan posisi guru sebagai penyaji pesan

pembelajaran apakah sudah tepat, apakah ruangannya sudah

36
tertata dengan baik, perhatikan juga penerangannya lampu atau

intensitas cahaya di ruangan tersebut, yang terpenting adalah

siswa dapat melihat isi gambar pada flashcard dengan jelas.

4. Mempersiapkan siswa

Kondisikan posisi duduk siswa dengan baik, misalnya dengan

kondisi duduk melingkar di hadapan guru, perhatikan siswa

untuk memperoleh pandangan secara memadai.

b. Penyajian

1. Siapkan flashcard (kartu-kartu bergambar) di atas meja siswa.

2. Tunjukkan pada anak satu persatu kartu tersebut secara

berurutan dengan mengenalkan anggota tubuh manusia yang

diajarkan secara satu persatu, dimulai dari bagian atas kepala

hingga ujung kaki.

3. Minta siswa untuk menunjukkan bagian anggota tubuh yang

ditunjuk berdasarkan gambar yang ditunjukan pada kartu

tersebut, lakukan secara berurutan hingga kartu terakhir.

4. Lakukan secara berulang-ulang hingga siswa memahami

masing-masing dari bagian anggota tubuhnya.

5. Setelah siswa memahami bagian tubuhnya, selanjutnya ajarkan

pada siswa tentang fungsi dan cara merawat dari bagian-bagian

tubuh manusia. Caranya dengan menunjukkan pada siswa

gambar salah satu bagian tubuh manusia kemudian guru

menjelaskan fungsi dan cara merawat dari bagian tubuh yang

37
ditunjuk pada gambar. Ajarkan satu persatu hingga pada kartu

gambar anggota tubuh yang terakhir secara berurutan agar anak

mudah memahami.

6. Terakhir lakukan tanya jawab dengan anak. Minta anak untuk

mengoperasikan kartu gambar tersebut dan anak diminta untuk

menyebutkan nama anggota tubuh beserta fungsi dan cara

merawatnya berdasarkan gambar yang diambil oleh anak.

Lakukan secara acak agar anak cepat menghafal.

5. Kriteria Pemilihan Media Flashcard

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertimbangan dalam

pemilihan media adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dalam tercapainya

tujuan pembelajaran, jika tidak sesuai dengan kebutuhan dan tujuan maka

media tersebut tidak digunakan. Berikut beberapa kriteria khusus dalam

pemilihan media pembelajaran.

Menurut Erickson (dalam Rudi Susilana dan Cepi Riyana, 2007:

72) memberi saran dalam mengembangkan kriteria pemilihan media

dalam bentuk chek list sebagai berikut:

38
NO PERTANYAAN KET
1 Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa?
2 Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar?
3 Apakah ada kaitannya dan mengena secara
langsung dengan tujuan pembelajaran?
4 Bagaimana format penyajiannya diatur? Apakah
memenuhi tata urutan yang teratur?
5 Bagaimana dengan materinya, mutakhir dan
authentik?
6 Apakah konsep dan kecermatannya terjamin secara
jelas?
7 Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar?
8 Apakah penyajiannya objektif?
9 Apakah bahannya memenuhi standar kualitas
teknis?
10 Apakah bahan tersebut sudah melalui pemantapan
uji coba atau validasi?
Tabel di atas menunjukkan cara dalam memilih media dengan

memperhatikan aspek-aspek yang dipertanyakan di atas, dalam kata lain

medianya sudah tersedia dan kita tinggal melakukan pemilihan dengan

cermat.

6. Alasan Pemilihan Media Flashcard

Menurut Arif Sardiman, (2006:84 ) alasan praktis berkaitan dengan

pertimbangan-pertimbangan dan alasan si pengguna seperti guru, dosen,

dan instruktur menggunakan media dalam pembelajaran, antara lain:

1)Demonstration: media digunakan sebagai alat untuk


mendemonstrasikannya sebuah konsep, alat, objek, kegunaan, cara

39
mengoperasikan dan lain-lain, 2) Familiarty: alasan pribadi
seseorang karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut,
merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan
media lain belum tentu bisa dan untuk mempelajarinya
membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya, sehingga secara terus
menerus menggunakan media yang sama, 3) Clarity: untuk lebih
memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan
yang lebih konkrit, 4) Active Learning: media dapat berbuat lebih
dari yang bisa dilakukan oleh guru. Salah satu aspek yang harus
diupayakan oleh guru dalam pembelajaran adalah siswa harus
berperan aktif baik secara fisik, mental, dan emosional.
Kesimpulan berdasarkan kajian di atas, dipilihnya media flashcard

pada penelitian ini dalam mengenalkan anggota tubuh manusia pada anak

autistik dalam pembelajaran IPA yaitu selain memenuhi kriteria pemilihan

media, memiliki banyak manfaat dan kelebihannya, juga memiliki dasar

pertimbangan alasan praktis seperti yang telah dijelaskan di atas.

E. Penggunaan Media Flashcard dalam Pembelajaran IPA tentang


Mengenal Anggota Tubuh Manusia.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan menjadi tugas dan

tanggung jawab guru. Karena gurulah yang langsung membina para siswa

di sekolah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini

akan memberikan gambaran dan memperkaya wawasan guru untuk

memilih, merancang, dan menggunakan media pembelajaran yang efektif

sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini

diperkuat dengan hasil belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang

berarti antara pembelajaran tanpa media dengan pembelajaran yang

menggunakan media.

Kemampuan mengenal anggota tubuh manusia merupakan

kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi dan memahami bagian-

40
bagian anggota tubuh manusia. Anggota tubuh memiliki bagian-bagian

dari ujung kepala hingga ujung kaki seperti: rambut, mata, telinga,

hidung, mulut, tangan, kaki, dan sebagainya. Pengenalan anggota tubuh

merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang karena merupakan

keseluruhan bagian dari anggota badan mulai dari kepala yang terletak

paling atas dan kaki yang terletak pada bagian bawah yang masing-masing

memiliki susunan yang bermacam-macam dan melaksanakan fungsinya

masing-masing dan anggota tubuh merupakan anggota badan seluruhnya

atau segenap bagian manusia yang berupa benda yang terlihat.

Pembelajaran pengetahuan alam bagi anak autistik mendasarkan

pada fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar itu, proses

pembelajarannya diintegrasikan dengan pembelajaran bidang studi

lainnya. Bidang studi tersebut yang terkait dengan persiapan kehidupan di

masa dewasa. Untuk itu, bentuk pembelajarannya dapat dengan model

pembelajaran kecakapan hidup. Hal itu didasari suatu pendapat “ science

and social studies should be recognized as basic subjects that have major

life skill implications” yang di kemukakan oleh Cronin & Patton

(Polloway & Patton, 1993: 332). Berdasarkan pendapat tersebut bahwa

bidang studi alam dan sosial diakui sebagai dasar implikasi keterampilan

hidup yang pokok. Implikasi pada keterampilan hidup itu yang tepat

model pembelajarannya bertema tentang kecakapan hidup yang erat

kaitannya dengan pembelajaran bina diri. Program bina diri merupakan

program yang dipersiapkan agar anak autistik mampu menolong dirinya

41
sendiri dalam bidang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhannya diri sendiri, dalam hal ini yaitu tentang cara

merawat anggota tubuhnya sendiri dengan baik dan mengfungsikan

anggota tubuhnya sesuai dengan fungsinya.

Dengan keterbatasan yang dimiliki anak autistik yaitu salah

satunya sulitnya memusatkan perhatian yang menyebabkan anak sulit

berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran, maka dibutuhkan suatu media

yang menarik dan disukai oleh anak agar memudahkannya dalam pada

proses belajar. Dalam penyampaian pembelajaran, guru sekurang-

kurangnya dapat menggunakan media yang murah dan efisien meskipun

sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Media pembelajaran yang paling disukai

oleh anak yaitu media yang berbasis visual yang mana diantara media

visual salah satunya adalah media flashcard. Media flashcard dapat

memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Dengan berbasis

visual, media flashcard dapat menumbuhkan minat siswa dan memberikan

hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Seperti yang

disebutkan Levie & Levie (dalam Azhar Arsyad, 2006:9) bahwa belajar

melalui stimulus gambar atau visual membuahkan hasil belajar yang lebih

baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali,

dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang

memuat uraian materi yang bersifat fakta, konsep dan prinsip dalam

42
penerapan pembelajaranya. Hal tersebut menyebabkan pelajaran IPA

menjadi pelajaran yang memerlukan pemahaman yang lebih banyak untuk

mengingat istilah ilmiah dan konsep-konsep IPA bagi siswa autis. Peran

guru sangat diperlukan sebagai pemandu dalam proses pembelajaran di

dalam kelas untuk membantu siswa memahami uraian materi yang

dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu

memfasilitasi siswa mengajarkan materi IPA sesuai dengan karakteristik

dan kebutuhan siswa autis, terutama untuk menjelaskankan pelajaran yang

bersifat abstrak menjadi materi yang lebih mudah dipahami oleh anak.

Pada anak autis kemampuan mengenal anggota tubuhnya sendiri

dalam pembelajaran IPA sangat penting diajarkan. Hal ini dilakukan agar

anak dapat mengenal dan mengidentifikasi nama-nama anggota tubuhnya

sendiri, menyebutkan fungsinya dan mengetahui cara merawat anggota

tubuhnya dengan baik. Anggota tubuh memiliki bagian-bagian seperti

bagian kepala ada rambut, telinga, hidung, mata, dan mulut hingga bagian

bawah yaitu kaki. Masing-masing anggota tubuh yang kita miliki memiliki

jumlah dan kegunaan yang berbeda. Seperti mata yang kita miliki ada dua

buah yang terletak diantara hidung bagian atas, memiliki satu mulut yang

berada di bawah hidung, hidung memiliki dua buah lubang yang berada di

atas mulut dan memiliki dua buah telinga yang terletak di sebelah kepala

bagian kanan dan kiri. Setiap anggota tubuh memiliki kegunaannya

masing-masing, misalnya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar,

mulut untuk bicara, dan hidung untuk mencium. Anak autis diharapkan

43
mampu mengetahui dan mengenal nama-nama anggota tubuh yang

mereka miliki.

Pada media flashcard menampilkan bentuk-bentuk anggota tubuh

secara jelas sehingga anak lebih mudah memahaminya. Berdasarkan hasil

observasi lapangan mengenai media yang disukai oleh anak autis, maka

digunakankanlah media flashcard sebagai media yang sesuai untuk

mengenalkan anggota tubuh manusia pada anak autis. Dengan kata lain,

melalui media flashcard, seorang anak autis yang kesulitan mengenal dan

mengidentifikasi anggota tubuhnya, diharapkan dapat mengenal dan

mengidentifikasi anggota tubuhnya dengan benar, sehingga anak mampu

menyebutkan nama anggota tubuhnya, menyebutkan fungsi anggota

tubuhnya, dan mengetahui cara merawat anggota tubuhnya dengan benar

berdasarkan uraian materi yang akan diajarkan oleh guru.

Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007:95) mengemukakan langkah-

langkah penggunaan media flashcard dalam pembelajaran di kelas

dijabarkan dalam dua bagian yaitu sesaat sebelum pembelajaran

(persiapan) dan pada saat penyajiaan. Dua bagian tersebut dijelaskan

seperti yang disebutkan pada halaman 33.

F. Penelitian Relevan

Media flashcard merupakan salah satu media yang sering

digunakan di dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian yang relevan

dengan pelaksanaan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Siti Ainun Khoiriyah (2013) yang berjudul” Pemanfaatan Media

44
Flashcard untuk Meningkatkan Penguasaan Mufradat Siswa Kelas VII A

MTs N Ngemplak Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardi Bangkit Purwoko (2012) dengan

judul “ Efektivitas Penggunaan Media Gambar Flashcard dalam

Meningkatkan Penguasaan Vocabulary Bahasa Inggris Siswa Kelas 2 SDN

Salatiga 06 Kota Salatiga ”. Dari beberapa penelitian tersebut

memberikan hasil yang efektif, dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Artinyamedia flashcard efektif digunakan sebagai media dalam

proses pembelajaran.

G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang telah

dipaparkan, maka peneliti dapat menyusun kerangka pikir dalam

penelitian ini. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat

pada bagan berikut ini:

45
Bentuk bagan kerangka pikir di atas adalah sebagai berikut:

1. Kontak mata yang kurang


2. Sulit memusatkan
Anak autistik perhatian
3. Komunikasi yang kurang

Anak belum dapat mengenal anggota


tubuhnya dengan manusia

Membutuhkan media Media yang sesuai


pembelajaran yang dengan gaya belajar
menarik dan anak autistik melalui
menyenangkan visual learner

Media Flashcard

Siswa autistik dapat mengenal anggota


tubuh manusia

Berdasarkan bagan tersebut, anak autistik adalah anak dengan kesulitan

melakukan kontak mata, ada hambatan dalam proses komunikasi, interaksi

sosial dan perilaku. Anak autistik juga kesulitan dalam menyerap informasi

46
yang bersifat abstrak, serta kesulitan dalam memusatkan perhatian dalam

waktu yang lama terhadap sesuatu. Dalam proses kegiatan belajar, anak

autistik membutuhkan media yang sesuai dengan karakteristik serta

kebutuhan anak. Media yang dibutuhkan anak autistik adalah media yang

bersifat visual, yang dapat diamati, serta menarik agar memudahkan anak

autistik dalam menyerap dan mengolah informasi yang disampaikan guru

tentang materi tertentu.

Media flashcard merupakan salah satu media belajar yang menyenangkan

untuk mengenalkan anggota tubuh manusia bagi anak autistik. Media ini

menyajikan materi anggota tubuh manusia dalam bentuk gambar,

memudahkan anak autistik dalam memahami materi. Media flashcard

menerapkan gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar anak autistik yaitu

gaya belajar visual learner. Selain itu, media flashcard juga menyajikan

materi yang menyenangkan, melalui unsur gambar serta penggunaan warna

yang sederhana, agar tidak menimbulkan distraksi bagi anak autistik.

Penggunaan Media flashcard dapat menstimulus anak autistik agar

memberikan respon yang sesuai. Hal ini didasarkan pada konsep B. F

Skinner (M. Ngalim Purwanto, 2011: 95) mengenai konsep stimulus- respon.

Pemberian reinforcement merupakan peransang yang dapat memperkuat

respon. Anak dapat belajar materi mengenal anggota tubuh menggunakan

media flashcard tidak hanya di sekolah dengan guru, tetapi juga dapat belajar

di rumah dengan orang tua. Anak dapat mengulangi materi ini sesuai dengan

47
kebutuhan. Adanya pengulangan yang terus-menerus dapat memperkuat hasil

belajar yang dicapai, serta perilaku yang diharapkan menetap pada diri anak

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan

di atas maka dapat diajukan hipotesis penelitian dari penelitian ini yaitu: “

Media flashcard efektif terhadap kemampuan mengenalkan anggota tubuh

manusia pada anak autistik kelas 2 SD di Sekolah Khusus Autis Bina

Anggita Yogyakarta”.

48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengambilan data kemampuan mengenal anggota tubuh manusia

dilakukan di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita yang terletak di

Banguntapan Yogyakarta. SLB tersebut khusus diperuntukkan untuk anak

dengan gangguan autis. Sarana dan prasarana yang memadai akan

mendukung keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.

Pada awal berdirinya, sekolah ini adalah sebuah lembaga

bimbingan pada tahun 1999. Pada tahun 2001 sampai 2004 membuka

kelas TK dengan siswa mencapai 45 siswa. Seiring dengan berjalannya

waktu lalu membuat cabang Sekolah Khusus Autis di Gunung Kidul tahun

2001 dan Magelang pada tahun 2002.

Diakhir tahun 1999 Sekolah Khusus Autis Bina Anggita

Yogyakarta pertama kali menempati bangunan di Juru Genthong Gedong

Kuning Yogyakarta. Dari tahun semakin meningkatnya peserta didik yang

mengikuti kegiatan terapi dan pembelajaran. Sehingga tahun 2008

menyesuaikan dengan kondisi siswa dan pindah ke jl. Garuda no. 143

Wonocatur Banguntapan Bantul, dengan menempati gedung SD yang

sudah regrouping.

Saat ini Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta

mempunyai peserta didik lebih dari 40 siswa meliputi TK, SD, SMP, dan

SMA. Seiring dengan banyaknya peserta didik yang ada sekolah ini

71
membangun gedung baru yang luasnya sekitar 1970 m2 yang berada di

Kanoman Tegalpasar. Untuk mendapatkan suasana yang kondusif dan

maksimal dalam pembelajaran siswa dan siswi ini akan menempati gedung

baru tersebut. Sekolah Khusus Autis Bina Anggita ini dipimpin oleh Ibu

Hartati, S.Pd, MA.

Visi dan misi sekolah tersebut dibedakan sesuai jenjang

pendidikannya yaitu tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Visi misi pertama

Tingkat TK Autis,visi Sekolah yaitu terwujudnya individu autism yang

mampu berkomunikasi, bersosialisasi menuju ke mandirian, Misi Sekolah

yaitu a) Menyelenggarakan layanan pendidikan yang optimal bagi individu

autis, b) Membimbing agar mampu bersosialisasi dengan lingkungan, c)

Membimbing agar mampu menolong diri sendiri.

Kemudian yang kedua visi dan misi sekolah pada tingkat SD Autis

yaitu mempunyai visi sekolah; terwujudnya individu autism yang mampu

bersosialisasi, mandiri dan memiliki kemampuan akademik. Misi

Sekolahnya yaitu a) menyelenggarakan layanan pendidikan yang optimal

bagi individu autis, b) membimbing agar mampu bersosialisasi dengan

lingkungan, c) membimbing agar mampu menolong diri sendiri, d)

membimbing dan menggali potensi akademik.

Visi dan misi yang ketiga yaitu pada tingkat SMP Autis, visi

sekolahnya yaitu terwujudnya individu autis yang mampu bersosialisasi,

mandiri, memiliki ketrampilan akademik dan non akademik. Misi

72
Sekolahnya yaitu: a) menyelenggarakan layanan pendidikan yang optimal

bagi individu autis, b) membimbing agar mampu bersosialisasi dengan

lingkungan, c) menggali dan mengembangkan bakat akademik dan non

akademik.

Visi dan misi yang terakhir yaitu tingkat SMA, visi sekolahnya

yaitu terselenggaranya individu autis yang mampu bersosialisasi, mandiri,

memiliki ketrampilan akademik dan non akademik menuju kewirausaha.

Misi sekolahnya meliputi: a) menyelenggarakan layanan pendidikan yang

optimal bagi individu autisme, b) membimbing agar mampu bersosialisasi

dengan lingkungan, c) menggali dan mengembangkan bakat akademik dan

non akademik, d) mengembangkan ketrampilan yang dimiliki untuk

menuju wirausaha.

Sekolah Khusus Autis Bina Anggita memiliki 4 ruang kelas yang

terdiri dari ruang kelas strawberry, ruang kelas mangga, ruang kelas pisang

dan ruang kelas nanas. Setiap satu ruang yang terdapat dibagi menjadi

beberapa bilik untuk belajar anak-anak autistik. Ruang kelas yang terdapat

pada sekolah tesebut dibagi menurut golongan kelas. Ruang kelas

strawberry untuk anak-anak autis yang masih TK ataupun PAUD. Ruang

kelas mangga digunakan belajar bagi siswa autis yang sudah duduk di

bangku sekolah dasar. Ruang kelas pisang merupakan ruang belajar bagi

siswa autis yang duduk di sekolah dasar kelas 4 ke atas. Sedangkan ruang

kelas nanas merupakan ruang belajar siswa autis yang sudah duduk di

bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas

73
(SMA). Selain itu, Sekolah Khusus Autis Bina Anggita memiliki satu

ruang ketrampilan yang merupakan ruang karawitan. Dalam ruangan

tersebut terdapat berbagai macam alat-alat karawitan yang digunakan para

siswa setiap pelajaran karawitan. Selain ruang di atas di Sekolah Khusus

Autis Bina Anggita memiliki 1 ruang fisioterapi, 1 ruang makan, 1 ruang

music, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala sekolah, dan 1 mushola dan 3

ruang kamar mandi.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa di Sekolah Khusus Autis

Bina Anggita ini dimulai dari jam 07.30 WIB sampai sore jam 16.00 WIB

dengan dibagi 3 sesi yakni pagi dan siang. Waktu setiap sesi di bagi

sebagai berikut: sesi pagi pukul 07.15-11.15 WIB, sesi siang pukul 12.00-

14.00 WIB, dan sesi sore pukul 14.00-16.00 WIB.

Guru Sekolah Khusus Autis Bina Anggita, berjumlah 27 orang

yang bertugas dari pagi sampai dengan sore, karena peserta didik yang

berada di sekolah terbagi menjadi tiga waktu yaitu pagi, siang, dan sore.

Para guru bertugas sebagai kepala sekolah, guru kelas, guru olah raga serta

guru ekstrakurikuler. Semua tenaga pendidik merupakan lulusan Strata 1

(S1), baik dari jurusan PLB maupun bidang studi tertentu.

Program pembelajaran di sekolah khusus Autisme Bina Anggita,

selain dengan diberikannya pembelajaran secara akademik. Anak-anak

juga diberikan pembelajaran non akademik berupa keterampilan seperti:

Melatih kemampuan bina diri anak anak-anak diajarkan toilet tranning dan

74
cara menggosok gigi dengan baik, drum band, membuat kerajinan tangan,

karawitan, musik, berenang, melukis, membatik, body massage dan oral

facial, cooking Class (memasak), pertukangan, outing dan outbond.

Selain itu bagi anak-anak kelas besar (kelas 3 SD - SMA ) diajarkan

keterampilan dalam lingkup pertanian dengan mengembangkan tanaman

jamur mulai dari merawat bibit jamur hingga masa panen. Pembuatan telur

asin dari mulai memendam telur menggunakan bata hingga masa

penjualan telur asin. Sebelum memulai pelajaran biasanya diadakan senam

pagi dilanjutkan dengan pagi ceria atau membaca iqro. Serta diberikannya

terapi untuk anak autis seperti terapi bermain, perilaku, sosial,

perkembangan. Sistem pembelajaran di Bina Anggita berpacu pada

perbaikan perilaku anak terlebih dahulu memperbaiki perilaku anak untuk

penyesuaian belajarnya dahulu baru setelah itu mengarah ke pendidikan

anak dan masing-masing anak akan diberikan suatu pengembangan

keterampilan sesuai dengan bakatnya.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak autistik kelas 2 sekolah

dasar. Subjek tersebut dipilih dengan alasan anak belum mampu

mengidentifikasi anggota tubuhnya dengan benar. Materi mengenal

anggota tubuh terdapat pada kurikulum semester 1. Namun, subjek belum

mampu menuntaskan materi pembelajaran mengenal anggota tubuh

manusia dan masih mengalami hambatan.

1. Identitas Subjek

75
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak yang mengalami

gangguan autisme. Siswa duduk di bangku kelas 2 SD di Sekolah

Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Subjek dengan inisial MRD

lahir pada tanggal 9 Juli 2006 dan berjenis kelamin perempuan. Saat

penelitian dilaksanakan, subjek berusia 8 tahun 10 bulan, dan tinggal

bersama orang tuanya di Yogyakarta.

2. Karakteristik Subjek Penelitian

a. Kondisi fisik

Subjek MRD tidak memiliki hambatan dalam fisiknya. Kondisi tubuh

yang masih lengkap, dan berfungsi dengan baik. semua anggota

badannya lengkap tampak seperti anak normal.

b. Karakteristik subjek

1) Komunikasi dan bahasa

Salah satu hambatan anak autis adalah dalam hal komunikasi.

Subjek dalam penelitian ini terkadang tidak merespon intruksi

yang diberikan. Perbendaharaan katanya masih minim karena

anak jarang berkomunikasi dengan orang lain. Subjek cenderung

cuek terhadap keadaan di sekitarnya. Subjek terkadang masih

kesulitan dalam mengungkapkan informasi atau keinginannya

kepada orang lain. Bahasa yang digunakan untuk

menyampaikan keinginannya adalah dengan bahasa verbal dan

non verbal. Subjek biasanya menarik tangan guru atau tangan

orang lain untuk mendapatkan keinginannya.

76
2) Emosi dan sosial

Subjek belum mampu mengadakaan hubungan sosial yang

berarti dengan orang lain. Ketika subjek diajak bersalaman,

subjek mampu melakukannya. Subjek dapat duduk dengan

tenang hanya beberapa menit saja di dalam kelas. Perilaku

Subjek cenderung marah jika dipaksakan untuk belajar. Subjek

suka berjalan-jalan berkeliling di dalam kelas. Untuk menyiasati

itu, guru sering mengajak subjek keluar kelas. Perhatian siswa

mudah beralih saat mengikuti pelajaran hal ini ditunjukkan

ketika ada suasana gaduh atau hal lain yang lebih menarik

sehingga anak memilih untuk mencari tahu tentang hal yang

menarik perhatiannya tersebut

3) Bina diri

Kemampuan mengurus diri sendiri pada subjek tergolong bisa.

Subjek sudah dapat mandi dan berpakaian secara mandiri

meskipun masih melalui pengawasan pengasuh. Subjek juga

sudah dapat makan secara mandiri.

4) Akademik

Aspek akademik pada subjek sudah tergolong baik. Subjek

duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar, dan masih belajar

tentang materi-materi dasar seperti berhitung, perbendaharaan

kosakata walaupun masih minim, terutama kata benda yang ada

di lingkungan subjek. Hal tersebut bertujuan untuk

77
mempermudah subjek untuk melakukan komunikasi di

kemudian hari.

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang dijabarkan dalam penelitian ini yaitu

deskripsi tentang kemampuan awal (tahap baseline-1), selama intervensi

dan setelah diberikan intervensi (baseline-2). Adapun penjabarannya

adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi baseline-1 tentang kemampuan mengenal anggota tubuh

manusia

Kemampuan awal peserta didik diketahui dari hasil tes dan

pengamatan yang dilakukan sebelum menggunakan media flashcard.

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama tiga sesi. Proses

pengambilan data pada baseline-1 dilakukan dengan memberikan tes

kepada subjek dan melakukan pengamatan terhadap subjek mengenai

materi mengenal anggota tubuh manusia tanpa menggunakan media

flashcard. Tes yang digunakan yaitu tes tertulis dan lisan yang berisi 20

item soal. Subjek dikatakan berhasil apabila satu soal mampu dijawab

dengan benar, dan salah ketika subjek tidak dapat menjawab soal

dengan benar, atau tidak memberikan respon pada waktu yang

ditentukan. Waktu yang diberikan adalah 2 menit untuk tiap item soal.

Setiap instruksi diberikan maksimal sebanyak 3 kali pengulangan. Total

waktu yang digunakan adalah 40 menit. Tes ini dilakukan bertujuan

untuk mengetahui frekuensi kesalahan subjek dalam memberikan

78
respon dengan tepat. Adapun hasil baseline-1 kemampuan mengenal

anggota tubuh manusia pada subjek MRD adalah sebagai berikut:

a. Sesi ke-1

Pemberian tes dan pengamatan pada sesi ke-1 dilaksanakan

pada tanggal 4 Mei 2015. Pada sesi ke-1 ini peneliti memberikan

tes kepada subjek. Tes yang digunakan adalah tes tertulis dan lisan,

dengan cara subjek menulis nama anggota tubuh yang

diinstruksikan oleh peneliti dan menjawab secara lisan pada bagian

soal menyebutkan fungsi dan cara merawat bagian anggotan tubuh

manusia yang diintruksikan. Proses pelaksanaannya dilaksanakan

di dalam kelas secara individual dan ditempatkan di ruangan yang

kondusif. Hal ini bertujuan agar subjek tidak terganggu oleh

teman-temannya. Berdasarkan hasil tes dan observasi yang

dilakukan pada sesi ke-1, dari 20 pertanyaan yang diberikan

terdapat 12 kesalahan subjek saat menuliskan nama bagian anggota

tubuh, menyebut fungsi dan cara perawatannya. Kesalahan terdapat

pada item nomor 3, 5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19 dan 20.

Kesalahan pada 12 item tersebut yaitu pada menuliskan anggota

tubuh bagian mulut, lidah, rambut, jari, kepala, menyebutkan

fungsi hidung, gigi, telinga, cara perawat bagian kaki, hidung,

mata, dan telinga.

b. Sesi ke-2

79
Pemberian tes dan pengamatan pada sesi ke-2 dilaksanakan

pada tanggal 5 Mei 2015. Proses pelaksanaan tes pada sesi- 2 sama

dengan pelaksanaan tes pada sesi ke-1. Berdasarkan hasil tes dan

observasi yang dilakukan pada sesi ke-2, dari 20 pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti, terdapat 12 kesalahan subjek saat

menuliskan nama bagian anggota tubuh, menyebut fungsi dan cara

perawatannya. Kesalahan yang dilakukan sama dengan kesalahan

pada pelaksanaan sesi ke-1 yaitu terdapat pada item nomor 3, 5, 6,

8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19 dan 20. Kesalahan pada 12 item

tersebut yaitu pada menuliskan anggota tubuh bagian mulut, lidah,

rambut, jari, kepala, menyebutkan fungsi hidung, gigi, telinga, cara

perawat bagian kaki, hidung, mata, dan telinga .

c. Sesi ke-3

Pemberian tes dan pengamatan pada sesi ke-3 dilaksanakan

pada tanggal 6 Mei 2015. Pada tahap sesi ke-3 ini, hasil tes

menunjukkan bahwa kesalahan dalam menuliskan nama bagian

anggota tubuh, menyebut fungsi dan cara perawatannya masih

sama dengan sesi sebelumnya. Adapun hasil tes kesalahan dengan

jumlah 12 item, nomor nomor 3, 5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19

dan 20. Kesalahan pada 12 item tersebut yaitu pada menuliskan

anggota tubuh bagian mulut, lidah, rambut, jari, kepala,

menyebutkan fungsi hidung, gigi, telinga, cara perawat bagian

kaki, hidung, mata, dan telinga.

80
Tabel 5. Data Frekuensi Kesalahan pada Tes Mengenal Anggota
Tubuh Manusia Subjek MRD pada Fase Baseline-1
Frekuensi
Terjadinya
Sesi Waktu No Kesalaha
Tanggal perilaku
ke- (menit) item n (Total
sasaran
Kejadian)
4 Mei 2015 1 08.00-08.45 I I I I I I I I I 3, 5, 6, 12
III 8, 9,
13, 14,
15, 16,
17, 19
dan 20

6 Mei 2015 2 08.00-08.45 IIIIIIII 3, 5, 6, 12


IIII 8, 9,
13, 14,
15, 16,
17, 19
dan 20

7 Mei 2015 3 08.00-08.45 IIIIIIIII 3, 5, 6, 12


III 8, 9,
13, 14,
15, 16,
17, 19
dan 20

Berdasarkan jumlah kesalahan pemberian respon saat diberikan tes

kepada subjek, dapat dikatakan bahwa kemampuan mengenal anggota

tubuh manusia pada subjek masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari

jumlah frekuensi kesalahan yang dilakukan oleh subjek masih tinggi.

Subjek masih kebingungan dalam mengidentifikasi anggota tubuh, atau

memberikan respon yang sesuai. Subjek hanya dapat menuliskan anggota

tubuh bagian mata, hidung, gigi, kaki dan tangan dengan item soal nomor

1, 2, 4, 7, dan 10, kemudian hanya bisa menyebutkan fungsi bagian

anggota tubuh mata dan kaki dengan item soal nomor 11 dan 12, serta

81
hanya mampu menjawab cara merawat anggota tubuh bagian gigi pada

item soal nomor 18 saja. Ketika diberikan tes untuk menjawab anggota

tubuh yang lain, subjek masih memberikan respon yang tidak tepat, yaitu

dengan menunjukkan anggota tubuh yang lain, tidak sesuai dengan

pertanyaan. Dari 20 item tes yang diberikan, terdapat 12 item yang belum

mampu dituntaskan subjek. Adapun 12 item tersebut yaitu item nomor 3,

5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19 dan 20. Pada anggota tubuh bagian mata,

hidung, gigi, kaki dan tangan, fungsi anggota tubuh bagian mata dan kaki

serta cara merawat anggota tubuh bagian gigi subjek sudah mampu

menunjukkan dengan benar.

Berikut ini adalah grafik display hasil tes kemampuan mengenal

anggota tubuh pada subjek MRD:

Frekuensi Kesalahan (Total


Kejadian)
14
12
10
8
6 Frekuensi Kesalahan
4 (Total Kejadian)
2
0
Sesi ke-1 Sesi ke-2 Sesi ke-3

Grafik 1. Frekuensi Kesalahan Subjek MRD tentang Kemampuan


Mengenal Anggota Tubuh Manusia pada Baseline-1
Display grafik di atas menunjukkan bahwa kemampuan subjek

dalam mengenal anggota tubuh manusia masih sangat rendah. Hal tersebut

dapat terlihat pada frekuensi kesalahan subjek dalam menjawab soal tes

82
tentang mengenal anggota tubuh manusia dengan benar tergolong masih

tinggi. Frekuensi kesalahan pada sesi ke-1, ke-2 dan ke-3 sama, sehingga

dapat dikatakan bahwa frekuensi kesalahan subjek cenderung menetap.

Data pada grafik tersebut menunjukkan bahwa dari 20 item soal tes yang

diberikan terdapat 12 item soal tes yang belum mampu dituntaskan oleh

subjek. 20 item soal tes yang diberikan tersebut masing-masing adalah

yang pertama bagian nama anggota tubuh manusia meliputi 1). Mata, 2).

Hidung, 3). Mulut, 4). Gigi, 5). Lidah, 6). Rambut, 7). Kaki, 8). Jari

tangan, 9). Kepala, 10). Tangan. Kemudian bagian kedua mengenal fungsi

anggota tubuh manusia meliputi 11). Fungsi mata, 12). Fungsi kaki, 13).

Fungsi hidung, 14). Fungsi gigi, 15). Fungsi telinga. Selanjutnya pada

bagian ketiga yaitu cara merawat anggota tubuh manusia meliputi 16).

Cara merawat kaki, 17). Cara merawat hidung, 18). Cara merawat gigi,

19). Cara merawat mata, 20). Cara merawat telinga. Sementara itu, 12

kesalahan yang dilakukan subjek yaitu pada item nomor 3, 5, 6, 8, 9, 13,

14, 15, 16, 17, 19 dan 20. Kesalahan tersebut berulang selama 3 sesi pada

baseline-1.

2. Deskripsi Pelaksanaan Intervensi (saat pemberian perlakuan)

Adapun deskripsi pelaksanaan intervensi dapat dijabarkan sebagai

berikut:

a. Intervensi ke-1

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan intervensi atau

perlakuan sebanyak 5 kali pertemuan. Satu kali pertemuan

83
dilaksanakan selama 45 menit. Intervensi yang diberikan kepada

subjek terkait dengan penggunaan media flashcard untuk

mempengaruhi kemampuan mengenal anggota tubuh manusia pada

subjek. Intervensi ke-1 dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2015.

Adapun langkah-langkah proses belajar menggunakan media

flashcard secara umum diawali dengan berdoa, kemudian peneliti

menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan seperti flashcard dan

lembar pengamatan.

Pada intervensi ke-1 ini, subjek MRD dapat mengikuti kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas yang di setting oleh peneliti. Subjek

belajar mengenal anggota tubuh manusia menggunakan media

flashcard. Pada mulanya, subjek belum terbiasa belajar

menggunakan media flashcard, namun setelah mengikuti isi materi

yang terdapat pada media yang digunakan, subjek terlihat senang

saat mengikuti kegiatan belajar, dan terlibat aktif dalam instruksi

yang ditampilkan dari media flashcard. Terdapat 11 kartu gambar

tentang bagian anggota tubuh manusia beserta fungsi dan cara

merawat dari masing-masing bagian anggota tubuh manusia pada

media flashcard. Gambar anggota tubuh yang ditampilkan meliputi

bagian mata, hidung, mulut, gigi, lidah, telinga, rambut, kaki, jari

tangan, kepala, dan tangan.

Pemberian intervensi masih dalam bimbingan peneliti. Subjek

masih dibantu atau diarahkah ketika menggunakan media dan

84
subjek hanya menunjukkan gambar yang sesuai dengan instruksi.

Pada bagian pertama, peneliti membimbing subjek untuk fokus

memperhatikan bagian materi yang akan dipelajari. Subjek

memperhatikan materi dengan antusias, terutama pada bagian

mengoperasikan media. Setelah itu, peneliti memberi lembar

intrumen soal tes latihan seperti pada baseline-1 untuk melihat

respon subjek . Dari hasil pengamatan, subjek masih bingung

menunjukkan gambar sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh

peneliti saat mengoperasikan media flashcard. Sehingga peneliti

melakukan pengulangan latihan sebanyak 1 kali. Saat dilakukan

pengulangan, masih terdapat kesalahan pada respon subjek. Setelah

subjek menunjukkan gambar anggota tubuh dengan benar, peneliti

langsung membimbing subjek untuk memegang bagian tubuh yang

sama seperti pada gambar yang terdapat pada media flashcard. Hal

tersebut bertujuan untuk menyamakan persepsi subjek mengenai

anggota tubuh yang dilihat pada gambar, dan anggota tubuh secara

konkret. Setelah pembelajar mengenal anggota tubuh manusia

menggunakan media flashcard, peneliti memberikan pujian kepada

subjek berupa pujian “kamu pintar” dan mengajak subjek “tos”

karena telah selesai melakukan pembelajaran. Selanjutnya, peneliti

meminta subjek mengerjakan soal tes sama seperti yang diberikan

pada pelaksanaan baseline-1 sebelum dilakukan intervensi.

85
Tabel 6. Data Frekuensi Kesalahan pada Tes Mengenal
Anggota Tubuh Manusia subjek MRD pada Fase
Intervensi ke-1
Frekuensi
Waktu Terjadinya
Intervensi kesalahan
Tanggal (menit) perilaku
ke- (total
star-stop sasaran
kejadian)
11Mei 1 08.00-08.45 IIIIIIIIII 11
2015
Dari tabel di atas, kesalahan subjek ketika menunjukkan

anggota tubuh manusia terdapat pada item soal nomor 5, 6, 8, 9,

13, 14, 15, 16, 17, 19 dan 20 yaitu subjek belum mampu

menuliskan anggota tubuh bagian lidah, rambut, jari, kepala,

menyebutkan fungsi hidung, gigi, telinga, cara perawat bagian

kaki, hidung, mata, dan telinga. Pada saat peneliti meminta subjek

untuk menunjuk anggota tubuh yang diintruksikan, subjek

memegang anggota tubuh bagian lain. Dan saat peneliti meminta

subjek menunjuk bagian anggota tubuh yang diintruksikan pula,

subjek juga kerap tidak memberikan respon. Setelah pemberian tes,

peneliti mengakhiri kegiatan belajar dengan mengajak subjek

untuk melakukan”tos” dan memberikan pujian hebat atau pintar

kepada subjek.

b. Intervensi ke-2

Intervensi ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2015.

Kegiatan yang dilakukan pada intervensi ke-2 sama dengan

kegiatan yang dilaksanakan pada intervensi ke-1. Kegiatan belajar

diawali dengan mengkondisikan subjek untuk duduk tenang di

86
kursi dan melakukan doa sebelum memulai kegiatan belajar.

Peneliti mulai mengajak subjek untuk menyanyikan lagu dua mata

saya sebagai apersepsi sebelum memulai menggunakan media

flashcard. Peneliti menyiapkan media flashcard dan

mengoperasikan media dengan menampilkan gambar-gambar

bagian anggota tubuh beserta fungsi dan cara merawatnya. Pada

menit pertama, subjek tidak ingin belajar, namun setelah

pembelajaran dimulai, subjek mulai memperhatikan gambar-

gambar yang sudah tertata pada meja belajarnya, serta

memperhatikan bagian anggota tubuh, fungsi dan cara merawatnya

yang dijelaskan. Saat subjek memperhatikan, peneliti menuntun

subjek untuk memegang bagian tubuh seperti yang ditampilkan

pada media flashcard. Misalnya “ ini mata”, peneliti mengarahkan

tangan subjek untuk menunjuk bagian mata, begitu seterusnya

hingga materi selesai ditampilkan. Pemberian materi dilakukan

selama 20 menit. Setelah itu, dilanjutkan dengan bagian latihan

selama 15 menit. Setelah penyajian materi mengenal anggota tubuh

manusia menggunakan media flashcard selesai dilaksanakan,

peneliti memberikan tes kepada subjek. Jumlah item soal yang

benar pada intervensi ke-2 lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah item pada intervensi ke-1 atau jumlah kesalahan yang

dilakukan subjek dalam menuliskan anggota tubuh, menyebutkan

fungsi serta cara merawat bagian anggota tubuh pada intervensi ke-

87
2 lebih sedikit dibandingkan dengan intervensi ke-1. Frekuensi

kesalahan subjek dapat digambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Data Frekuensi Kesalahan pada Tes Mengenal


Anggota Tubuh Manusia subjek MRD pada Fase
Intervensi ke-2
Frekuensi
Terjadinya
Intervensi Waktu Kesalahan
Tanggal perilaku
ke- (menit) (Total
sasaran
Kejadian)
12 Mei 2 08.00- IIIIIIII 8
2015 08.45
Dari tabel di atas, kesalahan subjek ketika menjawab soal

tes terdapat pada item soal nomor 5, 6, 9, 14, 15, 16, 17, dan 19

yaitu subjek belum mampu menuliskan nama bagian anggota tubuh

lidah, rambut, kepala, kemudian belum mampu menyebutkan

fungsi bagian anggota tubuh gigi dan telinga, serta belum mampu

menyebutkan cara merawat bagian anggota tubuh kaki, hidung, dan

mata . Pada saat peneliti meminta subjek untuk menjawab soal-soal

tersebut, subjek tidak memberikan respon. Peneliti mengulangi

instruksi sebanyak 3 kali, akan tetapi subjek tidak memberikan

respon dan memilih keluar kelas. Peneliti mengakhiri pembelajaran

dan mengajak subjek keluar kelas.

c. Intervensi ke-3

Intervensi ke-3 dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2015.

Kegiatan yang dilakukan pada intervensi ke-3 sama dengan

kegiatan yang dilaksanakan pada intervensi sebelumnya. Kegiatan

belajar diawali dengan mengkondisikan subjek untuk di kursi dan

melakukan doa bersama. Setelah melakukan doa bersama, peneliti

88
mengajak subjek untuk melakukan komunikasi sederhana,

mengucapkan selamat pagi, dan menjelaskan kepada subjek bahwa

materi pembelajaran adalah tentang mengenal anggota tubuh

manusia. Peneliti mengajak subjek untuk melakukan “tos” dan

“tepuk tangan” sebagai kegiatan awal untuk membangkitkan

perhatian subjek sebelum memulai pembelajaran. Peneliti mulai

mengoperasikan media flashcard dan meminta subjek fokus

memperhatikan materi. Saat subjek memperhatikan, peneliti

menuntun subjek untuk memegang bagian tubuhnya seperti yang

ditampilkan pada media flashcard. Pemberian materi dilakukan

selama 20 menit, dan bagian latihan 15 menit. Pada intervensi ke-3

ini, pembelajaran mengenal anggota tubuh manusia ditekankan

pada bagian yang masih salah saat menjawab soal pada intervensi

ke-2. Hal tersebut dilakukan karena kesulitan subjek membedakan

rambut dan kepala, sulit menyebut kata lidah, belum bisa

menjawab fungsi gigi dan teling, serta tidak merespon saat ditanya

cara merawat kaki, hidung, dan mata. Peneliti melakukan

pengulangan sebanyak 3 kali pada bagian yang salah tersebut agar

subjek paham.

Setelah penyajian materi mengenal anggota tubuh manusia

menggunakan media flashcard selesai dilaksanakan, peneliti

memberikan tes kepada subjek. Jumlah item soal yang benar pada

intervensi ke-3 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah item

89
pada intervensi sebelumnya atau jumlah kesalahan yang dilakukan

subjek dalam mengenal anggota tubuh pada intervensi ke-3 lebih

sedikit dibandingkan dengan intervensi sebelumnya.

Frekuensi kesalahan subjek dapat digambarkan pada tabel

dibawah ini:

Tabel 8. Data Frekuensi Kesalahan pada Tes Mengenal


Anggota Tubuh Manusia subjek MRD pada Fase
Intervensi ke-3
Tanggal Intervensi Waktu Terjadinya Frekuensi
ke- (menit) perilaku Kesalahan
sasaran (Total
Kejadian)
13 Mei 3 08.00-08.45 II 2
2015
Dari tabel di atas dapat diketahui subjek masih mengalami

kesalahan. Kesalahan yang dilakukan subjek terdapat pada item

soal nomor 17, dan 19 yaitu subjek belum mampu menyebutkan

cara merawat hidung, dan mata yang terdapat pada gambar.

d. Intervensi ke-4

Intervensi ke-4 dilaksanakan pada hari Senin, 18 Mei 2015.

Pada intervensi ke-4 masih sama dengan intervensi yang

dilaksanakan sebelumnya. Pada tahap intervensi ke-4 ini subjek

tidak mengalami hambatan yaitu tidak terdapat kesalahan dalam

mengerjakan item soal saat menjawab tes. Dalam pelaksanaan

intervensi ke-4 subjek mau mengikuti dan patuh terhadap instruksi

yang diberikan oleh peneliti. Peneliti mengkondisikan subjek dan

menyiapkan subjek agar siap mengikuti pembelajaran. Pertama

90
subjek diberikan intsruksi untuk mengambil sebuah gambar dan

menyebutkan nama beserta fungsi dan cara merawat bagian

anggota tubuh yang terdapat pada gambar. Peneliti mengulangi

kegiatan tersebut hingga semua item sudah di jawab oleh subjek

dilanjutkan dengan mengerjakan soal tes latihan. Selama

pelaksanaan intervensi, subjek dapat dikondisikan dengan baik.

Berikut adalah tabel frekuensi kesalahan subjek pada

intervensi ke-4.

Tabel 9. Data Frekuensi Kesalahan pada Tes Mengenal


Anggota Tubuh Manusia subjek MRD pada Fase
Intervensi ke-4
Tanggal Intervensi Waktu Terjadinya Frekuensi
ke- (menit) perilaku kesalahan
sasaran (total
kejadian)
18 Mei 4 08.00- 0 0
2015 08.45

e. Intervensi ke-5

Intervensi ke-5 dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2015.

Kegiatan yang dilakukan pada intervensi ke-5 sama dengan

kegiatan yang dilaksanakan pada intervensi sebelumnya. Selama

intervensi ke-5, peneliti tidak mengalami hambatan. Peneliti

mengkondisikan subjek untuk duduk di kursi dengan tenang.

Peneliti mengajak subjek melakukan komunikasi sederhana, seperti

mengucapkan selamat pagi, dan subjek hanya merespon dengan

mengucapkan kata “pagi”. Kegiatan belajar diawali dengan

melakukan doa bersama. Setelah melakukan doa bersama, peneliti

91
menyiapkan media flashcard. Penggunaan media flashcard masih

dengan bimbingan peneliti. Akan tetapi, pada tahap, subjek sudah

dapat mengoperasikan media secara mandiri. Pada intervensi ke-5

ini, pembelajaran dilanjutkan langsung pada bagian latihan. Subjek

belajar mengenal anggota tubuh melalui bagian latihan yang

diulangi sebanyak 2 kali. Pada saat instruksi untuk menyebutkan

gambar yang dimaksud, peneliti membimbing subjek untuk

menunjuk anggota tubuh secara langsung seperti yang

diinstruksikan pada media flashcard.

Setelah penyajian materi mengenal anggota tubuh manusia

menggunakan media flashcard selesai dilaksanakan, peneliti

memberikan tes kepada subjek. Hasil tes pada fase intervensi ke-5

subjek tidak melakukan kesalahan dalam menjawab, atau semua

item soal yang dikerjakan subjek sesuai dengan instruksi dari

peneliti. Berdasarkan hal tersebut, subjek tidak diberikan intervensi

pada pertemuan berikutnya. Frekuensi kesalahan subjek dapat

digambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 10. Data Frekuensi Kesalahan pada Tes Mengenal


Anggota Tubuh Manusia subjek MRD pada Fase
Intervensi ke-5
Tanggal Intervensi Waktu Terjadinya Frekuensi
ke- (menit) perilaku Kesalahan
sasaran (Total
Kejadian)
19 Mei 5 08.00-08.45 0 0
2015

92
Guna memperjelas data yang diperoleh pada tiap sesi

intervensi ke-1 sampe dengan ke-5, berikut akan disajikan display

data dan grafik garis frekuensi kesalahan subjek MRD ketika

ketika mengerjakan item soal tentang mengenal anggota tubuh

manusia:

Tabel 11. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Subjek MRD dalam


Mengenal Anggota Tubuh Manusia pada Fase Intervensi.

Tanggal Intervensi Waktu Terjadinya No item Frekuensi


ke- (menit) perilaku kesalahan
sasaran (total
kejadian)

11 Mei 1 08.00- IIIIIIIIIII 5, 6, 8, 9, 11


2015 08.45 13, 14, 15,
16, 17, 19
dan 20.

12 Mei 2 08.00- IIIIIIII 5,6,9,14,15, 8


2015 08.45 16,17, dan
19.

13 Mei 3 08.00- III 17, dan 19 2


2015 08.45

18 Mei 4 08.00- 0 0 0
2015 08.45

19 Mei 5 08.00- 0 0 0
2015 08.45

Berikut display grafik garis perkembangan kemampuan mengenal

anggota tubuh manusia subjek MRD pada sesi intervensi:

93
Frekuensi Kesalahan (total
kejadian)
12
10
8
6
4
2 Frekuensi
0
kesalahan (total
kejadian)

Grafik 2. Frekuensi Kesalahan Kemampuan Mengenal Anggota


Tubuh Manusia Subjek MRD pada Sesi Intervensi

Dari tabel dan grafik garis frekuensi kesalahan dalam mengerjakan

soal tes tentang anggota tubuh manusia pada subjek di atas, dapat

diketahui bahwa frekuensi kesalahan yang paling tinggi yaitu pada

intervensi ke-1. Sedangkan untuk frekuensi kesalahan terendah yaitu pada

intervensi ke-4 dan ke-5, karena pada sesi ini sudah tidak terdapat

kesalahan. Subjek sudah mampu memahami materi mengenal anggota

tubuh yang terdapat pada media flashcard.

Guna memperjelas perbedaan kemampuan subjek MRD dalam

mengenal anggota tubuh manusia sebelum dan selama diberikan

intervensi, berikut akan disajikan tabel serta grafik garis yang

menggambarkan data mengenai kemampuan subjek mengenal anggota

tubuh manusia, sebelum dan selama diberikan intervensi:

94
Tabel 12.. Data Hasil Frekuensi Kesalahann Subjek MRD
M dalam
Me
Mengenal Anggota Tubuh Manusia
sia pada Fas
Fase Baseline-1
dan Intervensi.
Perilaku
erilaku sasaran
sasa ( target behavior) Frekuensi
rekuensi Kesalahan
K
Frekuensi kesalahan pada saat Baseline- 1 Intervensi
melaksanak tes kemampuan
melaksanakan (A) (B)
mengenal anggota
an tubuh manusia 12 11
12 8
12 2
0
0

Frekuensi Kesalahan
Baseline
seline 1 (A)
14 Intervensi (B)
12
10
8
6
4
2
0 frekuensi
uensi kesalahan
kes

Grafik 3. Frekuen
Frekuensi Kesalahan Kemampuan Mengenal Anggota
Ang Tubuh
Manusi Subjek MRD pada Fase Baseline-11 dan Intervensi.
Manusia

Berdasark data yang disajikan melalui tabel dan display


Berdasarkan dis grafik di

atas,, dapat diketahui


diket bahwa frekuensi kesalahan subjek sete
setelah diberikan

perlakuan
akuan menggunakan
meng media flashcard semakin menurun
me yang

ditunjukkan
njukkan dari
dar jumlah kesalahan yang dilakukan
lakukan subjek
sub semakin

berkurang

95
3. Deskripsi Baseline-2(kemampuan akhir tanpa diberikan intervensi)

Data kemampuan akhir (baseline-2) tentang kemampuan mengenal

anggota tubuh manusia pada subjek MRD diperoleh melalui pemberian

tes, yaitu berupa tes tertulis dan lisan. Tes tersebut dilakukan sama

dengan pemberian tes pada fase baseline-1 dan intervensi yaitu dengan

cara subjek menuliskan nama bagian anggota tubuh, menyebutkan

fungsi dan cara merawat bagian anggota tubuhnya yang diinstruksikan

oleh peneliti. Penilaian yang dilakukan oleh peneliti pada baseline-2,

sama dengan penilaian yang dilakukan pada baseline-1, yaitu peneliti

mengamati respon subjek ketika diberikan instruksi. Subjek mendapat

skor 1 jika respon yang diberikan sesuai dalam waktu 2 menit untuk

tiap instruksi yang diulangi maksimal sebanyak 3 kali, dan skor 0 jika

subjek memberikan respon yang salah, dan atau tidak memberikan

respon. Berikut data pelaksanaan hasil tes dan pengamatan pada

baseline-2 yang dilakukan selama 3 sesi pada subjek MRD:

1. Sesi ke-1

Pemberian tes ke-1 pada baseline-2 dilaksanakan pada hari

Senin , 25 Mei 2015. Sama halnya dengan pemberian tes pada

baseline-1. Subjek tidak diberikan perlakuan menggunakan media

flashcard. Peneliti mengkondisikan subjek untuk duduk tenang di

kursi. Peneliti mengajak subjek untuk melakukan kegiatan “tos”

untuk menarik perhatian subjek sebelum memulai kegiatan belajar.

peneliti mengucapkan selamat pagi kepada subjek, kemudian

96
mengajak subjek untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.

Setelah itu, peneliti menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan

adalah masih mengenai materi mengenal anggota tubuh manusia.

peneliti kemudian memberikan soal tes dengan menginstruksikan

kepada subjek untuk menjawab soal tes tersebut tanpa

menggunakan media flashcard. Proses pelaksanaannya

dilaksanakan di dalam kelas secara individual dan ditempatkan di

ruangan yang kondusif. Hal ini bertujuan agar subjek tidak

terganggu oleh teman-temannya.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada sesi ke-1

baseline-2 ini, dari 20 pertanyaan yang diberikan peneliti, terdapat

2 kesalahan subjek saat mengerjakan soal tes tentang kemampuan

mengenal anggota tubuh manusia. Kesalahan terdapat pada item

soal nomor 17 dan 19. Kesalahan pada 2 item tersebut yaitu

menyebutkan cara merawat anggota tubuh pada bagian hidung dan

mata. Hal tersebut juga pernah terjadi pada subjek saat pelaksanaan

intervensi ke-3 tanggal 13 Mei 2015, subjek melakukan kesalahan

pada item soal yang sama..

2. Sesi ke-2

Pemberian tes ke-2 pada baseline-2 dilaksanakan pada hari

Selasa , 26 Mei 2015. Sama halnya dengan pemberian tes pada sesi

ke-1 baseline-2. Peneliti mengawali kegiatan belajar dengan

mengkondisikan subjek terlebih dahulu, kemudian menyapa subjek

97
dengan mengucapkan selamat pagi. Hal tersebut dilakukan untuk

menyiapkan subjek melakukan pembelajaran dan melakukan

kontak mata. Setelah itu, peneliti dan subjek memulai kegiatan

belajar dengan berdoa. Peneliti mengajak subjek untuk “tos”.

Kemudian peneliti mulai memberikan tes kepada subjek.

Kesalahan yang dilakukan subjek saat mengerjakan soal tes dari

peneliti adalah pada item nomor 17 yaitu bagian cara merawat

hidung. Subjek tidak memberikan respon ketika peneliti

menginstruksikan kepada subjek untuk menyebutkan cara merawat

anggota tubuh bagian hidung.

3. Sesi ke-3

Pemberian tes dan pengamatan yang dilakukan pada sesi

ke-3 baseline-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Mei 2015.

Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti pada sesi ke-3 ini, hampir

sama dengan sesi sebelumnya. Kegiatan diawali dengan

mengkondisikan subjek, kemudian melakukan doa sebelum

pembelajaran dimulai. Peneliti menjelaskan kepada subjek bahwa

kegiatan yang dilakukan masih sama dengan sebelumnya, yaitu

tentang materi mengenal anggota tubuh manusia. Pada sesi ke-3 ini

subjek berhasil menjawab semua soal tes dengan benar. Dalam

pelaksanaanya subjek mengikuti pembelajaran dengan tenang dan

mampu merespon semua intruksi yang diberikan oleh peneliti.

98
Tidak ada hambatan dalam pelaksanaan sesi ke-3 ini, semua

kegiatan berjalan dengan baik dan lancar.

Untuk memperjelas deskripsi data hasil penelitian pada

baseline-2, berikut akan disajikan tabel dan grafik garis mengenai

data kemampuan mengenal anggota tubuh manusia pada subjek

MRD:

Tabel 13. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Kemampuan


Mengenal Anggota Tubuh Manusia Subjek MRD
pada Baseline-2.
Tanggal Sesi Waktu Terjadinya Frekuensi
ke- (menit) perilaku Kesalahan
start-stop sasaran (Total
Kejadian)
25 Mei 2015 1 08.00-08.45 II 2

26 Mei 2015 2 08.00-08.45 I 1

27 Mei 2015 3 08.00-08.45 0 0

Frekuensi Kesalahan
2,5
2
1,5
1
Frekuensi Kesalahan
0,5
0
sesi ke-1 sesi ke-2 sesi ke-3

Grafik 4. Frekuensi Kesalahan Kemampuan Mengenal AnggotaTubuh


Manusia Subjek MRD pada Baseline-2

99
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan yang dilaksanakan pada

baseline-2, subjek MRD melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal tes

pada sesi-1 sebanyak 2 butir, yaitu pada item soal nomor 17 dan 19

tentang cara merawat anggota tubuh bagian hidung dan mata, pada sesi ke-

2 dengan jumlah kesalahan sebanyak 1 item yaitu pada item soal nomor 17

tentang cara merawat bagian tubuh pada hidung, dan pada sesi ke-3 subjek

dapat mengerjakan semua soal tes dengan baik dan benar tanpa melakukan

kesalahan. Dari tabel di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa subjek

MRD sudah mampu mengidentifikasi nama bagian anggota tubuh,

mengetahui fungsi dan cara merawat dari masing-masing bagian anggota

tubuh manusia.

Berdasarkan hasil pelaksanaan baseline-2 di atas, berikut disajikan

data akumulasi yang diperoleh peneliti dari mulai baseline-1 sampai

baseline-2:

Tabel 14. Data Hasil Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh Manusia


Subjek MRD pada Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2
Perilaku sasaran
Frekuensi Kesalahan
(target behavior)
Frekuensi kesalahan Baseline-1 Intervensi Baseline -2
pada saat mengerjakan (A) (B) (A’)
soal tes kemampuan 12 11 2
mengenal anggota 12 8 1
tubuh manusia 12 2 0
0
0

100
Frekuensi Kesalahan
14 Baseline
line 1 (A)
(A
12
Intervensi (B)
10
8
6 Baseline2 (A')
4
2 frekuensi
ekuensi kesalahan
0
sesi ke-1
sesi ke-2
sesi ke-3

intervensi ke-1
intervensi ke-2
intervensi ke-3
intervensi ke-4
intervensi ke-5

sesi ke-1
sesi ke-2
sesi ke-3
Grafik 5. Frekuensi Kesalahan Kemampuan Mengenal Anggota
Ang Tubuh
Manusia Subjek
Su MRD pada Baseline-1, Intervensi
tervensi dan Baseline-2

D. Deskripsi
kripsi Hasil Analisis Data

Analisis data
d dalam penelitian ini menggunakan
unakan statistik
statis deskriptif

dengan
gan penyajian data dalam bentuk tabel dan grafik
rafik garis ya
yang kemudian

dianalisis
alisis berdasarkan
berda kondisi yang sebenarnya.
arnya. Pengujian
Peng dalam

penelitian
elitian ini dilakukan
dil dengan mengamati pengaruh pengg
enggunaan media

flashcard terhadap
terhad kemampuan mengenal anggota
gota tubuh manusia
m pada

subjek
jek yang ber
berinisial MRD sebelum dan setelah
lah pemberian
pemberia intervensi.

Hipotesis
otesis yang diajukan
d dalam peneltian ini adalah media
edia flashcard
fla efektif

dalam meningkatkan
meningk kemampuan mengenalkan
n anggota tubuh
tu manusia

padaa anak autistik


autist kelas 2 SD di Sekolah Khusus
usus Autis Bina
B Anggita

Yogyakarta.
yakarta. Hal tersebut ditunjukan dengan frekuensi
si kesalahan
kesa subjek

dalam pelaksana
sanaan tes pada baseline 1 lebih tinggi
ggi dibandingkan
dibandin dengan

frekuensi
uensi kesalahan
kesa pada baseline 2 ( A>A’).

101
Selain itu, analisis yang digunakan adalah analisis dalam kondisi

dan antar kondisi. Analisis dalam kondisi diantaranya meliputi: panjang

kondisi, kecenderungan arah, tingkat stabilitas, tingkat perubahan, jejak

data dan rentang, sedangkan analisis antar kondisi dilakukan dengan

membandingkan faktor banyaknya variabel, perubahan kecenderungan

arah, perubahan stabilitas, perubahan level, dan analisis data overlap.

Penerapan analisis dalam statistik deskriptif menggunakan analisis dalam

kondisi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan analisis antar

kondisi.

Untuk memperjelas data hasil penelitian pada tahap baseline- 1,

intervensi dan baseline 2, maka peneliti menyajikan data dalam bentuk

tabel dan grafik sebagai berikut:

Tabel 15. Data Hasil Kemampuan Subjek MRD dalam Mengenal


Anggota Tubuh Manusia pada Baseline-1, Intervensi dan
Baseline-2.

Perilaku
sasaran (target Frekuensi Kesalahan ( Letak Kesalahan)
behavior)
Frekuensi Baseline 1 (A) Intervensi (B) Baseline 2
kesalahan pada (A’)
saat 12= 11= 2= (17 dan
mengerjakan (3,5,6,8,9,13,14,15 (5,6,8,9,13,14,15,16, 19)
soal tes tentang ,16,17,19, dan 20) 17,19, dan 20) 1= (17)
mengenal 12= 8= 0
anggota tubuh (3,5,6,8,9,13,14,15 (5,6,9,14,15,16,17,
manusia ,16,17,19, dan 20) dan 19)
12= 2= (17 dan 19)
(3,5,6,8,9,13,14,15 0
,16,17,19, dan 20) 0

102
Dari tabel
abel di
d atas menunjukkan akumulasi frekuensi kesalahan
k dan

letak
k kesalahan subjek MRD ketika menjawab
jawab soal tes tentang

kemampuan
ampuan mengenal
me anggota tubuh manusia
sia pada basline-1 (A),

intervensi
rvensi (B), dan
d baseline-2 (A’). Data tersebut
but menunjukkan
menunju bahwa

penggunaan media
med flashcard dapat meningkatkan
tkan kemampuan
kemam subjek

dalam
m mengenal anggota tubuh manusia, dengan
n berkurangnya
berkurangn frekuensi

kesalahan
lahan pada baseline-2. Adapun grafik dari data
ta tersebut adalah
a sebagai

berikut:

Frekuensi Kesalahan
14 Baseline
aseline 1 (A)
12
Intervensi (B)
10
8
6 Baseline2 (A')
4
2 frekuen kesalahan
frekuensi
0
sesi ke-1
sesi ke-2
sesi ke-3

intervensi ke-1
intervensi ke-2
intervensi ke-3
intervensi ke-4
intervensi ke-5

sesi ke-1
sesi ke-2
sesi ke-3

Grafik 5. Per
Perkembangan Frekuensi Kesalahan
n Kemampuan
Kemampu Mengenal
Ang
Anggota Tubuh Manusia Subjek MRD Pada Setiap
Setia Fase

Berdasark tabel di atas menunjukkan frekuensi


Berdasarkan rekuensi kesalahan
kesa dalam

menjawab
jawab soal tes
t tentang kemampuan mengenal
al anggota tubuh
tu manusia

yang
g dilakukan oleh subjek MRD pada baseline-11 masih tinggi. Dari

jumlah item soal


soa tes yang diberikan sebanyak 20 item, terdapat
terd 12 item

kesalahan
lahan yaitu pada
p item soal nomor 3,5,6,8,9,13,14,15,16,1
3,14,15,16,17,19, dan 20.

103
Kesalahan tersebut yaitu menuliskan anggota tubuh bagian mulut, lidah,

rambut, jari, kepala, menyebutkan fungsi hidung, gigi, telinga, cara

perawat bagian kaki, hidung, mata, dan telinga. Pada saat peneliti

menginstruksikan subjek untuk menuliskan atau memegang anggota tubuh

yang dimaksud, subjek tidak menunjukkan anggota tubuh yang tepat atau

sesuai dengan instruksi dan pada saat diintruksikan untuk menyebutkan

fungsi hidung, gigi, telinga, cara perawat bagian kaki, hidung, mata, dan

telinga, subjek tidak memberikan respon. Pada anggota tubuh bagian mata,

telinga, hidung, gigi, mulut, kepala dan rambut. Subjek sering melakukan

kesalahan karena subjek kesulitan membedakan beberapa bagian anggota

tubuh tersebut. Subjek menunjukkan mata ketika peneliti menginstruksi

untuk menunjuk hidung. Sama halnya dengan bagian mulut dan telinga

serta gigi, lidah dan mulut, subjek merasa kesulitan menunjukkan anggota

tubuh yang dimaksud dari instruksi dan sering terbalik-balik dalam

menyebutkannya. Sementara pada bagian jari tangan, subjek kesulitan

membedakan jari tangan dengan tangan serta sulit membedakan bagian

rambut dan kepala. Pada beberapa sesi, subjek bahkan tidak memberikan

respon ketika diinstruksikan untuk menyebutkan fungsi dan cara merawat

salah satu bagian anggota tubuh yang ditunjukkan pada gambar. Setelah

mendapatkan data pada baseline- 1 dan kesalahan yang dilakukan subjek

cenderung sama, peneliti melanjutkan dengan memberikan intervensi

menggunakan media flashcard sebagai bentuk perlakuan untuk

104
mempengaruhi kemampuan subjek MRD dalam mengenal anggota tubuh

manusia.

Pada intervensi ke-1, subjek mengalami kesalahan sebanyak 11

item soal. Kesalahan subjek pada item tes nomor 5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16,

17, 19 dan 20 yaitu subjek belum mampu menuliskan anggota tubuh

bagian lidah, rambut, jari, kepala, menyebutkan fungsi hidung, gigi,

telinga, cara perawat bagian kaki, hidung, mata, dan telinga. Pada saat

peneliti meminta subjek untuk menunjuk anggota tubuh yang

diintruksikan, subjek memegang anggota tubuh bagian lain. Dan saat

peneliti meminta subjek menunjuk bagian anggota tubuh yang

diintruksikan pula, subjek juga kerap tidak memberikan respon. Kesalahan

yang terjadi pada item nomor tersebut disebabkan karena jarak pada

bagian tubuh yang berdekatan sehingga subjek kesulitan untuk

membedakan dari masing-masing bagian tubuh. Kesalahan yang

dilakukan subjek saat pelaksanaan intervensi-1 relatif sama dengan

pelaksanaaan pada sesi baseline-1 yaitu subjek sering keliru saat

mengidentifikasi bagian anggota tubuhnya dan terkadang tidak

memberikan respon pada beberapa item soal tes yang diintruksikan.

Namun pada intervensi-1 kesalalan subjek berkurang 1 item, dari 12

menjadi 11 item. 1 item kesalahan yang berkurang yaitu pada item soal

nomor 3 yaitu menuliskan nama bagian anggota tubuh mulut, subjek

mampu munjawab soal tes yang diberikan setelah diberikan intervensi

menggunakan media flashcard.

105
Pada intervensi ke-2, frekuensi kesalahan yang dilakukan subjek

kembali mengalami penurunan. Sebelumnya pada intervensi ke-1,

kesalahan yang dilakukan subjek sebanyak 11 item, pada intervensi ke-2

ini kesalahan subjek sebanyak 8 item. Kesalahan tersebut terdapat pada

item soal nomor 5, 6, 9,14, 15, 16, 17, dan 19. Hal tersebut dikarenakan

materi difokuskan pada bagian-bagian anggota tubuh yang kerap tebalik-

balik saat subjek diminta menyebutkan bagian anggota tubuh beserta

fungsi dan cara merawatnya. Pada fase ini subjek sudah mampu

membedakan bagian mata, hidung, mulut, gigi, dan kaki. Akan tetapi, pada

bagian rambut dengan kepala dan tangan dengan jari tangan, subjek masih

sulit membedakan karena terdapat pada satu bagian anggota tubuh yang

sama, seperti letak rambut terdapat di kepala dan letak jari tangan terdapat

di tangan. Untuk bagian lidah, subjek juga masih mengalami kesalahan

karena selalu lupa saat peneliti meminta subjek menyebutkan nama bagian

anggota tubuh tersebut.

Pada pelaksanaan intervensi ke-3, hanya terdapat 2 item kesalahan

yang dilakukan subjek saat mengerjakan soal tes. Kesalahan tersebut

terdapat pada item soal tes nomor 17 dan 19 yaitu tentang materi

menyebutkan cara merawat anggota tubuh bagian hidung dan mata. Saat

peneliti mengintruksikan kepada subjek tentang cara merawat bagian

tersebut, subjek tidak merespon terhadap intruksi yang diberikan dan

menolak untuk menjawab pertanyaan tersebut. Untuk itu, pada intervensi

ke-3 ini peneliti lebih mengfokuskan materi pada aspek cara merawat

106
bagian anggota tubuh manusia. Subjek terus menerus diberikan materi,

hingga subjek mampu menyebutkan masing-masing cara merawat bagian

tubuhnya. Peneliti menjelaskan dengan media flashcard, yaitu

menjelaskan satu persatu cara merawat bagian anggota tubuh manusia

dengan gambar yang ditunjukkan kepada subjek. Seperti peneliti

mengambil gambar tangan kemudian dijodohkan dengan gambar mencuci

tangan sambil diberikan penjelasan tentang cara mencuci tangan. Hal

tersebut dilakukan dari gambar satu ke gambar selanjutnya sampai semua

gambar telah dijelaskan selanjutnya subjek diminta untuk mengerjakan

soal tes pada setiap akhir sesi.

Pemberian intervensi pada sesi berikutnya hanya berupa

pengulangan materi dari sesi sebelumnya mencakup keseluruhan materi

yang diajarkan, karena pada sesi intervensi ke-3 subjek sudah mengalami

perubahan yang signifikan. Peneliti mengulangi pada bagian-bagian materi

yang sering terjadi kesalahan oleh subjek saat mengerjakan soal tes. Hal

tersebut dilakukan supaya subjek memahami materi yang diberikan dari

setiap kesalahan yang dilakukan oleh subjek saat mengerjakan soal tes.

Dari pemberian intervensi tersebut, didapatkan hasil tes yang lebih baik

dibandingkan dengan sesi sebelumnya yaitu tidak terdapat kesalahan

dalam menjawab soal tes tentang anggota tubuh manusia. Pada intervensi

ke-4 dan ke-5, subjek mampu menjawab semua item soal tes tentang

mengenal anggota tubuh manusia dengan tepat. Setelah pelaksanaan

intervensi sebanyak 5 kali dan tidak terdapat kesalahan pada intervensi ke-

107
4 dan ke-5, selanjutnya peneliti melakukan tahapan terakhir yaitu

pemberian tes tanpa perlakuan ( baseline-2).

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti pada baseline-2 yaitu

terdapat kondisi menaik yang terjadi pada setiap sesi. Frekuensi kesalahan

yang dilakukan subjek pada sesi-1, 2, dan 3 mengalami penurunan dengan

frekuensi kesalahan pada sesi ke-1 sebanyak 2 item yaitu pada item soal

nomor 17 dan 19 tentang cara merawat anggota tubuh bagian hidung dan

mata, pada sesi ke- sebanyak 1 item yaitu pada item soal nomor 17, dan

pada sesi ke-3 tidak mengalami kesalahan atau semua item soal dikerjakan

dengan benar. Rentang waktu setelah pelaksanaan intervensi dan

pemberian tes pada baseline-2 yaitu selama 1 minggu. Kesalahan pada sesi

ke-1 dan ke-2 ini dikarenakan subjek sedikit lupa dengan materi yang

diberikan saat pelaksanaan intervensi, karena adanya rentang waktu yang

cukup lama sehingga sebagian materi tidak diingatnya dengan baik.

Berdasarkan deskripsi data penelitian di atas, maka berikut ini

dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi maupun antar kondisi ke

dalam tabel sebagai berikut:

1. Analisis dalam kondisi

108
Tabel 16. Hasil Analisis Visual dalam Kondisi dengan Aspek
Mengenal Anggota Tubuh Manusia pada Subjek MRD

Baseline-1 Baseline-2
Kondisi Intervensi
(A) (A’)
1. Panjang kondisi 3 5 3
2. Estimasi
kecenderungan
arah (=) (+) (+)

3. Kecenderungan
Stabil Variabel Variabel
stabilitas data
4. Jejak data
(=) (+) (+)

5. Level dan Stabil Variabel Variabel


stabilitas rentang (12-12) (0-11) 0-2
6. Perubahan level 12-12 =0 0-11= +11 0-2= +2
(tidak ada (menurun) (menurun)
perubahan)
Berdasarkan data tabel di atas dalam penelitian ini, diketahui

bahwa panjang fase baseline-1 (A) = 3, Intervensi (B) = 5 dan

baseline-2 (A’) = 3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa adanya

perubahan yang terjadi pada kemampuan mengenal anggota tubuh

manusia pada subjek. Adapun kecenderungan arah yang terjadi pada

fase baseline-1 (A) adalah stabil, pada fase intervensi (B) menurun dan

pada fase baseline-2 adalah menurun. Selain itu, perubahan

kemampuan mengenal anggota tubuh manusia juga tampak setelah

diberikan intevensi dengan adanya perubahan level +11 dan pada fase

baseline-2 terjadi perubahan level +2. Adapun rincian perhitungan

mengenai komponen-komponen pada analisis dalam kondisi ini dapat

dilihat pada lampiran.

109
2. Analisis antar kondisi

Setelah mengetahui hasil pada analisis data dalam kondisi, maka

selanjutnya dilakukan analisis data antar kondisi. Adapun hasil

mengenai analisis data antar kondisi ini berikut dijelaskan pada tabel

di bawah ini:

Tabel 17. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi dengan


Aspek Mengenal Anggota Tubuh Manusia pada Subjek
MRD

Perbandingan B/A A’/B


Kondisi
1. Jumlah variabel 1 1
yang diubah
2. Perubahan
kecenderungan
arah dan (=) (+) (+) (+)
efeknya
3. Perubahan Stabil ke variabel variabel ke variabel
kecenderungan
dan stabilitas

4. Perubahan level 12-11=+1 2-11=+9


5. Presentasi (0 ÷ 5) x 100% = 0% (0 ÷ 3) x 100% =0%
Overlap
Berdasarkan data tabel di atas, perubahan kecenderungan arah

antara kondisi baseline-1 (A) dengan intervensi (B) yakni dari stabil ke

menurun yang menandakan kondisi dari baseline-1 ke fase intervensi

semakin lebih baik. Perubahan kecenderungan arah antara kondisi

intervensi (B) dengan baseline-2 (A’) yaitu menurun ke menurun, yang

menandakan kondisi dari intervensi ke baseline-2 semakin lebih baik.

Hal tersebut juga didukung oleh data tumpang tindih (overlap) pada

baseline-1 (A) ke intervensi (B) maupun intervensi (B) ke baseline-2

110
(A’) yaitu sebesar 0%. Adapun rincian perhitungan mengenai analisis

data antar kondisi dapat dilihat pada lampiran.

Dari rincian analisis data di atas, maka hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penggunaan media flashcard dalam fase

intervensi efektif terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh

manusia pada anak autistik. Hal tersebut ditandai dengan frekuensi

kesalahan pada baseline-2 (A’) lebih kecil dibandingkan dengan

frekuensi kesalahan pada baseline-1 (A), serta data yang overlap yaitu

sebesar 0%.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Kemampuan mengenal anggota tubuh manusia merupakan hal

yang penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih pada pembelajaran

sains tentang mengenal anggota tubuh merupakan bagian yang harus di

kuasai oleh siswa.

Sama halnya dengan anak autistik pada umumnya, anak autistik

yang menjadi subjek dalam penelitian ini juga memiliki permasalahan

dalam aspek komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. sebagaimana yang

telah disebutkan oleh Caroline I. Maygar (2011: 3) bahwa anak autis

memiliki permasalahan perkembangan yang sangat komplek, meliputi tiga

aspek utama yaitu komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Permasalahan

yang dialami anak autistik tersebut sangat mempengaruhi dalam

kehidupan anak, hal tersebut dapat menghambat anak dalam menyerap

informasi khususnya pemberian layanan pendidikan. Karena sulitnya

111
menyerap informasi yang diberikan, sehingga mengakibatkan anak autistik

menjadi miskin dalam penggunaan bahasa, yaitu salah satunya kesulitan

untuk memahami makna dan konsep. Dalam penelitian ini salah satu

konsep yang belum dipahami oleh anak yaitu tentang mengenal anggota

tubuh manusia. Hal tersebut perlu diajarkan kepada anak autistik agar anak

mampu mengenal dirinya sendiri, anggota tubuhnya serta mengetahui

fungsi dari masing-masing bagian tubuhnya dan mengetahui cara

merawatnya. Pengenalan anggota tubuh merupakan langkah awal bagi

seorang anak, khususnya pada anak autis agar mampu menjaga dan

merawat bagian tubuhnya dengan baik. sebagaimana yang diungkapkan

oleh Supriyono Koes H. dan Prabowo (1999 :262) bahwa mempelajari

tubuh manusia pada hakikatnya adalah mengenali diri sendiri. Pemahaman

tentang tubuh sendiri merupakan hal yang perlu dilakukan karena

memahami tubuh dengan baik dapat menjaga diri agar tetap sehat dan

terhindar dari penyakit.

Terkait permasalahan yang dialami oleh subjek penelitian, peneliti

mencoba memberikan stimulus kepada subjek dengan menggunakan

media berbasis visual yang didalamnya mengandung unsur gambar, yaitu

media flashcard. Anak autistik cenderung menyukai sesuatu hal yang

menarik, yang mempunyai warna agar dapat menarik perhatiannya. Media

flashcard yang digunakan juga termasuk bentuk media kartu bergambar

berbasis visual yang digemari dan disukai oleh subjek. Menurut Azhar

Arsyad (2006:119) flashcard merupakan media pembelajaran berupa kartu

112
kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau

menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

Flashcard biasanya berukuran 8x12 cm atau dapat disesuaikan dengan

besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu tersebut menjadi petunjuk dan

rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan,

misalnya mengenalkan anggota tubuh manusia kepada anak autis. Media

flashcard memberikan pengalaman dan pengertian menjadi lebih luas,

lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan.

Hal ini disesuaikan dengan gaya belajar anak autistik yang lebih

cenderung dengan gaya belajar visual. Dalam pembelajaran, masing-

masing anak autis memiliki gaya belajar yang khas dan unik. Astri

Mayanti, dkk( 2003: 200) menyebutkan salah satu gaya belajar yang

paling dominan pada anak autis adalah gaya belajar dengan kemampuan

visual, dimana anak autis lebih mudah menyerap informasi melalui

gambar-gambar. Berdasarkan gaya belajar anak autistik yang lebih

dominan menggunakan gaya belajar visual, peneliti menggunakan media

flashcard sebagai bentuk perlakuan (treatmen) yang diberikan kepada

anak autistik dalam memberikan pemahaman tentang mengenal anggota

tubuh manusia

Penggunaan media flashcard bertujuan untuk menarik perhatian

anak autistik dan memudahkannya dalam menerima informasi yang

diberikan. Selain itu, beberapa kelebihan media flashcard menurut Rudi

Susilana dan Cepi Riyana (2007: 94) antara lain: a) Mudah dibawa

113
kemana-mana, dengan ukuran yang tidak terlalu besar, flashcard mudah

dibawa kemana-mana dan dapat digunakan dimana saja serta tidak

membutuhkan ruangan yang luas. b) Praktis, dalam penggunaannya tidak

perlu memiliki keahlian khusus, praktis dan tidak menggunakan listrik

dalam pemakaiannya. Jika kita akan menggunakan media tersebut, maka

harus dipastikan bahwa posisi gambar jangan sampai terbalik. c) Mudah

diingat, karakteristik media flashcard adalah menyajikan pesan-pesan

pendek pada setiap kartu yang disajikan. Misalnya mengenal huruf,

mengenal hewan, mengenal angka, atau mengenalkan anggota tubuh

manusia, dan sebagainya. Sajian pesan pendek ini akan memudahkan

siswa untuk mengingat pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan teks

cukup memudahkan siswa untuk mengenali konsep sesuatu. d)

Menyenangkan, media flashcard dalam penggunaannya bisa melalui

permainan. Misalnya seorang guru meminta siswa untuk menunjukkan

salah satu bagian anggota tubuhnya kemudian siswa diminta untuk

mengambil kartu yang sesuai dengan anggota tubuh yang ditunjuknya.

Selain mengasah kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan.

Media flashcard dalam penelitian ini merupakan suatu perlakuan

yang diberikan peneliti untuk mengatasi kesulitan anak autis dalam

memahami konsep mengenal anggota tubuh manusia. Penggunaan media

flashcard menimbulkan adanya reaksi perubahan pada kemampuan

memahami konsep mengenal anggota tubuh manusia pada subjek MRD.

Perubahan itu menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengenal

114
anggota tubuh manusia. Peningkatan tersebut di tandai dengan frekuensi

kesalahan yang dilakukan subjek pada saat sebelum diberikan intervensi

lebih tinggi dibandingkan dengan setelah diberikannya intervensi.

Sebelum diberikan intervensi subjek mengalami kesalahan sebanyak 12

item dari 20 item soal tes yang diberikan pada setiap sesi. Setelah

diberikan intervensi subjek mengalami kesalahan 2 item pada sesi ke-1,

pada sesi ke-2 mengalami kesalahan 2 item dan pada sesi ke-3 subjek tidak

melakukan kesalahan.

Penggunaan media flashcard didasarkan pada teori belajar yang

diungkapkan Skinner mengenai teori Operant Conditioning. Menurut

Skinner (M. Ngalim Purwanto, 2011:96) menjelaskan bahwa tingkah laku

muncul karena adanya hubungan antara perangsang dan respon. Dari teori

tersebut, peneliti menggunakan media flashcard sebagai stimulus atau

perangsang agar dapat muncul perilaku yang diharapkan yaitu subjek

dapat memahami konsep mengenal anggota tubuh manusia melalui respon

yang tepat. Guna memperkuat perilaku yang diharapkan agar menetap,

peneliti memberikan reinforcement positif pada setiap sesi tes. Pemberian

reinforcement sosial sebagai penguat munculnya perilaku yang diharapkan

juga didasarkan pada konsep B. F Skinner (M. Ngalim Purwanto, 2011:

96) yaitu tentang operant response ( intrumental response) respon yang

timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.

Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli karena dapat

memperkuat respon yang telah dilakukan. Reinforcement yang diberikan

115
peneliti berupa pujian, dan mengajak “tos” setiap kali anak memberikan

respon dengan benar.

Pemberian reward juga dilakukan untuk memperkuat perilaku

yang diinginkan atau menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan.

Terutama ketika anak dalam mood yang kurang baik, seperti anak

menangis dan menggulingkan badan di lantai. Beberapa proses

intervensi, peneliti menemukan bahwa anak autistik berada dalam mood

yang kurang baik sedari awal datang ke sekolah. Peneliti dengan

bantuan guru mecoba membujuk, dan memberikan beberapa makanan

kesukaan anak agar anak berhenti menangis dan tidak menggulingkan

badan lagi. Setelah mood anak membaik, peneliti baru melanjutkan

pemberian intervensi. Pemberian perlakuan dalam bentuk pembelajaran

menggunakan media flashcard juga disertai dengan metode-metode

tertentu yang disesuaikan dengan anak autistik dalam penelitian ini. Saat

memberikan intervensi, pendekatan individualistik juga menjadi faktor

pendukung dari keberhasilan penggunaan media flashcard. Teknik serta

cara-cara peneliti dalam memperlakukan anak autistik juga sangat

penting untuk diperhatikan dalam proses belajar. Menyadari bahwa

anak autistik membutuhkan perhatian yang lebih khusus, serta cara-cara

yang khusus demi mendapatkan hasil yang lebih baik.

Relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Ainun

Khoiriyah (2013) yang berjudul” Pemanfaatan Media Flashcard untuk

Meningkatkan Penguasaan Mufradat Siswa Kelas VII A MTs N Ngemplak

116
Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan media flashcard sebagai media

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan anak dalam memahami

materi pelajaran. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Siti Ainun Khoiriyah (2013), penelitian yang dilakukan peneliti

menunjukkan bahwa media flashcard efektif terhadap kemampuan anak

autistik dalam memahami materi pelajaran mengenal anggota tubuh

manusia. Efektivitas tersebut berupa adanya peningkatan kemampuan

mengenal anggota tubuh manusia setelah diberikan stimulus atau

perlakuan menggunakan media flashcard.

Penelitian menggunakan flashcard juga dilakukan oleh Ardi

Bangkit Purwoko (2012) dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media

Gambar Flashcard dalam Meningkatkan Penguasaan Vocabulary Bahasa

Inggris Siswa Kelas 2 SDN Salatiga 06 Kota Salatiga ”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa media flashcard yang diwujudkan dalam bentuk

gambar tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti,

penggunaan media flashcard dalam proses pembelajaran pada anak autistik

dapat meningkatkan kemampuan mengenal anggota tubuh manusia.

Efektivitas dari media flashcard dapat dilihat pada hasil tes yang

diberikan selama fase baseline-1 dan baseline-2, yaitu fkesalahan A’<

fkesalahan A. Selain itu, efektivitas media flashcard juga didukung

dengan persentase data overlap yang rendah, yaitu sebesar 0%. Sesuai

117
dengan pendapat Juang Sunanto (2006: 84) yang menyatakan bahwa, “

semakin kecil persentase overlap maka makin baik pengaruh intervensi

terhadap target behavior”.

F. Keterbatasan Penelitian

Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Pemberian intervensi masih dilakukan di tempat yang berbeda atau

tidak tetap yaitu di ruang kelas dan di ruang perpustakaan sehingga

subjek terkadang tidak fokus terhadap materi yang diberikan karena

kondisi ruangan yang kurang kondusif.

2. Pengenalan bagian anggota tubuh manusia pada tahap pemberian

intervensi menggunakan media flashcard, gambar bagian anggota

tubuh yang dikenalkan kepada anak autis belum secara keseluruhan

hanya terdapat 11 bagian anggota tubuh.

118
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan dapat disimpulkan

bahwa, media flashcard efektif untuk meningkatkan kemampuan

mengenal anggota tubuh manusia pada anak autis kelas 2 SD di Sekolah

Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya peningkatan kemampuan mengenal anggota tubuh manusia pada

anak autis yaitu berkurangnya frekuensi kesalahan pada hasil tes baseline-

2 dibandingkan dengan baseline-1 atau setelah diberikan intervensi

menggunakan media flashcard.

B. Saran

1. Bagi guru

Diharapkan media flashcard dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan untuk

menyampaikan materi pembelajaran mengenai materi mengenal

anggota tubuh manusia atau pun mengenalkan konsep lainnya. Guna

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang masih dilakukan oleh anak saat

menunjukkan anggota tubuh manusia, guru perlu memberikan

pembelajaran lebih lanjut.

2. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian mengenai pengaruh tentang keefektifan media

flashcard terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh manusia pada

119
anak autis kelas 2 SD dapat digunakan sebagai dasar bagi peneliti

selanjutnya yang akan meneliti tentang keefektifan penggunaan media

visual dalam pembelajaran bagi anak autis. selain itu, keterbatasan

penelitian yang ditemui pada hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan untuk menentukan tindakan yang tepat ketika

peneliti selanjutnya ingin melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti.

3. Bagi Orangtua/ wali murid

Orangtua / wali murid atau yang mendampingi anak dapat melanjutkan

pembelajaran mengenal anggota tubuh manusia ataupun mengenalkan

konsep lain yang telah diberikan oleh peneliti menggunakan media

flashcard, karena media flashcard dapat digunakan dimana saja, sesuai

kebutuhan dan orangtua dapat mendampingi anak.

120
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadis. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung:
Alfabeta.
Abiyu Mifzal. (2012). Anak Autis Berprestasi Panduan Tepat Mendidik Anak
Autis. Yogyakarta: Familia.

Andri Priyatna. (2010). Amazing Autism: Memahami, Mengasuh dan


Mendidik Anak Autis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Arief Sardiman, dkk. (2006). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Astri Mayanti, dkk. (2003). Strategi Visual dalam Pendidikan Anak ASD. Jakarta:
Makalah Konferensi Nasional Autisme.

Azhar Arsyad. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

BNSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar.


Jakarta: Depdiknas.

Budiono. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.

Bordens, Kenneth S., & Bruce B. Abboth. (2010). Research Design and Method.
New York: McGraw-Hill International Edition.

Cross, A. (1973). Home Economic Evaluation. Columbus Ohio: A Bell & Howel
Company.

Dina Indriana. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: DIVA
Press Anggota IKAPI.

Hallahan and Kauffman. (2009). Exceptional Learners 11th Edition. Virginia:


Pearson.

_____________________. (2006) .Exceptional Learners An Introduction


to Special Education.10th ed. USA: Pearson.

Jamila K.A Muhammad. (2007). Special Education for Special Children:


Panduan Pendidikan Khusus Anak-anak dengan Ketunaan dan Learning
Disabilities.Jakarta: PT Mizan Publika.

Joko Yuwono. (2012). Memahami Anak Autistik: Kajian Teoritik dan Empirik.
Bandung: Alfabeta.

121
Juang Sunanto. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung:
Upi Press. (Desain).

____________. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.

M. Ngalim Purwanto. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Maygar, C. I. (2011). Developing and Evaluating Educational Programs for


Students With Autism. New York: Department of pediatrics School of
Medicine and Dentistry University of Rochester.

Mehrens, W.A., dan I.J. Lehmann. (1978). Measurment and Evaluation in


Education and Psychology, second edition. New York-Chicago-San
Fransisco-Dallas-Motreal-London-Sydney.

Nana Sudjana. (2005). Media Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatan.


Bandung: Sinar Baru Al Gensindo.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Nur Azman. (2013). Kamus Standar Bahasa Indonesia. Bandung:


FOKUSMEDIA.

Polloway, E. A. & Patton, J. R. (1993). Strategies for teaching learners with


special needs. New York: Macmillan Publishing Company.

Rudi Susilana dan Cepi Riyana. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: CV


Wacana Prima.

Soekidjo Notoatmojo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Rev.ed. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Sri Anitah. (2009). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. (Cetakan Ke-9). Bandung: CV Alfabeta.

________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Suharsini Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

122
Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan : Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.

Sumlati, dkk. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Supriyono Koes H dan Prabowo. (1999). Konsep-Konsep Dasar IPA. Jakarta:


Depdiknas.

Triantoro Safaria. (2005). Autisme: Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna


bagi Orangtua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

123
LAMPIRAN
Lampiran 1. Isi Media Flashcard “ Mengenal Anggota Tubuh

Manusia”

Gambar 1. Tampilan gambar Gambar 2. Tampilan gambar


anggota tubuh bagian mata anggota tubuh bagian hidung

Gambar 3. Tampilan gambar Gambar 4. Tampilan gambar


anggota tubuh bagian mulut anggota tubuh bagian gigi

124
Gambar 5. Tampilan gambar Gambar 6. Tampilan gambar
anggota tubuh bagian lidah anggota tubuh bagian rambut

Gambar 7. Tampilan gambar Gambar 8. Tampilan gambar


anggota tubuh bagian kepala anggota tubuh bagian tangan

125
Gambar 9. Tampilan gambar Gambar 10. Tampilan gambar
anggota tubuh bagian jari anggota tubuh bagian kaki

Gambar 11. Tampilan gambar


anggota tubuh bagian telinga

126
Isi Media Flashcard tentang Cara Merawat Anggota Tubuh Manusia

Gambar 12. Tampilan gambar Gambar 13. Tampilan gambar


cara merawat anggota tubuh cara merawat anggota tubuh
bagian mata bagian hidung

Gambar 14. Tampilan gambar Gambar 15. Tampilan gambar


cara merawat anggota tubuh cara merawat anggota tubuh
bagian rambut bagian rambut

127
Gambar 16. Tampilan gambar Gambar 17. Tampilan gambar
cara merawat anggota tubuh cara merawat anggota tubuh
bagian telinga bagian telinga

Gambar 18. Tampilan gambar Gambar 19. Tampilan gambar


cara merawat anggota tubuh cara merawat anggota tubuh
bagian lidah bagian kepala

128
Gambar 20. Tampilan gambar Gambar 21. Tampilan gambar
cara merawat anggota tubuh cara merawat anggota tubuh
bagian tangan bagian jari

Gambar 22. Tampilan gambar Gambar 23. Tampilan gambar


cara merawat anggota tubuh cara merawat anggota tubuh
bagian kaki bagian kaki

129
Gambar 24. Tampilan Gambar 25. Tampilan gambar
gambar cara merawat cara merawat anggota tubuh
anggota tubuh bagian gigi bagian mulut

130
Lampiran 2. Instrumen Tes Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh

Manusia

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan
fungsi mata
12 Menyebutkan
fungsi kaki
13 Menyebutkan
fungsi hidung
14 Menyebutkan
fungsi gigi
15 Menyebutkan
fungsi telinga

131
16 Menjelaskan
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan
cara merawat
mata
20 Menjelaskan
cara merawat
telinga
Keterangan:

Benar : 1

Salah : 0

132
Lampiran 3. PANDUAN OBSERVASI PENCATATAN KEJADIAN
(MENGHITUNG FREKUENSI)

Nama Subyek : tanggal :


Pengamat :
Sesi ke :
Waktu :
No item yang salah :

Banyaknya kejadian: . . . . . . kali

Pengamat :
Perilaku sasaran : kesalahan dalam memahami mengenal anggota tubuh manusia

Tanggal Waktu (menit) Terjadinya Total kejadian


Start-stop perilaku sasaran

133
UJI VALIDITAS INSTRUMEN

Judul Penelitian :Keefektifan Media Flashcard terhadap Kemampuan


Mengenal Anggota Tubuh Manusia pada Anak Autis Kelas
2 SD Di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita.

Penguji :

Tanggal Uji :

PETUNJUK

1. Lembar uji validitas instrument ini berisikan instrument yang akan


digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan mengenai
keefektifan media flashcard terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh
manusia pada anak autis kelas II di sekolah khusus autis bina anggita.

2. Berilah tanda √ pada kolom yang Bapak atau Ibu pilih.

3. Selamat menilai dan terimakasih

134
135
136
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Subbag Pendidikan FIP UNY

137
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah daerah DIY

138
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah
Kabupaten Bantul

139
Lampiran 9. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari
Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta

140
Lampiran 10. Lembar Hasil Tes Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh
Manusia dan Pencatatan Frekuensi Kesalahan

Hari/ Tanggal : Senin, 4 Mei 2015

Baseline :A

Sesi ke- :1

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 0

141
fungsi hidung
14 Menyebutkan 0
fungsi gigi
15 Menyebutkan 0
fungsi telinga
16 Menjelaskan 0
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 0
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 0
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 4 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 1 (A1)

No item yang salah :

3, 5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19, dan 20

Banyaknya kesalahan : 12

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
4 Mei 2015 08.00-08.45 IIII IIII II 12
142
Hari/ Tanggal : Selasa, 5 Mei 2015

Baseline :A

Sesi ke- :2

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 0
fungsi hidung
14 Menyebutkan 0
fungsi gigi

143
15 Menyebutkan 0
fungsi telinga
16 Menjelaskan 0
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 0
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 0
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 5 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 2 (A2)

No item yang salah :

3, 5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19, dan 20

Banyaknya kesalahan : 12

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
5 Mei 2015 08.00-08.45 IIII IIII II 12

144
Hari/ Tanggal : Rabu, 6 Mei 2015

Baseline :A

Sesi ke- :3

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 0
fungsi hidung
14 Menyebutkan 0
fungsi gigi

145
15 Menyebutkan 0
fungsi telinga
16 Menjelaskan 0
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 0
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 0
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 6 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 3 (A3)

No item yang salah :

3, 5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19, dan 20

Banyaknya kesalahan : 12

146
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Mei 2015

Intervensi :B

Sesi ke- :1

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 0
fungsi hidung
14 Menyebutkan 0
fungsi gigi

147
15 Menyebutkan 0
fungsi telinga
16 Menjelaskan 0
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 0
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 0
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 11 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 1 (B1)

No item yang salah :

5, 6, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 19, dan 20

Banyaknya kesalahan : 11

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
11 Mei 2015 08.00-08.45 IIII IIII I 11

148
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Mei 2015

Intervensi :B

Sesi ke- :2

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 0
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 1
fungsi hidung
14 Menyebutkan 0
fungsi gigi

149
15 Menyebutkan 0
fungsi telinga
16 Menjelaskan 0
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 0
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 1
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 12 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 2 (B2)

No item yang salah :

5, 6, 9,14, 15, 16, 17, dan 19

Banyaknya kesalahan : 8

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
12 Mei 2015 08.00-08.45 IIII III 8

150
Hari/ Tanggal : Rabu, 13 Mei 2015

Intervensi :B

Sesi ke- :3

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 1
fungsi hidung
14 Menyebutkan 1
fungsi gigi

151
15 Menyebutkan 1
fungsi telinga
16 Menjelaskan 1
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 0
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 1
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 13 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 3 (B3)

No item yang salah :

17 dan 19

Banyaknya kesalahan : 2

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
13 Mei 2015 08.00-08.45 II 2

152
Hari/ Tanggal : Senin, 18 Mei 2015

Intervensi :B

Sesi ke- :4

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 1
fungsi hidung
14 Menyebutkan 1
fungsi gigi

153
15 Menyebutkan 1
fungsi telinga
16 Menjelaskan 1
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 1
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 1
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 1
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 18 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 4 (B4)

No item yang salah :

Banyaknya kesalahan : 0

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
18 Mei 2015 08.00-08.45 0 0

154
Hari/ Tanggal : Selasa, 19 Mei 2015

Intervensi :B

Sesi ke- :5

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 1
fungsi hidung
14 Menyebutkan 1
fungsi gigi

155
15 Menyebutkan 1
fungsi telinga
16 Menjelaskan 1
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 1
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 1
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 1
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 19 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 5 (B5)

No item yang salah :

Banyaknya kesalahan : 0

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
19 Mei 2015 08.00-08.45 0 0

156
Hari/ Tanggal : Senin, 25 Mei 2015

Baseline : A’

Sesi ke- :1

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 1
fungsi hidung
14 Menyebutkan 1
fungsi gigi

157
15 Menyebutkan 1
fungsi telinga
16 Menjelaskan 1
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 0
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 1
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 25 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 1 (A’1)

No item yang salah :

17 dan 19

Banyaknya kesalahan : 2

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
25 Mei 2015 08.00-08.45 II 2

158
Hari/ Tanggal : Selasa, 26 Mei 2015

Baseline : A’

Sesi ke- :2

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 1
fungsi hidung
14 Menyebutkan 1
fungsi gigi

159
15 Menyebutkan 1
fungsi telinga
16 Menjelaskan 1
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 0
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 1
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 1
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 26 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 2 (A’2)

No item yang salah :

17

Banyaknya kesalahan : 1

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
26 Mei 2015 08.00-08.45 I 1

160
Hari/ Tanggal : Rabu, 27 Mei 2015

Baseline : A’

Sesi ke- :3

Hasil Tes
No Indikator Keterangan
Benar Salah
1 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “mata”
2 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “hidung”
3 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh”mulut”
4 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “gigi”
5 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “lidah”
6 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
7 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “kaki”
8 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “jari”
9 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “rambut”
10 Menuliskan 1
nama anggota
tubuh “tangan”
11 Menyebutkan 1
fungsi mata
12 Menyebutkan 1
fungsi kaki
13 Menyebutkan 1
fungsi hidung
14 Menyebutkan 1
fungsi gigi

161
15 Menyebutkan 1
fungsi telinga
16 Menjelaskan 1
cara merawat
kaki
17 Menjelaskan 1
cara merawat
hidung
18 Menjelaskan 1
cara merawat
gigi
19 Menjelaskan 1
cara merawat
mata
20 Menjelaskan 1
cara merawat
telinga

Pencatatan Frekuensi

Nama Subyek : MRD Tanggal: 27 Mei 2015

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Sesi ke : 3 (A’3)

No item yang salah :

Banyaknya kesalahan : 0

Pengamat : Ferina Kusumaningrum

Perilaku Sasaran : Kesalahan dalam mengenal anggota tubuh manusia

Terjadinya
Waktu (menit)
Tanggal Perilaku Total Kejadian
Star-Stop
Sasaran
27 Mei 2015 08.00-08.45 0 0

162
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Komponen-Komponen Pada Fase
Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2

A. Analisis dalam Kondisi Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh


Manusia

1. Baseline-1 (A)

a) Panjang kondisi = 3

b) Estimasi Kecederungan arah = stabil

c) Kecenderungan stabilitas data : 15%

Skor Kriteria = Rentang


X
Tertinggi Stabilitas Stabilitas
12 x 0,15 1,8
Mean Level= (12+12+12): 3= 36:3= 12

Batas Atas= 12+ ½ (1,8)= 12+0,9= 12,9

Batas Bawah=12- ½ (1,8)= 12-0,9= 11,1

Presentasi stabilitas

Banyaknya ÷ Banyaknya data Presentasi


stabilitas
data point

yang ada

dalam

rentang

3 ÷ 3 100%
d) Jejak data : sejajar

e) Level stabilitas dan rentang : stabil (12-12)

f) Perubahan level : data terakhir- data pertama= 12-12=0 (tidak ada

perubahan)

163
2. Intervensi (B)

a) Panjang kondisi = 5

b) Estimasi kecenderungan arah = menurun (+)

c) Kecenderungan stabilitas data : 15% = 0,15

Skor Kriteria = Rentang


X
Tertinggi Stabilitas Stabilitas
11 X 0,15 1,65
Mean Level= (11+8+2+0+0): 5= 21:5= 4,2

Batas Atas= 4,2+ ½ (1,65)= 4,2+0,825= 5,025

Batas Bawah= 4,2- ½ (1,65)= 4,2-0,825= 3,375

Presentasi stabilitas

Banyaknya ÷ Banyaknya data Presentasi


stabilitas
data point

yang ada

dalam

rentang

0 ÷ 5 0

d) Jejak data : menurun

e) Level stabilitas dan rentang : variabel (0,11)

f) Perubahan level : data terakhir – data pertama= 0-11= +11 (membaik)

3. Baseline 2 (A’)

a) Panjang kondisi = 3

b) Estimasi kecenderungan arah= menurun

c) Kecenderungan stabilitas data : 15% = 0,15

164
Skor Kriteria = Rentang
X
Tertinggi Stabilitas Stabilitas

2 X 0,15 0,3

Mean Level= (2+1+0): 3= 3:3= 1

Batas Atas= 1+ ½ (0,3)= 1+ 0,15= 1,15

Batas Bawah= 1- ½ (0,3)= 1-0,15= 0,85

Presentasi stabilitas

Banyaknya ÷ Banyaknya data Presentasi


stabilitas
data point

yang ada

dalam

rentang

1 ÷ 3 33,33%

d) Jejak data : menurun

e) Level stabilitas dan rentang : naik (0-2)

f) Perubahan level: data terakhir – data pertama= 0-2= +2 (membaik)

B. Analisis Antar Kondisi

1. Perbandingan kondisi B/A

a. Jumlah variabel : 1

b. Perubahan arah dan efeknya : (=) (+)

c. Perubahan stabilitas dan efeknya : stabil ke variabel

d. Perubahan level data : sesi terakhir baseline 1 (A) - Sesi pertama

intervensi (B) : 12 - 11= +1 (membaik)

165
e. Data yang tumpang tindih (overlap) :

1) Batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline

BA= 12,9

BB= 11,1

2) Point pada kondisi intervensi (B) yang ada pada rentang


kondisi baseline(A)= 0

3) Persentase overlap = (0 ÷ 5) x 100% = 0%

2. Perbandingan kondisi A’/B

a. Jumlah variabel : 1

b. Perubahan arah dan efeknya : (+) (+)

c. Perubahan stabilitas dan efeknya : variabel ke variabel

d. Perubahan level data : sesi terakhir baseline2 (A’) - Sesi pertama

intervensi (B) : 0- 11= +11 (membaik)

e. Persentase overlap:

1) Batas atas dan batas bawah pada kondisi intervensi

BA= 5,025

BB= 3,375

2) Point pada kondisi intervensi (B) yang ada pada rentang

kondisi baseline-2(A’)= 0

3) Persentase overlap = (0 ÷ 3) x 100% = 0%

Keterangan tanda:

(+) : jika membaik

(-) : jika memburuk

(=): tidak ada perubahan

166
Lampiran 12. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Luar Biasa

Kelas/ semester : 1/ 2

Tema/ topik : Anggota Tubuhku

Pertemuan : 1 -5

Alokasi Waktu : 1 x 30 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

1. Mengenal aggota tubuh dan fungsinya, serta cara perawatannya.

B. KOMPETENSI DASAR

1. Menunjukkan bagian-bagian tubuh (mata, telinga, hidung, dll)

2. Menyebutkan fungsi bagian-bagian anggota tubuh.

3. Menyebutkan cara merawat bagian-bagian anggota tubuh

C. INDIKATOR

1. Siswa mampu menunjukkan anggota tubuh manusia

2. Siswa mampu menyebutkan fungsi bagian-bagian anggota tubuh.

3. Siswa mampu menyebutkan cara merawat bagian-bagian anggota tubuh

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa mampu menunjukkan anggota tubuh manusia dengan benar.

2. Siswa mampu menyebutkan fungsi bagian-bagian anggota tubuh


dengan benar.

3. Siswa mampu menyebutkan cara merawat bagian-bagian anggota tubuh


dengan benar.

E. MATERI PEMBELAJARAN

1. Anggota tubuh manusia

167
F. SUMBER DAN MEDIA BELAJAR

Sumber belajar

• Buku paket

Media belajar

• Media flashcard

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Prakondisi: 5 menit
• Siswa diminta untuk duduk tenang di
tempat duduk
• Peneliti dan siswa berdoa bersama
Apersepsi:
• Peneliti menjelaskan mengenai
pembelajaran yang akan dilakukan hari
ini yaitu tentang anggota tubuh manusia
• Peneliti menyiapkan perlengkapan
belajar seperti buku paket dan media
flashcard

Kegiatan Inti • Peneliti mulai menampilkan media 20 menit


flashcard, yaitu berupa gambar-gambar
tentang anggota tubuh, fungsi dan cara
perawatan dari masing-masing bagian
anggota tubuh.
• Peneliti mulai mengenalkan satu
persatu bagian anggota tubuh manusia
menggunakan media flashcard meliputi
bagian kepala ada rambut, mata,
hidung, mulut dan telinga, kemudian
tangan, jari tangan hingga ujung kaki.
• Penjelasan materi yaitu melalui
tampilan gambar yang kemudian
dipaparkan oleh guru secara langsung
dengan menunjukkan bagian
sesungguhnya sesuai bagian anggota
tubuh yang terdapat pada gambar.
• Peneliti melakukan pengulangan
sebanyak 3 kali pada tiap
penjelasannya, dan peneliti

168
169
Lampiran 13. TES MENGENAL ANGGOTA TUBUH MANUSIA

1.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......

2.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......


3.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......

4.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......

5.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......

6.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......

170
7.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......


8.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......


9.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......


10.

Nama anggota tubuh di samping adalah gambar......

11.

Fungsi gambar anggota tubuh di samping yaitu....


12.

Fungsi gambar anggota tubuh di samping yaitu....

13.

Fungsi gambar anggota tubuh di samping yaitu....

171
14.

Fungsi gambar anggota tubuh di samping yaitu....

15.

Fungsi gambar anggota tubuh di samping yaitu....

16.

Cara merawat anggota tubuh di samping yaitu....

17.

Cara merawat anggota tubuh di samping yaitu....


18.

Cara merawat anggota tubuh di samping yaitu....


19.

Cara merawat anggota tubuh di samping yaitu....


20.

Cara merawat anggota tubuh di samping yaitu....

172
Lampiran 14. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Gambar 26. Dokumentasi pelaksanaan intervensi menggunakan Media


Flashcard

Gambar 27. Dokumentasi pelaksanaan intervensi menggunakan Media


Flashcard

173

Anda mungkin juga menyukai