Anda di halaman 1dari 183

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM

DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)


NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Dian Eka Nidyawati
NIM 12110241041

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2017

i
MOTTO

“Kebanyakan orang tidak benar-benar ingin kebebasan, karena kebebasan


melibatkan tanggung jawab, dan kebanyakan orang takut
tanggung jawab.” (Sigmund Frend)

“Human behavior flows from three main sources: desire, emotion, and
knowledge” (Plato)

v
PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kehadirat-Nya yang telah
memberikan nikmat serta anugerah-Nya, karya ini saya persembahkan untuk:
1. Orang tua saya tercinta, Ayahanda Gunadi dan Ibunda Suminah yang selalu
memberikan kasih sayang, semangat, cinta, do’a, dukungan sehingga penulis
berhasil menyusun karya tulis ini.
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

vi
KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM
DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)
NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL
YOGYAKARTA

Oleh
Dian Eka Nidyawati
NIM 12110241041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dan implementasi


pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam
penelitian ini adalah Pendiri, Kepala PKBM, Kepala Pendidikan Tingkat Dasar
(SD), fasilitator Pendidikan Dasar, dan peserta didik Pendidikan Tingkat Dasar
Sanggar Anak Alam (SALAM). Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik
analisis data Miles dan Hubberman yang meliputi, pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data
mengunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menyimpulkan, (1) Pendidikan berbasis alam yaitu proses
belajar manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan lingkungan
alam sekitarnya; (2) Tujuan dari pendidikan berbasis alam yaitu agar anak
menjadi dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing
disesuaikan dengan capaian setiap kelas; (3) Karakteristik peserta didik yaitu anak
bebas mengembangkan minat dan potensinya masing-masing, anak-anak tidak
dipaksa oleh para orang tuanya sehingga anak-anak dengan senang hati belajar di
Sanggar Anak Alam (SALAM); (4) Karakteristik pendidik yaitu bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis alam dengan memfasilitasi
seluruh kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran dan ada keinginan untuk
belajar bersama-sama dengan anak maupun fasilitator yang lain; (5) Kurikulum
yang digunakan dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam adalah
kurikulum berbasis minat masing-masing peserta didik melalui daur belajar; (6)
Metode pembelajaran yang digunakan yaitu menggunakan metode riset yang
temanya ditentukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan sampai dengan
persentasi; (7) Media yang digunakan peserta didik berbeda-beda dan disiapkan
bersama orang tuanya sesuai dengan kebutuhan serta tema masing-masing peserta
didik; (8) evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam dilakukan dengan
review oleh fasilitator serta dalam proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur
belajar.

Kata kunci: Konsep pendidikan, Pendidikan berbasis alam, Sanggar Anak Alam
(SALAM)
vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berisi tentang “KONSEP DAN IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)
NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA” dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari, keberhasilan yang dapat diraih dalam penyusunan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak, maka penulis sampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.
3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta dan dan dosen pembimbing akademik.
4. Ibu Dr. Rukiyati, M.Hum. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan serta menyetujui skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Kebijakan Pendidikan, Fakuktas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan selama mengenyam pendidikan strata 1.
6. Pendiri, ketua PKBM dan fasilitator Sanggar Anak Alam (SALAM) yang
telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian.
7. Peserta didik yang telah memberikan kemudahan selama proses penelitian.
8. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mencurahkan segala perhatian, kasih
sayang serta do’a yang dipanjatkan selama ini demi kesuksesanku.
9. Adikku tercinta, Agung Dwi Widayanto yang selalu memberikan semangat
dan do’a yang tulus.
10. Sahabat seperjuangan Agus Tina Nugraheni dan Desinta Kusumaningrum
yang selalu memberikan dukungan dan do’a yang tulus.

viii
11. Muhammad Faishal Rizaldy yang selalu memberikan semangat dan dukungan
demi kelancaran skripsi ini.
12. Rekan-rekan Mahasiswa di Prodi Kebijakan pendidikan, Fakultas Ilmu
pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan
dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu yang telah
banyak memberikan bantuan baik moril, materil selama penyelesaian skripsi
ini.
Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umunya.

Yogyakarta, 17 April 2017


Penulis

ix
DAFTAR ISI

hal
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTO..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 7
C. Batasan Masalah ............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian.......................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam .................. 10
1. Konsep Pendidikan .................................................................... 10
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan................................................... 13
a. Fungsi Pendidikan ................................................................. 13
b. Tujuan Pendidikan................................................................. 15
3. Komponen-Komponen Pendidikan............................................ 17

x
4. Pengertian Implementasi............................................................ 22
5. Konsep Pendidikan Berbasis Alam ............................................ 27
a. Latar Belakang Pendidikan Berbasis Alam ........................... 27
b. Pengertian Pendidikan Berbasis Alam .................................. 28
c. Pembelajaran Pendidikan Berbasis Alam .............................. 29
d. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam ........................................ 31
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 33
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................... 39
1. Jenis Penelitian.......................................................................... 39
2. Pendekatan Penelitian ............................................................... 40
B. Setting Penelitian ........................................................................... 40
1. Lokasi Penelitian....................................................................... 40
2. Waktu Penelitian ....................................................................... 40
C. Objek Penelitian ............................................................................. 40
D. Subjek Penelitian ........................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41
1. Observasi................................................................................... 41
2. Wawancara................................................................................ 42
3. Dokumentasi ............................................................................. 42
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 43
1. Pedoman Observasi ................................................................... 43
2. Pedoman Wawancara ................................................................ 44
3. Studi Dokumen ......................................................................... 45
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 46
H. Keabsahan Data ............................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 50
1. Gambaran Umum Sanggar Anak Alam (SALAM) .................. 50
2. Visi dan Misi Sanggar Anak Alam (SALAM) ......................... 52
xi
3. Tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM) .................................... 52
4. Prinsip dan Perspektif Sanggar Anak Alam (SALAM) ............ 53
5. Sarana dan Prasarana ................................................................ 54
6. Struktur Kepengurusan ............................................................. 56
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 57
1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam
(SALAM) .................................................................................. 58
2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam
(SALAM) .................................................................................. 59
3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 61
4. Karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ...................... 63
5. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 66
6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 71
7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 74
8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di
Sanggar Anak Alam (SALAM)................................................. 77
9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar
Anak Alam (SALAM) .............................................................. 80
C. Pembahasan.................................................................................... 82
1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam
(SALAM) .................................................................................. 82
2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam
(SALAM) .................................................................................. 84
3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 85
4. Karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 87
5. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 88

xii
6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ..................... 91
7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ...................... 94
8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di
Sanggar Anak Alam (SALAM)................................................. 95
9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar
Anak Alam (SALAM) ............................................................... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 99
B. Saran ............................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 103


LAMPIRAN ................................................................................................. 107

xiii
DAFTAR TABEL

hal
Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi ........................................................... 44
Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara ........................................................ 44
Tabel 3. Kisi-kisi studi dokumen .................................................................. 46
Tabel 4. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 55

xiv
DAFTAR BAGAN

hal
Bagan 1. Struktur Kepengurusan PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 56
Bagan 2. Daur Belajar Sanggar Anak Alam (SALAM) ................................ 67
Bagan 3. Metode Pembelajaran Sanggar Anak Alam (SALAM) ................. 72
Bagan 4. Tahap Metode Riset ....................................................................... 73

xv
DAFTAR GAMBAR

hal
Gambar 1. Gedung depan ........................................................................... 157
Gambar 2. Gedung Kelas ........................................................................... 157
Gambar 3. Gedung Kesekertariatan dan Halaman Bermain Anak ............ 158
Gambar 4. Fasilitas Bermain Anak ............................................................ 158
Gambar 5. Gedung Keterampilan .............................................................. 158
Gambar 6. Perpustakaan............................................................................. 159
Gambar 7. Ruang Kesekertariatan ............................................................. 159
Gambar 8. Gedung Taman Anak, SMP, dan Dapur................................... 159
Gambar 9. Lingkungan Sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM) ............... 160
Gambar 10. Gedung Belakang ..................................................................... 160
Gambar 11. Lingkungan Sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM) ............... 160

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

hal
Lampiran 1. Pedoman Wawancara .............................................................. 108
Lampiran 2. Transkrip Hasil Wawancara .................................................... 117
Lampiran 3. Reduksi Hasil Penelitan ........................................................... 135
Lampiran 4. Catatan Lapangan .................................................................... 147
Lampiran 5. Dokumentasi Foto.................................................................... 157
Lampiran 6. Kurikulum................................................................................ 161
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari FIP ................................................... 164
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Bantul DIY ....................... 166

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan diluar

jalur (atau sistem) pendidikan formal, baik dilembagakan maupun tidak

dilembagakan, yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan atau

terstuktur. (Undang-Undang Republik Indonesia No.20 th. 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional). Proses belajar terjadi secara terorganisasikan di

luar sistem persekolahan, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan

bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar, dimaksudkan untuk

melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. (Saleh Marzuki,

2010: 137).

Pendidikan nonformal merupakan suatu kebutuhan karena di negara

mana pun pasti ada sekelompok orang yang memerlukan layanan pendidikan

sebelum masuk sekolah, sesudah menyelesaikan sekolah, ketika tidak

mendapat kesempatan sekolah, bahkan ketika sedang bersekolah. Pendidikan

nonformal sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki tugas sama

dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal) yakni memberikan pelayanan

terbaik terhadap masyarakat. Layanan alternatif yang diprogramkan di luar

sistem persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah,

dan atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan.

Sasaran pendidikan nonformal yang semakin beragam, tidak hanya

sekedar melayani masyarakat miskin, masyarakat yang masih buta pendidikan

1
dasar, masyarakat yang mengalami drop out dan putus pendidikan formal,

masyarakat yang tidak terakses pendidikan formal seperti; suku terasing,

masyarakat daerah pedalaman, daerah perbatasan, dan masyarakat pulau luar.

Namun demikian masyarakat sasaran pendidikan nonformal terus meluas

maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perkembangan lapangan kerja dan budaya masyarakat itu sendiri. Pada

prinsipnya perluasan kegiatan/program pendidikan nonformal harus sejalan

dengan pemikiran baru tentang konsep belajar (learning), di mana belajar

yang terkesan hanya berlangsung di sekolah (formal) kurang tepat lagi dan

mulai bergeser ke luar setting persekolahan.

Ada beberapa fungsi pendidikan nonformal dalam kehidupan sehari-

hari yaitu sebagai substitusi pendidikan sekolah, komplemen pendidikan

sekolah, suplemen pendidikan sekolah, jembatan memasuki dunia kerja, dan

sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan. (Ishak

dan Ugi, 2012: 25). Hunter (dalam Saleh Marzuki, 2010: 147) menyatakan

bahwa pendidikan nonformal berfungsi mengatasi kesenjangan yang ada di

masyarakat antara lain kesenjangan pekerjaan, efisiensi, permintaan serta

penyediaan, populasi, bayaran sebagai pendapatan, persamaan hak,

beradaptasi, dan harapan.

Dalam kasus di Indonesia, kebutuhan belajar, bidang pelajaran dan

pendidikan yang tidak diajarkan di sekolah adalah garapan dan tanggung

jawab pendidikan nonformal. Banyak masalah dan kebutuhan belajar individu

dan masyarakat yang memiliki keterbatasan tempat, ruang, waktu serta sarana

2
dan prasarana. Adanya kebutuhan belajar atau masalah sosial yang

membutuhkan sentuhan pendidikan di luar sistem persekolahan, maka disitu

pendidikan nonformal perlu hadir. (Ishak dan Ugi, 2012: 35-36)

Di Indonesia masih banyak orang yang membutuhkan pendidikan

nonformal karena tidak dapat menempuh pendidikan formal dengan berbagai

sebab, di antaranya karena tidak mampu mengikuti pendidikan formal di

sekolah, tidak mampu secara ekonomi untuk mengikuti pendidikan formal di

sekolah, dan peserta didik yang memang tertarik dengan pendidikan

nonformal. Salah satu problema pendidikan yang terjadi di Indonesia adalah

terdapatnya kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki

para siswa dengan sikap dan perilakunya. Kebanyakan mereka hafal dengan

materi pelajarannya, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya

bagi peningkatan kualitas hidup, seolah tidak mengetahui makna belajar yang

sesungguhnya. Penerapan sistem pendidikan yang sudah tidak lagi

berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya merupakan masalah yang

dihadapi dalam dunia pendidikan. Banyak yang tidak menyadari bahwa

sistem pendidikan yang diterapkan selama ini dapat menghambat

berkembangnya potensi besar peserta didik dan cenderung hanya

mengedepankan pada aspek kognitif. Sekolah menjadi tempat kompetisi,

bersaing, dan saling menggungguli sejak dini, padahal setiap orang memiliki

potensi dan persoalan masing-masing. Tidak layak ketika setiap orang

diperlakukan sama dan diminta mengikuti adu pertandingan untuk mencapai

ranking tertinggi, padahal lingkungan, modal, asupan gizi dan fasilitasnya

3
tidak semua sama. Pada dasarnya sekolah merupakan tempat siswa

memahami potensi, mengerti perkembangan pengetahuan dan

kemampuannya. (Sylvia Tiwon, 2015: 12).

Hasil dari proses panjang pendidikan hanya sekedar untuk memenuhi

kebutuhan sekelompok orang yang berkepentingan dan para penguasa.

Sekolah (paradigma industri menempatkan anak sebagai bahan mentah,

diolah disekolah menjadi komoditas yang dibutuhkan penguasa dalam

menjaga kelestarian kekuasaannya) merupakan lahan subur bagi kekuasaan

untuk menanamkan ideologi kekuasaan secara berlebihan. (Antonio dalam

Isjoni, 2009: 79-80). Sistem pendidikan di era kekinian lebih banyak

dibangun atas keputusan kebijakan yang mereproduksi ideologi penguasa,

bukan lahir dari “rahim” kesadaran pembangunan masyarakat baru secara

“revolusioner” dan “visioner”. (Imam dan Ahmad, 2004: 130).

Belum optimalnya penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia

memicu munculnya sekolah-sekolah alternatif sebagai inovasi baru dalam

memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu pendidikan alternatif

dengan harapan bisa mencapai tujuan pendidikan secara kognitif, afektif dan

psikomotor adalah pendidikan nonformal yang berbasis alam. Alam

merupakan salah satu media pembelajaran potensial yang saat ini hampir

dilupakan oleh praktisi pendidikan. Kurang ada kesadaran bahwa alam

bermanfaat sebagai tempat untuk melakukan proses belajar. Belajar dari alam

bukan berarti kita hanya sibuk memperhatikan gejala-gejala yang ditimbulkan

oleh alam atau mengamati apa saja yang dihasilkan oleh alam. Belajar dari

4
alam adalah alam digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar

mengajar, dan apa yang bisa kita gunakan dari alam sebagai alat peraga atau

pendukung dalam proses belajar. Siswa tidak hanya memahami materi yang

diberikan oleh guru sebatas pada alam ide, tetapi juga bisa mempelajari

secara empiris.

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

merupakan sekolah nonformal dan salah satu sekolah alternatif. Di sekolah

tersebut anak-anak belajar di gubuk dan halaman, para pendidik dan anak-

anak tidak memakai seragam tetapi memakai pakaian bebas atau santai setiap

harinya. Di setiap kelas terdapat 2 pendidik yang mereka sebut sebagai

fasilitator bukan guru. Selain itu terdapat pula kebun ditanami berbagai

macam tanaman organik dan sayuran yang dirawat anak-anak SALAM,

tanaman organik dan sayuran tersebut dijadikan makanan olahan sehat yang

diolah sendiri oleh anak-anak untuk bahan praktik serta dikonsumsi sebagai

kudapan saat istirahat dan makan siang. Setelah makan siang anak-anak

mencuci piring dan gelas mereka masing-masing.

SALAM mencoba mewujudkan ide-ide pendidikan yang sesungguhnya

dengan memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak untuk tumbuh

berkembang, bebas berekspresi dan berekplorasi dalam menemukan suatu

pengetahuan dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai media

belajar. Berdasarkan wawancara dengan Pendiri Sanggar Anak Alam

(SALAM) Bantul Yogyakarta menyatakan bahwa banyaknya anak putus

sekolah, pernikahan dini, pengangguran serta banyak orang hidup di tanah

5
yang subur tetapi miskin menjadi latar belakang berdirinya SALAM.

Walaupun dalam skala kecil SALAM berusaha membentuk pendidikan kritis,

menggerakan perekonomian dan dapat hidup di lingkungan sekitar. Di

SALAM peserta didik belajar tentang pergaulan, hak-hak dasar, pangan,

kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya. Anak tidak dipaksa-paksa,

anak dihargai, diberi kesempatan dan tidak membandingkan anak satu dengan

yang lain. Anak merupakan makhluk hidup yang secara kodrati akan tumbuh

dan berkembang, mempunyai pribadi yang unik, selalu menuju pada proses

perkembangan, ingin berjalan ke depan, ingin tahu dan selalu ingin berhasil.

Banyak peserta didik cenderung menunjukkan sikap pasif karena langsung

menerima informasi dari pendidik, sehingga sulit untuk diajak berdiskusi atau

tanya jawab dalam pembelajaran. Peserta didik juga kurang berani dalam

mengajukan atau menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide serta

pendapat dalam proses pembelajaran. Yang diperlukan adalah situasi dan

ruang agar anak mampu mengolah kesulitan-kesulitan, mampu mengalahkan

kebimbangan, ketakutan, rasa minder, rasa tidak berdaya, depresi, dan kondisi

psikologis lainnya hingga menemukan jati dirinya. Intinya sekolah

merupakan tempat untuk memproses kecerdasan dan potensi yang ada dalam

diri anak masing-masing. SALAM menyusun Kurikulum sendiri sesuai

dengan kebutuhan anak dan menyesuaikan usia anak, hanya mengambil

indikator dari kurikulum Nasional tetapi selebihnya dikembangkan sendiri

oleh para pendidik SALAM.

6
Selain itu berdasarkan wawancara dengan Kepala PKBM (Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat) menyatakan bahwa anak mempunyai keunikan

dan potensi yang berbeda-beda, maka harus diberikan wadah untuk

berkembang sesuai dengan keunikan dan potensi mereka masing-masing. Di

SALAM mempunyai program aktivitas dalam dan luar kelas, makanan sehat,

kesehatan, lingkungan, seni dan budaya dengan kurikulum yang

menitikberatkan pada proses eksplorasi anak terhadap lingkungan sekitarnya,

yang menyenangkan, menghargai perbedaan dan lokalitas. SALAM juga

mempunyai slogan “mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan

saya paham, menemukan sendiri saya kuasai”.

Berdasarkan studi pendahuluan, hasil wawancara dan latar belakang di

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dengan

judul “Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada sebagaimana dikemukakan pada

latar belakang, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Banyaknya anak putus sekolah, pernikahan dini, pengangguran serta

banyak orang hidup di tanah yang subur tetapi miskin.

2. Anak mempunyai keunikan dan potensi yang berbeda-beda, maka harus

diberikan wadah untuk berkembang sesuai dengan keunikan dan potensi

masing-masing.

7
3. Peserta didik kurang berani dalam mengajukan atau menjawab

pertanyaan dan mengungkapkan ide serta pendapat dalam proses

pembelajaran.

4. Peserta didik cenderung menunjukkan sikap pasif karena langsung

menerima informasi dari pendidik, sehingga sulit untuk diajak berdiskusi

atau tanya jawab dalam pembelajaran.

5. Peserta didik kurang mampu dalam mengolah kesulitan-kesulitan,

mengalahkan kebimbangan, ketakutan, rasa minder, rasa tidak berdaya,

dan depresi sehingga belum menemukan jati dirinya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah melalui beberapa

uraian di atas, agar pembahasan lebih fokus aspek yang diteliti oleh peneliti,

maka perlu adanya pembatasan masalah. Cakupan masalah pada penelitian ini

terkait dengan potensi peserta didik yang berbeda-beda, maka peserta didik

berkembang sesuai dengan potensi masing-masing melalui pendidikan

berbasis alam di SD Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dipaparkan

di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

8
2. Bagaimana implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

2. Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori pendidikan serta

dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan

Kebijakan Pendidikan Non Formal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sanggar Anak Alam (SALAM)

Memberikan masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan di

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta.

b. Bagi Dinas Pendidikan

Memberikan sumbangsih informasi dan pemikiran terhadap

pengembangan Kebijakan mengenai Pendidikan Non Formal.

9
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam

1. Konsep Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk

mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat

sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah

tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab

tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena

bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal dari naluri

semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang

sangat luas.

Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani

“paedagogik”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “pais” yang

berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi

paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaan

membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar,

dalam bahasa Yunani disebut ”paedagogos”. (Soedomo, 2008: 17).

Pengertian pendidikan tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

10
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-

Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses

seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap

dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan

lingkungan sekitar.

Pendidikan merupakan proses sepanjang hayat dan upaya

perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan

segenap potensi dalam pemenuhan semua komitmen manusia sebagai

individu, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. (Dwi

Siswoyo, dkk, 2011: 55-56).

Ahmadi dan Uhbiyati (2003 :70) mengemukakan bahwa

pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar,

disengaja, dan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa

kepada anak sehingga terjadi interaksi dari keduanya agar anak mencapai

kedewasaan yang diharapkan dan berlangsung terus menerus. Hal ini

juga sebagaimana yang dinyatakan oleh Ngalim Purwanto (2011: 11)

bahwa pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya ke arah kedewasaan. Kedewasaan yang dimaksud adalah orang

yang benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuat, baik

11
atau burukkah itu, mau mempertanggungjawabkan keadaannya dan

segala perbuatannya. Secara moral telah menyesuaikan diri

(mengidentifikasi diri) dengan norma-norma kesusilaan.

Ki Hadjar Dewantara (Imam Barnadib, 1989: 28) berpendapat

bahwa pendidikan dimulai dari lahir sampai mati, dengan istilah

pendidikan seumur hidup (Life long Education). Hal ini senada dengan

yang dinyatakan oleh Philip H. Coombs (Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 52)

bahwa pendidikan dalam arti luas disamakan dengan belajar tanpa

memperhatikan dimana, atau pada usia berapa belajar terjadi. Pendidikan

sebagai proses sepanjang hayat (life long process), dan seseorang

dilahirkan hingga akhir hidupnya.

Beberapa konsep pendidikan yang telah dipaparkan tersebut

meskipun terlihat berbeda, namun sebenarnya memiliki kesamaan

dimana di dalamnya terdapat kesatuan unsur-unsur yaitu: pendidikan

merupakan suatu proses, ada hubungan antara pendidik dan peserta didik,

terkandung pembinaan, pengembangan, peningkatan, memiliki tujuan,

serta aktivitas pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah,

dan masyarakat. Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa

pendidikan merupakan sarana untuk membantu seseorang untuk dapat

mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik secara

langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi

kehidupannya dimasyarakat yang berlangsung seumur hidup.

12
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

a. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi

yang diemban dan harus dilakukan oleh pendidikan. (Dirto

Hadisusanto, dkk, dalam Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 24). Tugas atau

misi pendidikan itu dapat tertuju pada diri manusia yang dididik

maupun kepada masyarakat bangsa di tempat ia hidup. Bagi dirinya

sendiri, pendidikan berfungsi menyiapkan dirinya sendiri agar

menjadi manusia secara utuh, sehingga dapat menunaikan tugas

hidupnya secara baik dan dapat hidup wajar sebagai manusia. Fungsi

pendidikan terhadap masyarakat setidak-tidaknya ada dua bagian

besar yaitu fungsi preserveratif dan fungsi direktif. Fungsi

preserveratif dilakukan dengan melestrikan tata sosial dan tata nilai

yang ada dalam masyarakat, sedangkan fungsi direktif dilakukan

oleh pendidikan sebagai agen pembaharuan sosial, sehingga daat

mengantisipasi masa depan. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi

(1) menyiapkan sebagai manusia, (2) menyiapkan tenaga kerja dan

(3) menyiapkan warga negara yang baik. (Dwi Siswoyo, dkk, 2011:

24).

Di Indonesia, menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 (dalam

Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 25), fungsi pendidikan ditetapkan sebagai

berikut: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

13
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ...” Di

sini tersirat ada fungsi sebagai nation and character building, yang

selama ini banyak dikritik agak terabaikan.

Jeane H. Balantine (dalam Sumitro, dkk, 1998: 60)

menyatakan bahwa fungsi pendidikan bagi masyarakat meliputi (1)

fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan alokasi, (3) fungsi

inovasi dan perubahan sosial, (4) fungsi pengembangan pribadi dan

sosial. Hal ini juga sebagaimana yang dinyatakan oleh Alex Inkeles

(dalam Sumitro, dkk, 1998: 60) bahwa fungsi pendidikan itu adalah

sebagai berikut: (1) menindahkan nilai-nilai budaya, (2) fungsi nilai

pengajaran, (3) fungsi meningkatkan mobilitas sosial, (4) fungsi

stratifikasi, (5) fungsi latihan jabatan, (6) fungsi mengembangkan

dan memantapkan hubungan-hubungan sosial, (7) fungsi membentuk

semangat kebangsaan dan (8) fungsi mengasuh bayi.

Dari bermacam-macam fungsi tersebut dapat disimpulkan

bahwa pendidikan mengemban fungsi yang sangat luas karena

menyentuh segala segi kehidupan manusia. Pendidikan juga

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian

serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau

dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar

menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan

landasannya.

14
b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh

kegiatan pendidikan. Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek

pendidikan tidak ada artinya. Moore, T.W. (dalam Dwi Siswoyo,

dkk, 2011: 26) menyatakan bahwa dalam tujuan pembangunan,

pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada

pembentukan kualitas sumber daya manusia. Todaro & Smith (2003:

404) menjelaskan bahwa pendidikan memiliki peran kunci dalam

membentuk kemampuan manusia untuk menyerap teknologi modern,

dan mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta

pembangunan yang berkelanjutan.

Langeveld (dalam Ahmadi dan Uhbiyati, 2003: 105-108)

mengemukakan ada beberapa tujuan pendidikan, antara lain:

1) Tujuan Umum, tujuan ini juga disebut tujuan total, tujuan yang

sempurna atau tujuan akhir untuk membentuk manusia

sempurna.

2) Tujuan Khusus, tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan

dengan keadaan-keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai

tujuan umum pendidikan inilah yang dimaksud dengan tujuan

khusus.

3) Tujuan tak lengkap, setiap aspek pendidikan mempunyai tujuan-

tujuan pendidikan sendiri-sendiri. Tujuan dari aspek-aspek

pendidikan inilah yang dimaksud tujuan pendidikan tak lengkap.

15
Sebab masing-masing aspek pendidikan itu menganggap seolah-

olah dirinya terlepas dari aspek pendidikan yang lain. Pada hal

masing-masing pendidikan itu hanyalah merupakan bagian-

bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu

tujuan dari masing-masing aspek itu harus dilengkapi dengan

tujuan dari aspek-aspek yang lain.

4) Tujuan insidental : (tujuan seketika atau sesaat), tujuan ini

timbul secara kebetulan , secara mendadak dan hanya bersifat

sesaat.

5) Tujuan sementara, tujuan yang ingin dicapai dalam fase tertentu

dalam pendidikan. Tujuan sebenarnya ialah agar anak dapat

memiliki ilmu pengetahuan tertentu. Memiliki ilmu pengetahuan

merupakan tujuan sementara dan begitulah seterusnya.

Demikian tujuan-tujuan sementara ini semakin meningkat untuk

menuju kepada pengetahuan umum, tujuan total atau tujuan

akhir.

6) Tujuan perantara, tujuan perantara disebut juga tujuan

intermediet. Tujuan inilah adalah merupakan alat atau sarana

untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.

Berbagai macam uraian dari tujuan pendidikan di atas maka dapat di

simpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

manusia agar memiliki ketrampilan dan mampu bersaing dan

berdaya guna bagi bangsa dan negara.

16
3. Komponen-Komponen Pendidikan

Sebagaimana dikemukakan dalam bagian pendidikan sebagai

sistem, bahwa suatu sistem memiliki komponen-komponen (subsistem).

Pendidikan sebagai sistem berarti memiliki komponen-komponen

tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Komponen-

komponen penting dalam pendidikan, antara lain pendidik (guru), peserta

didik (siswa/murid/santri/warga belajar/peserta didik), kurikulum,

metode pembalajaran, media pembelajaran, dan lingkungan.

Rulam Ahmadi (2015: 63-79) mengemukakan beberapa

komponen-komponen pendidikan, antara lain:

a. Peserta didik

Peserta didik adalah seseorang yang ingin belajar atau memperoleh

pendidikan. Peserta didik merupakan seseorang yang memiliki hak

untuk memperoleh layanan pendidikan (pembelajaran) dari

pemerintah atau masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya. Mereka memiliki kerakteristik yang berbeda-beda

dan memengaruhi proses belajarnya. Peserta didik memiliki ciri-ciri

sebagai berikut. Pertama, individu yang memiliki potensi fisik dan

psikis yang khas sehingga menjadi insan yang unik. Kedua, individu

yang sedang berkembang, perubahan yang terjadi dalam diri peserta

didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun ke

arah penyesuaian dengan lingkungan. Ketiga, individu yang

membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

17
Keempat, individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Manusia dilahirkan dengan potensinya masing-masing dan

kemampuan masing-masing dalam mengembangkan potensi-potensi

yang dimiliki.

b. Pendidik

Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan peserta didik. Pihak yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan peserta didik adalah guru di sekolah, orang tua, dan

masyarakat. Pendidik utama dalam konteks rumah tangga adalah

orang tua, sedangkan dalam konteks pendidikan di sekolah menjadi

tanggung jawab utama guru. Masyarakat baik secara individual,

kolektif, maupun, lembaga juga memiliki peranan penting dalam

proses pendidikan. Akan tetapi, dalam konteks uraian ini pendidik

lebih ditekankan pada guru di sekolah. Guru yang baik memiliki

beberapa sifat. Ada sebelas sifat utama guru yang baik sebagaimana

dikemukakan oleh Alan Haskvitz, yaitu: tidak puas, harapan yang

tinggi, menciptakan kemandirian, berpengetahuan luas, humor,

berwawasan, fleksibel, berbeda, tidak menerima, tidak

menyesuaikan (unconforming), dan seorang komunikator.

c. Kurikulum

Rusly Ahmad (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 68) mengatakan bahwa

kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang mempunyai arti dan

terarah untuk mencapai tujuan tertentu di bawah pengawasan

18
sekolah. Pendapat lain menyatakan bahwa kurikulum adalah suatu

alat yang sangat penting dalam meralisasi dan mencapai tujuan

pendidikan sekolah (Oemar Hamalik dalam Rulam Ahmadi, 2015:

68). Dalam arti luas, kurikulum dapat diartikan sebagai sesuatu yang

dapat memengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun

luar sekolah. Kurikulum harus direncanakan agar pengaruhnya

terhadap siswa benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya.

d. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam

pendidikan (pembelajaran). Dengan metode yang tepat,

pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan sebaliknya jika

penggunaan metode tidak tepat bisa berpengaruh negatif pada

pembelajaran. metode mengajar merupakan cara yang digunakan

guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam

mencapai tujuan (Darwyn Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 73).

Fungsi metode pembelajaran adalah: 1) metode sebagai alat motivasi

ekstrinsik, 2) metode sebagai strategi pengajaran, 3) metode

pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan

Zain dalam Rulam Ahmadi, 2015: 73). Ada beberapa jenis metode

yang digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada

19
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif

(Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 74). Pada dasarnya, hampir

dan bahkan semua pembelajaran menggunakan metode ceramah

walaupun tidak sebagai metode inti. Penerapan metode diskusi,

misalnya tetap juga menyertakan metode ceramah terutama pada

saat memberi pengantar atau penjelasan.

2) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam

bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru

kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

Penggunaan metode ini mengembangkan keterampilan

mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, membuat

kesimpulan, menerapkan, dan mengomunikasikan. Penggunaan

metode ini bertujuan untuk memotivasi anak mengajukan

pertanyaan selama proses pembelajaran. (Djamarah dalam

Rulam Ahmadi, 2015: 75).

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat

hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).

Metode ini juga disebut sebagai diskusi kelompok (group

discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

(Muhibbin Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 76).

20
e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam

pendidikan. Media pembelajaran sangat bermanfaat untuk

memperlancar proses pembelajaran dan belajar siswa di dalam kelas.

Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberikan

rangsangan bagi siswa untuk belajar, media pembelajaran juga

memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar

mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Yusufhadi

Miarso (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 77) bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.

Dengan kata lain, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat menyampaikan materi pelajaran pada siswa sehingga

memungkinkan pembelajaran berlangsung secara efisien dan efektif.

Dari beberapa komponen-komponen pendidikan di atas dapat

disimpulkan bahwa komponen tersebut (peserta didik, pendidik,

kurikulum, metode pembelajaran, dan media pembelajaran) sangat

menentukan kelancaran pelaksanaan dan keberhasilan untuk mencapai

suatu tujuan pendidikan (pembelajaran).

21
4. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sempurna.

Berikut ini adalah pengertian tentang implementasi menurut para ahli.

Hanifah (Harsono, 2002: 67) menyatakan bahwa implementasi

adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan

kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu

kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

Usman (2002: 70) mengemukakan bahwa implementasi adalah

bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu

sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Setiawan (2004: 39) berpendapat bahwa implementasi adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara

tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan

pelaksana, birokrasi yang efektif.

Definisi lain tentang implementasi diberikan oleh Lineberry

(Putra, 2003: 81) yaitu tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan

swasta secara individu atau kelompok yang diarahkan pada pencapaian

tujuan serta sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan suatu

kebijakan. 3 (tiga) kegiatan utama yang paling penting dalam

implementasi menurut Tangkilisan (2003: 18) adalah :

22
1. Penafsiran, yaitu kegiatan yang menerjemahkan makna program ke

dalam pengaturan yang dapat diterima serta dijalankan.

2. Organisasi, yaitu unit atau wadah untuk menempatkan program ke

dalam tujuan suatu kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi

pelayanan, upah, dan lainya.

Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan

mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai

tujuan kegiatan.

Winarno (2002: 125) mengemukakan beberapa teori dari

beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, salah satunya yaitu teori

George C. Edward. Dalam pandangan Edward III, ada 4 (empat) faktor

yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan, antara lain:

a. Komunikasi

Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam

komunikasi yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity).

Transmisi adalah keputusan kebijakan dan perintah yang telah

diteruskan kepada personil yang tepat. Kejelasan merupakan

perintah yang akan dilaksanakan dan harus jelas misalkan melalui

petunjuk pelaksanaan. Konsistensi yaitu perintah tersebut harus jelas

23
dan tidak bertentangan dengan para pelaksana kebijakan agar proses

implementasi dapat berjalan dengan efektif.

b. Sumber-sumber

Suatu perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat,

jelas, dan konsisten tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-

sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, maka

implementasi ini cenderung tidak efektif. Adapun sumber-sumber

yang penting meliputi :

1) Staf

Jumlah staf yang terlalu banyak otomatis mendorong

implementasi tidak berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun

staf, namun di sisi lain kekurangan staf juga akan menimbulkan

persoalan yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang

efektif. Dengan demikian, tidaklah cukup hanya dengan jumlah

pelaksanaan yang memadai untuk melaksanakan suatu

kebijakan. Para pelaksana juga harus memiliki keterampilan

yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.

2) Wewenang

Setiap wewenang mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Jika

para pejabat/badan pelaksana kebijakan mempunyai

keterbatasan wewenang untuk melaksanakan kebijakan maka

24
diperlukan kerjasama dengan pelaksana/badan lain agar program

berhasil.

3) Fasilitas

Fasilitas fisik adalah sumber yang penting pula dalam suatu

proses implementasi. Tanpa bangunan, sebagai kantor untuk

melaksanakan koordinasi, tanpa perlengkapan dan perbekalan,

maka kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan

berhasil.

4) Struktur Birokrasi

Ada 2 (dua) karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-

prosedur kerja ukuran dasar atau sering disebut sebagai

Standard Operating Procedure (SOP) berkembang sebagai

tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-

sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman

dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang kompleks dan

tersebar luas. Fragmentasi merupakan tekanan di luar unit-unit

birokrasi, seperti komite legislatif, kelompok kepentingan,

pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang

mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.

Subarsono (2005: 99) mengemukakan teori dari van Meter dan

Van Horn mengenai 6 (enam) variabel yang mempengaruhi kinerja

implementasi, yaitu:

25
a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas sehingga dapat

direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan tidak teratur, maka

akan mudah menimbulkan konflik diantara para pelaksana

implementasi.

b. Sumber daya

Sumber daya diperlukan dalam sebuah implementasi kebijakan, baik

sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

Dukungan dan koordinasi dengan instansi lain diperlukan dalam

implementasi program untuk keberhasilan suatu program.

d. Karekteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, Standard Operating

Procedure (SOP), norma-norma, dan pola-pola hubungan yang

terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi

implementasi suatu program.

e. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni:

1) Respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan

2) Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan

3) Intensitas disposisi implementor, yakni prefansi nilai yang

dimiliki oleh implementor.

26
f. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang

dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana

kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi

implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni

mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di

lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi

kebijakan.

5. Konsep Pendidikan Berbasis Alam

a. Latar belakang Pendidikan Berbasis Alam

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang

akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan,

sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia

yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan. (Khaeruddin,

dkk, 2007: 3). Pada bidang pendidikan konsepsi sekolah merupakan

salah satu unsur penting keberlangsungan sistem pendidikan

nasional. Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang

tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu

pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu bentuk sistem

pendidikan yang digagas untuk merubah keadaan dunia pendidikan

Indonesia saat ini, dan mulai dikembangkan di Indonesia adalah

pendidikan berbasis alam. (Satmoko Budi, 2010: 13). Alam adalah

sumber pengetahuan yang luas dan berlimpah. Beberapa penemu

27
terkenal di dunia mampu menghasilkan karya-karya fenomenal

lantaran memanfaatkan alam.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang

dipelajarinya bukan mengetahuinya, pembelajaran yang berorientasi

pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam

kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali

anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, itulah

yang terjadi di kelas-kelas sekolah saat ini. (Nurhadi, 2002: 1).

Berdirinya sekolah berbasis alam terutama dilatar belakangi sebuah

gagasan bagaimana menciptakan sistem belajar mengajar yang

menyenangkan yang bisa menempa kecerdasan natural anak dengan

kualitas menjadi nomor terdepan sehingga mampu menarik minat

anak didik untuk terus belajar.

Diharapkan inspirasi dari hadirnya pendidikan berbasis alam

menjadi alternatif dalam menciptakan susana belajar yang

menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa

belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan bukan sesuatu yang

membosankan dan harus dipaksakan.

b. Pengertian Pendidikan Berbasis Alam

Pendidikan berbasis alam dapat menjadi alternatif pendidikan

yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani

mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada hal-hal

yang positif. Pendidikan berbasis alam cenderung membebaskan

28
keinginan kreatif anak sehingga anak akan menemukan sendiri bakat

dan kemampuan berlebih yang dimilikinya. (Satmoko Budi, 2010:

13).

Sebagai pendidikan berbasis alam, pemandangan sekolah

adalah jantung sekolah. Menyatu dengan jiwa sekolah dan harmoni

dengan alam. (Septriana, 2009: 78). Hakikat dari konsepnya

merupakan sekolah dengan berbasis konsep pendidikan yang

memanfaatkan alam semesta.

Pendidikan berbasis alam merupakan salah satu bentuk

pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama

sebagai pembelajaran siswa didiknya. Pendidikan berbasis alam

menjadi sebuah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang

mengangankan dan menginginkan perubahan dalam dunia

pendidikan. Diharapkan dari adanya alternatif pendidikan alam tidak

sekedar perubahan sistem, metode dan target pembelajaran

melainkan paradigma pendidikan yang akan mengarah pada

perbaikan mutu dan hasil dari pendidikan itu sendiri. Target

strategisnya adalah anak didik dapat menjadi investasi sumber daya

manusia untuk masa depan yang menghargai dan bersahabat dengan

alam.

c. Pembelajaran Pendidikan Berbasis Alam

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan

29
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

(Oemar Hamalik, 2001: 7). Mulyasa (2004: 100) menyatakan bahwa

pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah

yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor

yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri

individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan

individu.

Alam semesta yang dimanfaatkan antara lain sebagai media

pendidikan, observasi dan riset. (Septriana, 2009: 81). Kondisi

fisiologis peserta didik ketika belajar di alam terbuka juga akan

sangat berpengaruh terhadap keefektifan cara belajar mereka.

Suasana dan kondisi lingkungan yang menyenangkan (Fun

Learning), akan sangat mendukung dalam proses pembelajaran ini.

Berdasarkan hal tersebut, sangatlah penting bagi kita untuk

mengkonsep sebuah pendidikan yang menyelenggarakan sistem

belajar mengajar yang menghargai setiap potensi yang ada. Dalam

pembelajaran dapat diselaraskan dengan kondisi psikologis siswa,

sehingga otak mereka akan sangat mudah untuk bekerja sama dalam

proses pembelajaran dan proses belajar pun akan menjadi sangat

optimal dan efektif.

Dalam pembelajarannya konsep pendidikan berbasis alam

yang dipakai adalah dengan cara belajar sambil bermain dengan

30
harapan orientasi fokusnya mengembangkan kelebihan yang dimiliki

anak dengan metode pencarian yang tak baku dan relatif

menyenangkan diterima anak dalam bentuk permainan tertentu.

Metodologi pembelajaran yang dipakai cenderung mengarah pada

pencapaian logika berpikir inovatif yang baik dalam bentuk action

learning (praktik nyata). (Satmoko Budi, 2010: 14).

Yang menarik dari pendidikan berbasis alam adalah tidak

hanya siswa yang belajar guru pun dituntut untuk terus belajar, bisa

dari murid atau guru-guru lain. Yang sangat penting dalam

pembelajaran adalah penanaman dasar bahwa semua makhluk

berkewajiban untuk belajar, belajar dalam konteks toleransi sosial.

Bahkan yang lebih dalam proses pelajaran, bukanlah hanya mengejar

nilai, namun bagaimana memahami seberapa jauh proses belajar

dapat dinikmati dan diterapkan dengan baik. Dengan kata lain, antara

kurikulum, toleransi sosial, dan pemanfaatan kehidupan keseharian

dapat ditarik benang merah transformasi ilmu secara teknis, moral,

kemanusiaan dan lain-lain.

d. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan berarti

apa-apa, ibarat seseorang yang bepergian tidak tentu arah.

Pendidikan berbasis alam merupakan pendidikan yang menawarkan

konsep pendidikan nilai dan peduli terhadap lingkungan. Pendidikan

dalam konsep berbasis alam merupakan usaha yang dilakukan secara

31
sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam

penerapannya tidak kehilangan arah dan pijakan. Keberadaan

sekolah berbasis alam pada dasarnya dalam tujuan kurikulumnya

mencakup penciptaan akhlak yang baik, penguasaan ilmu

pengetahuan dan penciptaan pemahaman kepemimpinan yang

memadai. (Satmoko Budi, 2010: 18). Apapun latar belakang dari

murid yang bersangkutan, sekolah berbasis alam sebagai tempat

belajar adalah muara penciptaan akhlak yang baik.

Peserta didik diharapkan dapat menguasai pengetahuan dengan

baik. Meskipun belajar di sekolah yang berbasis kurikulum alam,

Peserta didik juga dituntut menguasai ilmu pengetahuan yang

memadai. Satu hal yang tak bisa dilewatkan dari keberdaan sekolah

berbasis alam adalah komitmennya pada penciptaan pemahaman

kepemimpinan yang memadai. Mereka diarahkan menjadi inovator

yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Konteks kepemimpinan disini

tidak hanya mampu memimpin secara sosial, namun juga untuk

dirinya sendiri.

Pendidikan berbasis alam menjadikan anak lebih ramah,

menghargai lingkungann dan lebih memfokuskan pada kelebihan

yang dimiliki anak dengan metodologi action learning. Peserta didik

diharapkan dapat menciptakan dan membuat sesuatu yang baru dari

bahan-bahan yang tersedia di alam, baik berupa pohon-pohonan,

buah, atau yang lain. Sehingga dalam dunia nyata target out come,

32
peserta didik mampu menjadi anak yang mempunyai kriteria cinta

lingkungan, menjadi inovator dalam segi kepemimpinan team work

dan sekaligus mampu berbisnis dalam praktek nyata. (Septriana,

2009: 90).

Dari uraian di atas tujuan pendidikan berbasis alam bila

ditelaah dari target kolektif adalah berupaya untuk menghasilkan

orang-orang luar biasa untuk membangun peradaban. Subtansi dari

pendidikan berbasis alam yaitu mengajarkan empat hal utama, yaitu

akhlak yang bersifat universal, logika ilmu, kepemimpinan, dan

kewirausahaan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Khafidhatul Khasanah dengan judul

Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis alam di SD Alam SMART

KIDS Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa Tengah (UIN 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep sekolah berbasis alam di SD

Alam SMART KIDS menggunakan konsep alam mengenai fungsi alam

dijadikan sebagai ruang belajar, media, objek, bahan ajar, dan untuk

mewujudkan konsep sekolah alam, SD Alam SMART KIDS

menggunakan empat pilar proses pembelajaran yaitu pengembangan

akhlak melalui teladan, pengembangan logika dan daya cipta melalui

ekpreriantal learning, pengembangan kepemimpinan dengan metode

outbound training, dan pengembangan kemampuan wirausaha.

33
Implementasi sekolah berbasis alam terwujud dalam kurikulum SD Alam

SMART KIDS yaitu meliputi tujuan pendidikan, isi materi, kegiatan-

kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, media pembelajaran

yang digunakan, dan instrumen evaluasi. Faktor pendukung dari aspek

internal yaitu situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang sangat

strategis, sedangkan dari aspek eksternal adalah respon masyarakat yang

positif dari masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Adapun

faktor penghambat dari internal adalah belum tersusunnya administrasi

sekolah dengan baik dan belum lengkapnya sarana prasarana, sedangkan

faktor penghambat dari eksternal yaitu belum siapnya yayasan untuk

memberikan bantuan berupa dana untuk pembangunan sekolah dan

masih minimnya pemahaman masyarakat mengenai sekolah alam.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti Wijayanti dengan judul

Pelaksanaan Pembelajaran Sains Kelas III di SD Alam dan SD Non Alam

Yogyakarta pada Tahun Pembelajaran 2008/2009 (2009). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru kelas III dalam

pelaksanaan pembelajaran sains di SD Alam lebih baik daripada

kemampuan guru kelas III di SD Non Alam, skor total kompetensi guru

yang diperoleh guru-guru kelas II di SD Alam sebesar 96,83 (kategori

baik), sedangkan skor total kompetensi guru-guru di SD Non Alam

sebesar 68,75 (kategori cukup). Aktivitas siswa kelas III di SD Alam

lebih tinggi daripada aktivitas siswa di SD Non Alam, SD Alam

memperoleh rerata skor aktivitas siswa sebesar 33,1 (kategori tinggi) dan

34
di SD Non Alam memperoleh rerata skor aktivitas siswa sebesar 23,6

(kategori sedang). Prestasi belajar siswa kelas III di SD Alam lebih tinggi

daripada prestasi siswa kelas III di SD Non Alam. Prestasi siswa di SD

Alam yaitu 59,95 lebih besar daripada hasil prestasi siswa kelas III di SD

Non Alam yaitu 59,02.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rukiyati dengan judul Pendidikan Nilai

Holistik untuk Membangun Karakter Anak di SDIT Alam Nurul Islam

Yogyakarta (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa landasan

ontologis pendidikan nilai holistik Islam adalah monisme multifaset

dengan titik tolak adalah manusia sebagai hamba Allah dan pemimpin di

muka bumi. Landasan epistemologis pendidikan nilai holistik Islam

adalah teori pengetahuan yang mengaku berbagai sumber pengetahuan:

wahyu, akal, pengalaman, intuisi dan otoritas. Landasan aksiologis

pendidikan nilai dalam Islam adalah nilai-nilai dasar: kebebasan,

persamaan, keadilan, persaudaraan, dan perdamaian. Pendidikan nilai

holistik Islam bertujuan untuk membentuk manusia berakhlak mulia.

Konsep pendidikan nilai di SDIT Alam Nurul Islam adalah pendidikan

Islam terpadu dengan alam. Subjek didik dibiasakan berinteraksi dengan

alam agar dapat merasakan dan memikitkan keberadaan dirinya sebagai

bagaian dari alam ciptaan Tuhan sehingga tumbuh kesadaran, perasaan,

dan tindakan moral untuk menjadi hamba Allah dan pemimpin di muka

bumi. Tujuan pendidikan nilai di SDIT Alam Nurul Islam adalah

membentuk karakter: sholih, ilmuwan dan pemimpin. Kurikulum bersifat

35
terpadu bersumber dari kurikulum nasional, kurikulum sekolah alam dan

kurikulum sekolah Islam terpadu. Metode pendidikan nilai yang

digunakan adalah penaneman nilai, peragaan nilai, pembiasaan nilai,

fasilitasi nilai, dan keterampilan nilai dengan strategi yang beragam.

Interaksi guru dan siswa bersifat demokratis/egaliter, terbuka, dilandasi

rasa ukhuwah yang kuat dan saling menghargai. Karakter subjek didik

mencerminkan anak yang sedang tumbuh menjadi orang saleh, sadar diri,

terbuka, demokratis, percaya diri, aktif, kreatif, cepat tanggap, pintar,

senang bekerja sama dan mandiri. Karakter alumni mencerminkan

pribadi remaja saleh, sadar diri, percaya diri, santun, menggemari

kegiatan di alam, mempunyai orientasi hidup dan cita-cita yang jelas,

mandiri, senang belajar dan berorganisasi. Ada keterbukaan sikap dari

pendidik mengenai adopsi metode pembelajaran nilai terbaru yang

sejalan dengan Islam. Ada kerjasama yang baik antara orang tua dan

sekolah untuk mendukung proses pembelajaran nilai. Ada sedikit

hambatan pendidikan nilai di sekolah berupa ketidaksamaan pembiasaan

yang dilakukan sebagaian orang tua dengan pembiasaan di sekolah.

Terdapat keselarasan antara teori pendidikan nilai holistik Islam dan

praktiknya di SDIT Alam Nurul Islam mengenai tujuan pendidikan nilai,

metode pendidikan nilai, dan evaluasi pendidikan nilai. Selain itu

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dalam hal: siswa kurang

memahami konsep sekolah alam, dan adanaya hukuman untuk siswa.

36
C. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini,

dikembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

2. Apa tujuan dari pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

3. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

4. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

5. Bagaimana kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

6. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

7. Bagaimana media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

37
8. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM) ?

9. Bagaimana hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM)?

38
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu

memahami fenomena-fenomena yang dirasakan oleh pelaku dalam

melakukan penelitian. Fenomena-fenomena tersebut seperti perilaku,

persepsi, tindakan subjek yang diteliti. Berdasarkan hasil dari

penelitian tersebut kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata

dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010 : 6).

Penelitian kualitatif dapat berarti bahwa penelitian yang datanya

berbentuk kata-kata, gambaran bukan angka-angka, kalaupun ada

angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang diperoleh

meliputi interview, cacatan lapangan, foto, dokumen dan sebagainya

(Sudarwan Danim, 2002 : 51).

Definisi di atas dapat ditegaskan bahwa penelitian kualitatif

hanya menjelaskan atau menyuguhkan data yang berbentuk kata-kata

bukan angka-angka, yang didasarkan pada fakta-fakta yang ada

dilapangan yang didapatkan melalui subjek dan objek saat penelitian

berlangsung.

39
2. Pendekatan Penelitian

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis

penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Konsep dan

Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) secara mendalam dan komprehensif.

B. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai

Desember 2016 dari tahap prasurvei hingga dilaksanakan penelitian.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian

yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada objek penelitian ini,

peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang

(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007: 215).

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai Konsep dan Implementasi

Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan

Kasihan Bantul Yogyakarta.

40
D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang diminta informasinya

sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data

dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi

Arikunto, 2002: 107).

Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik dan pendiri Sanggar Anak

Alam (SALAM), kepala PKBM Sanggar Anak Salam (SALAM), Kepala

Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM), fasilitator

Pendidikan Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM), dan peserta didik

Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam

penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data.

Sugiyono (2005: 63) menyatakan bahwa terdapat beberapa teknik

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Observasi

W. Gulo (2002: 116) berpendapat bahwa observasi merupakan

metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi

sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Kegiatan

observasi yang dilakukan yaitu merupakan observasi partisipan,

sehingga peneliti terjun langsung kelapangan, dalam penelitian ini

peneliti melihat kegiatan kemudian mencatat hal-hal yang perlu dan

41
relevan dengan yang diteliti di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua

pihak, yaitu dua pihak yang bertanya (interviewer) dan yang

memberikan jawaban (interview) (Moleong, 2005: 186). Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui mengenai hal- hal

responden secara lebih mendalam.

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud mendapatkan data

yang dibutuhkan sesuai dengan topik penelitian sehingga data yang

diperoleh dapat akurat melalui sumber terpercaya. Wawancara

dilakukan oleh 2 orang yaitu pewawancara dan nara sumber (informan).

Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara terstruktur

dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk

mengumpulkan data. Wawancara akan dilakukan dengan pendiri

Sanggar Anak Alam (SALAM), kepala Pendidikan Dasar Sanggar

Anak Alam (SALAM) dan fasilitator Pendidikan Dasar Sanggar Alam

(SALAM).

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan bahwa metode

dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku,

42
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya. Hadari Nawawi (2005: 133) menyatakan bahwa studi

dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis

terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai

pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.

Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip-arsip

terkait dengan tujuan dan fokus permasalahan penelitian ini dan

digunakan sebagai penyempurna dari data yang telah diperoleh dari

hasil wawancara dan observasi.

F. Instruman Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun spesial yang ingin diamati. (Sugiyono,

2004: 97). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pedoman

wawancara, dokumentasi, dan observasi secara langsung kelapangan.

Adapun kisi-kisi instrumen adalah meggunakan :

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berupa pertanyaan secara garis besar

terhadap hal-hal yang akan diobservasi, kemudian diperinci dan

dikembangkan selama pelaksanaan penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui data tertulis mengenai pendidikan berbasis alam.

43
Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi

Aspek yang
No. Indikator yang dikaji Sumber Data
dikaji
1. Sarana dan a. Letak Geografis
Prasarana Sekolah
b. Bangunan sekolah
c. Lingkungan sekitar
sekolah
2. Pendidikan a. Aktivitas pendidik
Berbasis Alam b. Aktivitas peserta
didik Pengamatan Peneliti
c. Situasi interaksi di
Sekolah
d. Pelaksanaan
pembelajaran
e. Pelaksanaan
pendidikan berbasis
alam

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk mempermudah peneliti

dalam menyusun pertanyaan wawancara secara garis besar, kemudian

dalam pelaksanaannya akan dikembangkan secara mendalam untuk

mendapatkan suatu gambaran subjek dan pemaparan gejala yang

tampak sebagai suatu fenomena.

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara

Aspek yang
No. Indikator yang dikaji Sumber Data
dikaji
1. Konsep a. Pemahaman tentang a. Pendiri Sekolah
Pendidikan pendidikan berbasis b. Kepala PKBM
Berbasis Alam alam c. Kepala
b. Tujuan pendidikan Pendidikan
berbasis alam Tingkat Dasar
d. Pendidik
44
e. Peserta didik
2. Implementasi a. Program-program a. Pendiri Sekolah
Pendidikan pendidikan berbasis b. Kepala PKBM
Berbasis Alam alam c. Kepala
b. Kriteria peserta Pendidikan
didik dan pendidik Tingkat Dasar
dalam pelaksanaan d. Pendidik
pendidikan berbasis e. Peserta didik
alam
c. Kurikulum yang
digunakan dalam
pendidikan berbasis
alam
d. Metode yang
digunakan dalam
pelaksanaan
pendidikan berbasis
alam
e. Media yang
digunakan dalam
pelaksanaan
pendidikan berbasis
alam
f. Evaluasi
pelaksanaan
pendidikan berbasis
alam
g. Hasil dalam
pelaksanaan
pendidikan berbasis
alam dilaksanakan

3. Studi Dokumen

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, arsip, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Suharsimi

Arikunto, 2002: 206). Metode dokumentasi dalam penelitian untuk

mengetahui data dokumen mengenai pendidikan berbasis alam.

45
Tabel 3. Kisi-kisi pedoman studi dokumen

Aspek yang
No. Indikator yang dikaji Sumber data
dikaji
1. Profil Sekolah a. Sejarah sekolah
b. Struktur Organisasi
Sekolah
c. Jumlah Pendidik
d. Jumlah Peserta
Didik Dokumen/Arsip
foto-foto
e. Visi dan Misi
Sekolah
2. Sarana dan a. Bangunan Sekolah
Prasarana b. Luas Sekolah

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat

uraian dari hasil wawancara. Data yang telah diperoleh akan dianalisis

secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001: 103), analisis data adalah “proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori

dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa

pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian.

Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Menurut

Milles & Hubberman (Moleong, 2005: 282-283), yaitu sebagai berikut :

46
1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan menulis seluruh data yang

diperoleh dari lapangan secara terperinci. Setelah seluruh data telah

dicatat dilakukan pemilihan data-data yang penting-penting. Dalam

reduksi data ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan

pada hal-hal yang penting, kemudian membuang data-data yang tidak

penting.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah dilakukan reduksi data, maka selanjutnya adalah

melakukan penyajian data. Melalui penyajian data tersebut maka data

akan tersusun secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami, dan

memudahkan langkah kerja selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclution Drawing and

Verification)

Langkah ketiga dalam melakukan analisis data dalam penelitian

kualitatif menurut Milles & Hubberman adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara,

apabila selanjutnya ada data tambahan maka kesimpulan awal yang telah

dikemukakan akan menjadi lebih valid.

Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas

analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif

merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran

47
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang

terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai

dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan,

pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian

diambil intisarinya saja.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses

tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah

seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari

lapangan, dokumen pribadi, dan sebagainya melalui metode wawancara

yang didukung dengan studi dokumentasi.

H. Keabsahan Data

Tahap akhir dalam penelitian, dilakukan triangulasi data yakni untuk

memeriksa kembali kebenaran pada data tertentu dengan data yang diperoleh

dari sumber lain. Menurut (Sugiyono, 2010: 372) terdapat beberapa macam

bentuk triangulasi data, yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data hasil

wawancara dari narasumber dibandingkan kesamaan dan perbedaannya,

kemudian dikategorikan. Data yang sama akan semakin memperkuat

informasi yang diperoleh.

48
2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas dan dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Data hasil wawancara akan dibandingkan dengan data dokumentasi.

49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Gambaran Umum Sanggar Anak Alam (SALAM)
Sanggar Anak Alam (SALAM) didirikan oleh Sri Wahyaningsih

pada tanggal 17 Oktober 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum,

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada awalnya, Sanggar Anak

Alam (SALAM) prihatin terhadap kondisi anak-anak SD yang tidak

dapat membaca dengan lancar dan memahami kata atau kalimat dengan

baik, meskipun mereka sudah hampir lulus. Masalah yang lain yang

terkait dengan pendidikan adalah tingginya jumlah pernikahan dini yang

menyebabkan masalah kesehatan seperti tingginya angka keguguran dan

kematian ibu melahirkan. Di lingkungan masyarakat desa Lawen,

Sanggar Anak Alam (SALAM) memprakarsai terbentuknya kelompok

tani untuk menyediakan tenaga kerja murah dan melawan lintah darat

serta pengijon. Selain itu, bekerjasama dengan PUSKESMAS setempat,

Sanggar Anak Alam (SALAM) memulai pelatihan dukun bayi dan tenaga

kesehatan. Saat ini, aktivitas tersebut sudah dilakukan oleh komunitas

mayarakat setempat.

Tahun 2000, Sanggar Anak Alam (SALAM) memulai

aktivitasnya di Kampung Nitiprayan, Kasihan, Bantul, sebuah kampung

yang terletak diperbatasan antara Kodya Yogyakarta dan Kabupaten

Bantul, Provinsi DIY. Sebagian besar anak di kampung Nitiprayan

adalah anak petani dan buruh. Anak-anak tersebut mendapat pendidikan


50
formal di sekolah. Sanggar Anak Alam (SALAM) melakukan desain

ulang untuk menyesuaikan kondisi di Kampung Nitiprayan, terutama

tingkat kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak cukup rendah.

Selain itu, perhatian terhadap pendidikan anak usia dini juga sangat

kurang. Dibantu oleh beberapa relawan, Sanggar Anak Alam (SALAM)

mengadakan pendampingan belajar bagi anak usia sekolah, berupa

kegiatan tambahan di sore hari yang dilakukan untuk mengenalkan nilai-

nilai lokal melalui pembelajaran langsung dari lingkungan sekitar.

Berdasarkan hasil musyawarah orang tua murid dan kebutuhan

masyarakat sekitar, pada tahun 2004 Sanggar Anak Alam (SALAM)

mendirikan Kelompok Bermain, untuk usia anak 2-4 tahun, yang

diselenggarakan pagi hari layaknya sekolah umum. Fasilitator Kelompok

Bermain berasal dari orang tua murid dan beberapa relawan. Pada tahun

2006, orang tua yang anaknya telah selesai berkegiatan di kelompok

bermain kemudian berinisiatif mengadakan kegiatan Taman Anak

(masyarakat umum menyebutnya TK). Orang tua murid yang anaknya

belajar di Taman Anak tidak berhenti di level ini saja, kegelisahan

mereka terhadap kebutuhan akan sekolah untuk anak mereka setelah

lulus dari TA Sanggar Anak Alam (SALAM) nanti: tempat belajar yang

kondusif dan sekolah yang sejalan dengan misi Sanggar Anak Alam

(SALAM) di kelompok Bermain dan Taman Anak, akhirnya Sanggar

Anak Alam (SALAM) dengan dukungan orang tua murid mendirikan

Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2008. Usia peserta didik untuk Sekolah

51
Dasar (SD) yaitu 6 tahun keatas dengan jumlah peserta didik 15 anak di

setiap kelas. Waktu belajar yang diterapkan di Sanggar Anak Alam

(SALAM) yaitu hari Senin-Jumat, pukul 08.00-13.00 WIB. Untuk gaji

fasilitator di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu sebesar Rp 500.000,-.

Berikut adalah jumlah rupiah kebutuhan minimal setiap peserta didik di

Sanggar Anak Alam (SALAM):

Uang pendaftaran : Rp 50.000,-

Uang pangkal (minimal) : Rp 2.500.000,-

Uang makan & kudapan : Rp 172.500,-/bulan

Uang SPP (minimal) : Rp 212.700,-/bulan

Uang buku : Rp 10.000,-/bulan

Sanggar Anak Alam (SALAM) terdaftar di Dinas Pendidikan Non

Formal sebagai PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) pada tahun

2010. Tahun 2011 mulai mempersiapkan adanya SMP (Sekolah

Menengah Pertama) dan tahun 2012 pembukaan angkatan pertama SMP.

2. Visi dan Misi Sanggar Anak Alam (SALAM)

Setiap PKBM tentunya memiliki visi dan misi yang digunakan

sebagai pedoman untuk mewujudkan tujuan, prinsip serta harapan. Visi

dan misi PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM) sebagai berikut:

a. Visi

Terwujudnya sebuah komunitas sebagai wadah pemberdayaan

masyarakat dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan

pendekatan alam lingkungan serta sosial budaya setempat.

52
b. Misi

 Menyelenggarakan pendidikan alternatif yang berbasis alam,

lingkungan sosial dan budaya setempat.

 Menyelenggarakan pendidikan keterampilan yang berbasis

kehidupan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan

setempat.

3. Tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM)

Tujuan PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM) adalah sebagai

berikut:

a. Anak didik mampu membaca, menulis dan menghitung yang terkait

dengan kehidupan, lingkungan sehari-hari.

b. Mengembangkan budi pekerti, dalam pengertian proses membangun

watak yang selaras dengan tanggung jawab sehari-hari (misalnya;

menyapa, pamit, mengatur waktu, tukar menukar makanan yg

dibawa dari rumah, dan lain-lain).

c. Mengembangkan kemampuan pergaulan di masyarakat (seluruh

kegiatan Sekolah selalu melibatkan anak, orang tua, guru dan

lingkungan).

d. Mengenalkan ketrampilan yang bersifat pengolahan yang terkait

dengan penalaran, kepekaan, empati terhadap kehidupan

disekitarnya.

e. Upaya-upaya menciptakan tata belajar yang mengarah pada

tanggung jawab mengurus diri sendiri (misalnya, sejak gosok gigi,

53
berpakaian, kebersihan, selalu mengembalikan barang-barang pada

tempatnya dan lain-lain).

4. Prinsip dan Perspektif Sanggar Anak Alam (SALAM)

Menciptakan kehidupan belajar yang merdeka dimana seluruh

proses pendidikan dibangun atas dasar kebutuhan dan kesepakatan

bersama seluruh warga belajar. Dalam penyelenggaraan proses belajar

selalu berangkat dari kekuatan, kemampuan yang dimiliki (mandiri).

Terbuka untuk bantuan dari luar namun bersifat tidak mengikat serta

tidak merusak prinsip kemandirian yang senyatanya menjadi kekuatan.

Kemandirian yang dimaksud terkait dengan antara lain:

1) Cara pandang

2) Metode belajar mengajar

3) Sumber-sumber pendanaan

4) Adat istiadat yang bersumber dari komunitas setempat

Sanggar Anak Alam (SALAM) sebagai sekolah kehidupan,

kehidupan yang paling dekat adalah kehidupan manusia yang

bermasyarakat. Paling tidak ada 4 hal yang mendasar yang selalu ada

dalam kehidupan bermasyarakat. Maka, Sanggar Anak Alam (SALAM)

mengambil itu sebagai perspektif yang bisa dikembangkan dalam proses

pembelajarannya antara lain:

1) Pangan

2) Kesehatan

3) Lingkungan

54
4) Sosial – Budaya

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan sebuah komponen yang penting

untuk mendukung terlaksananya kegiatan yang dimiliki Sanggar Anak

Alam (SALAM). Sarana dan prasarana yang dimiliki Sanggar Anak

Alam (SALAM) adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Sarana dan Prasarana


1. Status Lahan/ Luas Tanah ....... m2 Milik sendiri/
Bangunan Luas Bangunan ....... m2 sewa/pinjam
pakai
2. Rincian • Ruang Tamu • 1 ruang
Bangunan • Ruang Sekretariat • 1 ruang
• Ruang Kantor Pengurus • 1 ruang
• Ruang Belajar Teori • 9 ruang
• Ruang Praktik Keterampilan • 2 ruang
• Ruang Usaha/Produksi • 1 ruang
• Ruang Perpustakaan/Taman • 1 ruang
3. Sarana • Kursi Tamu • 2 set
Kesekretariatan • Meja-kursi kerja • 2 set
• Lemari arsip/filling cabinet • 5 unit
• Komputer/laptop • 9 unit
• Printer • 2 unit
• Mesin faksimile/telepon • 1 unit
4. Sarana • Meja-kursi belajar • 50 set
Pembelajaran • Papan tulis • 10 buah
• Buku/modul/bahan ajar • Banyak
• Media pembelajaran • Banyak
5. Sarana • Alat keterampilan • Banyak
Keterampilan
Sumber: Dokumentasi profil Sanggar Anak Alam (SALAM)

55
6. Struktur Kepengurusan

PERKUMPULAN SALAM

SEKOLAH/PKBM KERABAT SALAM


Ketua : Yudhistira Aridayan
FORUM Sekertaris : Kuspriyani,
Rohmad Banuari PENGAWAS
ORANG
Bendahara : Hesti Sunarsih, SEKOLAH
TUA MURID
Suparno, Rosmery
Calvyn

Kepala Kepala Kepala Sekolah Kepala Sekolah


Sekolah Sekolah Sekolah Dasar Sekolah Menengah
Kelompok Taman Anak Rosmery Calvyn, Pertama
Bermain Hesti Sunarsih Windarki Rahayu Rika Iffati Fariah
Ani Kurnia

Fasilitator Fasilitator Fasilitator Kelas 1 Fasilitator Kelas 7


Kelas Kelas Windarki Rahayu Nur Febrian
Ani Kurnia, Hesti Sunarsih, Fasilitator Kelas 2 Jiwadhari
Panca Widhati Irianti, Rosmery Calvyn Fasilitator Kelas 8
P, Eni Sri Widhi Pratiwi Fasilitator Kelas 3 Nurul Abidah,
Warsini Kuspriyani, Briliyan Firman,
Erna Iswati Nugroho
Fasilitator Kelas 4 Fasilitator Kelas 9
Amanah Zita Wahyu Larasati
Oktaviandari,
Andrean Eka
Setiawan
Fasilitator Kelas 5
Heppy Hendaryani,
Erwin Yanuaris
Fasilitator Kelas 6
Maria Priska
Yetti Nuryawati

Bagan 1. Struktur Kepengurusan PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM)


Sumber: Dokumentasi Profil Sanggar Anak Alam (SALAM)

Struktur kepengurusan yang terdapat di Sanggar Anak Alam

(SALAM) terdapat kerabat SALAM mitra dari Sanggar Anak Alam

(SALAM) serta adanya ketua PKBM, sekretaris dan bendahara yang


56
bertanggung jawab dalam menjalankan program-program yang ada

di Sanggar Anak Alam (SALAM) bersama forum orang tua dan

pengawas sekolah. Kemudian disetiap jenjang pendidikan terdapat

kepala sekolah yang bertanggung jawab mengkoordinasi para

fasilitator di masing-masing jenjang.

B. Hasil Penelitian

Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik purposive

terhadap 5 orang narasumber kunci yang dilakukan di Sanggar Anak Alam

(SALAM) Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Narasumber yang

berhasil diwawancarai secara intensif dengan nama menggunakan inisial,

yaitu WY, YT, WD, EW, dan DN.

Wawancara dengan narasumber inisial YT dilaksanakan pada hari

Selasa, 06 Desember 2016; narasumber dengan inisial EW dan DN

dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Desember 2016; narasumber dengan inisial

WD dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Desember 2016; sedangkan narasumber

dengan inisial WY dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Desember 2016.

Data yang tidak terungkap melalui wawancara, dilengkapi dengan data

hasil observasi langsung secara partisipatif yang dilakukan rentang waktu

pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2016. Untuk memperkuat

substansi data hasil wawancara dan observasi, maka dilakukanlah

penelusuran terhadap dokumen dan arsip yang ada. Semua data hasil

penelitian ini diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai

berikut:
57
1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Peneliti melakukan teknik wawancara untuk memperoleh data

mengenai konsep pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM). Pendidikan berbasis alam merupakan proses belajar manusia

secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan lingkungan alam

sekitarnya. Anak belajar di alam terbuka yang memang menjadi salah

satu media belajar. Pendidikan yang menganggap anak sebagai subjek

dan menjadi dirinya sendiri, selain itu memberikan keleluasaan untuk

menentukan sendiri apa yang ingin mereka pelajari. Sebagaimana

pernyataan dari Ibu WY dalam wawancara sebagai berikut ini:

“Pendidikan berbasis alam itu ya anak-anak diberi tempat dan


bisa menentukan apa yang harus dilakukan hari ini, dan
pendekatannya melalui objek penelitian yang ditentukan oleh
anak itu sendiri seperti itu. Nah, orang tua dan fasilitator itu
sekedar memberi stimulan dan mengerucutkan yang menjadi
kemauan anak, anak benar-benar menjadi subjek...”(WY, 28
Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara berikut ini:

“Alam itu termasuk alamiah, secara kodrat dan alamiah manusia


belajar dari kehidupan maka apapun yang ada dalam kehidupan
itu menjadi sumber belajar yang paling dekat, itu yang mesti
dipelajari, termasuk alam disitu...”(YT, 06 Desember 2016).

Disampaikan juga oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai berikut:

“pendidikan yang bisa menganggap anak sebagai subjek bukan


objek...”(WD, 14 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu EW dalam wawancara berikut ini:

“pendidikan berbasis alam itu dimana anak yang belajar di alam


terbuka. Bukan berarti sekolah alam tetapi memang alam salah
satu media belajar anak-anak, kebetulan tempatnya di tengah
sawah jadi apapun yang ada disitu untuk media belajar, untuk
58
anak alam sendiri saya mengartikan anak yang belajar di
alam.”(EW, 13 Desember 2016).

Pendidikan berbasis alam bukan hanya memberikan ruang yang

seluas-luasnya bagi anak dalam belajar di lingkungan alam sekitar tetapi

juga memberikan apa yang anak-anak butuhkan. Sesuai dengan

pengamatan di lapangan bahwa pendidikan berbasis alam memberikan

kebebasan kepada masing-masing anak untuk mengembangkan minatnya

dan pendekatannya melalui objek penelitian yang ditentukan oleh anak

itu sendiri.

2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Tujuan dari pendidikan berbasis alam merupakan sesuatu yang

ingin dicapai dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam. Untuk

mencapai tujuan tersebut Sanggar Anak Alam (SALAM) mendekatkan 4

(empat) perspektif dalam pembelajaran, meliputi pangan; kesehatan;

lingkungan hidup; dan sosial-budaya. Sebagaimana pernyataan Saudara

YT dalam wawancara sebagai berikut:

“kenapa kita mendekatkan belajar pada pangan, kesehatan,


lingkungan, dan sosial-budaya? Inikan yang dibutuhkan oleh
manusia supaya dia bisa tahu dan mengelola. Bagaimana
mengelola ya yang kita bangun adalah cara belajar melalui daur
belajar. Kita sedang belajar cara belajar, nanti juga bisa mengelola
pengetahuan, keterampilan dan sikap.”(YT, 06 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai

berikut:

“...ya dari 4 pilar (pangan, lingkungan, kesehatan dan sosial-


budaya) jadi kadang-kadang sosial-budaya itukan kebiasaan yang
terjadi di lingkungan dimana dia tumbuh, itu kadang-kadang
sudah terlupakan karena sistem pendidikan sekarang yang seperti
59
itu jadi mereka budaya untuk misalnya untuk antri, bersabar
dll...”(WD, 14 Desember 2016).

Melalui daur belajar yang terdapat 4 (empat) persperktif meliputi

pangan; kesehatan; lingkungan hidup; dan sosial-budaya, anak mampu

mengelola pengetahuan; keterampilan; dan sikap. Hal ini sesuai dengan

pengamatan peneliti di lapangan bahwa dalam pengimplementasian

pendidikan berbasis alam, Sanggar Anak Alam (SALAM) mendekatkan

4 (empat) perspektif tersebut.

Selain anak mampu mengelola pengetahuan; keterampilan; dan

sikap, tujuan dari pendidikan berbasis alam yaitu agar anak menjadi

dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing

disesuaikan dengan capaian setiap kelas. Sebagaimana pernyataan Ibu

WY dalam wawancara sebagai berikut:

“anak-anak menjadi dirinya sendiri, berkembang sesuai dengan


potensinya masing-masing mampu mengelola pengetahuan, sikap
dan keterampilan mereka juga.”(WY, 28 Desember 2016).

Peryataan tersebut diperkuat oleh Ibu EW:

“...anak dapat mengolah pengetahuan mereka serta bisa


membangun sikap, sanggar anak alam ada 4 hal yang di pelajari
atau 4 aspek yang memang sebagai landasan pembelajaran yaitu
kesehatan, pangan, lingkungan hidup dan sosial budaya. Jadi 4
aspek kita tarik kedalam metode pembelajaran di SALAM, nanti
disesuaikan capain masing-masing kelas...”(EW, 13 Desember
2016).

Dengan demikian, tujuan dari pendidikan berbasis alam

diperlukan agar pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) memiliki arti dan membentuk kualitas para peserta didik

tidak terkecuali para fasilitator.


60
3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Karakteristik peserta didik dalam implementasi pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu anak bebas

mengembangkan minat dan potensinya masing-masing, anak-anak yang

belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM) tidak dipaksa oleh para orang

tuanya sehingga anak-anak dengan senang hati belajar di Sanggar Anak

Alam (SALAM). Sebagaimana pernyataan Ibu WY dalam wawancara

sebagai berikut:

“yang pasti masuk disini anak tidak ada paksaan dari orang
tuanya, mau belajar bersama-sama, mampu mengikuti
pembelajaran dengan senang hati dan mengikuti kesepakatan
bersama aja sih. Peserta didik disini diberi ruang untuk
mengembangkan minat mereka masing-masing.”(WY, 28
Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara sebagai

berikut:

“disini anak-anak bebas mengembangkan potensinya, aktif dalam


pembelajaran, mereka belajar sesuai dengan minatnya dan mereka
masuk disini tidak ada paksaan dari orang tua nya. Peserta didik
disini menentukan sendiri tema riset yang menjadi minat mereka,
mereka menentukan sendiri hari ini belajar tentang apa. Kami
memberikan ruang seluas-luas dan tidak bersifat memaksa harus
ini atau harus itu.”(YT, 06 Desember 2016).

Disampaikan juga oleh Ibu WD pada wawancara berikut ini:

“anak disini bebas dalam mengembangkan minatnya, setiap hari


anak belajar sesuai dengan ketertarikannya, jadi yang pasti anak
senang belajar disini, masuk di SALAM ini anak juga tidak ada
paksaan dari orang tuanya karena sebelum masuk di SALAM ini
orang tua anak melakukan wawancara terlebih dahulu dan
menyetujui kesepakatan di SALAM.”(WD, 14 Desember 2016).

61
Hal tersebut juga disampaikan oleh EW pada wawancara berikut ini:

“anak-anak belajar sesuai dengan minat dan ketertarikan mereka


sehingga mereka bisa menjadi dirinya masing-masing, mereka
masuk di SALAM juga tidak ada paksaan dari orang tuanya,
mereka mengikuti kesepakatan bersama disini, dan mereka
berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing
mbak.”(EW, 13 Desember 2016).

Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM), peserta didik memiliki hak untuk memperoleh

layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya karena

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan akan mempengaruhi

proses belajarnya. Hal ini juga sesuai dengan pengamatan peneliti di

lapangan bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk mengembangkan

minat, potensi dan ketertarikannya masing-masing dalam pembelajaran.

Selain itu peserta didik juga senang belajar di Sanggar Anak Alam

(SALAM) karena waktu belajar yang lebih luang. Hal ini diperkuat

dengan pendapat DN dalam wawancara sebagai berikut:

“SALAM ini soalnya enak, waktunya lebih luang juga. Dulu aku
kan di pondok pesantren kabur mbak, kalo gak disiplin dihukum
trus kalau bangun kesiangan diguyur air, terus gurunya galak-
galak. Terus dicarikan orangtua sekolah ini di SALAM ini, enak
sih intinya.”(DN, 13 Desember 2016).

Dengan demikian, Sanggar Anak Alam (SALAM) memberikan

waktu yang lebih luang untuk para peserta didik dalam pembelajaran.

Tidak ada paksaan juga dari orang tua untuk belajar di Sanggar Anak

Alam (SALAM) sehingga peserta didik dengan senang belajar dan

dengan bebas dalam mengembangkan minat, potensi serta

ketertariakannya masing-masing untuk belajar.


62
4. Karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Karakteristik pendidik dalam implementasi pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu mampu memfasilitasi,

mendampingi dan membebaskan peserta didik agar peserta didik aktif

serta bisa belajar dengan mandiri. Selain itu pendidik juga menjaga dan

mencatat proses pembelajaran, meliputi perencanaan sampai evaluasi.

Sebagaimana pernyataan Ibu EW dalam wawancara sebagai berikut:

“saya disini sebagai fasilitator untuk memfasilitasi anak-anak, jadi


bukan hanya mengajari mereka tetapi bagaimana kita
membebaskan anak biar mereka aktif bisa belajar dengan
mandiri. Juga bukan cara gampang terkadang ada anak yang
kurang kritis terkadangkan kalo tidak disuruh tidak dijalankan
itukan menjadi tantang kami. Jadi kami memfasilitasinya dengan
cara pacingan-pancingan memberikan dorongan kepada anak agar
bisa aktif. Jadi kita ada kasusnya seperti itu iya merupakan selain
tantang kita dituntut kreatif bagaimana cara kita menyajikan
materi untuk sesuai kreatif tanpa langsung memberikan bagaiman
anak itu bisa terpancing untuk berani mengungkapkan. Prosesnya
tidak begitu cepat dalam artian A sampai Z, jadi kita memang
gimana anak ini terpancing kita membutuhkan usaha...”(EW, 13
Desember 2016).

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu WY dalam wawancara berikut

ini:

“...disini pendidik ya menjadi peserta didik dan peserta didik


menjadi pendidik. Ya kita sama-sama aja sih mbak, sama-sama
saling belajar dan saling bekerja sama dalam hal apapun termasuk
dalam pembelajaran.”(WY, 28 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara berikut ini:

“...pada dasarnya fasilitator itu fasilitator untuk semua, kemudian


masing-masing itu punya tanggung jawab di kelas tertentu untuk
menjaga dan mencatat proses, meliputi perencanaan sampai
evaluasi.”(YT, 06 Desember 2016).
63
Kemudian diperkuat juga oleh Ibu WD:

“...fasilitator ya memfasilitasi dan mendampingi anak-anak dalam


melakukan daur belajar yang ada di SALAM. Yang jelas harus
punya kepekaan terhadap anak, karena jika di kelas ada 15 anak
berarti ada 15 karakter yang berbeda-beda yang tidak bisa kita
samakan dan tuntutannya juga gak bisa kita samakan juga. Jadi
masing-masing anak punya keunikan sendiri-sendiri. Selain itu
fasilitator juga harus mengetahui seperti apa sih anak ini? Strategi
apa yang harus kita gunakan supaya anak ini bisa maksimal dalam
belajar.” (WD, 14 Desember 2016).

Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM), pendidik bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan berbasis alam dengan memfasilitasi seluruh

kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu Sanggar Anak

Alam (SALAM) mempunyai kualifikasi pendidik yaitu fasilitator harus

memiliki keinginan untuk belajar bersama-sama, mencintai anak-anak,

tidak memandang tingkat pendidikan fasilitator. Sebagaimana pernyataan

Ibu WY dalam wawancara sebagai berikut:

“ada kriterianya yang jelas mereka mau belajar, mereka mencintai


anak-anak itu yang utama. Karena sekalipun mereka S1, S2, atau
S3 kalau gak mau belajar ya itu stak aja, ilmu pengetahuan kan
berkembang. Nah makanya mereka harus mau belajar, mau
mengembangkan diri itu yang menjadi kriteria utama. Disini
fasilitatornya kebetulan semua sarjana, tapi yang penting disini itu
fasilitator mau belajar jadi gak harus lulusan sarjana atau apa.
Setiap semester juga ada rolling antar fasilitator mbak, jadi tiap
semester pindah kelas gitu...”(WY, 28 Desember 2016).

Hal tersebut juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara

berikut ini:

“untuk jadi fasilitator disini itu hanya perlu mau belajar aja sih,
gak memandang dia lulusan apa, yang paling penting disini para
fasilitator mau belajar bersama-sama dengan anak-anak maupun
dengan sesama fasilitator. Selain itu juga menjadi teman untuk
64
semua aja, yang jelas ini ya yang pokok itu adalah bagaimana
proses belajar itu terjadi saya memastikan untuk teman-teman
kesiapannya bagaimana? Bagaimana menjaga prosesnya? Hal-hal
apa yang perlu dikembangkan? Mengelola kebutuhan yang
mendukung proses belajar itu, baik itu yang bisa dicukupi oleh
keluarga SALAM maupun yang perlu kita upayakan dari luar
SALAM. Ini termasuk mengelola tim, kebutuhan dan mengelola
proses. Selain itu juga menjaga hubungan dengan teman-teman
dari luar baik itu komunitas, instansi maupun pribadi...”(YT, 06
Desember 2016).

Kemudian diperkuat juga oleh Ibu EW:

“...kebetulan untuk SD, fasilitatornya semua dari lulusan sarjana,


yang paling penting disini fasilitator itu mampu memfasilitasi
kebutuhan anak dan mau belajar bersama anak-anak, nggak
memandang kamu dari lulusan apa itu tidak, yang penting yaitu
tadi mau belajar bersama-sama disini.”(EW, 13 Desember 2016).

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

karakteristik pendidik di Sanggar Anak Alam (SALAM) dalam

mengimplementasikan pendidikan berbasis alam yaitu mampu

memfasilitasi seluruh kebutuhan peserta didik dan ada keinginan untuk

belajar bersama-sama dengan anak maupun fasilitator yang lain. Sanggar

Anak Alam (SALAM) tidak memandang latar belakang tingkat

pendidikan fasilitator, tetapi untuk sekarang fasilitator di Sanggar Anak

Alam seluruhnya lulusan Sarjana. Hal ini juga sesuai dengan pengamatan

peneliti bahwa fasilitator tidak menggurui, belajar bersama-sama dengan

peserta didik, memfasilitasi dan mendampingi peserta didik dalam

pembelajaran.

65
5. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kurikulum merupakan suatu alat yang sangat penting dalam

meralisasi dan mencapai tujuan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM). Kurikulum yang digunakan Sanggar Anak Alam

(SALAM) yaitu garis besar proses belajar mengajar atau sering disebut

dengan daur belajar ala SALAM. Sebagaimana pernyataan Ibu EW

dalam wawancara berikut ini:

“kurikulum yang kita pake kita mengenalnya dengan daur belajar


ala SALAM. Daur belajar ya proses belajar ada beberapa tahap
sih mbak. Kan kita mengenal metodenya riset ya, metode riset itu
yang bertama adalah perencanaan, jadi si anak merencanakan
tentang materi yang akan diambil atau materi riset yang akan
dipilih. Setelah itu mencari data, kalau sudah mencari data
kemudian mengolah data, setelah mengolah data kemudian tahap
workshop atau persentasi. Jadi daur-daurnya seperti itu.”(EW, 13
Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT pada wawancara sebagai

berikut:

“kurikulum disini kita sebut sebagai garis besar proses belajar


mengajar, didalamnya terdapat daur belajar yang meliputi
menerapkan, melakukan, mengungkapan, menganalisis dan
kesimpulan. Dan kita juga merumuskan 4 perspektif tadi ada
pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya.”(YT, 06
Desember 2016).

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu WY dalam wawancara sebagai

berikut:

“kalau kurikulum kami menggunakan daur belajar yang


didalamnya ada 4 perspektif yaitu pangan, kesehatan, lingkungan
hidup dan sosial-budaya, kemudian karena kami masih diruang
lingkup Indonesia dan pada akhirnya nanti anak-anak ikut ujian
bersamaan, nah itu setiap jenjang kami mengambil kompetensi
66
dasar yang ditentukan oleh pemerintah. Kurikulum sendiri
menurut saya cara untuk mencapai tujuan, nah tujuan anak-anak
disini adalah bagaimana mereka menjadi dirinya sendiri,
bagaimana mereka menggali potensinya masing-masing sesuai
dengan kodrat alam dan kemerdekaan lahir dan batin.”(WY, 28
Desember 2016).

Disampaikan juga oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai berikut:

“kurikulum yang kita gunakan itu kita bikin sendiri ya, yang kita
sebut dengan daur belajar dan kita merumuskan 4 perpektif yaitu
pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya...”(WD,
14 Desember 2016).

Dengan demikian, kurikulum yang digunakan Sanggar Anak

Alam (SALAM) mengimplementasikan pendidikan berbasis alam yaitu

daur belajar. Dalam daur belajar tersebut terdapat 4 (empat) perspektif

meliputi pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya. Hal ini

juga diperkuat dengan data dokumentasi yang diperoleh peneliti, sebagai

berikut:

Bagan 2. Daur Belajar Sanggar Anak Alam (SALAM)


Sumber: Dokumentasi Profil Sanggar Anak Alam (SALAM)

67
Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam, Sanggar

Anak Alam (SALAM) menggunakan kurikulum yaitu daur belajar.

Dalam daur belajar tersebut meliputi tahapan lakukan, ungkapkan,

analisis, kesimpulan, dan terapkan. Lakukan yaitu pengalaman dengan

cara melakukan langsung kegiatan. Anak-anak terlibat, bertindak dan

berperilaku dengan mengikuti pola yang telah disepakati. Apa yang

dilakukan dan dialami adalah mengerjakan, mengamati, melihat, atau

mengatakan sesuatu. Pengalaman inilah yang menjadi titik tolak proses

selanjutnya. Kemudian ungkapkan yaitu anak-anak mengungkapkan

dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya dan

tanggapan atau kesan mereka atas pengalaman tersebut, termasuk

pengalaman secara menyeluruh apa yang telah dilakukan/dialami anak-

anak.

Analisis yaitu mengkaji seluruh ungkapan pengalaman, baik

pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, kemudian

mengkaitkannya dengan pengalaman lain yang mungkin mengandung

ajaran, nilai-nilai atau makna yang serupa. Selanjutnya kesimpulan yaitu

keharusan untuk mengembangkan atau merumuskan prinsip-prinsip

berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari pengalaman tersebut.

Menyatakan apa yang telah dialami dan dipelajari dengan cara seperti ini

akan membantu masyarakat untuk merumuskan, merinci dan

memperjelas hal-hal yang telah dipelajari. Yang terakhir menerapkan

68
yaitu melakukan perencanaan untuk menerapkan prinsip-prinsip yang

telah disimpulkan dari pengalaman sebelumnya.

Selain daur belajar, berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh

peneliti, Sanggar Anak Alam (SALAM) memiliki target dasar belajar

yang berhubungan dengan pendidikan berbasis alam untuk setiap kelas,

yaitu sebagai berikut:

Kelas 1 (satu) :
- Mengenal lingkungan disekitar rumah dan sekolah
- Mengenal benda-benda disekitar rumah dan sekolah (manfaat dan
bagaimana cara memperlakukannya/merawatnya)  pengantar masuk
ke kebiasaan/kesadaran menjaga lingkungan terdekat (sekolah, rumah)
Kelas 2 (dua) :
- Peristiwa alam (hujan, panas, dan angin)
- Peta hewan (jenis, ciri, fungsi, tumbuh dan berkembang biak)
- Peta tumbuhan (jenis, bagian, dan fungsi)
- Peta benda (jenis, wujud, fungsi, dan proses perubahan)
- Peta energi (jenis, wujud, fungsi, dan proses perubahan)
- Kebiasaan sehari-hari di rumah dan sekolah (kaitannya dengan
membangun tanggung jawab pribadi dan kelompok)  membangun
kesadaran/ kebiasaan menjaga lingkungan sekitarnya.
- Pengenalan benda2 alam, peristiwa alam dan pengaruhnya (kaitannya:
matahari, bulan, bintang, berputar, siang, malam, dsb)
Kelas 3 (tiga) :
- Kondisi lingkungan (rumah dan sekolah) terkait dengan kesehatan
- Peta jenis hewan berdasarkan (golongan, habitat, makanan, cara
bergerak, dan ciri-ciri)
- Peta tumbuhan (golongan, habitat, dan ciri-ciri)
- Pertumbuhan makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan)
- Kebiasaan sehari-hari di rumah dan sekolah (kaitannya dengan
membangun tanggung jawab pribadi dan kelompok)  membangun
kesadaran/ kebiasaan menjaga lingkungan sekitarnya
- Pengenalan cuaca dan perubahannya
- Pengenalan tentang kenampakan permukaan bumi (pengantar menuju
peta geografis di kelas 4)
Kelas 4 (empat) :
- Peta geografis (Desa s/d Propinsi)
- Struktur organ manusia, hewan, dan tumbuhan

69
- Kebiasaan sehari-hari di rumah dan sekolah (kaitannya dengan
membangun tanggung jawab pribadi dan kelompok)  membangun
kesadaran/ kebiasaan menjaga lingkungan sekitarnya
- Pengenalan tentang sumber daya alam dan perubahan lingkungan
Kelas 5 (lima) :
- Peta geografis (Desa s/d Propinsi)
- Struktur organ manusia, hewan, dan tumbuhan
- Kebiasaan sehari-hari di rumah dan sekolah (kaitannya dengan
membangun tanggung jawab pribadi dan kelompok)  membangun
kesadaran/ kebiasaan menjaga lingkungan sekitarnya
- Perubahan kenampakan bumi dan benda langit
Kelas 6 (enam) :
- Kebiasaan sehari-hari di rumah dan sekolah (kaitannya dengan
membangun tanggung jawab pribadi dan kelompok)  membangun
kesadaran/ kebiasaan menjaga lingkungan sekitarnya
- Energi (manfaat dan cara mengelolanya)
Konteks umum untuk semua kelas yaitu pangan, kesehatan, lingkungan
hidup dan sosial budaya.

Dari hasil wawancara dan data dokumentasi dapat disimpulkan

bahwa kurikulum yang digunakan dalam pengimplementasian

pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) adalah daur

belajar. Dalam daur belajar terdapat tahapan yaitu lakukan, ungkapkan,

analisis, kesimpulan, dan terapkan. Dari tahapan tersebut, Sanggar Anak

Alam (SALAM) menekankan 4 (empat) perspektif di dalamnya meliputi

pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya. Hal ini sesuai

dengan pengamatan peneliti di lapangan bahwa Sanggar Anak Alam

(SALAM) menekankan 4 (empat) perspektif tersebut kepada anak dalam

kegiatan pembelajaran sehari-hari.

70
6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Metode pembelajaran dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) merupakan suatu strategi dan alat pengajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis alam. Berdasarkan hasil

observasi metode pembelajaran yang diterapkan dalam implementasi

pendidikan berbasis alam yaitu metode riset. Hal ini diperkuat dengan

pendapat Ibu WY dalam wawancara berikut ini:

“metode yang digunakan ya riset itu mbak, dengan riset itu kan
nanti ada diskusi ada mereka membuat presentasi ada workshop
itu ya, ada macem-macem yang kita kembangkan, mulai dari
perencanaan sampai presentasi hasil riset mereka itu.”(WY, 28
Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara berikut ini:

“metode yang digunakan disini adalah riset dari masing-masing


minat anak, jadi 1 anak dengan anak yang lain tema risetnya
berbeda-beda sesuai dengan minatnya. Melalui riset itu nanti
anak-anak dapat belajar mulai dari perencanaan sampai ke
workshop atau presentasi.”(YT, 06 Desember 2016).

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai

berikut:

“metode yang kita gunakan ya riset itu tadi, mereka punya riset
sendiri-sendiri. Mereka akan melakukan lalu mengungkapkan
atau mempresentasikan di depan teman-temannya. Nantinya kan
pasti teman-teman juga akan belajar tentang risetnya teman yang
lain jadi 1 kelas itu punya bahan ajar dari risetnya teman-teman
yang lain. Ya metodenya seperti itu jadi belajar bareng melalui
riset mbak.”(WD, 13 Desember 2016).

Disampaikan juga oleh Ibu EW dalam wawancara sebagai berikut:

“metode yang dipake tahun ini adalah risetnya masing-masing


anak, tahun lalu risetnya satu kelas sama, jadi satu fasilitator
71
menetukan tema riset apa, capaian indikator perkelas apa, cari
tema riset yang bisa mencapai indikator. Sekarang masing-
masing, kemaren melakukan diskusi orang tua minat anak
dibidang apa dan ketetarikannya apa...”(EW, 13 Desember
2016).

Dengan demikian, metode pembelajaran yang digunakan dalam

mengimplementasikan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) yaitu menggunakan metode riset yang temanya ditentukan

oleh peserta didik mulai dari perencanaan sampai dengan persentasi

didepan teman-teman yang lain. Hal ini diperkuat dengan data

dokumentasi yang diperoleh peneliti, sebagai berikut:

Bagan 3. Metode Pembelajaran Sanggar Anak Alam (SALAM)


Sumber: Dokumentasi Profil Sanggar Anak Alam (SALAM)

Dari hasil wawancara dan data dokumentasi dapat disimpulkan

bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam

mengimplementasikan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) yaitu menggunakan metode riset. Fasilitator beserta tim

pendukung menyiapkan perencanaan belajar satu semester dengan

ditempuh secara bertahap, kemudian melakukan pembicaraan dengan

anak-anak menyangkut agenda dan garis besar hal-hal apa saja yang akan

dilakukan dan capaian yang akan diraih, membagi tugas termasuk


72
memproses lahirnya kelompok kerja dimasing-masing kelas. Selanjutnya

menyusun rancangan pengamatan dan penggalian data melalui tahap-

tahap perencanaan; orientasi; pengamatan dan penggalian data; serta

workshop pengolahan dan pendalaman. Hal ini juga diperkuat dengan

wawancara oleh Ibu EW:

“...Kan kita mengenal metodenya riset ya, metode riset itu yang
pertama adalah perencanaan, jadi si anak merencanakan tentang
materi yang akan diambil atau materi riset yang akan dipilih.
Setelah itu mencari data, kalau sudah mencari data kemudian
mengolah data, setelah mengolah data kemudian tahap workshop
atau persentasi...” (EW, 13 Desember 2016).

Untuk memperjelas tahap dari metode riset dalam wawancara tersebut,

peneliti memaparkan tahap metode riset dalam bagan sebagai berikut:

Perencanaan
(Minat Peserta Didik)

Mencari data melalui metode:


a. Observasi langsung
b. Bertanya/wawancara
c. Studi pustaka
d. Pencarian data dari
internet/browsing

Data terkumpul

Pengolahan data

Deskripsi

Workshop/Presentasi

Bagan 4. Tahap Metode Riset


73
Selain wawancara dan dokumentasi, berdasarkan observasi oleh

peneliti saat di lapangan bahwa workshop/presentasi yang dilakukan

peserta didik adalah data yang telah diperoleh dari berbagai metode

seperti observasi langsung, bertanya atau wawancara, studi pustaka dan

pencarian data dari internet. Sebagai contoh pada saat peneliti melakukan

observasi terdapat peserta didik yang melakukan workshop/presentasi di

depan peserta didik yang lain yaitu mempresentasikan mengenai ikan

lumba-lumba. Peserta didik tersebut menjelaskan segala sesuatu yang

berhubungan dengan lumba-lumba meliputi bentuk, tempat tinggal,

makanan, cara bernafas, serta cara berkembang biak. Dengan demikian

fasilitator dapat melihat kemampuan, capaian yang telah dicapai oleh

peserta didik serta fasilitator juga dapat melakukan evaluasi terhadap

peserta didik tersebut terkait dalam pembelajaran.

7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Media pembelajaran dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) merupakan segala sesuatu yang dapat

menyampaikan materi kepada peserta didik sehingga memungkinkan

pembelajaran berlangsung secara efisien dan efektif. Sebagaimana

pernyataan Ibu WY dalam wawancara berikut ini:

“setiap anak kan mempunyai materi risetnya masing-masing


sesuai dengan minatnya, jadi media yang mereka gunakan juga
berbeda-beda setiap anak. Kalau dari sekolah kami menyediakan
tempat seluas-luasnya mulai dari ruangan-ruangan sampai
lingkungan disekitar sini aja sih. Jadi mereka bisa secara leluasa
menggunakan media-media pembelajaran yang ada di SALAM.
74
Media yang memang dibutuhkan oleh anak tetapi tidak ada oleh
SALAM itu disediakan oleh mereka sendiri bersama orang
tuanya. Kita membantu secara umum saja sih mbak untuk semua
anak disini.” (WY, 28 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT pada wawancara berikut ini:

“media yang digunakan setiap anak jelas berbeda, soalnya mereka


mempunyai tema riset yang berbeda dan pasti medianya juga
berbeda. Disini orang tua juga membantu anak-anaknya dalam
menyiapkan segala sesuatunya dan SALAM juga membantu
menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak-
anak.”(YT, 06 Desember 2016).

Disampaikan juga oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai berikut:

“karena kita menggunakan riset project itukan dikerjakan dengan


orang tua dan medianya akan disiapkan anak, orang tua dan
fasilitator. Jadi medianya jelas berbeda-beda sesuai dengan
project yang mereka pilih, mereka mencari sendiri sesuai dengan
kebutuhan. Satu anak dan anak yang lain medianya tidak sama.
Tetapi SALAM juga membantu menyiapkan kebutuhan anak-
anak secara umum seperti menyediakan perpustakaan, lingkungan
sekitar, dapur dan ruangan.” (WD, 13 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara EW dalam wawancara berikut ini:

“media pembelajarannya banyak mbak, setiap anak kan memiliki


risetnya masing-masing jadi medianya juga beda-beda. Yang
menyiapkan ya anak itu sendiri bersama orang tua dan fasilitator
juga membantu...”(EW, 13 Desember 2016).

Kesimpulannya yaitu media yang digunakan setiap peserta didik

berbeda-beda dan disiapkan oleh peserta didik dengan orang tuanya

sesuai dengan kebutuhan serta tema masing-masing peserta didik. Selain

media yang dipersiapkan peserta didik dan orang tuanya, Sanggar Anak

Alam (SALAM) menyediakan media pembelajaran yang dapat

digunakan oleh selurah peserta didik sesuai dengan kebutuhan seperti

buku paket, perpustakaan, ruang kelas dan laboratorium atau lingkungan

75
sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM). Sebagaimana pernyataan Ibu EW

dalam wawancara berikut ini:

“...SALAM ya menyediakan ruang kelas terus laboratorium atau


lingkungan sekitar sini aja sih, anak bebas dalam
menggunakannya. Selain itu media pembelajaranya tidak semata
mengunakan buku paket , tapi apa yg mereka kita tahu atau anak
itu tahu kita coba untuk minta mencari refrensi buku dalam artian
bukan buku paket sebetulnya tidak menutup kemungkinan
membuka buka paket. Kita juga punya buku paket itu paling tidak
kita bisa baca buku, kita ajak ke perpustakaan dulu seperti itu atau
bertanya sama orang yang lebih tahu. Kayak kemren belajar
tentang burung merpati iya ada riset burung merpati otomatis arah
perkembangan biakan binatang. Ciri-ciri khusus iya itu anak itu
kita minta dri mana burung merpati mu itu, dari beli otomatis
bagaimana cara merawat membutuhkan refrensi harus mencari
buku-buku atau kurang lengkap dia bisa bertanya sama orang
berpengalaman atau orang penjual burung. Jadi media
pembelajaran bisa berupa buku, beruapa bertanya teman atau
orang yg lebih tahu, atau melakukan sendiri, dan terakhir itu
google kalo google dari awal akan malas membaca, jadi google
boleh alangkah baiknya jadi alternatif akhir.”(EW, 13 Desember
2016).

Kemudian diperkuat oleh DN dalam wawancara sebagai berikut:

“ya buku, terus perpustakaan, lingkungan sekitar yang pasti


mbak.”(DN, 13 Desember 2016).

Dengan demikian, lingkungan alam sekitar di Sanggar Anak

Alam (SALAM) dapat membantu memenuhi kebutuhan peserta didik

sebagai media pembelajaran dalam pengimplementasian pendidikan

berbasis alam. Selain lingkungan alam sekitar juga ada dari berbagai

media seperti buku paket, perpustakaan, dan ruang kelas.

76
8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM)

Evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) merupakan proses penilaian dari pelaksanaan

pendidikan berbasis alam tersebut. Evaluasi dalam pelaksanaan

pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) dilakukan

dengan review diakhir semester untuk melihat seberapa ingat anak

dengan apa yang telah dilakukan di semester tersebut. Sebagaimana

pernyataan Ibu WY dalam wawancara sebagai berikut:

“...diakhir semester diadakan review yang bisa memakan waktu 2


minggu gak bisa 1 atau 2 hari karena setiap anak mempunyai riset
masing-masing.”(WY, 28 Desember 2016).

Hal tersebut juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara

berikut ini:

“untuk evaluasi kita diakhir semester ada review, review itu


nantinya melihat ingatan anak tentang apa saja yang dipelajari
selama semester tersebut...”(YT, 06 Desember 2016).
Kemudian diperkuat juga oleh Ibu WD:
“...diakhir semester diadakan review melihat anak-anak ingat
tidak dengan apa yang telah dilakukan di semester ini
mbak.”(WD, 14 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu EW pada wawancara berikut ini:

“evaluasi berupa review sesuai dengan kebutuhan kelas masing-


masing, tergantung fasilitator kelas membuat soal ada yg berupa
game kelas lavel bawah. Anak-anak minta menuliskan apa saja yg
di pelajari selama semester ini. Kalo sudah kita suruh
memecahkan masalah yang disitu. Kita meminta membuat 1 soal
materi yg sudah dipelajari lalu kita mencoba buat soal buat
mereka apa yang mereka tulis.”(EW, 13 Desember 2016).

77
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

evaluasi yang dilakukan Sanggar Anak Alam (SALAM) dalam

pelaksanaan pendidikan berbasis alam untuk melihat seberapa ingat anak

dengan apa yang telah dilakukan selama semester yang telah ditempuh

melalui review di akhir semester. Hal ini sesuai dengan pengamatan

peneliti di lapangan bahwa evaluasi di Sanggar Anak Alam (SALAM)

dilakukan melalui review pada akhir semester selama 2 minggu.

Selain review yang dilakukan pada akhir semester, evaluasi juga

dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur

belajar. Melalui tahap-tahap tersebut fasilitator akan melihat capaian

masing-masing anak. Sebagaimana pernyataan Saudara YT dalam

wawancara sebagai berikut:

“...sebenarnya selain review, setiap harinya dalam pembelajaran


itu juga termasuk ada evaluasinya juga. Melalui daur belajar itu
kan juga ada tahap-tahapnya, jadi dari tahap-tahap tersebut nanti
akan terlihat capain anak. Tetapi untuk melihat seberapa ingat
anak tersebut belajar dalam satu semester ya itu tadi dilakukan
review.”(YT, 06 Desember 2016).

Disampaikan juga oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai berikut:

“...cuma evaluasi sebenarnya terjadi setiap hari juga, jadi ketika


ada review pun misalnya anak dirumah ada sesuatu yang lebih
penting misalnya ibunya sakit atau apa mereka lebih baik
nungguin ibunya tidak harus mereka itu ikut review di Sekolah
gitu. Jadi review itu bukan syarat untuk misalnya naik
kelas...”(WD, 14 Desember 2016).

Kemudian diperkuat oleh Ibu WY dalam wawancara sebagai berikut:

“...evaluasi disini yang jelas bervariasi ya yang jelas kan tadi dari
pendekatan riset sesuai dengan yang dimaui anak kemudian itu
yang mereka nantinya diworkshopkan dan sejauh mana mereka
menguasai materi yang sudah mereka jalankan. Kemudian
78
fasilitator ini disesuaikan dengan kompetensi dasar ditingkat
masing-masing sejauh mana mereka bisa mencapai target
kompetensi dasar melalui riset mereka sendiri...”(WY, 28
Desember 2016).

Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan Sanggar Anak Alam

(SALAM) dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam dilakukan

dengan review dan proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur belajar.

Untuk mengoptimalkan evaluasi pembelajaran, pendiri Sanggar Anak

Alam (SALAM) mengadakan sekolah untuk fasilitator yaitu kelompok

belajar bersama setiap Jumat. Sebagaimana pernyataan Ibu WY dalam

wawancara sebagai berikut:

“setiap hari Jumat itu kelompok belajar bersama, jadi sekolah


untuk fasilitator. Nah nanti 1 bulan sekali workshop, nah nanti
setiap fasilitator giliran siapa yang mengampu sebagai pemantik
workshop. Tapi kalau untuk hari-hari biasa kaya gitu gilir
misalnya jadwal jam sekian nanti yang konsultasi fasilitator kelas
1 nanti pada jam sekian kelas 2 dan seterusnya. Jadi kami itu
setiap hari ada interaksi dengan saya, Saudara Yudis, atau pak
Totok. Jadi yang koordinator-koordinator itu selalu bareng. Selain
itu setelah selesai kelas mereka masing-masing unit ada kumpul
sendiri gitu memcatat hari itu terjadi apa. Kalau fasilitator dan
anak-anak interksinya bagus, kalau ada masalah atau kesulitan
dalam belajar saling membantu dan bekerjasama jadi disini
kekeluargaannya sangat terasa sekali mbak.”(WY, 28 Desember
2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara sebagai

berikut:

“setiap jumat kita ada kumpul bersama antar fasilitator, disini kita
saling bertukar pikiran dan bekerjasama dalam memecahkan
masalah...”(YT, 06 Desember 2016).

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu WD pada wawancara berikut ini:

“kita ada kumpul bareng setiap jumat, jadi jumat siang itu kan
memang media atau ruang yang digunakan untuk kita kumpul
79
bareng. Misalnya ada sesuatu yang penting kita bicarakan
bersama atau ada hal-hal baru yang akan disampaikan di setiap
Jumat itu kan emang kita boleh mengeluarkan pendapat, kita
share bareng-bareng dan mencari penyelesaiannya bareng-
bareng.”(WD, 14 Desember 2016).
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ibu EW:

“...disini interkasi antar fasilitator memang penting sekali ya dan


juga kita memang setiap seminggu sekali ada rapat koordinasi
tiap hari Jumat. Ada dinamika apa dan solusinya seperti apa gitu
kita tahu. Selain itu juka ada perubahan kesepakatan atau ada
kesepakatan baru itu tetep tersampaikan disitu diforum itu.”(EW,
13 Desember 2016).

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

dengan adanya kelompok belajar bersama bertujuan agar fasilitator dapat

memahami apa saja yang harus dilakukan sebagai seorang fasilitator

dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis alam. Hal ini sesuai

dengan pengamatan peneliti di lapangan bahwa pada dalam proses

pembelajaran fasilitator melihat capaian anak melalui riset anak dan

mencatat proses pembelajaran masing-masing anak untuk selanjutnya

didiskusikan dalam forum kelompok belajar bersama sebagai evaluasi

pembelajaran.

9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM)

Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) yaitu bahwa Sanggar Anak Alam (SALAM)

sudah berbasis alam. Melalui target dasar belajar (lakukan, ungkapkan,

analisis, kesimpulan, dan terapkan) yang ada di Sanggar Anak Alam

(SALAM) peneliti melakukan pengamatan di lapangan, bahwa peserta


80
didik di Sanggar Anak Alam (SALAM) memang menekankan 4 (empat)

perspektif yaitu pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya

dalam pembelajaran sehari-hari. Masing-masing kelas memiliki konteks

yang berhubungan dengan pendidikan berbasis alam, dan konteks

tersebut sangat diperhatikan oleh para fasilitator dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran, Sanggar Anak Alam (SALAM)

menggunakan metode riset dengan tema yang ditentukan oleh masing-

masing peserta didik. Dari metode riset tersebut akan menciptakan anak

yang jujur, anak yang bisa mengembangkan minatnya; anak mampu

mengelola pengetahuan, keterampilan, dan sikap, anak-anak menjadi

dirinya sendiri; serta yang paling utama adalah anak dapat belajar melalui

ketertarikannya masing-masing. Sebagaimana .pernyataan dari Ibu WY

dalam wawancara sebagai berikut ini:

“yang jelas anak-anak menjadi dirinya sendiri, mereka menjadi


orang yang jujur, punya nilai-nilai yang harus dikembangkan,
punya sikap terhadap segala sesuatu gitu ya. Jadi mereka bisa
menyikapi bahwa ilmu pengetahuan itu harus mereka kuasai dan
mereka punya sikap untuk apa.”(WY, 28 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara berikut ini:

“anak bisa mengembangkan minatnya masing-masing, mereka


menjadi dirinya sendiri, mereka dapat mengelola pengetahuan,
keterampilan dan sikap mereka.”(YT, 06 Desember 2016).

Disampaikan juga oleh Ibu EW dalam wawancara berikut ini:

“kalo hasil memang belajar dari proses anak apakah dia


mengikuti kegiatan apakah dia aktif gak, kita lihat proses kalo
hasil ada berapa kita lihat memang aktif tapi dihasil akhir itu
kurang, banyak juga kita inginkan anak belajar lebih mandiri dan
anak paham apa yang dipelajari. Hasilnya kita tidak menuntut
yang penting anak paham, ketika melakukan sendiri risetnya
81
mereka paham dengan apa yang menjadi riset mereka. Jadi hasil
yang di dapat masing-masing anak berbeda-beda. Yang pasti
melalui riset diharapkan anak dapat mengolah pengetahuan
mereka.”(EW, 13 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai

berikut:

“hasil yang diperoleh melalui riset tadi ya dari setiap anak-anak


itu berbeda-beda karena penyerapan setiap anak juga berbeda-
beda dan tidak ada yang sama. Yang pasti anak dapat belajar
melalui ketertarikan dari setiap masing-masing anak dan
dipersentasikan ke teman-temannya yang lain supaya teman-
teman yang lain juga bisa tau tentang sesuatu yang menjadi topik
riset.” (WD, 14 Desember 2016).

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

dengan adanya pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) melalui daur belajar dengan menggunakan metode riset

yang menekankan 4 (empat) perspektif pangan, kesehatan, lingkungan

hidup dan sosial-budaya yaitu agar anak dapat belajar melalui

ketertarikannya masing-masing.

C. Pembahasan

1. Konsep pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu

proses belajar manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan

lingkungan alam sekitarnya. Pendidikan yang menganggap anak sebagai

subjek dan menjadi dirinya sendiri, selain itu memberikan keleluasaan

untuk menentukan sendiri apa yang ingin peserta didik pelajari. Orang

tua dan fasilitator hanya sekedar memberi stimulan dan mengerucutkan

yang menjadi keinginan setiap anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan
82
Satmoko Budi (2010: 13) bahwa pendidikan berbasis alam cenderung

membebaskan keinginan kreatif anak sehingga anak akan menemukan

sendiri bakat dan kemampuan berlebih yang dimilikinya. Pendidikan

berbasis alam dapat menjadi alternatif pendidikan yang bisa membawa

anak menjadi lebih kreatif, berani mengungkapkan keinginannya dan

mengarahkan anak pada hal-hal yang positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Khafidhatul Khasanah dengan

judul Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis alam di SD Alam

SMART KIDS Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa Tengah

(UIN 2012), menunjukan bahwa konsep sekolah berbasis alam di SD

Alam SMART KIDS menggunakan konsep alam mengenai fungsi alam

dijadikan sebagai ruang belajar, media, objek, bahan ajar. Untuk

mewujudkan konsep sekolah alam, SD Alam SMART KIDS

menggunakan empat pilar proses pembelajaran yaitu pengembangan

akhlak melalui teladan, pengembangan logika dan daya cipta melalui

experimental learning, pengembangan kepemimpinan dengan metode

outbound training, dan pengembangan kemampuan wirausaha. Seperti

halnya dengan konsep pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) bahwa pendidikan berbasis alam bukan hanya memberikan

ruang yang seluas-luasnya bagi anak dalam belajar di lingkungan alam

sekitar tetapi juga memberikan apa yang anak-anak butuhkan. Anak

belajar di alam terbuka, bukan berarti sekolah alam tetapi memang alam

menjadi salah satu media belajar untuk peserta didik Sanggar Anak Alam

83
(SALAM). Anak benar-benar menjadi subjek, menjadi dirinya sendiri

dan belajar dari yang ingin anak pelajari bukan dari paket yang diberikan

oleh sekolah.

2. Tujuan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Tujuan dari pendidikan berbasis alam merupakan sesuatu yang

ingin dicapai dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam. Untuk

mencapai tujuan dari pendidikan berbasis alam, Sanggar Anak Alam

(SALAM) mendekatkan 4 (empat) perspektif dalam pembelajaran

meliputi pangan; kesehatan; lingkungan hidup; dan sosial-budaya.

Melalui 4 (empat) perspektif tersebut peserta didik mampu mengelola

pengetahuan; keterampilan; dan sikap. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Septriana (2009: 90) bahwa pendidikan berbasis alam menjadikan anak

lebih ramah, menghargai lingkungan dan lebih memfokuskan pada

kelebihan yang dimiliki anak dengan metodologi action learning. Peserta

didik diharapkan dapat menciptakan dan membuat sesuatu yang baru dari

bahan-bahan yang tersedia di alam, baik berupa pohon-pohonan, buah,

atau yang lain. Sehingga dalam dunia nyata target outcome, peserta didik

mampu menjadi anak yang mempunyai kriteria cinta lingkungan,

menjadi inovator dalam segi kepemimpinan team work dan sekaligus

mampu berbisnis dalam praktik nyata.

Selain itu tujuan dari pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) yaitu agar anak menjadi dirinya sendiri dan berkembang

sesuai dengan potensinya masing-masing disesuaikan dengan capaian

84
setiap kelas. Tujuan dari pendidikan berbasis alam diperlukan agar

pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

memiliki arti dan membentuk kualitas para peserta didik tidak terkecuali

para fasilitator. Hal ini sejalan dengan pernyataan Moore, T.W. (dalam

Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 26) bahwa dalam tujuan pembangunan,

pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada

pembentukan kualitas sumber daya manusia.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pendidikan berbasis alam adalah peserta didik dapat berkembang sesuai

dengan potensinya masing-masing dan menjadi dirinya sendiri. Memiliki

arti dan membentuk kualitas sumber daya manusia yaitu para peserta

didik tidak terkecuali para fasilitator.

3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM), peserta didik memiliki hak untuk memperoleh

layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya karena

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan akan mempengaruhi

proses belajarnya.

Karakteristik peserta didik dalam implementasi pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu anak bebas

mengembangkan minat dan potensinya masing-masing, anak-anak yang

belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM) tidak dipaksa oleh para orang

85
tuanya sehingga anak-anak dengan senang hati belajar di Sanggar Anak

Alam (SALAM). Hal ini sejalan dengan pernyataan Rulam Ahmadi

(2015: 63-79) bahwa peserta didik memiliki kerakteristik yang berbeda-

beda dan memengaruhi proses belajarnya. Peserta didik memiliki ciri-ciri

sebagai berikut. Pertama, individu yang memiliki potensi fisik dan psikis

yang khas sehingga menjadi insan yang unik. Kedua, individu yang

sedang berkembang, perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik

secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun ke arah

penyesuaian dengan lingkungan. Ketiga, individu yang membutuhkan

bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Keempat, individu yang

memiliki kemampuan untuk mandiri. Manusia dilahirkan dengan

potensinya masing-masing dan kemampuan masing-masing dalam

mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.

Implementasi pendidikan berbasis alam tidak bersifat memaksa,

peserta didik diberi kebebasan untuk mengembangkan minat, potensi dan

ketertarikannya masing-masing dalam pembelajaran. Sanggar Anak

Alam (SALAM) memberikan waktu yang lebih luang untuk para peserta

didik dalam pembelajaran. Tidak ada paksaan juga dari orang tua untuk

belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM) sehingga peserta didik dengan

senang belajar dan dengan bebas dalam mengembangkan minat, potensi

serta ketertariakannya masing-masing untuk belajar.

86
4. Karakteristik pendidik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM), pendidik bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan berbasis alam dengan memfasilitasi seluruh

kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran dan ada keinginan untuk

belajar bersama-sama dengan anak maupun fasilitator yang lain. Pendidik

dalam implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) harus mampu memfasilitasi, mendampingi, menjaga dan

mencatat proses belajar peserta didik dalam melakukan daur belajar

meliputi perencanaan sampai dengan evaluasi. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Alam Haskvitz dalam Rulam Ahmadi (2015: 63-69) bahwa

ada sebelas sifat utama pendidik yang baik yaitu: tidak puas, harapan

yang tinggi, menciptakan kemandirian, berpengetahuan luas, humor,

berwawasan, fleksibel, berbeda, tidak menerima, tidak menyesuaikan

(unconforming), dan seorang komunikator.

Pendidik bukan mengajari peserta didik tetapi membebaskan

peserta didik agar mampu belajar dengan mandiri serta saling bekerja

sama dalam hal apapun termasuk pembelajaran. Selain itu pendidik juga

memastikan kesiapan peserta didik, menjaga proses, mengetahui hal-hal

yang perlu dikembangkan dalam setiap pembelajaran serta mengelola

kebutuhan yang mendukung proses belajar baik yang bisa dicukupi oleh

keluarga Sanggar Anak Alam (SALAM) maupun yang perlu diupayakan

87
dari luar Sanggar Anak Alam (SALAM). Sanggar Anak Alam (SALAM)

mempunyai kualifikasi pendidik yaitu fasilitator harus memiliki

keinginan untuk belajar bersama-sama, mencintai anak-anak, tidak

memandang tingkat pendidikan fasilitator. Semua fasilitator di Sanggar

Anak Alam (SALAM) sudah S1, tetapi yang terpenting menjadi

fasilitator di Sanggar Anak Alam (SALAM) memiliki kemauan untuk

belajar bersama-sama dengan peserta didik maupun dengan fasilitator

yang lain.

Kelayakan seorang pendidik di Sanggar Anak Alam (SALAM)

dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis alam diukur dari

kemauan pendidik untuk belajar bersama dengan peserta didik maupun

pendidik yang lain. Pada dasarnya untuk bergabung menjadi fasilitator di

Sanggar Anak Alam (SALAM) adalah teman-teman yang ingin belajar

bersama-sama, bukan teman-teman yang sudah mempunyai modal

banyak.

5. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kurikulum merupakan suatu alat yang sangat penting dalam

merealisasi dan mencapai tujuan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM). Rusly Ahmad (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 68)

mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang

mempunyai arti dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu di bawah

pengawasan sekolah. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan

88
pendidikan berbasis alam kurikulum yang digunakan Sanggar Anak

Alam (SALAM) yaitu proses belajar mengajar atau sering disebut dengan

daur belajar. Dalam daur belajar tersebut terdapat tahapan lakukan,

ungkapkan, analisis, kesimpulan, dan terapkan. Daur belajar lebih

mengarah pada minat masing-masing peserta didik di Sanggar Anak

Alam (SALAM). Sejalan dengan gagasan John Dewey mengenai

pendidikan, menyentil para pendidik untuk melakukan tugas besar

mereka yakni “mengembalikan ke dalam pengalaman” materi kurikulum

(John Dewey, 2002: 108). Materi pokok tersebut sama seperti

pengetahuan lainnya, merupakan produk dari berbagai upaya manusia

untuk memecahkan semua persoalan yang dihadapi dalam

pengalamannya. John Dewey (2002: 111) mengemukakan bahwa setiap

manusia mencapai realisasi dirinya melalui upaya memanfaatkan bakat

khususnya untuk memberi sumbangan terhadap kesejahteraan

masyarakatnya, dan karena itu tugas utama pendidikan dalam suatu

masyarakat demokratis adalah membantu anak-anak untuk

mengembangkan karakternya (perilaku dan kebijakan) yang dapat

membantunya mencapai realisasi diri seturut cara ini.

Menyajikan kepada anak “pengalaman langsung” disertai

berbagai situasi problematik yang mereka ciptakan sendiri, adalah kunci

pendidikan Dewey, karena sebelum tekanan berubah menjadi syarat yang

membuatnya menjadi hal yang diperlukan oleh anak untuk mengambil

bagian secara aktif dalam upaya membangun kepribadian demi

89
menghadapi masalah-masalah sendiri, dan untuk berpartisipasi dalam

berbagai metode pemecahan terhadap masalah-masalah tersebut,

(walaupun dengan resiko melakukan eksperimen dan kekeliruan), maka

jiwa anak sebenarnya belum bebas (John Dewey, 2002: 120). Seperti

halnya dengan Sekolah Qaryah Thayyibah di Salatiga yang menerapkan

kurikulum alternatif. Siswa belajar menurut kebutuhannya, sistem

pembelajaran di Sekolah Qaryah Thayyibah sebagai KBK. Bukan

Kurikulum Berbasis Kompetensi melainkan “Kurikulum Berbasis

Kebutuhan”. Apa yang dibutuhkan peserta didik, itulah yang menjadi

bahan pembelajaran. Dalam belajar jika para siswa bosan belajar di ruang

kelas, peserta didik mengusulkan untuk belajar di alam terbuka

tergantung kesepakatan bersama (Ahmad Bahruddin, 2007: 212-214).

Hal ini sejalan dengan kurikulum yang diterapkan oleh Sanggar Anak

Alam (SALAM) yaitu kurikulum berbasis minat masing-masing peserta

didik. Selain itu Sanggar Anak Alam (SALAM) memiliki target dasar

belajar yang berhubungan dengan pendidikan berbasis alam untuk semua

kelas yaitu pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum

yang digunakan dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM) adalah kurikulum berbasis minat masing-

masing peserta didik melalui daur belajar. Dalam daur belajar terdapat

tahapan yaitu lakukan, ungkapkan, analisis, kesimpulan, dan terapkan.

Dari tahapan tersebut, Sanggar Anak Alam (SALAM) menekankan 4

90
(empat) perspektif di dalamnya meliputi pangan, kesehatan, lingkungan

hidup dan sosial-budaya. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti di

lapangan bahwa Sanggar Anak Alam (SALAM) menekankan 4 (empat)

perspektif tersebut kepada anak dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Sanggar Anak Alam (SALAM) masih di ruang lingkup Indonesia dan

pada akhirnya peserta didik mengikuti ujian bersama seperti peserta didik

di sekolah pada umumnya, jadi setiap tingkatan mengambil kompetensi

dasar yang ditentukan oleh pemerintah.

6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Metode pembelajaran dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) merupakan suatu strategi dan alat pengajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis alam. Dengan metode yang

tepat, pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan sebaliknya jika

penggunaan metode tidak tepat bisa berpengaruh negatif pada

pembelajaran. metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru

untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam mencapai

tujuan (Darwyn Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 73). Untuk mencapai

tujuan pendidikan berbasis alam, metode pembelajaran yang digunakan

Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu menggunakan metode riset yang

temanya ditentukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan sampai

dengan persentasi didepan teman-teman yang lain.

91
Ada lima macam metode belajar yang ideal dikemukakan oleh

John Dewey (2002: 134) yaitu: 1) Pelajar harus dengan sendirinya

berminat terhadap sejumlah kegiatan pengalaman atau situasi yang secara

potensial bersifat edukatif; 2) Pelajar harus menentukan dan membatasi

suatu kesulitan, kebingungan atau masalah untuk dipecahkan; 3) Pelajar

harus mengumpulkan sejumlah data yang saling berhubungan melalui

ingatan, daya nalar, dan pengalaman atau penyelidikan pribadi; 4) Pelajar

harus menentukan kemungkinan pemecahan terhadap kesulitan,

kebingungan atau masalah yang dihadapi; 5) Pelajar harus mencoba

kemungkinan pemecahan yang paling baik melalui aplikasinya dalam

pengalaman, eksperimen dan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan

dengan metode yang diterapkan oleh Sanggar Anak Alam (SALAM)

yaitu menggunakan metode riset yang temanya ditentukan oleh peserta

didik.

Dalam riset tersebut anak satu dengan yang lain mempunyai tema

riset yang berbeda-beda sesuai dengan minat masing-masing anak.

Fasilitator beserta tim pendukung menyiapkan perencanaan belajar satu

semester dengan ditempuh secara bertahap, kemudian melakukan

pembicaraan dengan anak-anak menyangkut agenda dan garis besar hal-

hal apa saja yang akan dilakukan dan capaian yang akan diraih, membagi

tugas termasuk memproses lahirnya kelompok kerja dimasing-masing

kelas. Selanjutnya menyusun rancangan pengamatan dan penggalian data

92
melalui tahap-tahap perencanaan; orientasi; pengamatan dan penggalian

data; serta workshop pengolahan dan pendalaman.

Di Sekolah Qaryah Thayyibah, sebelum masuk kelas peserta

didik sudah membawa bahan pembelajaran tertentu. Materi itu bisa

berdasarkan pengalaman pribadi maupun hasil pencarian di internet yang

bisa diakses 24 jam setiap hari. Di kelas terdapat peserta didik yang

menjadi pengantar diskusi, semua siswa kemudian berdiskusi bersama-

sama. Fungsi pendidik di Sekolah Qaryah Thayyibah hanya sesekali

menjadi pengantar dan mengarahkan jalannya diskusi (Ahmad

Bahruddin, 2007: 214-215). Hal ini sejalan deang metode riset yang

diterapkan oleh Sanggar Anak Alam (SALAM) memiliki tahap-tahap

yaitu perencanaan (minat peserta didik); mencari data melalui metode

observasi langsung, bertanya/wawancara, studi pustaka, pencarian data

dari internet/browsing; setelah data terkumpul kemudian mengolah data;

selanjutnya mendeskripsikan data; dan yang terakhir

workshop/presentasi.

Pada waktu anak melakukan persentasi, pihak Sanggar Anak

Alam (SALAM) mengundang orang tua anak tersebut untuk hadir dalam

persentasi. Untuk waktu persentasi, satu hari digunakan oleh satu anak

pula, jadi jika di dalam kelas terdapat 10 anak maka waktu persentasi

membutuhkan waktu 10 hari juga. Dari sebuah riset dapat ditarik capaian

setiap kelas masing-masing karena capaian setiap kelas berbeda-beda.

Capaian tersebut disesuaikan dengan sekolah pada umumnya tetapi tidak

93
semuanya diambil, hanya mengambil yang memang diperlukan oleh

peserta didik di Sanggar Anak Alam (SALAM).

7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Media pembelajaran dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) merupakan segala sesuatu yang dapat

menyampaikan materi kepada peserta didik sehingga memungkinkan

pembelajaran berlangsung secara efisien dan efektif. Media yang

digunakan setiap peserta didik berbeda-beda dan disiapkan oleh peserta

didik dengan orang tuanya sesuai dengan kebutuhan serta tema masing-

masing peserta didik. Selain media yang dipersiapkan peserta didik dan

orang tuanya, Sanggar Anak Alam (SALAM) menyediakan media

pembelajaran yang dapat digunakan oleh selurah peserta didik sesuai

dengan kebutuhan seperti buku paket, perpustakaan, ruang kelas dan

laboratorium atau lingkungan sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM).

Yusufhadi Miarso (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 77)

mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Hal

ini sejalan dengan media pembelajaran di Sanggar Anak Alam

(SALAM), yaitu lingkungan alam sekitar dapat membantu memenuhi

kebutuhan peserta didik sebagai media pembelajaran dalam

94
pengimplementasian pendidikan berbasis alam. Selain lingkungan alam

sekitar juga ada dari berbagai media seperti buku paket, perpustakaan,

dan ruang kelas.

Dengan demikian, media pembelajaran di Sanggar Anak Alam

(SALAM) dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis alam sudah

memadai untuk kebutuhan peserta didik dalam menunjang pembelajaran.

8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM)

Evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) merupakan proses penilaian dari pelaksanaan

pendidikan berbasis alam tersebut. Evaluasi dalam pelaksanaan

pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) dilakukan

dengan review diakhir semester untuk melihat seberapa ingat anak

dengan apa yang telah dilakukan di semester tersebut. Selain review yang

dilakukan pada akhir semester, evaluasi juga dapat dilakukan pada saat

proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur belajar. Melalui tahap-

tahap tersebut fasilitator akan melihat capaian masing-masing anak.

Seperti halnya dengan Sekolah Qaryah Thayyibah yang tidak

mengadakan ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Sistem

penilaian diganti dalam bentuk laporan atau evaluasi yang dibuat setiap

peserta didik. Peserta didik harus membuat laporan berbentuk karya

ilmiah untuk mengevaluasi diri masing-masing. Hasil evaluasi tersebut

kemudian didiskusikan dengan peserta didik yang lain.

95
Untuk mengoptimalkan evaluasi pembelajaran, pendiri Sanggar

Anak Alam (SALAM) mengadakan sekolah untuk fasilitator yaitu

kelompok belajar bersama setiap Jumat. Adanya kelompok belajar

bersama bertujuan agar fasilitator dapat memahami apa saja yang harus

dilakukan sebagai seorang fasilitator dalam mengimplementasikan

pendidikan berbasis alam. Selain itu melaui forum kelompok belajar

bersama fasilitator dapat mengkomunikasikan dengan fasilitator lain

dalam mengatasi atau mencari solusi masalah-masalah yang dihadapi

oleh para peserta didik.

Dengan demikian, evaluasi yang dilakukan Sanggar Anak Alam

(SALAM) dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam dilakukan

dengan review dan proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur belajar.

Dalam mengoptimalkan evaluasi, Sanggar Anak Alam (SALAM)

mengadakan kelompok belajar bersama untuk para fasilitator setiap hari

Jumat.

9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM)

Melalui target dasar belajar (lakukan, ungkapkan, analisis,

kesimpulan, dan terapkan) yang ada di Sanggar Anak Alam (SALAM)

peneliti melakukan pengamatan di lapangan, bahwa peserta didik di

Sanggar Anak Alam (SALAM) memang menekankan 4 (empat)

perspektif yaitu pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya

dalam pembelajaran sehari-hari. Masing-masing kelas memiliki konteks

96
yang berhubungan dengan pendidikan berbasis alam, dan konteks

tersebut sangat diperhatikan oleh para fasilitator dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran, Sanggar Anak Alam (SALAM)

menggunakan metode riset dengan tema yang ditentukan oleh masing-

masing peserta didik. Dari metode riset tersebut akan menciptakan anak

yang jujur, anak yang bisa mengembangkan minatnya; anak mampu

mengelola pengetahuan, keterampilan, dan sikap, anak-anak menjadi

dirinya sendiri; serta yang paling utama adalah anak dapat belajar melalui

ketertarikannya masing-masing. Dengan demikian, dilihat dari kurikulum

Sanggar Anak Alam (SALAM) yang menerapkan konteks belajar

mengenai pendidikan berbasis alam dalam pembelajaran maka hasil

dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) yaitu bahwa Sanggar Anak Alam (SALAM) memang sudah

berbasis alam.

Selain itu kemampuan peserta didik di Sanggar Anak Alam

(SALAM) ternyata tidak kalah dibanding peserta didik di sekolah formal.

Hal ini dibuktikan bahwa peserta didik di Sanggar Anak Alam (SALAM)

mampu mengikuti ujian kelulusan dan tidak pernah ada peserta didik

yang tidak lulus. Selain itu pihak Sanggar Anak Alam (SALAM) tidak

menerapkan tinggal kelas bagi peserta didik. Seperti halnya peserta didik

dari SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang mengikuti UN (Ujian

Nasional) yang termasuk dalam klasifikasi SMP Terbuka dan menginduk

97
dengan sekolah Negeri, dinyatakan lulus bahkan mendapatkan hasil

terbaik (Ahmad Bahruddin, 2007: 118).

98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian skripsi yang berjudul “Konsep dan

Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta” dan mengacu pada pertanyaan

penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu

proses belajar manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan

lingkungan alam sekitarnya. Pendidikan yang menganggap anak sebagai

subjek dan menjadi dirinya sendiri, selain itu memberikan keleluasaan

untuk menentukan sendiri apa yang ingin peserta didik pelajari.

Pendidikan berbasis alam bukan hanya memberikan ruang yang seluas-

luasnya bagi anak dalam belajar di lingkungan alam sekitar tetapi juga

memberikan apa yang anak-anak butuhkan. Tujuan dari pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu peserta didik dapat

berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing dan menjadi

dirinya sendiri. Memiliki arti dan membentuk kualitas sumber daya

manusia yaitu para peserta didik tidak terkecuali para fasilitator.

99
2. Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM)

Dalam implementasi pendidikan berbasis alam, Sanggar Anak

Alam (SALAM) menerapkan kurikulum yang disebut dengan proses

belajar mengajar atau daur belajar. Daur belajar lebih mengarah pada

minat masing-masing peserta didik di Sanggar Anak Alam (SALAM).

Dalam daur belajar tersebut terdapat tahapan lakukan, ungkapkan,

analisis, kesimpulan, dan terapkan. Dari tahapan tersebut, Sanggar Anak

Alam (SALAM) menekankan 4 (empat) perspektif di dalamnya meliputi

pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya.

Metode pembelajaran yang digunakan Sanggar Anak Alam

(SALAM) yaitu menggunakan metode riset yang temanya ditentukan

oleh peserta didik mulai dari perencanaan sampai dengan persentasi di

depan peserta didik yang lain. Media yang digunakan setiap peserta didik

berbeda-beda dan disiapkan oleh peserta didik dengan orang tuanya

sesuai dengan kebutuhan serta tema masing-masing peserta didik. Selain

media yang dipersiapkan peserta didik dan orang tuanya, Sanggar Anak

Alam (SALAM) menyediakan media pembelajaran yang dapat

digunakan oleh selurah peserta didik sesuai dengan kebutuhan seperti

buku paket, perpustakaan, ruang kelas dan laboratorium atau lingkungan

sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM).

Karakteristik peserta didik dalam implementasi pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu anak bebas

100
mengembangkan minat dan potensinya masing-masing, anak-anak yang

belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM) tidak dipaksa oleh para orang

tuanya sehingga anak-anak dengan senang hati belajar di Sanggar Anak

Alam (SALAM). Pendidik dalam implementasi pendidikan berbasis alam

di Sanggar Anak Alam (SALAM) harus mampu memfasilitasi,

mendampingi, menjaga dan mencatat proses belajar peserta didik dalam

melakukan daur belajar meliputi perencanaan sampai dengan evaluasi.

Evaluasi yang dilakukan Sanggar Anak Alam (SALAM) dalam

pelaksanaan pendidikan berbasis alam dilakukan dengan review dan

proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur belajar. Dalam

mengoptimalkan evaluasi, Sanggar Anak Alam (SALAM) mengadakan

kelompok belajar bersama untuk para fasilitator setiap hari Jumat. Dilihat

dari kurikulum Sanggar Anak Alam (SALAM) yang menerapkan konteks

belajar mengenai pendidikan berbasis alam dalam pembelajaran maka

hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) yaitu bahwa Sanggar Anak Alam (SALAM) memang

sudah berbasis alam.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan informasi yang

diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai bentuk

rekomendasi kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut:

101
1. Bagi Sanggar Anak Alam (SALAM)

Menambah sarana dan pra sarana bermain di luar ruangan maupun

dalam ruangan supaya menciptakan suasana yang lebih menyenangkan

bagi peserta didik.

2. Bagi Fasilitator

Fasilitator harus lebih detail dan kreatif dalam memberi

pengarahan/aturan untuk penugasan riset supaya setiap anak

menghasilkan karya yang berbeda-beda tidak sekedar ikut-ikutan

temannya dan dapat berkembang sesuai dengan potensinya masing-

masing.

102
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bahruddin. (2007). Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah. Yogyakarta:


Lkis Yogyakarta.

Ahmadi, Abu. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu & Uhbiyati, Nur. (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astuti Wijayanti. (2009). Pelaksanaan Pembelajaran Sains Kelas III di SD Alam


dan SD Non Alam Yogyakarta Pada Tahun Pelajaran 2008/2009. S2 Tesis,
Program Pascasarjana, UNY.

Dewey, John. (2002). Pengalaman dan Pendidikan. Alih Bahasa: John de Santo.
Yogyakarta: Kepel Press.

Dikti. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan. Diakses dari
http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf pada Senin, 22 Agustus
2016, pukul 19.00 WIB.

Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

Hadari, Nawawi. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Harsono, Hanifah. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung: PT.


Mutiara Sumber Widya.

Imam, Ahmad. (2004). Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai Akar Tradisi


Dan Integarasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Imam Barnadib. (1989). Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: ANDI


OFFSET.

Ishak, Ugi . (2012). Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

103
Isjoni. (2009). Menuju Masyarakat Belajar: Pendidikan dalam Arus Perubahan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Khaeruddin, dkk. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan


Implementasinya di Madrasah. Yogyakarta: Nuansa Aksara.

Khafidhatul Khasanah. (2012). Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis alam


di SD Alam SMART KIDS Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa
Tengah. S1 Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan keguruan, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. (2001).Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

________. (2005).Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

________. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik dan


Implementasi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. (2011). Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Oemar Hamalik. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.

Putra, Fadillah. (2003). Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rukiyati. (2012). Pendidikan Nilai Holistik untuk Membangun Karakter Anak di


SDIT Alam Nurul Islam Yogyakarta. S3 Disertasi, Program Pascasarjana,
UNY.

Rulam Ahmadi. (2015). Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan).


Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Saleh Marzuki. (2010). Pendidikan Nonformal Dimensi Dalam Keaksaraan


Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Satmoko. (2010). Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak?. Yogyakarta: Diva Press.


104
Septriana. (2009). Lendonovo Sebuah Novel Tentang Dia (Penggagas Sekolah
Alam). Bogor: SoU Publisher.

Setiawan, Guntur. (2004). Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan.


Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat


Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soedomo, Hadi. (2008). Pendidikan: Suatu Pengantar. Surakarta: Lembaga


Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan
Percetakan UNS (UNS Press).

Soekidjo, Notoatmodjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarwan Danim. (2002). Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

________. (2005). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

________. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:


Alfabeta.

Sumitro, dkk. (1998). Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UPP IKIP


Yogyakarta.

Syaiful Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sylvia Tiwon. (2015). Sekolah Biasa Saja. Yogyakarta: Progress.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2003). Kebijakan Publik yang Membumi.


Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI)
& Lukman Offset.

Todaro, P.M. & Smith S.C. (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Jakarta: Erlangga.

105
Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.

106
LAMPIRAN

107
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA
KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI
SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL
YOGYAKARTA

A. Pedoman wawancara (untuk Pendiri atau Pemilik Sanggar Anak Alam)

Nama :

Tempat dan Waktu :

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM)?

2. Apa tujuan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)?

3. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

4. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

5. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

6. Bagaimana interaksi antara pendidik dan peserta didik di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

108
7. Apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

8. Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

9. Apa saja fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan dalam

menunjang implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

10. Bagaimana sumber daya finansial di Sanggar Anak Alam (SALAM)

dalam melaksanakan pendidikan berbasis alam?

11. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

12. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

109
B. Pedoman wawancara (Kepala PKBM Sanggar Anak Alam)

Nama :

Tempat dan Waktu :

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM)?

2. Sejak kapan Sanggar Anak Alam (SALAM) melaksanakan kebijakan

pendidikan berbasis alam?

3. Apa tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM) melaksanakan pendidikan

berbasis alam?

4. Apa saja program pendukung dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

5. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

6. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

7. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

110
8. Apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

9. Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

10. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

11. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

111
C. Pedoman wawancara (Kepala Tingkat Pendidikan Dasar Sanggar Anak
Alam)

Nama :

Tempat dan Waktu :

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM)?

2. Apa tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM) melaksanakan pendidikan

berbasis alam?

3. Apa saja program pendukung dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

4. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

5. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

6. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

7. Bagaimana interaksi antara pendidik dan peserta didik di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

112
8. Apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

9. Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

10. Apa saja fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

11. Bagaimana sumber daya finansial di Sanggar Anak Alam (SALAM)

dalam melaksanakan pendidikan berbasis alam?

12. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

13. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

113
D. Pedoman wawancara (Fasilitator/Guru Tingkat Pendidikan Dasar
Sanggar Anak Alam)

Nama :

Tempat dan Waktu :

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM)?

2. Apa tujuan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)?

3. Apa saja program pendukung dalam pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

4. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

5. Bagaimana karakteristik pendidik dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

6. Apa kurikulum yang digunakan di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

7. Bagaimana interaksi antara pendidik dan peserta didik di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

8. Apa metode yang digunakan Sanggar Anak Alam (SALAM) dalam

melaksanakan pendidikan berbasis alam?

114
9. Apa media pembelajaran yang digunakan di Sanggar Anak Alam

(SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

10. Apa saja fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

11. Bagaimana sumber daya finansial di Sanggar Anak Alam (SALAM)

dalam melaksanakan pendidikan berbasis alam?

12. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

13. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis

alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta?

115
E. Pedoman wawancara (Peserta Didik Tingkat Pendidikan Dasar Sanggar
Anak Alam)

Nama :

Tempat dan Waktu :

1. Apakah senang belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM)?

2. Mengapa memilih Sanggar Anak Alam (SALAM), tidak sekolah di

sekolah formal?

3. Pelajaran apa yang paling disenangi?

4. Mengapa senang dengan pelajaran tersebut?

5. Dimana saja kegiatan pembelajaran berlangsung?

6. Apa saja kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam (SALAM)?

7. Dalam pembelajaran, media apa saja yang digunakan oleh fasilitator?

8. Aktivitas apa yang paling disenangi?

9. Apakah ada fasilitator yang ditakuti di Sanggar Anak Alam (SALAM)?

10. Siapa fasilitator yang disenangi?

11. Mengapa senang dengan fasilitator tersebut?

12. Bagaimana hubungan fasilitator dengan para peserta didik di Sanggar

Anak Alam (SALAM)?

13. Setelah lulus akan melanjutkan di Sanggar Anak Alam (SALAM) atau

sekolah lain?

14. Cita-cita mau jadi apa?

116
Lampiran 2. Transkip Hasil Wawancara

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

A. Dengan Pendiri PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM)


a. Waktu : Rabu, 28 Desember 2016
b. Tempat : Ruang Taman Anak
c. Nama : WY
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Jabatan : Pendiri PKBM SALAM

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak


Alam (SALAM)?
“anak-anak diberi tempat dan bisa menentukan apa yang harus dilakukan
hari ini, dan pendekatannya melalui objek penelitian yang ditentukan
oleh anak itu sendiri seperti itu. Nah, orang tua dan fasilitator itu sekedar
memberi stimulan dan mengerucutkan yang menjadi kemauan anak, anak
benar-benar menjadi subjek menjadi dirinya sendiri dan belajar dari apa
yang ingin dipelajari gitu, bukan dari paket dari sekolah.”

2. Apa tujuan dari pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam


(SALAM)?
“anak-anak menjadi dirinya sendiri, berkembang sesuai dengan
potensinya masing-masing mampu mengelola pengetahuan, sikap dan
keterampilan mereka juga.”

3. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“yang pasti masuk disini anak tidak ada paksaan dari orang tuanya, mau
belajar bersama-sama, mampu mengikuti pembelajaran dengan senang
hati dan mengikuti kesepakatan bersama aja sih. Peserta didik disini
diberi ruang untuk mengembangkan minat mereka masing-masing.”

4. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“ada kriterianya yang jelas mereka mau belajar, mereka mencintai anak-
anak itu yang utama. Karena sekalipun mereka S1, S2, atau S3 kalau gak
mau belajar ya itu stak aja, ilmu pengetahuan kan berkembang. Nah
makanya mereka harus mau belajar, mau mengembangkan diri itu yang
117
menjadi kriteria utama. Disini fasilitatornya kebetulan semua sarjana,
tapi yang penting disini itu fasilitator mau belajar jadi gak harus lulusan
sarjana atau apa. Setiap semester juga ada rolling antar fasilitator mbak,
jadi tiap semester pindah kelas gitu. Disini pendidik ya menjadi peserta
didik dan peserta didik menjadi pendidik. Ya kita sama-sama aja sih
mbak, sama-sama saling belajar dan saling bekerja sama dalam hal
apapun termasuk dalam pembelajaran.”

5. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“kalau kurikulum kami menggunakan daur belajar yang didalamnya ada
4 perspektif yaitu pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-
budaya, kemudian karena kami masih diruang lingkup Indonesia dan
pada akhirnya nanti anak-anak ikut ujian bersamaan, nah itu setiap
jenjang kami mengambil kompetensi dasar yang ditentukan oleh
pemerintah. Kurikulum sendiri menurut saya cara untuk mencapai tujuan,
nah tujuan anak-anak disini adalah bagaimana mereka menjadi dirinya
sendiri, bagaimana mereka menggali potensinya masing-masing sesuai
dengan kodrat alam dan kemerdekaan lahir dan batin.”

6. Bagaimana interaksi antara pendidik dan peserta didik di Sanggar Anak


Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“setiap hari Jumat itu kelompok belajar bersama, jadi sekolah untuk
fasilitator. Nah nanti 1 bulan sekali workshop, nah nanti setiap fasilitator
giliran siapa yang mengampu sebagai pemantik workshop. Tapi kalau
untuk hari-hari biasa kaya gitu gilir misalnya jadwal jam sekian nanti
yang konsultasi fasilitator kelas 1 nanti pada jam sekian kelas 2 dan
seterusnya. Jadi kami itu setiap hari ada interaksi dengan saya, mas
Yudis, atau pak Totok. Jadi yang koordinator-koordinator itu selalu
bareng. Selain itu setelah selesai kelas mereka masing-masing unit ada
kumpul sendiri gitu memcatat hari itu terjadi apa. Kalau fasilitator dan
anak-anak interksinya bagus, kalau ada masalah atau kesulitan dalam
belajar saling membantu dan bekerjasama jadi disini kekeluargaannya
sangat terasa sekali mbak.”

7. Apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“metode yang digunakan ya riset itu mbak, dengan riset itu kan nanti ada
diskusi ada mereka membuat presentasi ada workshop itu ya, ada
macem-macem yang kita kembangkan, mulai dari perencanaan sampai
presentasi hasil riset mereka itu.”

118
8. Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis
alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“setiap anak kan mempunyai materi risetnya masing-masing sesuai
dengan minatnya, jadi media yang mereka gunakan juga berbeda-beda
setiap anak. Kalau dari sekolah kami menyediakan tempat seluas-luasnya
mulai dari ruangan-ruangan sampai lingkungan disekitar sini aja sih. Jadi
mereka bisa secara leluasa menggunakan media-media pembelajaran
yang ada di SALAM. Media yang memang dibutuhkan oleh anak tetapi
tidak ada oleh SALAM itu disediakan oleh mereka sendiri bersama orang
tuanya. Kita membantu secara umum saja sih mbak untuk semua anak
disini.”

9. Apa saja fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan dalam


menunjang implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak
Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“ya kami menyediakan perpustakaan, laboraturium atau lingkungan
sekitar, ruang kelas, ada dapur juga, yang pasti kita memfasilitasi mereka
bisa belajar kemana saja sesuai dengan objek penelitiannya kemudian
juga kita menyediakan waktu untuk mereka bisa konsultasi baik kita bisa
mendatangkan narasumber-narasumber yang mereka butuhkan atau
mentor-mentor seperti itu, jadi kita flesibel gitu ya. Kita juga sering ada
kuliah umum, kita ada pemutaran film, kita ada workshop jadi banyak
cara gitu ya yang kita pake.”

10. Bagaimana sumber daya finansial di Sanggar Anak Alam (SALAM)


dalam melaksanakan pendidikan berbasis alam?
“ya kalau finansial disini itu yang utama dari orangtua murid, kemudian
kita usaha yang kita produksi sendiri yang membuat kerabat SALAM,
kerabat SALAM itu orang-orang mempunyai kepedulian terhadap
pendidikan tetapi anaknya tidak sekolah disini, kalau forum orang tua
SALAM kan memang anaknya sekolah disini, jadi kita kerja sama
dengan forum orang tua, kerabat salam kemudian kita punya produk-
produk yang ramah lingkungan.”

11. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di


Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“evaluasi disini yang jelas bervariasi ya yang jelas kan tadi dari
pendekatan riset sesuai dengan yang dimaui anak kemudian itu yang
mereka nantinya diworkshopkan dan sejauh mana mereka menguasai
materi yang sudah mereka jalankan. Kemudian fasilitator ini disesuaikan
dengan kompetensi dasar ditingkat masing-masing sejauh mana mereka
bisa mencapai target kompetensi dasar melalui riset mereka sendiri.
Selain itu juga diakhir semester diadakan review yang bisa memakan
waktu 2 minggu gak bisa 1 atau 2 hari karena setiap anak mempunyai
riset masing-masing.”
119
12. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis
alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“yang jelas anak-anak menjadi dirinya sendiri, mereka menjadi orang
yang jujur, punya nilai-nilai yang harus dikembangkan, punya sikap
terhadap segala sesuatu gitu ya. Jadi mereka bisa menyikapi bahwa ilmu
pengetahuan itu harus mereka kuasai dan mereka punya sikap untuk
apa.”

120
B. Dengan Ketua PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM)
a. Waktu : Selasa, 06 Desember 2016
b. Tempat : Ruang Kesekretariatan
c. Nama : YT
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Jabatan : Ketua PKBM SALAM

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak


Alam (SALAM)?
“Alam itu termasuk alamiah, secara kodrat dan alamiah manusia belajar
dari kehidupan maka apapun yang ada dalam kehidupan itu menjadi
sumber belajar yang paling dekat, itu yang mesti dipelajari, termasuk
alam disitu. Nah kami merumuskannya dalam 4 perspektif yaitu pangan,
kesehatan, lingkungan dan sosial-budaya. Ini yang dekat dengan
kehidupan dan saling terkait satu dengan yang lain.”

2. Sejak kapan Sanggar Anak Alam melaksanakan kebijakan pendidikan


berbasis alam?
“Sebenarnya kalau kita ngomong rumusan itu kan berkembang ya tidak
serta merta gitu, sama juga dengan daur belajar yang dilakukan oleh
SALAM itu sebenarnya sejak awal terjadi tapi secara berstruktur itu baru
dimunculkan ketika SD berjalan tahun 2008, tetapi lebih kuat lagi di
tahun 2009 dan 2010 gitu. Daur belajar itu terjadi ketika bu Wahya
memulai mengajak masyarakat dan mereset itu sudah terjadi, kerangka
ini di munculkan oleh pak Totok suami bu Wahya ketika SD SALAM ini
diawali.”

3. Apa tujuan dari pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam


(SALAM)?
“kenapa kita mendekatkan belajar pada pangan, kesehatan, lingkungan,
dan sosial-budaya? Inikan yang dibutuhkan oleh manusia supaya dia bisa
tahu dan mengelola. Bagaimana mengelola ya yang kita bangun adalah
cara belajar melalui daur belajar. Kita sedang belajar cara belajar, nanti
juga bisa mengelola pengetahuan, keterampilan dan sikap.”

4. Apa saja program pendukung dalam pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“Yang pokok adalah kita menekankan pada daur belajar sesuai dengan
tahap usianya. Kegiatan-kegiatan lain itu sifatnya sesuai dengan
kebutuhan, termasuk kegiatan lintas kelas misalnya kita punya pasar
senin legi itu setiap senin legi melibatkan seluruh anak, kemudian kita
121
punya namanya pasar ekspresi itu 3 atau 4 bulan sekali nah ini siapa yang
berproses disini? Itu anak sampai orang tuanya terlibat dalam kegiatan
tersebut. Selain itu kita ada olah tubuh setiap jumat meliputi pencak silat,
renang, dolanan tradisional dan kepanduan. Setiap selasa kami ada
bermusik.”

5. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“disini anak-anak bebas mengembangkan potensinya, aktif dalam
pembelajaran, mereka belajar sesuai dengan minatnya dan mereka masuk
disini tidak ada paksaan dari orang tua nya. Peserta didik disini
menentukan sendiri tema riset yang menjadi minat mereka, mereka
menentukan sendiri hari ini belajar tentang apa. Kami memberikan ruang
seluas-luas dan tidak bersifat memaksa harus ini atau harus itu.”

6. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“Untuk jadi fasilitator disini itu hanya perlu mau belajar aja sih, gak
memandang dia lulusan apa, yang paling penting disini para fasilitator
mau belajar bersama-sama dengan anak-anak maupun dengan sesama
fasilitator. Selain itu juga menjadi teman untuk semua aja, yang jelas ini
ya yang pokok itu adalah bagaimana proses belajar itu terjadi saya
memastikan untuk teman-teman kesiapannya bagaimana? Bagaimana
menjaga prosesnya? Hal-hal apa yang perlu dikembangkan? Mengelola
kebutuhan yang mendukung proses belajar itu, baik itu yang bisa
dicukupi oleh keluarga SALAM maupun yang perlu kita upayakan dari
luar SALAM. Ini termasuk mengelola tim, kebutuhan dan mengelola
proses. Selain itu juga menjaga hubungan dengan teman-teman dari luar
baik itu komunitas, instansi maupun pribadi. Pada dasarnya fasilitator itu
fasilitator untuk semua, kemudian masing-masing itu punya tanggung
jawab di kelas tertentu untuk menjaga dan mencatat proses, meliputi
perencanaan sampai evaluasi.”

7. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“kurikulum disini kita sebut sebagai garis besar proses belajar mengajar,
didalamnya terdapat daur belajar yang meliputi menerapkan, melakukan,
mengungkapan, menganalisis dan kesimpulan. Dan kita juga
merumuskan 4 perspektif tadi ada pangan, kesehatan, lingkungan hidup
dan sosial-budaya.”

122
8. Apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis
alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“metode yang digunakan disini adalah riset dari masing-masing minat
anak, jadi 1 anak dengan anak yang lain tema risetnya berbeda-beda
sesuai dengan minatnya. Melalui riset itu nanti anak-anak dapat belajar
mulai dari perencanaan sampai ke workshop atau presentasi.”

9. Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“media yang digunakan setiap anak jelas berbeda, soalnya mereka
mempunyai tema riset yang berbeda dan pasti medianya juga berbeda.
Disini orangtua juga membantu anak-anaknya dalam menyiapkan segala
sesuatunya dan SALAM juga membantu menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhkan oleh anak-anak.”

10. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di


Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“untuk evaluasi kita diakhir semester ada review, review itu nantinya
melihat ingatan anak tentang apa saja yang dipelajari selama semester
tersebut. Sebenarnya selain review, setiap harinya dalam pembelajaran
itu juga termasuk ada evaluasinya juga. Melalui daur belajar itu kan juga
ada tahap-tahapnya, jadi dari tahap-tahap tersebut nanti akan terlihat
capain anak. Tetapi untuk melihat seberapa ingat anak tersebut belajar
dalam satu semester ya itu tadi dilakukan review.”

11. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“anak bisa mengembangkan minatnya masing-masing, mereka menjadi
dirinya sendiri, mereka dapat mengelola pengetahuan, keterampilan dan
sikap mereka.”

123
C. Dengan Kepala SD Sanggar Anak Alam (SALAM)
a. Waktu : Rabu, 14 Desember 2016
b. Tempat : Ruang Kelas 3
c. Nama : WD
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Jabatan : Kepala SD Sanggar Anak Alam (SALAM)

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak


Alam (SALAM)?
“pendidikan yang bisa menganggap anak sebagai subjek bukan objek,
jadi anak-anak masih boleh bermain kotor-kotoran gausah pake seragam
yang nesis karena takut kotor dan lain sebagainya kan trus anak-anak
tidak tersekat-sekat dengan agama. Makanya kami mendekatkan 4 aspek
kepada anak-anak yaitu pangan, lingkungan, kesehatan dan sosial-budaya
karena 4 aspek tersebut adalah yang dekat dengan kehidupan kita sehari-
hari.”

2. Apa tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM) melaksanakan pendidikan


berbasis alam?
“sebenarnya kan berdirinya SALAM juga karena keprihatinan bersama
ya, keprihatinan dalam praktek belajar yang terjadi saat ini ketika anak-
anak di sekolah mereka terlalu banyak tugas, mereka terlalu banyak hal-
hal yang harus diselesaikan sehingga mereka jadi lupa bahwa ada esensi-
esensi dasar yang sebenarnya itu sangat dibutuhkan untuk anak-anak.
Banyak yang kelupaan kan akhirnya karena sibuk dengan mengerjakan
PR dengan ini itu, akhir hal-hal yang mendasar itu banyak yang tidak
tersentuh. Ketika anak-anak sudah tidak mengenal makanan dari
daerahnya sendiri, makanan lokal, ketika anak-anak sudah jarang makan
sayur ketika anak-anak sudah jarang membantu orang tuanya untuk
terlibat kegiatan dirumah, bertanggung jawab terhadap diri sendiri itukan
jadi banyak yang tidak tersentuh sebenarnya. Ya dari 4 pilar (pangan,
lingkungan, kesehatan dan sosial-budaya) jadi kadang-kadang sosial-
budaya itukan kebiasaan yang terjadi di lingkungan dimana dia tumbuh,
itu kadang-kadang sudah terlupakan karena sistem pendidikan sekarang
yang seperti itu jadi mereka budaya untuk misalnya untuk antri, bersabar
dll, itukan jadi mereka tidak tersentuh untuk hal ini. Jadi anak-anak
banyak yang pokoknya kamu belajar nilaimu bagus sudah, itu
menyebabkan kepekaan anak-anak jadi menurun. Nah itulah berangkat
dari situlah kita pake itu, jadi anak-anak disini kan memang ketika snack
mereka makanannya juga makanan lokal daerah sini karena tempat
tumbuh mereka kebanyakan memang disini ya di Jogja. Ya ada juga sih
yang dari luar, jadi paling enggak mereka akan terbiasa makan makanan
124
lokal dimana dia tumbuh, yang bisa mereka lihat makanan ini berasal
darimana. Jadi mereka benar-benar diharapkan bisa mengetahui asal
makanan yang mereka makan itu darimana dan siapa yang menanam.
Kita pengen mengembalikan anak-anak ke budaya yang memang mereka
tumbuh dimana mereka berada dan kebiasaan.”

3. Apa saja program pendukung dalam pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“kita sebenarnya lebih menekankan anak-anak ke daur belajar yang ada
di SALAM. Selain itu di SALAM sendiri ada beberapa kegiatan yang
setiap minggu diadakan dihari-hari tertentu, seperti hari Selasa itu ada
bermusik, trus olah tubuh setiap jumat meliputi pencak silat, renang,
dolanan tradisional dan kepanduan, trus pasar senin legi itu setiap senin
legi, kemudian pasar ekspresi yang di adakan 3 atau 4 bulan sekali. Kita
disini berusaha memberi ruang kepada anak-anak untuk mengekspresikan
diri, kreativitas anak-anak masih dikasih ruang jadi otaknya tidak
dipenuhi dengan tugas, diharapkan memang disini kreativitas mereka
akan berkembang bukan menjadi tempat untuk mencetak jadi ahli apa itu
enggak. Memberi ruang pada anak-anak untuk menemukan sendiri
dimana sih aku tu layak berada, jadi bukan mereka disuruh begini begitu
tapi mereka justru dikasih ruang ataupun mendapatkan ruang untuk
menemukan seperti apa sih hal yang aku sukai?. Biasanya dari wali
murid sih, wali murid yang mempunyai keahlian fotografi yang punya
waktu luang, bagaimana kalau saya mengajak anak-anak belajar
fotografi?. Ayok ayok saja silakan, anak-anak nanti sore dengan wali
murid itu belajar fotografi. Beberapa wali murid yang mempunyai
keahlian dan punya waktu luang dia dengan suka rela mengajari anak-
anak termasuk anak mereka sendiri juga kan tentunya? Jadi gak harus
membayar tinggi untuk belajar tapi bersama-sama dengan wali murid
karena memang beberapa wali murid kesadarannya sudah sampai kesitu.”

4. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“anak disini bebas dalam mengembangkan minatnya, setiap hari anak
belajar sesuai dengan ketertarikannya, jadi yang pasti anak senang belajar
disini, masuk di SALAM ini anak juga tidak ada paksaan dari orang
tuanya karena sebelum masuk di SALAM ini orang tua anak melakukan
wawancara terlebih dahulu dan menyetujui kesepakatan di SALAM.”

5. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“sebenarnya pada awalnya kita itu gak ada kaya struktur organisasi
misalnya kaya Kepala Sekolah dll, cuma ada beberapa kita harus
125
memenuhi syarat itu, jadi akhirnya kan yaudah kita bikin struktur
organisasi lembaga ketika ada orang datang kan pasti akan menanyakan
itu juga. Meskipun kita tidak bekerja sama secara langsung dengan
pemerintah tetapi kan kita juga menjadi bagian dari itu kan jadi mereka
membutuhkan struktur organisasi itu ya akhirnya kita buat. Kita sama-
sama aja sih, fasilitator dengan ini juga sama hanya ketika ada apa gitu
pada ngajak ngobrol, ketika punya masalah ini enaknya gimana, jadi
lebih ketika ada yang harus dibicarakan ya ayo gitu ya jadi kan itu dalam
perjalanan pasti ada kan masalah yang timbul, jadi lebih kesitu sih
kekoordinasi antar fasilitator. Fasilitator ya memfasilitasi dan
mendampingi anak-anak dalam melakukan daur belajar yang ada di
SALAM. Yang jelas harus punya kepekaan terhadap anak, karena jika di
kelas ada 15 anak berarti ada 15 karakter yang berbeda-beda yang tidak
bisa kita samakan dan tuntutannya juga gak bisa kita samakan juga. Jadi
masing-masing anak punya keunikan sendiri-sendiri. Selain itu fasilitator
juga harus mengetahui seperti apa sih anak ini? Strategi apa yang harus
kita gunakan supaya anak ini bisa maksimal dalam belajar.”

6. Apa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“kurikulum yang kita gunakan itu kita bikin sendiri ya, yang kita sebut
dengan daur belajar dan kita merumuskan 4 perpektif yaitu pangan,
kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya. Yang sekarang ini malah
kita sistem belajarnya menggunakan riset masing-masing anak
mempunyai project ya, jadi dari project yang mereka kerjakan itu yang
mereka lakukan sendiri yang mereka akan presentasikan kepada teman-
temannya bisa ditarik capaian setiap kelas masing-masing karena capaian
setiap kelas itu berbeda-beda. Capaian tersebut juga disesuaikan dengan
sekolah pada umumnya juga, tetapi tidak semua kurikulum pada sekolah
pada umumnya kita ambil. Kita hanya pake yang kita pandang itu perlu
untuk di SALAM ini, kalau kita pandang itu tidak perlu ya kita tidak
ambil misalnya pemberian PR, tugas ini itu, itu tidak kita ambil. Kita
hanya mengambil contohnya pengenalan sudut atau sesuatu yang perlu
anak-anak tau, itu aja sih.”

7. Bagaimana interaksi antara pendidik dan peserta didik di Sanggar Anak


Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“kita ada kumpul bareng setiap jumat, jadi jumat siang itu kan memang
media atau ruang yang digunakan untuk kita kumpul bareng. Misalnya
ada sesuatu yang penting kita bicarakan bersama atau ada hal-hal baru
yang akan disampaikan di setiap Jumat itu kan emang kita boleh
mengeluarkan pendapat, kita share bareng-bareng dan mencari
penyelesaiannya bareng-bareng.”

126
8. Apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis
alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“metode yang kita gunakan ya riset itu tadi, mereka punya riset sendiri-
sendiri. Mereka akan melakukan lalu mengungkapkan atau
mempresentasikan di depan teman-temannya. Nantinya kan pasti teman-
teman juga akan belajar tentang risetnya teman yang lain jadi 1 kelas itu
punya bahan ajar dari risetnya teman-teman yang lain. Ya metodenya
seperti itu jadi belajar bareng melalui riset mbak.”

9. Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“karena kita menggunakan riset project itukan dikerjakan dengan orang
tua dan medianya akan disiapkan anak, orang tua dan fasilitator. Jadi
medianya jelas berbeda-beda sesuai dengan project yang mereka pilih,
mereka mencari sendiri sesuai dengan kebutuhan. Satu anak dan anak
yang lain medianya tidak sama. Tetapi SALAM juga membantu
menyiapkan kebutuhan anak-anak secara umum seperti menyediakan
perpustakaan, lingkungan sekitar, dapur dan ruangan.”

10. Apa saja fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan di Sanggar Anak
Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“ada perpustakaan, dapur untuk membuat snak dan makan siang anak-
anak, soalnya kan snack dan makan siang disediakan oleh dapur. Lalu
yang jelas arena bermain, mereka boleh bermain di sawah, di halaman,
ya seperti itu aja sih, lingkungan sekitar atau laboraturium yang luas.”

11. Bagaimana sumber daya finansial di Sanggar Anak Alam (SALAM)


dalam melaksanakan pendidikan berbasis alam?
“dana disini kami yang utama dari para orangtua murid, terus kita
produksi-produksi barang yang ramah lingkungan dengan para kerabat
SALAM.”

12. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di


Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“setiap semester ada review kan, cuma evaluasi sebenarnya terjadi setiap
hari juga, jadi ketika ada review pun misalnya anak dirumah ada sesuatu
yang lebih penting misalnya ibunya sakit atau apa mereka lebih baik
nungguin ibunya tidak harus mereka itu ikut review di Sekolah gitu. Jadi
review itu bukan syarat untuk misalnya naik kelas. Diakhir semester
diadakan review melihat anak-anak ingat tidak dengan apa yang telah
dilakukan di semester ini mbak.”

127
13. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis
alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“hasil yang diperoleh melalui riset tadi ya dari setiap anak-anak itu
berbeda-beda karena penyerapan setiap anak juga berbeda-beda dan tidak
ada yang sama. Yang pasti anak dapat belajar melalui ketertarikan dari
setiap masing-masing anak dan dipersentasikan ke teman-temannya yang
lain supaya teman-teman yang lain juga bisa tau tentang sesuatu yang
menjadi topik riset.”

128
D. Dengan Fasilitator SD Sanggar Anak Alam (SALAM)
a. Waktu : Selasa, 13 Desember 2016
b. Tempat : Ruang Kelas 6
c. Nama : EW
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Jabatan : Fasilitator

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak


Alam (SALAM)?
“pendidikan berbasis alam itu dimana anak yang belajar di alam terbuka.
Bukan berarti sekolah alam tetapi memang alam salah satu media belajar
anak-anak, kebetulan tempatnya di tengah sawah jadi apapun yang ada
disitu untuk media belajar, untuk anak alam sendiri saya mengartikan
anak yang belajar di alam.”

2. Apa tujuan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)?


“tujuannya menurut saya memang berbasis pendidikan belajar dengan
alam anak dapat mengolah pengetahuan mereka serta bisa membangun
sikap, sanggar anak alam ada 4 hal yang di pelajari atau 4 aspek yang
memang sebagai landasan pembelajaran yaitu kesehatan, pangan,
lingkungan hidup dan sosial budaya. Jadi 4 aspek kita tarik kedalam
metode pembelajaran di SALAM, nanti disesuaikan capain masing-
masing kelas. Jadi 4 aspek itu sebagai kunci pegangan dalam
pembelajaran.”

3. Apa saja program pendukung dalam pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“program pendukung pendidikan iya kegiatan masing-masing kelas
mempunyai rencana belajar setiap semesternya. Semisalnya kegiatan
home visit setiap sebulan sekali diadakan untuk bertujuan menambah
kedekatan emosional antara anak dan kerjasama orang tua dimana home
visit serahkan sepenuhnya ke orang tua, nanti silakan orang tua yang
mengisi kegiatan home visit itu, jadi memang tujuannya keterlibatan
orang tua terhadap proses pembelajaran anak. Ke dua ada kunjungan
keluar semisalnya yang bisa memicu/memacu membantu proses capaian
belajar/indikator belajar misalnya kelas 6 kebetulan risetnya masing
masing anak mempunyai materi riset. Ada salah satu anak tema riset nya
candi sambisari, terus diajak kesana untuk mengamati candi itu, anak itu
membutuhkan data-data kan mbak jadi ya itu ada kunjungan kesana,
salah satu tujuan mendalami materi riset. Kemudian ada kegiatan olah
tubuh setiap jumat meliputi kegiatan renang, pancat silat, kepanduan dan
129
bermain bebas. Ada 4 di atur 1 bulan sekali, minggu pertama pancat silat
minggu kedua renang dan contohnya rolling seperti itu, dan juga berapa
indikator yang dapat capaian yg ada tujuannya untuk keseimbangan.”

4. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“anak-anak belajar sesuai dengan minat dan ketertarikan mereka
sehingga mereka bisa menjadi dirinya masing-masing, mereka masuk di
SALAM juga tidak ada paksaan dari orang tuanya, mereka mengikuti
kesepakatan bersama disini, dan mereka berkembang sesuai dengan
potensi mereka masing-masing mbak.”

5. Bagaimana karakteristik pendidik dalam pelaksanaan pendidikan


berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan
Bantul Yogyakarta?
“saya disini sebagai fasilitator untuk memfasilitasi anak-ank, jadi bukan
hanya mengajari mereka tetapi bagaiamana kita membebaskan anak biar
mereka aktif bisa belajar dengan mandiri. Juga bukan cara gampang
terkadang ada anak yang kurang kritis terkadangkan kalo tidak disuruh
tidak dijalankan itukan menjadi tantang kami. Jadi kami memfasilitasinya
dengan cara pacingan-pancingan memberikan dorongan kepada anak
agar bisa aktif. Jadi kita ada kasusnya seperti itu iya merupakan selain
tantang kita dituntut kreatif bagaimana cara kita menyajikan materi untuk
sesuai kreatif tanpa langsung memberikan bagaiman anak itu bisa
terpancing untuk berani mengungkapkan. Prosesnya tidak begitu cepat
dalam artian A sampai Z, jadi kita memang gimana anak ini terpancing
kita membutuhkan usaha. Kebetulan untuk SD, fasilitatornya semua dari
lulusan sarjana, yang paling penting disini fasilitator itu mampu
memfasilitasi kebutuhan anak dan mau belajar bersama anak-anak, nggak
memandang kamu dari lulusan apa itu tidak, yang penting yaitu tadi mau
belajar bersama-sama disini.”

6. Apa kurikulum yang digunakan di Sanggar Anak Alam (SALAM)


Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“kurikulum yang kita pake kita mengenalnya dengan daur belajar ala
SALAM. Daur belajar ya proses belajar ada beberapa tahap sih mbak.
Kan kita mengenal metodenya riset ya, metode riset itu yang pertama
adalah perencanaan, jadi si anak merencanakan tentang materi yang akan
diambil atau materi riset yang akan dipilih. Setelah itu mencari data,
kalau sudah mencari data kemudian mengolah data, setelah mengolah
data kemudian tahap workshop atau persentasi. Jadi daur-daurnya seperti
itu.”

130
7. Bagaimana interaksi antara pendidik dan peserta didik di Sanggar Anak
Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“kita tetap menjaga interaksi antar fasilitator karena kelas 1-6 itu anak
kita semua, bukan harus memproses di salah satu kelas aja gitu kan
enggak. Cuma kebetulan aja memang saya disuruh memegang kelas 6
kan. Untuk anak-anak dikelas lain kita juga ikut membantu misalnya ada
peristiwa apa kita sebagai fasilitator harus bisa memfasilitasi itu juga,
bukan karena dia anak dari kelas lain terus tidak dibantu kan enggak.
Kita bisa membantu terus di komunikasikan ke fasilitatornya gitu. Disini
interkasi antar fasilitator memang penting sekali ya dan juga kita
memang setiap seminggu sekali ada rapat koordinasi tiap hari Jumat. Ada
dinamika apa dan solusinya seperti apa gitu kita tahu. Selain itu juka ada
perubahan kesepakatan atau ada kesepakatan baru itu tetep tersampaikan
disitu diforum itu.”

8. Apa metode yang digunakan Sanggar Anak Alam (SALAM) dalam


melaksanakan pendidikan berbasis alam?
“metode yang dipake tahun ini adalah risetnya masing-masing anak,
tahun lalu risetnya satu kelas sama, jadi satu fasilitator menetukan tema
riset apa, capaian indakor perkelas apa, cari tema riset yang bisa
mencapai indakor. Sekarang masing-masing, kemaren melakukan diskusi
orang tua minat anak dibidang apa dan ketetarikannya apa. Setelah
ditemukan apakah kamu mau mempelajari tema riset mu contoh nya
badminton kamu senangi dari badminton tanggal batas waktunya kapan 1
bulan, diskusi sama orang tua kemudian bersama anak menetukan tema
menetukan waktu refrensi apa saja media apa saja yg diperlukan jadi
fasilitator akan membantu menyediakan apa saja yg diperlukan. Kalo itu
sudah selesai pengumpulan data olah data trus tahap terakhirnya
presentasi atau workshop. Saat itu mengundang orangtua juga. Jadi ada
10 anak yg presentasi maka 10 hari juga prenstasinya. Setelah presentasi
kita diskusi setelah itu dari fasilitator sebelum presentasi memetakan
siapa ini yg masuk indakator atau kecapaian. Daur belajar tetap di pake.”

9. Apa media pembelajaran yang digunakan di Sanggar Anak Alam


(SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“media pembelajarannya banyak mbak, setiap anak kan memiliki risetnya
masing-masing jadi medianya juga beda-beda. Yang menyiapkan ya anak
itu sendiri bersama orang tua dan fasilitator juga membantu, SALAM ya
menyediakan ruang kelas terus laboraturium atau lingkungan sekitar sini
aja sih, anak bebas dalam menggunakannya. Selain itu media
pembelajaranya tidak semata mengunakan buku paket , tapi apa yg
mereka kita tahu atau anak itu tahu kita coba untuk minta mencari
refrensi buku dalam artian bukan buku paket sebetulnya tidak menutup
kemungkinan membuka buka paket. Kita juga punya buku paket itu
paling tidak kita bisa baca buku, kita ajak ke perpustakaan dulu seperti
itu atau bertanya sama orang yang lebih tahu. Kayak kemren belajar
131
tentang burung merpati iya ada riset burung merpati otomatis arah
perkembangan biakan binatang. Ciri-ciri khusus iya itu anak itu kita
minta dri mana burung merpati mu itu, dari beli otomatis bagaimana cara
merawat membutuhkan refrensi harus mencari buku-buku atau kurang
lengkap dia bisa bertanya sama orang berpengalaman atau orang penjual
burung. Jadi media pembelajaran bisa berupa buku, beruapa bertanya
teman atau orang yg lebih tahu, atau melakukan sendiri, dan terakhir itu
google kalo google dari awal akan malas membaca, jadi google boleh
alangkah baiknya jadi alternatif akhir.”

10. Apa saja fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan di Sanggar Anak
Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“sesuai dengan tema masing-masing menurut saya metodenya riset ada
yang sama ada yang gak sama jadi untuk sarana dan prasarana dari
sekolah menyediakan memang berupa perpustakaan, komputer dan
kebun sekolah atau lingkungan sekitar sini.”

11. Bagaimana sumber daya finansial di Sanggar Anak Alam (SALAM)


dalam melaksanakan pendidikan berbasis alam?
“sumber daya finansial yang utama itu dari orangtua, lalu kita memiliki
usaha sendiri mbak produk-produk yang ramah lingkungan dari kerabat
SALAM yang peduli dengan pendidikan.”

12. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di


Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?
“evaluasi berupa review sesuai dengan kebutuhan kelas masing-masing,
tergantung fasilitator kelas membuat soal ada yg berupa game kelas lavel
bawah. Anak-anak minta menuliskan apa saja yg di pelajari selama
semester ini. Kalo sudah kita suruh memecahkan masalah yang disitu.
Kita meminta membuat 1 soal materi yg sudah dipelajari lalu kita
mencoba buat soal buat mereka apa yang mereka tulis.”

13. Bagaimana hasil yang diperoleh selama pelaksanaan pendidikan berbasis


alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul
Yogyakarta?
“kalo hasil memang belajar dari proses anak apakah dia mengikuti
kegiatan apakah dia aktif gak, kita lihat proses kalo hasil ada berapa kita
lihat memang aktif tapi dihasil akhir itu kurang, banyak juga kita
inginkan anak belajar lebih mandiri dan anak paham apa yang dipelajari.
Hasilnya kita tidak menuntut yang penting anak paham, ketika
melakukan sendiri risetnya mereka paham dengan apa yang menjadi riset
mereka. Jadi hasil yang di dapat masing-masing anak berbeda-beda.
Yang pasti melalui riset diharapkan anak dapat mengolah pengetahuan
mereka.”

132
E. Dengan Peserta Didik SD Sanggar Anak Alam (SALAM)
a. Waktu : Selasa, 13 Desember 2016
b. Tempat : Ruang Kesekretariatan
c. Nama : DN
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Jabatan : Peserta didik

1. Apakah senang belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM)?


“ya senang mbak, soalnya masuknya jam 08.00, pulangnya cepet,
makannya cepet terus pelajarannya juga enak.”

2. Mengapa memilih Sanggar Anak Alam (SALAM), tidak sekolah di


sekolah formal?
“SALAM ini soalnya enak, waktunya lebih luang juga. Dulu aku kan di
pondok pesantren kabur mbak, kalo gak disiplin dihukum trus kalau
bangun kesiangan diguyur air, terus gurunya galak-galak. Terus dicarikan
orangtua sekolah ini di SALAM ini, enak sih intinya.”

3. Pelajaran apa yang paling disenangi?


“matematika sama Ilmu Pengetahuan Alam.”

4. Mengapa senang dengan pelajaran tersebut?


“soalnya pelajarannya enak, kalau matematika enaknya ngitung-ngitung
gitu, kalau IPA bisa tau tentang alam mbak.”

5. Dimana saja kegiatan pembelajaran berlangsung?


“ya di kelas, di perpustakaan, di halaman, kunjungan-kunjungan gitu juga
ada mbak, banyak pokoknya gak cuma di kelas aja kok.”

6. Apa saja kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam (SALAM)?


“menanam, terus masak, terus masih banyak lagi mbak.”

7. Dalam pembelajaran, media apa saja yang digunakan oleh fasilitator?


“ya buku, terus perpustakaan, lingkungan sekitar yang pasti mbak.”

8. Aktivitas apa yang paling disenangi?


“masak mbak.”

9. Apakah ada fasilitator yang ditakuti di Sanggar Anak Alam (SALAM)?


“yang saya takutin itu ya ada mbak soalnya galak tapi kalau pas enak ya
enak kok mbak.”

133
10. Siapa fasilitator yang disenangi?
“fasilitator yang disenangi itu mas Jojo kalau diajak bercanda bisa gak
terlalu serius.”

11. Mengapa senang dengan fasilitator tersebut?


“soalnya ya itu tadi mbak, bisa diajak bercanda terus gak terlalu serius,
banyak ketawanya jadi seneng aja mbak.”

12. Bagaimana hubungan fasilitator dengan para peserta didik di Sanggar


Anak Alam (SALAM)?
“kadang baik kadang enggak, enggaknya pas digalakin kalau pas
digalakin aku keliatannya kaya gak semangat, kalau pas ada pelajaran
dibaikin ya semangat mbak.”

13. Setelah lulus akan melanjutkan di Sanggar Anak Alam (SALAM) atau
sekolah lain?
“di sekolah lain mbak, soalnya pengen suasana baru terus nambah temen
banyak.”

14. Cita-cita mau jadi apa?


“jadi dokter soalnya gajinya banyak kerjanya enak mbak.”

134
Lampiran 3. Reduksi Hasil Penelitian

Reduksi Hasil Penelitian

Informan : Pendiri SALAM : WY

Ketua PKBM SALAM : YT

Kepala SD SALAM : WD

Fasilitator : EW

Peserta Didik : DN

A. Konsep Pendidikan Berbasis Alam

1. Maksud Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : anak-anak diberi tempat dan bisa menentukan apa yang harus


dilakukan hari ini, dan pendekatannya melalui objek penelitian
yang ditentukan oleh anak itu sendiri seperti itu. Nah, orang tua
dan fasilitator itu sekedar memberi stimulan dan mengerucutkan
yang menjadi kemauan anak, anak benar-benar menjadi subjek
menjadi dirinya sendiri dan belajar dari apa yang ingin dipelajari
gitu, bukan dari paket dari sekolah.
YT : Alam itu termasuk alamiah, secara kodrat dan alamiah manusia
belajar dari kehidupan maka apapun yang ada dalam kehidupan
itu menjadi sumber belajar yang paling dekat, itu yang mesti
dipelajari, termasuk alam disitu. Nah kami merumuskannya
dalam 4 perspektif yaitu pangan, kesehatan, lingkungan dan
sosial-budaya. Ini yang dekat dengan kehidupan dan saling terkait
satu dengan yang lain.
WD : pendidikan yang bisa menganggap anak sebagai subjek bukan
objek, jadi anak-anak masih boleh bermain kotor-kotoran gausah
pake seragam yang nesis karena takut kotor dan lain sebagainya
kan trus anak-anak tidak tersekat-sekat dengan agama. Makanya
kami mendekatkan 4 aspek kepada anak-anak yaitu pangan,
lingkungan, kesehatan dan sosial-budaya karena 4 aspek tersebut
adalah yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
EW : pendidikan berbasis alam itu dimana anak yang belajar di alam
terbuka. Bukan berarti sekolah alam tetapi memang alam salah
satu media belajar anak-anak, kebetulan tempatnya di tengah
sawah jadi apapun yang ada disitu untuk media belajar, untuk
anak alam sendiri saya mengartikan anak yang belajar di alam.
135
Kesimpulan : Pendidikan berbasis alam merupakan proses belajar
manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan
lingkungan alam sekitarnya. Anak belajar di alam terbuka
yang memang menjadi salah satu media belajar. Pendidikan
yang menganggap anak sebagai subjek dan menjadi dirinya
sendiri, selain itu memberikan keleluasaan untuk
menentukan sendiri apa yang ingin mereka pelajari.
Pendidikan berbasis alam bukan hanya memberikan ruang
yang seluas-luasnya bagi anak dalam belajar di lingkungan
alam sekitar tetapi juga memberikan apa yang anak-anak
butuhkan. Pendidikan berbasis alam juga memberikan
kebebasan kepada masing-masing anak untuk
mengembangkan minatnya dan pendekatannya melalui
objek penelitian yang ditentukan oleh anak itu sendiri.

2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : anak-anak menjadi dirinya sendiri, berkembang sesuai dengan


potensinya masing-masing mampu mengelola pengetahuan, sikap
dan keterampilan mereka juga.
YT : kenapa kita mendekatkan belajar pada pangan, kesehatan,
lingkungan, dan sosial-budaya? Inikan yang dibutuhkan oleh
manusia supaya dia bisa tahu dan mengelola. Bagaimana
mengelola ya yang kita bangun adalah cara belajar melalui daur
belajar. Kita sedang belajar cara belajar, nanti juga bisa mengelola
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
WD : sebenarnya kan berdirinya SALAM juga karena keprihatinan
bersama ya, keprihatinan dalam praktek belajar yang terjadi saat
ini ketika anak-anak di sekolah mereka terlalu banyak tugas,
mereka terlalu banyak hal-hal yang harus diselesaikan sehingga
mereka jadi lupa bahwa ada esensi-esensi dasar yang sebenarnya
itu sangat dibutuhkan untuk anak-anak. Banyak yang kelupaan
kan akhirnya karena sibuk dengan mengerjakan PR dengan ini itu,
akhir hal-hal yang mendasar itu banyak yang tidak tersentuh.
Ketika anak-anak sudah tidak mengenal makanan dari daerahnya
sendiri, makanan lokal, ketika anak-anak sudah jarang makan
sayur ketika anak-anak sudah jarang membantu orang tuanya
untuk terlibat kegiatan dirumah, bertanggung jawab terhadap diri
sendiri itukan jadi banyak yang tidak tersentuh sebenarnya. Ya
dari 4 pilar (pangan, lingkungan, kesehatan dan sosial-budaya)
jadi kadang-kadang sosial-budaya itukan kebiasaan yang terjadi
di lingkungan dimana dia tumbuh, itu kadang-kadang sudah
terlupakan karena sistem pendidikan sekarang yang seperti itu
jadi mereka budaya untuk misalnya untuk antri, bersabar dll,
itukan jadi mereka tidak tersentuh untuk hal ini. Jadi anak-anak
banyak yang pokoknya kamu belajar nilaimu bagus sudah, itu
136
menyebabkan kepekaan anak-anak jadi menurun. Nah itulah
berangkat dari situlah kita pake itu, jadi anak-anak disini kan
memang ketika snack mereka makanannya juga makanan lokal
daerah sini karena tempat tumbuh mereka kebanyakan memang
disini ya di Jogja. Ya ada juga sih yang dari luar, jadi paling
enggak mereka akan terbiasa makan makanan lokal dimana dia
tumbuh, yang bisa mereka lihat makanan ini berasal darimana.
Jadi mereka benar-benar diharapkan bisa mengetahui asal
makanan yang mereka makan itu darimana dan siapa yang
menanam. Kita pengen mengembalikan anak-anak ke budaya
yang memang mereka tumbuh dimana mereka berada dan
kebiasaan.
EW : tujuannya menurut saya memang berbasis pendidikan belajar
dengan alam anak dapat mengolah pengetahuan mereka serta bisa
membangun sikap, sanggar anak alam ada 4 hal yang di pelajari
atau 4 aspek yang memang sebagai landasan pembelajaran yaitu
kesehatan, pangan, lingkungan hidup dan sosial budaya. Jadi 4
aspek kita tarik kedalam metode pembelajaran di SALAM, nanti
disesuaikan capain masing-masing kelas. Jadi 4 aspek itu sebagai
kunci pegangan dalam pembelajaran.
Kesimpulan : Untuk mencapai tujuan tersebut SALAM mendekatkan 4
(empat) perspektif dalam pembelajaran, meliputi pangan;
kesehatan; lingkungan hidup; dan sosial-budaya. Melalui
daur belajar yang terdapat 4 (empat) persperktif tersebut
anak mampu mengelola pengetahuan; keterampilan; dan
sikap. Selain itu tujuan dari pendidikan berbasis alam yaitu
agar anak menjadi dirinya sendiri dan berkembang sesuai
dengan potensinya Masing-masing disesuaikan dengan
capaian setiap kelas. Tujuan dari pendidikan berbasis alam
diperlukan agar pelaksanaan pendidikan berbasis alam di
Sanggar Anak Alam (SALAM) memiliki arti dan
membentuk kualitas para peserta didik tidak terkecuali para
fasilitator.

3. Karakteristik Peserta Didik di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : yang pasti masuk disini anak tidak ada paksaan dari orang
tuanya, mau belajar bersama-sama, mampu mengikuti
pembelajaran dengan senang hati dan mengikuti kesepakatan
bersama aja sih. Peserta didik disini diberi ruang untuk
mengembangkan minat mereka masing-masing.
YT : disini anak-anak bebas mengembangkan potensinya, aktif dalam
pembelajaran, mereka belajar sesuai dengan minatnya dan mereka
masuk disini tidak ada paksaan dari orang tua nya. Peserta didik
disini menentukan sendiri tema riset yang menjadi minat mereka,
mereka menentukan sendiri hari ini belajar tentang apa. Kami
137
memberikan ruang seluas-luas dan tidak bersifat memaksa harus
ini atau harus itu.
WD : anak disini bebas dalam mengembangkan minatnya, setiap hari
anak belajar sesuai dengan ketertarikannya, jadi yang pasti anak
senang belajar disini, masuk di SALAM ini anak juga tidak ada
paksaan dari orang tuanya karena sebelum masuk di SALAM ini
orang tua anak melakukan wawancara terlebih dahulu dan
menyetujui kesepakatan di SALAM.
EW : anak-anak belajar sesuai dengan minat dan ketertarikan mereka
sehingga mereka bisa menjadi dirinya masing-masing, mereka
masuk di SALAM juga tidak ada paksaan dari orang tuanya,
mereka mengikuti kesepakatan bersama disini, dan mereka
berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing mbak.
Kesimpulan : Karakteristik peserta didik dalam implementasi pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu anak
bebas mengembangkan minat dan potensinya masing-
masing, anak-anak yang belajar di Sanggar Anak Alam
(SALAM) tidak dipaksa oleh para orang tuanya sehingga
anak-anak dengan senang hati belajar di Sanggar Anak
Alam (SALAM). Peserta didik memiliki hak untuk
memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya karena mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda dan akan mempengaruhi proses belajarnya.
Sanggar Anak Alam (SALAM) memberikan waktu yang
lebih luang untuk para peserta didik dalam pembelajaran.
Tidak ada paksaan juga dari orang tua untuk belajar di
Sanggar Anak Alam (SALAM) sehingga peserta didik
dengan senang belajar dan dengan bebas dalam
mengembangkan minat, potensi serta ketertariakannya
masing-masing untuk belajar.

4. Karakteristik Fasilitator di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : disini pendidik ya menjadi peserta didik dan peserta didik menjadi


pendidik. Ya kita sama-sama aja sih mbak, sama-sama saling
belajar dan saling bekerja sama dalam hal apapun termasuk dalam
pembelajaran. ada kriterianya yang jelas mereka mau belajar,
mereka mencintai anak-anak itu yang utama. Karena sekalipun
mereka S1, S2, atau S3 kalau gak mau belajar ya itu stak aja, ilmu
pengetahuan kan berkembang. Nah makanya mereka harus mau
belajar, mau mengembangkan diri itu yang menjadi kriteria utama.
Disini fasilitatornya kebetulan semua sarjana, tapi yang penting
disini itu fasilitator mau belajar jadi gak harus lulusan sarjana atau
apa. Setiap semester juga ada rolling antar fasilitator mbak, jadi
tiap semester pindah kelas gitu. Disini pendidik ya menjadi peserta
didik dan peserta didik menjadi pendidik. Ya kita sama-sama aja
138
sih mbak, sama-sama saling belajar dan saling bekerja sama dalam
hal apapun termasuk dalam pembelajaran.
YT : Untuk jadi fasilitator disini itu hanya perlu mau belajar aja sih,
gak memandang dia lulusan apa, yang paling penting disini para
fasilitator mau belajar bersama-sama dengan anak-anak maupun
dengan sesama fasilitator. Selain itu juga menjadi teman untuk
semua aja, yang jelas ini ya yang pokok itu adalah bagaimana
proses belajar itu terjadi saya memastikan untuk teman-teman
kesiapannya bagaimana? Bagaimana menjaga prosesnya? Hal-hal
apa yang perlu dikembangkan? Mengelola kebutuhan yang
mendukung proses belajar itu, baik itu yang bisa dicukupi oleh
keluarga SALAM maupun yang perlu kita upayakan dari luar
SALAM. Ini termasuk mengelola tim, kebutuhan dan mengelola
proses. Selain itu juga menjaga hubungan dengan teman-teman dari
luar baik itu komunitas, instansi maupun pribadi. Pada dasarnya
fasilitator itu fasilitator untuk semua, kemudian masing-masing itu
punya tanggung jawab di kelas tertentu untuk menjaga dan
mencatat proses, meliputi perencanaan sampai evaluasi.
WD : sebenarnya pada awalnya kita itu gak ada kaya struktur organisasi
misalnya kaya Kepala Sekolah dll, cuma ada beberapa kita harus
memenuhi syarat itu, jadi akhirnya kan yaudah kita bikin struktur
organisasi lembaga ketika ada orang datang kan pasti akan
menanyakan itu juga. Meskipun kita tidak bekerja sama secara
langsung dengan pemerintah tetapi kan kita juga menjadi bagian
dari itu kan jadi mereka membutuhkan struktur organisasi itu ya
akhirnya kita buat. Kita sama-sama aja sih, fasilitator dengan ini
juga sama hanya ketika ada apa gitu pada ngajak ngobrol, ketika
punya masalah ini enaknya gimana, jadi lebih ketika ada yang
harus dibicarakan ya ayo gitu ya jadi kan itu dalam perjalanan pasti
ada kan masalah yang timbul, jadi lebih kesitu sih kekoordinasi
antar fasilitator. Fasilitator ya memfasilitasi dan mendampingi
anak-anak dalam melakukan daur belajar yang ada di SALAM.
Yang jelas harus punya kepekaan terhadap anak, karena jika di
kelas ada 15 anak berarti ada 15 karakter yang berbeda-beda yang
tidak bisa kita samakan dan tuntutannya juga gak bisa kita samakan
juga. Jadi masing-masing anak punya keunikan sendiri-sendiri.
Selain itu fasilitator juga harus mengetahui seperti apa sih anak ini?
Strategi apa yang harus kita gunakan supaya anak ini bisa
maksimal dalam belajar.
EW : saya disini sebagai fasilitator untuk memfasilitasi anak-ank, jadi
bukan hanya mengajari mereka tetapi bagaiamana kita
membebaskan anak biar mereka aktif bisa belajar dengan mandiri.
Juga bukan cara gampang terkadang ada anak yang kurang kritis
terkadangkan kalo tidak disuruh tidak dijalankan itukan menjadi
tantang kami. Jadi kami memfasilitasinya dengan cara pacingan-
pancingan memberikan dorongan kepada anak agar bisa aktif. Jadi
139
kita ada kasusnya seperti itu iya merupakan selain tantang kita
dituntut kreatif bagaimana cara kita menyajikan materi untuk sesuai
kreatif tanpa langsung memberikan bagaiman anak itu bisa
terpancing untuk berani mengungkapkan. Prosesnya tidak begitu
cepat dalam artian A sampai Z, jadi kita memang gimana anak ini
terpancing kita membutuhkan usaha. Kebetulan untuk SD,
fasilitatornya semua dari lulusan sarjana, yang paling penting disini
fasilitator itu mampu memfasilitasi kebutuhan anak dan mau
belajar bersama anak-anak, nggak memandang kamu dari lulusan
apa itu tidak, yang penting yaitu tadi mau belajar bersama-sama
disini.
Kesimpulan : Karakteristik pendidik dalam implementasi pendidikan
berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu
mampu memfasilitasi, mendampingi dan membebaskan
peserta didik agar peserta didik aktif serta bisa belajar
dengan mandiri. Fasilitator mampu memfasilitasi seluruh
kebutuhan peserta didik dan ada keinginan untuk belajar
bersama-sama dengan anak maupun fasilitator yang lain.
Selain itu pendidik juga menjaga dan mencatat proses
pembelajaran, meliputi perencanaan sampai evaluasi, serta
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
berbasis alam dengan memfasilitasi seluruh kebutuhan
peserta didik dalam pembelajaran. Selain itu Sanggar Anak
Alam (SALAM) mempunyai kualifikasi pendidik yaitu
fasilitator harus memiliki keinginan untuk belajar bersama-
sama, mencintai anak-anak, tidak memandang tingkat
pendidikan fasilitator.

5. Kurikulum di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : kalau kurikulum kami menggunakan daur belajar yang


didalamnya ada 4 perspektif yaitu pangan, kesehatan, lingkungan
hidup dan sosial-budaya, kemudian karena kami masih diruang
lingkup Indonesia dan pada akhirnya nanti anak-anak ikut ujian
bersamaan, nah itu setiap jenjang kami mengambil kompetensi
dasar yang ditentukan oleh pemerintah. Kurikulum sendiri menurut
saya cara untuk mencapai tujuan, nah tujuan anak-anak disini
adalah bagaimana mereka menjadi dirinya sendiri, bagaimana
mereka menggali potensinya masing-masing sesuai dengan kodrat
alam dan kemerdekaan lahir dan batin.
YT : kurikulum disini kita sebut sebagai garis besar proses belajar
mengajar, didalamnya terdapat daur belajar yang meliputi
menerapkan, melakukan, mengungkapan, menganalisis dan
kesimpulan. Dan kita juga merumuskan 4 perspektif tadi ada
pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya.

140
WD : kurikulum yang kita gunakan itu kita bikin sendiri ya, yang kita
sebut dengan daur belajar dan kita merumuskan 4 perpektif yaitu
pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya. Yang
sekarang ini malah kita sistem belajarnya menggunakan riset
masing-masing anak mempunyai project ya, jadi dari project yang
mereka kerjakan itu yang mereka lakukan semdiri yang mereka
akan presentasikan kepada teman-temannya bisa ditarik capaian
setiap kelas masing-masing karena capaian setiap kelas itu berbeda-
beda. Capaian tersebut juga disesuaikan dengan sekolah pada
umumnya juga, tetapi tidak semua kurikulum pada sekolah pada
umumnya kita ambil. Kita hanya pake yang kita pandang itu perlu
untuk di SALAM ini, kalau kita pandang itu tidak perlu ya kita
tidak ambil misalnya pemberian PR, tugas ini itu, itu tidak kita
ambil. Kita hanya mengambil contohnya pengenalan sudut atau
sesuatu yang perlu anak-anak tau, itu aja sih.
EW : kurikulum yang kita pake kita mengenalnya dengan daur belajar
ala SALAM. Daur belajar ya proses belajar ada beberapa tahap sih
mbak. Kan kita mengenal metodenya riset ya, metode riset itu yang
bertama adalah perencanaan, jadi si anak merencanakan tentang
materi yang akan diambil atau materi riset yang akan dipilih.
Setelah itu mencari data, kalau sudah mencari data kemudian
mengolah data, setelah mengolah data kemudian tahap workshop
atau persentasi. Jadi daur-daurnya seperti itu.
Kesimpulan : Kurikulum yang digunakan SALAM yaitu garis besar
proses belajar mengajar atau sering disebut dengan daur
belajar SALAM. Dalam daur belajar tersebut terdapat 4
(empat) perspektif meliputi pangan, kesehatan, lingkungan
hidup dan sosial-budaya. Dalam daur belajar tersebut
meliputi tahapan lakukan, ungkapkan, analisis, kesimpulan,
dan terapkan.

6. Metode Pembelajaran di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : metode yang digunakan ya riset itu mbak, dengan riset itu kan
nanti ada diskusi ada mereka membuat presentasi ada workshop itu
ya, ada macem-macem yang kita kembangkan, mulai dari
perencanaan sampai presentasi hasil riset mereka itu.
YT : metode yang digunakan disini adalah riset dari masing-masing
minat anak, jadi 1 anak dengan anak yang lain tema risetnya
berbeda-beda sesuai dengan minatnya. Melalui riset itu nanti anak-
anak dapat belajar mulai dari perencanaan sampai ke workshop
atau presentasi.
WD : metode yang kita gunakan ya riset itu tadi, mereka punya riset
sendiri-sendiri. Mereka akan melakukan lalu mengungkapkan atau
mempresentasikan di depan teman-temannya. Nantinya kan pasti
teman-teman juga akan belajar tentang risetnya teman yang lain
141
jadi 1 kelas itu punya bahan ajar dari risetnya teman-teman yang
lain. Ya metodenya seperti itu jadi belajar bareng melalui riset
mbak.
EW : metode yang dipake tahun ini adalah risetnya masing-masing
anak, tahun lalu risetnya satu kelas sama, jadi satu fasilitator
menetukan tema riset apa, capaian indakor perkelas apa, cari tema
riset yang bisa mencapai indakor. Sekarang masing-masing,
kemaren melakukan diskusi orang tua minat anak dibidang apa dan
ketetarikannya apa. Setelah ditemukan apakah kamu mau
mempelajari tema riset mu contoh nya badminton kamu senangi
dari badminton tanggal batas waktunya kapan 1 bulan, diskusi
sama orang tua kemudian bersama anak menetukan tema
menetukan waktu refrensi apa saja media apa saja yg diperlukan
jadi fasilitator akan membantu menyediakan apa saja yg
diperlukan. Kalo itu sudah selesai pengumpulan data olah data trus
tahap terkhirnya presentasi atau workshop. Saat itu mengundang
orangtua juga. Jadi ada 10 anak yg presentasi maka 10 hari juga
prenstasinya. Setelah presentasi kita diskusi setelah itu dari
fasilitator sebelum presentasi memetakan siapa ini yg masuk
indakator atau kecapaian. Duan belajar tetap di pake.
Kesimpulan : metode pembelajaran yang digunakan dalam
mengimplementasikan pendidikan berbasis alam di
SALAM yaitu menggunakan metode riset yang temanya
ditentukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan
sampai dengan persentasi didepan teman-teman yang lain.
Fasilitator beserta tim pendukung menyiapkan perencanaan
belajar satu semester dengan ditempuh secara bertahap,
kemudian melakukan pembicaraan dengan anak-anak
menyangkut agenda dan garis besar hal-hal apa saja yang
akan dilakukan dan capaian yang akan diraih, membagi
tugas termasuk memproses lahirnya kelompok kerja
dimasing-masing kelas. Selanjutnya menyusun rancangan
pengamatan dan penggalian data melalui tahap-tahap
perencanaan; orientasi; pengamatan dan penggalian data;
serta workshop pengolahan dan pendalaman.

7. Media Pembelajaran di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : setiap anak kan mempunyai materi risetnya masing-masing sesuai


dengan minatnya, jadi media yang mereka gunakan juga berbeda-
beda setiap anak. Kalau dari sekolah kami menyediakan tempat
seluas-luasnya mulai dari ruangan-ruangan sampai lingkungan
disekitar sini aja sih. Jadi mereka bisa secara leluasa menggunakan
media-media pembelajaran yang ada di SALAM. Media yang
memang dibutuhkan oleh anak tetapi tidak ada oleh SALAM itu

142
disediakan oleh mereka sendiri bersama orang tuanya. Kita
membantu secara umum saja sih mbak untuk semua anak disini.
YT : media yang digunakan setiap anak jelas berbeda, soalnya mereka
mempunyai tema riset yang berbeda dan pasti medianya juga
berbeda. Disini orangtua juga membantu anak-anaknya dalam
menyiapkan segala sesuatunya dan SALAM juga membantu
menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak-anak.
WD : karena kita menggunakan riset project itukan dikerjakan dengan
orang tua dan medianya akan disiapkan anak, orang tua dan
fasilitator. Jadi medianya jelas berbeda-beda sesuai dengan project
yang mereka pilih, mereka mencari sendiri sesuai dengan
kebutuhan. Satu anak dan anak yang lain medianya tidak sama.
Tetapi SALAM juga membantu menyiapkan kebutuhan anak-anak
secara umum seperti menyediakan perpustakaan, lingkungan
sekitar, dapur dan ruangan.
EW : media pembelajarannya banyak mbak, setiap anak kan memiliki
risetnya masing-masing jadi medianya juga beda-beda. Yang
menyiapkan ya anak itu sendiri bersama orang tua dan fasilitator
juga membantu, SALAM ya menyediakan ruang kelas terus
laboraturium atau lingkungan sekitar sini aja sih, anak bebas dalam
menggunakannya. Selain itu media pembelajaranya tidak semata
mengunakan buku paket , tapi apa yg mereka kita tahu atau anak
itu tahu kita coba untuk minta mencari refrensi buku dalam artian
bukan buku paket sebetulnya tidak menutup kemungkinan
membuka buka paket. Kita juga punya buku paket itu paling tidak
kita bisa baca buku, kita ajak ke perpustakaan dulu seperti itu atau
bertanya sama orang yang lebih tahu. Kayak kemren belajar
tentang burung merpati iya ada riset burung merpati otomatis arah
perkembangan biakan binatang. Ciri-ciri khusus iya itu anak itu
kita minta dri mana burung merpati mu itu, dari beli otomatis
bagaimana cara merawat membutuhkan refrensi harus mencari
buku-buku atau kurang lengkap dia bisa bertanya sama orang
berpengalaman atau orang penjual burung. Jadi media
pembelajaran bisa berupa buku, beruapa bertanya teman atau orang
yg lebih tahu, atau melakukan sendiri, dan terakhir itu google kalo
google dari awal akan malas membaca, jadi google boleh alangkah
baiknya jadi alternatif akhir.
DN : ya buku, terus perpustakaan, lingkungan sekitar yang pasti mbak.
Kesimpulan : media yang digunakan setiap peserta didik berbeda-beda
dan disiapkan oleh peserta didik dengan orang tuanya sesuai
dengan kebutuhan serta tema masing-masing peserta didik.
Selain media yang dipersiapkan peserta didik dan orang
tuanya, Sanggar Anak Alam (SALAM) menyediakan media
pembelajaran yang dapat digunakan oleh selurah peserta
didik sesuai dengan kebutuhan seperti buku paket,
perpustakaan, ruang kelas dan laboraturium atau lingkungan
143
sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM). lingkungan alam
sekitar di Sanggar Anak Alam (SALAM) dapat membantu
memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai media
pembelajaran dalam pengimplementasian pendidikan
berbasis alam. Selain lingkungan alam sekitar juga ada dari
berbagai media seperti buku paket, perpustakaan, dan ruang
kelas.

8. Evaluasi di Sanggar Anak Alam (SALAM)

WY : evaluasi disini yang jelas bervariasi ya yang jelas kan tadi dari
pendekatan riset sesuai dengan yang dimaui anak kemudian itu
yang mereka nantinya diworkshopkan dan sejauh mana mereka
menguasai materi yang sudah mereka jalankan. Kemudian
fasilitator ini disesuaikan dengan kompetensi dasar ditingkat
masing-masing sejauh mana mereka bisa mencapai target
kompetensi dasar melalui riset mereka sendiri. Selain itu juga
diakhir semester diadakan review yang bisa memakan waktu 2
minggu gak bisa 1 atau 2 hari karena setiap anak mempunyai riset
masing-masing.
YT : untuk evaluasi kita diakhir semester ada review, review itu
nantinya melihat ingatan anak tentang apa saja yang dipelajari
selama semester tersebut. Sebenarnya selain review, setiap harinya
dalam pembelajaran itu juga termasuk ada evaluasinya juga.
Melalui daur belajar itu kan juga ada tahap-tahapnya, jadi dari
tahap-tahap tersebut nanti akan terlihat capain anak. Tetapi untuk
melihat seberapa ingat anak tersebut belajar dalam satu semester ya
itu tadi dilakukan review.
WD : setiap semester ada review kan, cuma evaluasi sebenarnya terjadi
setiap hari juga, jadi ketika ada review pun misalnya anak dirumah
ada sesuatu yang lebih penting misalnya ibunya sakit atau apa
mereka lebih baik nungguin ibunya tidak harus mereka itu ikut
review di Sekolah gitu. Jadi review itu bukan syarat untuk misalnya
naik kelas. Diakhir semester diadakan review melihat anak-anak
ingat tidak dengan apa yang telah dilakukan di semester ini mbak.
EW : evaluasi berupa review sesuai dengan kebutuhan kelas masing-
masing, tergantung fasilitator kelas membuat soal ada yg berupa
game kelas lavel bawah. Anak-anak minta menuliskan apa saja yg
di pelajari selama semester ini. Kalo sudah kita suruh memecahkan
masalah yang disitu. Kita meminta membuat 1 soal materi yg sudah
dipelajari lalu kita mencoba buat soal buat mereka apa yang
mereka tulis.
Kesimpulan : Evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di
Sanggar Anak Alam (SALAM) dilakukan dengan review
diakhir semester untuk melihat seberapa ingat anak dengan
apa yang telah dilakukan di semester tersebut. evaluasi yang
144
dilakukan Sanggar Anak Alam (SALAM) dalam
pelaksanaan pendidikan berbasis alam untuk melihat
seberapa ingat anak dengan apa yang telah dilakukan
selama semester yang telah ditempuh melalui review di
akhir semester. Selain review yang dilakukan pada akhir
semester, evaluasi juga dapat dilakukan pada saat proses
pembelajaran melalui tahap-tahap daur belajar. Melalui
tahap-tahap tersebut fasilitator akan melihat capaian
masing-masing anak. Untuk mengoptimalkan evaluasi
pembelajaran, pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM)
mengadakan sekolah untuk fasilitator yaitu kelompok
belajar bersama setiap Jumat. Adanya kelompok belajar
bersama bertujuan agar fasilitator dapat memahami apa saja
yang harus dilakukan sebagai seorang fasilitator dalam
mengimplementasikan pendidikan berbasis alam.
9. Hasil

WY : yang jelas anak-anak menjadi dirinya sendiri, mereka menjadi


orang yang jujur, punya nilai-nilai yang harus dikembangkan,
punya sikap terhadap segala sesuatu gitu ya. Jadi mereka bisa
menyikapi bahwa ilmu pengetahuan itu harus mereka kuasai dan
mereka punya sikap untuk apa.
YT : anak bisa mengembangkan minatnya masing-masing, mereka
menjadi dirinya sendiri, mereka dapat mengelola pengetahuan,
keterampilan dan sikap mereka.
WD : hasil yang diperoleh melalui riset tadi ya dari setiap anak-anak itu
berbeda-beda karena penyerapan setiap anak juga berbeda-beda
dan tidak ada yang sama. Yang pasti anak dapat belajar melalui
ketertarikan dari setiap masing-masing anak dan dipersentasikan ke
teman-temannya yang lain supaya teman-teman yang lain juga bisa
tau tentang sesuatu yang menjadi topik riset.
EW : kalo hasil memang belajar dari proses anak apakah dia mengikuti
kegiatan apakah dia aktif gak, kita lihat proses kalo hasil ada
berapa kita lihat memang aktif tapi dihasil akhir itu kurang, banyak
juga kita inginkan anak belajar lebih mandiri dan anak paham apa
yang dipelajari. Hasilnya kita tidak menuntut yang penting anak
paham, ketika melakukan sendiri risetnya mereka paham dengan
apa yang menjadi riset mereka. Jadi hasil yang di dapat masing-
masing anak berbeda-beda. Yang pasti melalui riset diharapkan
anak dapat mengolah pengetahuan mereka.
Kesimpulan : dengan adanya pelaksanaan pendidikan berbasis alam di
Sanggar Anak Alam (SALAM) melalui daur belajar
dengan menggunakan metode riset yang menekankan 4
(empat) perspektif pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan
sosial-budaya yaitu agar anak dapat belajar melalui
ketertarikannya masing-masing. Dalam pembelajaran,
145
Sanggar Anak Alam (SALAM) menggunakan metode riset
dengan tema yang ditentukan oleh masing-masing peserta
didik. Dari metode riset tersebut akan menciptakan anak
yang jujur, anak yang bisa mengembangkan minatnya; anak
mampu mengelola pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
anak-anak menjadi dirinya sendiri; serta yang paling utama
adalah anak dapat belajar melalui ketertarikannya masing-
masing. Melalui target dasar belajar (lakukan, ungkapkan,
analisis, kesimpulan, dan terapkan) yang ada di Sanggar
Anak Alam (SALAM) peneliti melakukan pengamatan di
lapangan, bahwa peserta didik di Sanggar Anak Alam
(SALAM) memang menekankan 4 (empat) perspektif yaitu
pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya
dalam pembelajaran sehari-hari. Masing-masing kelas
memiliki konteks yang berhubungan dengan pendidikan
berbasis alam, dan konteks tersebut sangat diperhatikan
oleh para fasilitator dalam pembelajaran. Hasil dalam
pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak
Alam (SALAM) yaitu bahwa Sanggar Anak Alam
(SALAM) sudah berbasis alam.

146
Lampiran 4. Catatan Lapangan

CATATAN LAPANGAN I

Hari/tanggal : Rabu, 3 Agustus 2016

Waktu : 10.00-11.30

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Observasi Awal

Hasil :

Pada hari ini peneliti datang ke Sanggar Anak Alam (SALAM) yang

beralamat di Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Tujuan peneliti adalah

melakukan observasi awal untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan

konsep dan implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) tersebut. Saat tiba di Sanggar Anak Alam (SALAM) peneliti menuju

ke ruangan fasilitator, kemudian diarahkan langsung untuk menemui ketua PKBM

Sanggar Anak Alam (SALAM). Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan

kepada ketua PKBM untuk melakukan penelitian di Sanggar Anak Alam

(SALAM), beliau pun memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan

penelitian. Setelah mendapatkan ijin dan informasi yang cukup dari ketua PKBM

Sanggar Anak Alam (SALAM), kemudian peneliti diarahkan untuk bertemu

dengan pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM) keesokan harinya agar

mendapatkan informasi pendukung mengenai konsep dan implementasi

pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) tersebut.

147
CATATAN LAPANGAN II

Hari/tanggal : Kamis, 4 Agustus 2016

Waktu : 9.00-11.00

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Observasi Awal

Hasil :

Peneliti bertemu dengan pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM) untuk

menyampaikan maksud dan tujuan peneliti, beliau pun memberikan beberapa

informasi dan arahan serta memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan

penelitian tentang konsep dan implementasi berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM). Setelah mendapatkan ijin dan arahan yang cukup dari pendiri Sanggar

Anak Alam (SALAM), kemudian peneliti berpamitan sekaligus untuk melihat

keadaan sekitar lingkungan Sanggar Anak Alam (SALAM).

148
CATATAN LAPANGAN III

Hari/tanggal : Rabu, 16 November 2016

Waktu : 11.00-11.30

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Mengurus surat ijin penelitian dan pengamatan keadaan

Hasil :

Peneliti bertemu dengan ketua PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM) untuk

memberikan surat ijin penelitian dari kampus dan Bappeda Bantul serta proposal

skripsi. Peneliti menanyakan kepada ketua PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM)

terkait bagaimana prosedural yang harus ditempuh untuk dapat melakukan

penelitian di Sanggar Anak Alam (SALAM), tetapi ketua PKBM Sanggar Anak

Alam (SALAM) menjelaskan bahwa tidak ada syarat atau ketentuan tertentu.

Peneliti dipersilahkan untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan

konsep dan implementasi berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) dan

dipersilahkan ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan yang ada di Sanggar Anak

Alam (SALAM). Selain itu peneliti juga melakukan perkenalan dengan beberapa

fasilitator dan menjelaskan maksud dan tujuan di Sanggar Anak Alam (SALAM)

tersebut.

149
CATATAN LAPANGAN IV

Hari/tanggal : Senin, 21 November 2016

Waktu : 9.30-11.00

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Memulai penelitian

Hasil :

Pada hari ini peneliti bertemu dengan ketua PKBM Sanggar Anak Alam

(SALAM) untuk membicarakan langkah-langkah penelitian. ketua PKBM

Sanggar Anak Alam (SALAM) memberikan arahan kepada peneliti dan

dipersilahkan mengambil data serta wawancara yang berkaitan dengan konsep dan

implementasi pendidikan berbasis alam kapan saja pada waktu istirahat agar tidak

mengganggu proses kegiatan belajar mengajar di Sanggar Anak Alam (SALAM).

Pada saat itu di Sanggar Anak Alam (SALAM) sedang diadakan rapat persiapan

kemah yang diikuti oleh peserta didik SD dan SMP. ketua PKBM Sanggar Anak

Alam (SALAM) mengajak peneliti untuk bergabung dalam kegiatan rapat

persiapan kemah tersebut dan memasukan peneliti menjadi pendamping dari salah

satu kelompok dalam kegiatan kemah tersebut. Setelah rapat persiapan kemah

selesai, peneliti meminta ijin untuk mengambil data mengenai profil sekolah pada

bagian ruang kesekretariatan. Data profil sekolah diberikan melalui email oleh

sekertaris Sanggar Anak Alam (SALAM), kemudian peneliti meminta ijin untuk

mengambil gambar dan pengamatan lingkungan Sanggar Anak Alam (SALAM)

sekaligus berpamitan.

150
CATATAN LAPANGAN V

Hari/tanggal : Selasa, 06 Desember 2016

Waktu : 10.00-11.30

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Wawancara dengan Ketua PKBM SALAM

Hasil :

Peneliti pada hari ini melakukan wawancara yang pertama ketua PKBM

Sanggar Anak Alam (SALAM). Peneliti melakukan wawancara terkait konsep

dan implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

tersebut. Peneliti berhasil mendapatkan informasi serta pertanyaan yang berkaitan

dengan konsep dan implementasi pendidikan berbasis alam yang meliputi

pengertian, tujuan, program, karakteristik peserta didik, karakteristik pendidik

(fasilitator), kurikulum, metode dan media pembelajaran, evaluasi dan hasil dari

pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)

sudah terpenuhi jawabannya. Setelah wawancara dengan ketua PKBM Sanggar

Anak Alam (SALAM) selesai, peneliti meminta ijin kepada ketua PKBM Sanggar

Anak Alam (SALAM) untuk mewawancarai fasilitator. Ketua PKBM

mengijinkan untuk wawancara dengan fasilitator dan peneliti diminta untuk

berkomunikasi langsung dengan fasilitator yang bersangkutan. Setelah

mendapatkan ijin dan informasi dari ketua PKBM Sanggar Anak Alam

(SALAM), peneliti mengucapkan terima kasih dan berpamitan.

151
CATATAN LAPANGAN VI

Hari/tanggal : Senin, 12 Desember 2016

Waktu : 09.00-10.00

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Bertemu dengan sekertaris Sanggar Anak Alam (SALAM)

Hasil :

Pagi itu sekitar pukul 09.00 WIB, peneliti kembali ke Sanggar Anak Alam

(SALAM) karena sudah ada janji dengan sekertaris Sanggar Anak Alam

(SALAM) untuk mengambil data. Kemudian peneliti masuk ke ruang

kesekertariatan untuk meminta ijin menemui sekertaris Sanggar Anak Alam

(SALAM) untuk mengambil data. Setelah bertemu sekertaris Sanggar Anak Alam

(SALAM) peneliti diberikan data berupa soft file mengenai profil dan kurikulum

Sanggar Anak Alam (SALAM). Setelah peneliti mendapatkan data berupa soft file

mengenai profil dan kurikulum Sanggar Anak Alam (SALAM), peneliti

mengambil beberapa gambar di sekitar lingkungan Sanggar Anak Alam

(SALAM) untuk dokumentasi. Setelah mendapatkan beberapa data dan gambar.

kemudian peneliti mengucapkan terima kasih dan berpamitan.

152
CATATAN LAPANGAN VII

Hari/tanggal : Selasa, 13 Desember 2016

Waktu : 09.00-11.30

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Wawancara dengan Fasilitator dan Peserta Didik

Hasil :

Peneliti pada hari ini melakukan wawancara kembali dengan fasilitator dan

peserta didik kelas 6. Kemudian peneliti menyampaikan maksud dan tujuan

kepada fasilitator bahwa peneliti ingin mewawancarai fasilitator dan salah satu

peserta didik kelas 6. Karena fasilitator sedang tidak ada pembelajaran akhirnya

peneliti bisa mewawancarai fasilitator terlebih dahulu. Peneliti mewawancarai

fasilitator mengenai konsep dan implementasi pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM). Setelah wawancara dengan fasilitator selesai,

peneliti meminta ijin untuk mewawancarai salah satu peserta didik kelas 6.

Setelah diberikan ijin, fasilitator memanggil salah satu anak didiknya untuk

dimintai tolong melakukan wawancara dengan peneliti. Peneliti mewawancarai

peserta didik mengenai kesenangannya belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM).

Setelah mendapatkan informasi dari fasilitator menenai pengertian, tujuan,

karakteristik peserta didik, karakteristik pendidik (fasilitator), kurikulum, metode

dan media pembelajaran, evaluasi dan hasil dari pengimplementasian pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) serta informasi dari peserta didik

Sanggar Anak Alam (SALAM) mengenai kesenangannya belajar di Sanggar Anak

Alam (SALAM), peneliti mengucapkan terima kasih dan berpamitan.

153
CATATAN LAPANGAN VIII

Hari/tanggal : Selasa, 14 Desember 2016

Waktu : 10.00-11.00

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Wawancara dengan Kepala Sekolah pendidikan tingkat dasar

Hasil :

Pagi itu sekitar pukul 10.00 WIB, peneliti datang kembali ke Sanggar Anak

Alam (SALAM). Peneliti sudah ada janji dengan Kepala Sekolah pendidikan

tingkat dasar (SD) Sanggar Anak Alam (SALAM) untuk melakukan wawancara

terkait dengan konsep dan implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM). Kemudian peneliti masuk ke ruang kelas 3 untuk bertemu

dengan Kepala Sekolah untuk melakukan wawancara. Setelah mendapatkan

informasi dari Kepala Sekolah pendidikan tingkat dasar (SD) Sanggar Anak Alam

(SALAM) mengenai pengertian, tujuan, karakteristik peserta didik, karakteristik

pendidik (fasilitator), kurikulum, metode dan media pembelajaran, evaluasi dan

hasil dari pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM), peneliti mengucapkan terima kasih dan berpamitan.

154
CATATAN LAPANGAN IX

Hari/tanggal : Rabu, 15 Desember 2016

Waktu : 09.00-11.00

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Wawancara dengan Fasilitator

Hasil :

Pagi itu sekitar pukul 09.00 WIB, peneliti kembali ke Sanggar Anak Alam

(SALAM). Peneliti memasuki ruang kelas 6 untuk bertemu dengan fasilitator

karena peneliti belum menyelesaikan seluruh daftar pertanyaan, tetapi masih ada

pembelajaran didalam kelas sehingga peneliti menunggu sampai jam istirahat.

Setelah jam istirahat peneliti baru bisa menemui fasilitator dan langsung

melakukan wawancara terkait melengkapi informasi konsep dan implementasi

pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM). Setelah kegiatan

wawancara dengan fasilitator selesai dan memperoleh hasil yang cukup mengenai

pengertian, tujuan, karakteristik peserta didik, karakteristik pendidik (fasilitator),

kurikulum, metode dan media pembelajaran, evaluasi dan hasil dari

pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM),

peneliti kemudian berpamitan.

155
CATATAN LAPANGAN X

Hari/tanggal : Rabu, 28 Desember 2016

Waktu : 09.00-10.00

Tempat : Sanggar Anak Alam (SALAM)

Kegiatan : Wawancara dengan Pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM)

Hasil :

Peneliti hari ini sekitar pukul 09.00 WIB datang ke Sanggar Anak Alam

(SALAM) menemui pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM). Peneliti suda ada

janji dengan pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM) untuk melakukan wawancara

di ruang Taman Anak yang memang adalah rumah beliau. Kemudian peneliti

mewawancarai pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM) mengenai konsep dan

implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) yang

meliputi pengertian, tujuan, karakteristik peserta didik, karakteristik pendidik

(fasilitator), kurikulum, metode dan media pembelajaran, evaluasi dan hasil dari

pengimplementasian pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM).

Setelah kegiatan wawancara dengan pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM)

selesai dan memperoleh hasil yang cukup peneliti kemudian berpamitan.

156
Lampiran 5. Dokumentasi Foto

DOKUMENTASI FOTO

Gambar 1. Gedung depan

Gambar 2. Gedung Kelas

157
Gambar 3. Gedung Kesekertariatan dan
Halaman bermain anak

Gambar 4. Fasilitas Bermain Anak

Gambar 5. Gedung Keterampilan


158
Gambar 6. Perpustakaan

Gambar 7. Ruang Kesekertariatan

Gambar 8. Gedung Taman Anak, SMP, dan


Dapur

159
Gambar 9. Lingkungan Sekitar Sanggar Anak
Alam (SALAM)

Gambar 10. Gedung Belakang

Gambar 11. Lingkungan Sekitar Sanggar


Anak Alam (SALAM)

160
Lampiran 6. Kurikulum

161
162
163
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari FIP

164
165
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Bantul DIY

166

Anda mungkin juga menyukai