Anda di halaman 1dari 129

PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG

PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS)


TAHUN
Studi Kasus: Tempat Pembuangan Akhir Sampah Di Rawa Kucing,

Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Untuk Memenuhi Syarat Menuju Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ikhwan Yasin Putrawan


Nim: 1113015000065

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019
i
ii
iii
iv
v
Abstrak

Ikhwan Yasin Putrawan (1113015000065). UIN Syarifhidayatullah Jakarta


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Persepsi Pemulung Tentang Pendidikan Formal Wajib
Belajar 12 (Dua Belas) Tahun Studi Kasus Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat pemulung


tentang pendidikan formal wajib belajar 12 tahun. Studi kasus TPA Rawa Kucing
Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Penelitan ini tergolong ke dalam jenis
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 19 orang dengan menggunakan metode purpsive sample. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Serta
pengolahan data/analisis data dengan menggunakan tahap reduksi, penyajian, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat pemulung TPA
Rawa Kucing berpersepsi positif terhadap pendidikan formal wajib belajar 12
tahun. Hal ini telah ditemukan melalui hasil penelitian bahwa pemulung banyak
yang menyekolahkan anak mereka dan bercita-cita agar nasib anaknya tidak
memiliki pekerjaan sebagai pemulung. Kendala-kendala yang dihadapi para
pemulung adalah keterbatasan penghasilan sehingga menyulitkan dukungan
materi pada anaknya untuk bersekolah 12 tahun.

Kata Kunci: Persepsi Pemulung, Pendidikan Formal Wajib 12 Tahun, TPA Rawa
Kucing.

vi
Abstract
Ikhwan Yasin Putrawan (1113015000065). UIN Syarifhidayatullah Jakarta
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training Sciences Department of Social
Sciences Education. Scavenger Perceptions About 12 (Twelve) Years
Compulsory Formal Education Case Study of Rawa Kucing Final Disposal
(TPA), Neglasari District, Tangerang City.

This study aims to determine the perception of scavenger communities


about 12 years compulsory formal education in the Rawa Kucing TPA case study
in Neglasari District, Tangerang City. This research belongs to the descriptive
research method with a qualitative method approach. The sample in this study
amounted to 19 people using the purpsive sample method and through data
collection techniques through interviews, observations, and document studies. As
well as data management / data analysis using the stages of reduction,
presentation, and drawing conclusions / verification.
The results of this study indicate that scavengers have a positive
perception of 12-year compulsory education. This has been found through the
results of these studies many scavengers who send their children to school and
aspire to the fate of their children not like scavengers. The obstacles faced by
scavengers are limited income so it makes it difficult to support material to their
children for school.

Keywords: Perceptions of Scavengers, 12 Years Compulsory Formal Education,


Rawa Kucing TPA.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohma nirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang
revolusioner Islam yakni Nabi Muhammad SAW. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi
Masyarakat Pemulung tentang Pendidikan Formal Wajib Belajar 12 Tahun studi
kasus Tempat Pembuangan Akhir Rawa Kucing Kecamatan Neglasari kota
Tangerang. Skripsi ini merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya penulis tidak sendiri dalam
menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik
bantuan moril ataupun materil. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Andri Noor Ardiyansah, M.S.i selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
4. Dr. Teuku Rusman Nulhakim, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang
selalu meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

viii
5. Andri Noor Ardiyansah, M.S.i, selaku dosen pembimbing II yang selalu
meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orang tua Bapak Pantono Rono Wijaya dan Ibu lili Djulaili yang
telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan
selalu memberikan motivasi, doa, serta dukungan baik berupa moril
ataupun materil selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Teman teman tongkrongan yaitu Boim, Iwan, Ari, Argo, Chasan, Suparjo,
Maman terima kasih atas kebersamaanya melewati hari-hari yang
menjenuhkan di Ciputat.
9. Terima kasih untuk bang Ganjar yang telah membuka lapak rental PS
(playstation) dekat samping UIN tidak jauh dari tempat makan
Pagaruyung sebagai waktu senggang geng kocik dalam mengisi
kekosongan yang bosan.
10. Kawan-kawan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2013,
khususnya konsentrasi sosiologi, terimakasih atas kebersamaan dan
kekompakannya.

Jakarta, 8 Agustus 2019


Penulis

Ikhwan Yasin Putrawan


NIM: 1113015000065

ix
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING.................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................... iii
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI ............................................ iv
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah........................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian persepsi dan masyarakat .............................................. 10
1. Definisi persepsi ....................................................................... 10
a. Faktor yang mempengaruhi persepsi sosial.......................... 11
b. Persepsi-persepsi subjektif .................................................. 13
2. Pengertian Masyarakat ............................................................. 14
a. Lapisan masyarakat ............................................................ 14

x
b. Dasar lapisan masyarakat ................................................... 15
c. Faktor yang mendorong proses perubahan masyarakat ..... 16
d. Faktor yang menghalangi perubahan pada masyarakat ..... 17
B. Definisi pendidikan ........................................................................ 19
1. Pengertian pendidikan ......................................................... 19
2. Tujuan pendidikan Indonesia ............................................... 20
3. Macam-macam tujuan pendidikan....................................... 21
C. Kemiskinan perkotaan.................................................................... 28
1. Definisi kemiskinan .................................................................. 28
2. Urbanisasi ................................................................................ 29
3. Slum area................................................................................... 30
D. Hasil penelitian yang relevan ........................................................ 31
E. Kerangka berfikir .......................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Peneitian ........................................................ 34
B. Populasi dan Sampel penelitian..................................................... 35
C. Pendekatan dan Metodolodi penelitian .......................................... 36
D. Sumber pengumpulan Data ........................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39
F. Teknis Analisis data ....................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................ 45
1. Letak geografis kota Tangerang ................................................ 45
2. Demografi penduduk kota Tangerang ....................................... 46
3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing..................... 47
B. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 49
1. Jumlah pemulung TPA Rawa Kucing ....................................... 49
2. Identitas informan ..................................................................... 49
3. Kondisi sosial masyarakat pemulung ............................................ 53
4. Persepsi masyarakat pemulung terhadap pendidikan formal wajib
belajar 12 tahun ......................................................................... 55

xi
C. Pembahasaan hasil penelitian......................................................... 67
1. Teori fungsionalisme ................................................................. 68
2. Kemiskinan ........................................................................... 70
D. KeterbatasanPenelitian.................................................................. 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 76
B. Saran-saran ................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 80
BIODATA PENULIS .................................................................................. 118

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.............................................................................. 34


Tabel 3.2 Pedoman Observasi .......................................................................... 39
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ....................................................................... 41
Tabel 4.1 Tabel Informan ................................................................................. 52
Tabel 4.2 Tabel informan wawancara lanjutan................................................. 53
Tabel 4.3 Pendapatan dan biaya pengeluaran pemulung per hari..................... 56
Tabel 4.4 Hambatan pemulung menyekolahkan anak...................................... 57
Tabel 4.5 Persepsi pemulung pendidikan formal wajib belajar 12 tahun......... 59
Tabel 4.6 Keinginan anak pemulung berpendidikan tinggi.............................. 61
Tabel 4.7 Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan................................ 62
Tabel 4.8 Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan................................. 62
Tabel 4.9 Tanggapan pemulung jika sekolah lagi........................................... 64
Tabel 4.10 Tanggapan pemulung mengikuti PKBM...................................... 65
Tabel 4.11 Tanggapan keinginan selain menjadi pemulung........................... 66
Tabel 4.12 Tanggapan Pemulung setelah mendapatkan Ijazah...................... 67

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................... 35


Gambar 4.2 Pintu masuk TPA Rawa Kucing................................................... 48
Gambar 4.3 Tempat bekerja pemulung dan tempat istirahat ........................... 48
Gambar 4.4 Mobil pengangkut sampah dari beberapa kecamatan .................. 74
Gambar 4.5 Pemulung TPA rawa Kucing setelah wawancara ........................ 74
Gambar 4.6 Tumpukan sampah TPA Rawa Kucing ........................................ 74

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen wawancara ................................................................... . 80


Lampiran 2 Instrumen wawancara lanjutan....................................................... 81
Lampiran 3 Hasil wawancara ........................................................................... 82
Lampiran 4 Hasil observasi .............................................................................. 111
Lampiran 5 Tabel jumlah pemulung TPA Rawa Kucing................................. 112
Lampiran 6 Brosur TPA Rawa Kucing ............................................................ 114
Lampiran 7 Surat turun lapangan ..................................................................... 115
Lampiran 8 Foto dokumentasi penelitian ......................................................... 116

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu tuntutan gerakan reformasi thun 1998, ialah diadakannya


reformasi dalam bidang pendidikan. Tuntutan reformasi pendidikan, dipenuhi oleh
DPR-RI, bersama dengan pemerintah, dengan disahkan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Pada pasal 11 ayat 1 pemerintah pusat
dan pemerintah daerah wajib memberi layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan bermutu bagi warga negara tanpa diskriminasi.
Pada pasal 54 ayat 1, dan ayat 2, pada UU tersebut menyatakan bahwa
Demokratisasi penyelenggaraan pendidikan, harus mendorong pemberdayaan
masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang
meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi, kemasyarakatan
dalam penyelenggaraaan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Pasal
tersebut dapat berperanan sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil
pendidikan. Jusdengan demikian itu masyarakat berhak menyelenggarakan
pendidikan yang berbasis masyarakat, dengan mengembangkan dan melaksanakan
kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta pendanaannya sesuai dengan standard
nasional pendidikan.
Pada pasal 1, butir 24 dan 25, pada UU tersebut menyatakan
partisipasi masyarakat itu kemudian dilembagakan dalam bentuk dewan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah. Dewan pendidikan adalah lembaga
mandiri mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang peduli
pendidikan. Sedang komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan.1
Dalam pembangunan pendidikan masyarakat diberikan peran terhadap
pendidikan di era reformasi maka dari itu masyarakat berpartisipasi dalam

1
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang Nasional (Jakarta: Ditjen kelembagaan Agama Islam Depag, 2003),. h.1 – 4.

1
pendidikan melalui pasal-pasal pendidikan ataupun undang-undangnya demi
memajukan pembangunan kualitas manusia maupun sumber daya manusianya
untuk memajukan indeks suatu negara tersebut melalui otonomi daerah dan
pemerintah pusat tanpa ada diskriminasi sehingga terwujudnya mutu pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sangat pesat
menuntut hadirnya perubahan paradigma pendidikan yang berorientasi pada pasar
dan kebutuhan hidup masyarakat. Wen dalam bukunya “future of education”
yang dikutip oleh Nurhayati menyebutkan beberapa pergeseran paradigm
pendidikan, antara lain:
1. pendidikan yang berorientasi pada pengetahuan bergeser menjadi
pengembangan ke segala potensi yang seimbang.
2. Dari keseragaman pembelajaran bersama yang sentralistik menjadi
keberagaman yang terdesentralisasi dan terindividulisasikan
3. Pembelajaran dengan model penjejangan yang terbatas menjadi
pembelajaran seumur hidup
4. Dari pengakuan gelar ke arah pengakuan kekuatan profesionalisme
5. Pembelajaran yang berbasis pencapaian target kurikulum bergeser menjadi
pembelajaran yang berbasis potensi dan produksi.2
Dari kutipan buku yang saya kutip diatas, peneliti memahami bahwa
paradigma pendidikan di era globalisasi paradigma pendidikan mengacu pada
skill target terhadap peserta didik untuk dikembangkan potensi melalui kebijakan-
kebijakan tersebut untuk dijadikan individu yang berkualitas dan berprofesional
guna terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Akan tetapi,
pembelajaran yang berbasis pencapaian target sangat mempengaruhi para peserta
didik di lembaga pendidikan di karenakan “jenjang pendidikan dasar seharusnya
merupakan jenjang pendidikan yang menyenangkan sesuai masa bermain, tetapi
kesempatan bermain bagi anak sangat dibatasi karena mengejar target kurikulum
sesuai dengan ambisi sekolah atau orang tua.”3hal tersebut pendekatan bermain

2
Eti Nurhayati, Psikologi pendidikan Inovativ (Yogyakarta, pustaka pelajar, 2011),h.354.
3
Ibid.,h.355.

2
sambil belajar menghilang dikarenakan mengejar target kuantitatif yang sangat
padat.
Dalam visi yang telah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
lembaga pendidikan memiliki peran untuk mengembangkan para peserta didik
memanusiakan manusia melalui tenaga pendidik yang berprofesinal dan memiliki
kualitas SDM yang baik baik sarana ataupun prasarana guna tercapainya mutu
pendidikan serta mengembangkan para peserta didik agar supaya bermoral dan
cerdas tidak hanya pada individu sendiri melainkan di lingkungan individu sediri.
Berdasarkan undang-undang yang berlaku, sistem pendidikan telah
dilengkapi dengan perangkat-perangkat sistem yang secara langsung memberikan
peran dalam pengembangan SDM. Sistem pendidikan memiliki bagian-bagian
sistem yang terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berbagai cara
memandang bagian sistem pendidikan antara lain menurut jenjang (pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi), menurut jenis (pendidikan
umum kejuruan, professional dan agama), dan menurut penyelenggara
(pemerintah atau swasta). 4
Menurut Lerner, yang saya kutip dari Nurhayati menjelaskan bahwa
urbanisasi dan pertumbuhan kota merupakan indikator dari modernisasi dan
kemajuan. Akan tetapi, proses urbanisasi pada saat ini seringkali menimbulkan
permasalahan sosial. Kenyataannya menunjukan bahwa tidak semua individu
yang dating ke kota mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Sehingga
akhirnya perkotaan yang identik dengan kemajuan dan kemewahan atau yang
sering dikenal istilah modernitas , pada sisi lain kadang memperlihatkan
kemiskinan, perumahan kumuh, kesemrawutan dan permasalahan sosial lainnya.5
Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati
fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan–kemudahan lainnya
yang terjadi pada jaman modern. Kemisminan ini ditandai oleh sikap tingkah laku
yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercemin di
dalam lemahnya kemajuan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia,
4
Ace Suryadi, pendidikan, Investasi SDM, dan pembangunan isu,teori, dan aplikasi
(Jakarta, Balai pustaka , 2002),.h.24.
5
Cucu Nurhayati, sosiologi perkotaan (Jakarta, Uin Jakarta press, 2013),.h.103.

3
lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal
yang dimiliki.berpartisipasi dalam pembangunan.6
Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat Perkembangan teknologi
dan berbagai sarana kehidupan di perkotaan tidak seiring dengan perkembangan
kesejahteraan masyarakat, hal seperti ini terlihat adanya masyarakat pinggiran
seperti pemulung. Pemulung adalah salah satu contoh kegiatan sektor informal
yang ada di perkotaan para pemulung melakukan pengumpulan barang bekas
karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang bahan-bahan bekas.
Dalam realitas di masyarakat, keberadaan pemulung dapat dilihat dari dua sisi
yang berbeda, pertama profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja
kepada pemulung itu sendiri ketika pemerintah tidak mampu menciptakan
lapangan pekerjaan untuk mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan.7
Seiring berkembangnya modernisasi terdapat beberapa kehidupan
perkotaan yang masih kumuh hal itu bertolak belakang dalam modernitas dan
globalisasi peradaban manusia akan tetapi masyarakat tersebut menggantungkan
hidup dipemukiman tersebut untuk bertahan hidup sehingga bagaimana presepsi
masyarakat tersebut terhadap pendidikan yang berkaitannya dengan kemajuan
suatu masyarakat sebagai pengembangan diri individu terhadap lingkungan
masyarakat tersebut.
Peneliti melakukan survei awal ke tempat lokasi penelitian di TPA sampah
yang bertempatan di Neglasari. Peneliti menemukan responden dan melakukan
interaksi bersama peneliti, para pemulung ada menetap di suatu pemukiman
kumuh di TPA Rawa Kucing dan adapula mereka yang nomaden. Pemulng yang
nomaden biasanya hanya bekerja mengumpulkan sampah lalu ditukarkan ke
“mandor” lalu pulang bermukim di tempat yang lain, ada juga menetap di sana
untuk sementara waktu sebagai pendatang

6
Sayamsir salam, Amir Fadhilah, sosiologi pembangunan: Pengantar studi
pembangunan lintas sektoral. (Jakarta: UIN Jakarta 2009)., h.102
7
Gunawan Jurnal Strategi Bertahan hidup pemulung, Tanjung
pinang(Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2016)., h.2.

4
Sebagian remaja pemulung yang tidak sekolah lebih memilih memulung
guna menambah uang lalu mereka mengumpulkan beberapa sampah yang bisa di
daur ulang seterusnya untuk ditukarkan kepada “mandor” yang ada di tempat
pembuangan akhir tersebut. Namun ada dua tempat untuk singgah di “pintu tiga”
di dalamnya terdapat terpal-terpal dan beberapa tempat kumuh yang di tempati
oleh para pemulung untuk bekerja atau bersinggah. Di depan gapura tempat
pembuangan akhir terdapat bangunan kumuh yang disinggahi untuk waktu
beberapa lama. Mereka mendiami tempat di depan gapura adalah masyarakat
yang urbanisasi dari sebagian daerah Banten. Di tempat tersebut tampak kotor dan
dipenuhi oleh sampah-sampah baik yang bisa di daur ulang ataupun tidak.
Pemukiman di sana terkadang bau sampah dan minimnya unit kesehatan
masyarakat ataupun puskesmas di lokasi tersebut sehingga menimbulkan beberapa
penyakit di lingkungan tersebut dan jauh dari kata higenis.8
Dari latar belakang di atas, pendidikan masyarakat pemulung adalah hak
setiap warga negara guna berkembangnya SDM di suatu negara. Di era globalisasi
ini bahwa lulusan yang hanya memperoleh pendidikan sampai SD tidak begitu
baik taraf hidupnya. Banyak stigma negatif bahwa profesi pemulung adalah
profesi yang rendah penghasilannya di masyarakat. Akan tetapi, walau hanya
memperoleh pendidikan tidak sesuai dengan program-program pendidikan,
mereka berusaha mencari nafkah hidup. Mereka sebetulnya peduli terhadap anak
mereka yang ingin memperoleh memperbaiki taraf hidup mereka di bidang
Pendidikan namun, memiliki kendala.
Pada kesempatan ini peneliti tertarik untuk meneliti pemulung yang
hidupnya bermukim di Tempat Pembuangan Akhir Rawa Kucing. Dari latar
belakang di atas, peneliti berusaha untuk mengkaji masalah ini dengan
mengangkat judul, yaitu: “Persepsi Masyarakat Pemulung Tentang
Pendidikan Formal Wajib Belajar 12 Tahun. Studi Kasus: Pemukiman
Kumuh Tempat Pembuangan Akhir Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari,
Kota Tangerang.”

8
Hasil observasi awal ke tempat pembuangan akhir sampah Rawa Kucing pada tanggal
16 januari 2019

5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis akan
mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Penghasilan ekonomi membuat masyarakat pemulung tidak dapat
menyelesaikan pendidikan formal
2. Masyarakat pemulung yang lebih memilih mencari uang dibanding
menuntaskan pendidikan formal
3. Terdapat beberapa remaja usia sekolah yang tidak bersekolah
4. Kehidupan mereka yang diwarnai dengan kemiskinan dan kekumuhan
5. Tingkat pendidikan dan kesadaran kesehatan yang rendah
C. Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya
dikaji dalam penelitian ini mengingat adanya keterbatasan waktu, keterbatasan
kemampuan, dan keterbatasan masalah dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
penelitian pendidikan pembatasan masalah yaitu Konsep peneliti meneliti
pemulung dan wajib belajar 12 (dua belas) tahun. Waktu penelitian selama
bulan April sampai dengan Juni 2019. Tempat lokasi penilitian di TPA Rawa
Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana persepsi pemulung
terhadap pendidikan formal wajib belajar 12 (dua belas) tahun di TPA Rawa
Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang”?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang persepsi masyarakat kumuh Kampung Pemulung TPA Rawa
Kucing tentang pentingnya pendidikan formal wajib belajar 12 (dua belas)
tahun.

6
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Manfaat penyusunan laporan penelitian bagi peneliti, adalah:
a. Merupakan upaya mengungkap masalah sosial dalam konteks
pendidikan di kampung pemulung TPA Rawa Kucing.
b. Untuk memberikan informasi pada banyak pihak dalam membuat
hasil penelitian menjadi lebih realistis di lapangan.
2) Bagi pembaca, dengan adanya informasi dari penelitian ini diperoleh
suatu masalah yang terungkap dan diharapkan bermanfaat bagi para
pembaca untuk menambah wawasannya.
3) Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini menjadi referensi oleh
penelitian-penelitian lainnya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi remaja yang putus sekolah di pemukiman kumuh tersebut
agar menempuh pendidikan formal 12 tahun supaya menjadi
indvidu atau sumber daya manusia yang lebih baik.
2) Bagi Masyarakat Kampung Pemulung TPA Rawa Kucing,
diharapkan dapat memberi arah dan motivasi untuk menjadi
manusia cerdas dan berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan
negara.
3) Bagi Pemda kota tangerang, diharapkan dapat menjadi masukan
dalam merumuskan kebijakan pembangunan khusunya bidang
pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian persepsi dan Masyarakat


1. Definisi Persepsi
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.
Dalam kamus standar yang dikutip oleh Sholeh dijelaskan bahwa persepsi
dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-
mata menggunakan pengamatan pengindraaan. Persepsi ini di definisikan sebagai
proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita
(pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Dalam buku
Shaleh menyebutkan, bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokan memfokuskan perhatian terhadab satu objek rangsangan. Dalam
proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses
interprestasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.9
Dari buku psikologi umum dan perkembangan karya Azhari persepsi itu
bersifat selektif. Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana
cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan
seseorang mengenai bagaiman ia mengartikan nilai dari sesuatu. 10 Perbedaan
perbedaan persepsi antara lain disebabkan oleh:
(a) Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada
disekitar kita secara sekaligus, tetapi kita memfokuskan satu atau dua
objek saja
(b) Set, adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul.
Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set
bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat ia harus mulai lari

9
Abdul Rahman Shaleh, psikologi suatu pengantar dalam prespektif islam (Jakarta:
prenadamedia,2004), h.111.
10
Akyas Azhari, psikologi umum dan perkembangannya, Jakarta.,h.107.

8
(c) Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang mempengaruhi persepsi orang tersebut
(d) Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula
terhadap persepsi11.
a. Faktor yang mempengaruhi persepsi sosial
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi sehingga membentuk
pola tersebut menjadi persepsi sosial. “Sebagai upaya memahami
keseluruhan gambaran komperehensif tentang diri orang lain, dalam
proses pembentukan persepsi, seseorang mendayagunakan segenap
informasi yang dimiliki untuk membentuk kesan-kesan (impressions)
tentang orang lain. Kesan-kesan itu mencangkup gambaran tentang
keseluruhan kepribadian. Pada akhirnya kesan-kesan yang tersusun secara
teratur dan relatif menetap kedalam persepsi tersebut akan memberi
pengaruh dalam perilaku sosial seseorang.12
Dalam proses persepsi seseorang, memori akan merinci masukan (input)
stimulus dalam usaha menemukan ciri-ciri tertentu yang sesuai dengan
spesifikasi suatu konsep.
Dalam proses persepsi itu terjadi organisasi ciri-ciri utama yang
bersifat teratur, dampak gema (hallo effect), efek awal (primacy effect)
dan efek akhir (recency effect) Dari ciri di atas, proses memori juga
memberikan pengaruh kuat terhadap persepsi sosial seseorang. Proses
pengkodean dalam memori menunjukan terdapatnya seleksi aktif
preseptor terhadap informasi-informasi yang masuk.
Untuk lebih mempermudah pemahaman terhadap persepsi sosial,
Robbin mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang
memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial seseorang.
Faktor faktor itu adalah faktor penerima (the perceiver), situasi (the
situation) dan objek sasaran (the target)

11
Ibid,. h.109.
12
Fattah Hanurawan psikologi sosial suatu pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya
2010), h.35

9
1) Faktor Penerima
Apabila seseorang mengamati orang lain yang menjadi objek
sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, tidak dapat
disangkal bahwa pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat
dipengaruhi karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantara
karakteristik kepribadian utama itu adalah konsep diri, nilai dan sikap,
pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang terdapat
dirinya.
2) Faktor situasi
Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dipilah
menjadi tiga, yaitu seleksi, kesamaan dan organisasi. Secara alamiah,
seseorang lebih memuasatkan perhatian pada objek-objek yang
dianggap lebih disukai, ketimbang objek-objek yang tidak disukainya.
Proses kognitif semacam itu lazim disebut dengan seleksiinformasi
tentang keberadaan suatu obyek, baik yang bersifat fisik maupun
sosial.
Unsur kedua dalam faktor situasi adalah kesamaan-kesamaan
adalah kecendrungan dalam proses persepsi sosial untukn
mengklasifikasikan orang-orang kedalam suatu kategori yang kurang
lebih sama. Unsur ketiga dalam faktor situasi adalah organisasi
perseptual. Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung untuk
memahami orang lain sebagai objek persepsi ke dalam system yang
bersifat logis, teratur, dan runtut.13
3) Faktor Objek
Selain faktor kepribadian penerima dan faktor situasi,
pembentukan persepsi sosial dapat juga dipengaruhi oleh faktor objek.
Dalam persepsi sosial secara khusus, objek yang diamati itu adalah
orang lain. Ciri utama yang menimbulkan kesan pada penerima
adalah keunikan (novelty) suatu objek. Dalam hal ini, ciri-ciri unik

13
Ibid,. h. 37-38.

10
yang terdapat dalam diri seseorang adalah salah satu unsur penting
yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan
perhatiannya.

b. Persepsi Persepsi Subjektif


Persepsi-persepsi subjektif individu membentuk tingkah laku dan
kepribadian. Orang-orang berjuang ke arah superioritas atau
keberhasilan untuk mengompensasikan perasaan-perasaan inferioritas,
tetapi cara bagaimana mereka berjuang, ditentukan bukan oleh
kenyataan melainkan oleh persepsi-persepsi subjektif mereka tentang
kenyataan.
Dengan kata lain, kepribadian tidak dibentuk oleh inferioritas –
inferiotas organ, pengalaman-pengalaman awal, atau dorongan dasar,
tetapi oleh pandangan-pandangan individual tentang hal-hal ini dan
faktor-faktor lain.14
2. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebutkan
kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam
bahasa sehari-hari, adalah masyarakat. Menurut Koentjaraningrat istilah
masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syaraka yag berarti “ikut serta,
berpartisipasi.”Sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang
berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling
berinteraksi. Pola tersebut harus bersifat menetap dan kontinyu, dengan kata lain
pola tersebut harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Masyarakat adalah
memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah
“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa
warga-warganya dapat saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinteraksi
memang menyebabkan bahwa warga dari satu kolektif manusia itu akan saling

14
Yustinus Semiun. OFM, Teori-Teori kepribadian (Yogyakarta: Kanisius), h .224.

11
berinteraksi. Masyarakat secara khusus di definisikan: masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat
tertentu bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.15

a) Lapisan Masyarakat
Di dalam uraian tentang teori lapisan, senantiasa dijumpai istilah kelas
(sosial class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam
sosiologi, istilah kelas jugatidak selalu mempunyai ari yang sama, walaupun
pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok
dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas masyarakat disebut class-system.
Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu
diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, pengertian
kelas parallel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar
lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya.16

b) Dasar Lapisan Masyarakat


Ukuran atau kriteria yang bisa yang biasa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah
sebagai berikut
1) Ukuran kekayaan Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak
termasuk lapisan teratas. Kekayaaan tersebut, misalnya, dapat dilihat
pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya cara-caranya
mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya,
kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2) Ukuran kekuasaan Baarangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang
mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.
3) Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari
ukuran-ukuran kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling
disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran
15
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi ,(Jakarta: Rineka Cipta,2002), h. 121..
16
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi suatu pengantar (Jakarta: PT
Rajagrafindo 2014), h.203.

12
semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya
mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa
4) Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai
oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi,
ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat
negative karena ternyata ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan
yang dijadikan ukuran yang dijadikan ukuran, tetapi gelar
kesarjanaanya. Sudah tentu hal demikian memacu segala macam usaha
untuk mendapat gelar, walau tidak halal.

Ukuran di atas tidaklah bersifat implikatif karena masih ada ukuran


ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran di atas
amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan masyarakat
tertentu.17

c) Faktor-Faktor yang Mendorong Proses Perubahan Masyarakat

Dalam buku Sosiologi Suatu pengantar karya Soerdjono Soekanto


bahwa faktor faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
sebagai berikut:
1) Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut
hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari masyarakat ke
masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang dihasilkan
2) Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan aneka
macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-
nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membukanya pikiran serta
menerima hal-hal yang baru dan juga bagaimana cara berfikir ilmiah.

17
Ibid.,h. 206.

13
3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan
untuk maju.Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat,
masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru.
4) Toleransi: terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang (deviation),
yang bukan merupakan delik
5) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification) Sistem terbuka
memungkinkan adanya gerak sosial vertical yang luas atau berarti
memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan diri sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorangmungkin
akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai
status yang lebih tinggi.
6) Pendudukan yang heterogen ada masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial yangmempunyai latar belakang
kebudayaan ras ideology yang berbeda dan seterusnya. Mudah
terjadinya pertentangan pertentangan yang mengundang kegoncangan-
kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah
masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi
8) Orientasi ke masa depan.
9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya.18
d) Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan pada
masyarakat
Karena pola kehidupan sosial masyarakat tidaklah statis akan tetapi
dinamis memiliki kendala yang ada di masyarakat berikut merupakan
faktor penghambat perubahan:
1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Kehidupan terasing
menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-

18
Ibid,.h.283.

14
perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin dapat
memperkaya kebudayaan sendirI
2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Hal ini mungkin
disebabkan hidup masyarakat terasing dan tertutup atau mungkin
karena lama dijajah oleh masyarakat lain
3) Sikap masyarakat yang tradisional. Suatu sikap yang mengagung-
agungkan tradisi dan masa lampau serta beranggapan bahwa tradisi
secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses
perubahan
4) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
atau vested interest Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal
sistem lapisan, pasti akan ada sekelompok orang yang menikmati
kedudukan-kedudukan perubahan. Misalnya dalam masyarakat feudal
dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Dalam hal
yang terakhir, ada golongan-golongan dalam masyarakat yang
dianggap sebagai proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri
dengan usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk
melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
5) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada int egarasi kebudayaan.
Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu
kebudayaan bersifat sempurna. Beberapa pengelompokan unsur-unsur
tertentu mempunya derajat integrasi tinggi. Maksudnya unsur-unsur
luar dikahawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan menyebabkan
perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat.
6) Prasangka terhadap hal-hal baruatau asing atau sikap yang tertutup
7) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
8) Adat atau kebiasaan, adat atau kebiasaan merupakan pola-pola
perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala
kekebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku
tersebut efektif lagi dalam di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis
akan muncul. Mungkin adat atau kebiasaan mencangkup bidang

15
kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara
berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah.
9) Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak bisa
diperbaiki19
B. Definisi Pendidikan, Tujuan, Macam-macam tujuan, dan Wajib Belajar 12
tahun
1. Pengertian Pendidikan
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan, tetapi tidak setiap
orang mengerti makna kata pendidikan, pendididik dan mendididik. Untuk
memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengerahkan pada pemahaman
hakikat pendidikan, yakni kata pedagogie dan pedagogiek. Pedagogie bermakna
pendidikan, sedangkan pedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan apabila pedagogic (pedagogics) atau ilmu mendidik
adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi
anak atau untuk anak sampai dewasa.20
Dalam buku Ekosusilo dan Kasihadi menguraikan bahwa pendidikan
kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu
mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan
bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang
bersangkutan berada. Pendidikan dimulai di keluarga atas anak (infant) yang
belum mandiri, kemudian diperluas lingkungan tetangga atau komunitas sekitar
(milieu), lembaga prasekolah, persekolahan formal dan lain-lain tempat anak-anak
mulai dari kelompok kecilsampai rombongan yang relatif besar (lingkup makro)
dengan pendidikan dimulai dari guru rombongan/kelas yang mendidik secara dan
menjadi pengganti orang.
Dilihat dari segi proses terjadinya terjadinya pendidikan ada dua segi yang
harus dikembangkan yaitu proses individual dan proses sosial. Beberapa ahli
pendidikan mengatakan bahwa masalah utama pendidikan adalah bagaimana
mengembangkan semua kemampuan dasar (potensi) yang sudah dimiliki anak
19
Iibid,. h.287.
20
Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan pendidikan konsep dan aplikasinya (Jakarta:
PT Rajagrafindo 2009), h.7.

16
sejak lahir. Sedangkan pendidikan sebagai proses sosial pendidikan harus
berusaha melestarikan dan meneruskan nilai-nilai kebudayaaan kepada generasi
berikutnya.21

2. Tujuan Pendidikan Indonesia

Tujuan pendidikan di Indonesia dalam arti rumusan tentang bentuk


manusia Indonesia yang akan dicapai oleh kegiatan pendidikan di Indonesia sejak
tahun 1950 hingga sekarang mengalami beberapa perubahan, yang rumusnya
dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Rumusan tujuan pendidikan menurut Undang undang Pendidikan dan Pengajaran


Nomor 4 Tahun 1950 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 12 Tahun 1954,
yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 berbunyi: “Tujuan pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraaan masyarakat dan tanah
air”.
b. Rumusan tujuan pendidikan menur ut ketetapan MPRS Nomor II Tahun !960,
yang berbunyi: “Tujuan Pendidikan ialah mendidik anak kea rah terbentuknya
manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya
masyarakat Ssosialis Indonesia yang adil dan makmur materil dan spiritual.
c. Rumusan tujuan pendidikan menurut Undang-undang sistem Pendidikan Nasional
Nomor 2 Tahun 1989, pada Bab II, Pasal 4 yang berbunyi, “Pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.22
3. Macam-macam Tujuan Pendidikan

21
Madyo Ekosusilo, dan R.B Kasihadi, Dasar-dasar pendidikan, (Semarang: Effhar
Publishing, 1985) h.13.
22
H.M.Alisui Sabri pengantar ilmu pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),h. 43.

17
Pendidikan berlangsung dalam suatu proses panjang yang pada akhirnya
mencapai tujuan umum atau akhir, yaitu kedewasaan atau pribadi dewasa susila.
Tujuan yang bersifat umum ini akan dicapai melalui pencapaian tujuan-tujuan
dekat. Seorang ahli pendidikan, Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan
pendidikan, dalam buku Sabri menguraikan yaitu: tujuan umum/ akhir atau
lengkap/ total, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan
insidentil dan tujuan intermedier.23 Berikut ini akan dikemukakan secara singkat
dalam buku Hasbullah memaparkan tentang tujuan-tujuan tersebut satu per satu
secara hierarki.

a) Tujuan Umum
Ini merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala
waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan
hakikat kemanusiaan yang universal
b) Tujuan Khusus
Tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan umum diatas beberapa
hal,diantaranya:
1) Terdapatnya perbedaan individual anak didik, misalnya perbedaan
dalam bakat, jenis kelamin, intelegensi, minat dan sebagainnya;
2) Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, misa=l: tujuan
khusus untuk masyarakat pertanian perikanan dan lain-lain.
3) Perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan,
misalnya: tujuan khusus untuk pendidikan keluarga, pendidikan
sekolah dan pendidikan dalam perkembangan pemuda;
4) Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafat hidup
suatu bangsa
c) Tujuan Tak Lengkap
Ini adalah tujuan yang hanya mencangkup salah satu dari aspek
kepribadian, misalnya: tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja, tanpa

23
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan (PT Raja Grafindo Jakarta 1995) h.13.

18
memperhatikan yang lainnya. Jadi tujuan tak lengkap ini merupakan
bagian dari tujuan umum yang melingkupi perkembangan seluruh aspek
kepribadian.
d) Tujuan Sementara
Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara
sekaligus, karenanya perlu ditempuh setingkat demi setingkat. Tingkatan
demi tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan akhir itulah yang
dimaksud tujuan sementara. Misalnya: anak menyelesaikan pelajaran di
jenjang pendidikan dasar merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya
terus meneruskan ke jenjang yang lebih seperti sekolah menengah umum
(SMU) dan Perguruan Tinggi.

e) Tujuan Insidentil

Ini merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang
secara kebetulan, kendatipun demikian, tujuan ini tidak terlepas dari tujuan
umum. Misalnya: seseorang ayah memanggil anaknya dengan tujuan anak
mencapai kepatuhan.

f) Tujuan Intermedier
Disebut juga tujuan perantara, merupakan tujuan yang dilihat sebagai
alat dan harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya,
misalnya anak dapat membacadan menulis (tujuan sementara) demi
kelancaran mengikuti pelajaran disekolah.24
Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan,
dibedakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu: tujuan nasional, intisional,
kulikuler dan tujuan intruksional.
1) Tujuan Nasional
Ini merupakan tujuan umum pendidikan nasional yang di dalamnya
terkandung rumusan klarifikasi umum yang diharapkan dimiliki oleh
setiap warga negara setelah mengikuti dan menyelesaikan program

24
Ibid,. h.14

19
pendidikan nasional tertentu. Yang menjadi sumber tujuan ini biasanya
terdapat didalam undang-undang atau ketentuan resmi pendidikan25
2) Tujuan Intuisional
ni merupakan tujuan lembaga pendidikan sebagai pengkhususan dari
tujuan umum, yang berisi kualifikasi yang diharapkan diperoleh anak
setelah menyelesaikan studinya di lembaga pendidikan tertentu.
3) Tujuan kurikuler
Tujuan ini adalah penjabaran dari tujuan intuisional, yang
berisi kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh terdidik setelah
mengikuti program pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu,
misalnya tujuan untuk bidang studi Sejarah kebudayaan Islam, Bahasa
Indonesia, PKN dan sebagainya. Rumusannya terdapat dalam
kurikulum suatu pendidikan tertentu.26
4) Kurikulum 2013 berbasis kompetensi
Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebaik baiknya.
Kompetensi merupakan penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Beberapa aspek atau
ranah yang terkandung dalam kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi belajar,
dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik dan
kebutuhannya
2) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif
yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan

25
Ibid,. h. 15
26
Ibid,. h.17

20
melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik
tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
3) Kemampuan (skil); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya
kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana
untuk memberi kemudahan belajar pada peserta didik.
4) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar
perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan,
demokratis, dan lain-lain).
5) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka-tidak
suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan
upah/gaji, dan sebagainya.
6) Minat (interest); adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan
sesuatu.27
4. Wajib Belajar 12 Tahun
Dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 masyarakat berhak mendapatkan
pendidikan pemerintah dan masyarakat turut berperan dalam pendidikan.
Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan ataupun aturan aturan otonomi daerah
terhadap pendidikan guna tercapainya pendidikan wajib belajar melalui standard
dan jenjang di pendidikan tersebut. Di dalam Bab XIII pasal 31 ayat 1, dan 2
dicantumkan ketentuan dasar tentang bidang pendidikan pendidikan dan
pengajara. Hukum dasar tersebut berbunyi sebagai berikut:
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan Undang-Undang.

27
Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.
66-69

21
Dalam masa mendatang besar kemungkinan ditetapkan Undang-
Undang tentang Kewajiban belajar di samping keharusan memperbaiki atau
menyempurnakan kedua Undang-Undang Organik yang disebutkan terdahulu.28
Dalam kebijakan pemerintah tersebut memunculkan lembaga lembaga
pendidikan.
1) Pendidikan Formal
Jenjang pendidikan adalah tingkatan pendidikan persekolahan yang
berkesinambungan antara satu jenjang dengan jenjang lainnya. Jenjang
pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari atas Pendidikan
Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi (Perguruan
Tinggi).Pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) disusul oleh Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
jenjang pendidikan dasar ini melalui sekolah dasar ini menempuh
pendidikan dipersekolahan sekitar enam tahun lalu dilanjutkan oleh sekolah
menengah pertama selama tiga tahun baik di swasta ataupun negri. Selanjutnya
ada jenjang pendidikan melalui sekolah menengah atau, biasa disebut sebagai
Sekolah Menengah Atas (SMA) pendidikan ini selama tiga tahun sesuai minat
para peserta didik masing masing karena satuan pendidikan tidak hanya satu pada
jenjang ini terdapat Sekolah Menengah Umum (SMU), Madrasah Aliyah (MA),
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki beberapa kejuruan untuk
dijadikan profesi nantinya.29
2) Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama
dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang
menjadi dewasa. Bentuk da nisi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan
selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan
kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah
yang akan difunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan

28
Hadari Nawawi, perundang-undangan pendidikan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983),h.
65.
29
Ace Suryadi, pendidikan, Investasi SDM, dan pembangunan isu,teori, dan aplikasi
(Jakarta, Balai pustaka , 2002),h.155.

22
selanjutnya di sekolah. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan
nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan
kepribadian. Sehubungan dengan itu penanaman nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai
keagamaam dan nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimulai
dalam keluarga.30
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi individu menuntaskan pendidikan fprmal
1) Motivasi Individu

Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat


dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu
guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis
yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara
tertentu.31

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan


keberhasilan dalam belajar, di mana besar kecilnya pengaruh tersebut
tergantung pada intensitasnya. Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam
intensitas motivasi berprestasi ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi
yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk
terus berprestasi, maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka
ke jejang yang lebih tinggi.32

a. Keinginan untuk menempuh pendidikan

Keinginan untuk menempuh pendidikan merupakan modal awal


bagi seseorang untuk terus menempuh pendidikan. Tidak adanya
unsur terpaksa pada anak untuk bersekolah menjadikan anak
menikmati dan mengerti akan pentingnya pendidikan yang
dijalaninya. Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk

30
Kasihadi,op.cit,. h73.
31
Djali, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara 2008)., h. 101
32
Djali, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2008)., h. 110

23
memperoleh kompetensi dari lingkungannya, sehingga akan mucul
suatu suatu rasa percaya diri bahwa dia mampu untuk melakukan
sesuatu. Apabila seseorang mengetahui bahwa dia merasa mampu
terhadap apa yang dia pelajari maka dia akan percaya diri untuk
menggapai kompetensi yang ingin dia dapatkan.33

b. Cita-cita

Hal yang dapat menjadi motivasi dan tujuan seorang anak


menjalani jenjang pendidikan mereka adalah karena adanya cita-
cita yang ingin mereka raih. Cita-cita yang terdapat pada anak akan
memberikan gambaran bagi mereka jalan mana yang harus dia
tempuh untuk dapat mewujudkannya, dan salah satu jalannya
adalah dengan menempuh pendidikan. Hal ini di tegaskan bahwa
salah satu motif seseorang melakukan kegiatan belajar adalah
untuk mengarahkan pada prilaku tertentu, dan hal ini merupakan
suatu bentuk cita-cita. Motif anak yang dibawa ke dalam suatu
situasi belajar sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka
belajar dan apa yang mereka pelajari.34

2) Motivasi Orang Tua


Menurut Slameto, orang tua yang kurang/tidak memperhatikan dan
memberikan dorongan atau motivasi terhadap pendidikan anaknya,
misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak
belajar atau tidak, tidak mau tau kemajuan belajar anaknya, kesulitan-
kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak
tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin hasil yang didapatkan
tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat
33
Rifa’i, Achmad, Psikologi Pendidikan. (Semarang : Unnes Press, 2000)., h.155
34
Rifa’i, Achmad, Psikologi Pendidikan (Semarang : Unnes Press, 2000),. h. 158

24
terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk
mengurus pekerjaan mereka atau hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa
motivasi yang berasal dari orang tua sangatlah dibutuhkan oleh seorang
anak dalam menempuh pendidikannya.35

a. Kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan


Arti penting pendidikan seharusnya sudah dipahami oleh orang
tua, hal ini karena dapat berpengaruh pada pendidikan anak-anak
mereka. Kesadaran orang tua yang baik akan arti penting
pendidikan akan mengarahkan anak-anak mereka untuk
menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya. Kesadaran akan
tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus
perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan
yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari
orang tua, tetapi telah di dasari oleh teori-teori pendidikan modern,
sesuai dengan perkembangan zaman.36
b. Tujuan orang tua menyekolahkan anak

Munib, mengatakan bahwa setiap kegiatan pendidikan baik di


dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat tentu
memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya supaya
pandai berbicara, membaca dan menulis, berhitung dan
sebagainya, bertambah cerdas, rajin, teliti, berani dan sebagainya,
bahkan ada orang tua yang mengarahkan anak mereka untuk
menjadi apa yang mereka inginkan. Tujuan orang tua
menyekolahkan anak mereka tentunya bermacam-macam. Hal ini
dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan yang dapat ditempuh
oleh anaknya.37

c. Kesedian orang tua menyekolahkan anak

35
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta : Rineka
Cipta:2003),. h. 61
36
Hasbullah Opcit,. h 46
37
Munib, Achmad. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Hal 48

25
Kesedianan orang tua untuk menyekolahkan anaknya
merupakan sarat mutlak bagi terlaksananya pendidikan bagi anak.
Karena secara material dan moral orang tua mempengaruhi tingkat
pendidikan anak-anaknya, salah satu tanggung jawab orang tua
dan keluarga terhadap anak-anak mereka adalah memberikan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak
kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.38

3) Kondisi Sosial

Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan


kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui
proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interaksi sosial. Interaksi
sosial dapat membentuk suatu norma-norma sosial tertentu dalam kelompok
masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interaksi sosial antar
anggota suatu kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam
masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut.39

a. Kondisi lingkungan keluarga

Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana


interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi
sosial dengan masyarakat lingkungannya. Interaksi sosial di dalam
keluarga biasanya didasarkan atas rasa kasih sayang dan tanggung
jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain,
bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan
termasuk terhadap masa depan anggota keluarga, salah satunya
dalam penyelenggaraan pendidikan anak. Interaksi sosial dalam
keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah laku seseorang

38
Hasbullah. Opcit,. h. 45
39
Gerungan, W. A. Psikologi Sosial,( Bandung : Refika Aditama:2009)., h. 110

26
dalam pergaulan sosial di dalam masyarakat pada umumnya. 40

Menurut Slameto relasi antar anggota keluarga yang terpenting


adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu, relasi anak
dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun
turut mempengaruhi pendidikan anak. Wujud relasi itu misalnya
apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan perhatian,
ataukah sikap yang terlalu keras41
b. Kondisi lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi pola pemikiran


dan norma serta pedoman yang dianut oleh seseorang dalam suatu
masyarakat, karena di dalam masyarakat terjadi suatu proses
sosialisasi. Hal ini juga terdapat dalam dunia pendidikan,
seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang
mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk
ikut mementingkan pendidikan. Begitu juga sebaliknya, jika
seseorang berada pada lingkungan masyarakat yang menganggap
pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut
beranggapan bahwa pendidikan kurang penting. Lewat proses
sosialisasi, seorang individu menghayati, mendarah dagingkan
(internalize) nilai-nilai, norma dan aturan yang dianut kelompok
dimana ia hidup.
4) Kondisi Ekonomi
Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup
menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak
akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi
bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun
keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan.42

40
Ibid., 195
41
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Hal
62
42
Pidarta, Made. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.(Jakarta:
Rineka Cipta, 2007)., h106

27
Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak.
Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah
lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli
alat-alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak
menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka
kurang.43
Menurut Gerungan, keadaan ekonomi keluarga tentulah berpengaruh
terhadap perkembangan anak-anak, apabila diperhatikan bahwa dengan
adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak
di keluarganya itu lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas
untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia
kembangkan apabila tidak ada prasarananya.44
a. Pekerjaan
Menurut Judian setiap manusia berhak mendapatkan pekerjaan
yang layak, mampu untuk menghidupi diri sendiri maupun
keluarganya. Kerja merupakan bagian dari hidup manusia, dengan
bekerja manusia bisa bertahan hidup, mencari makan dan
meningkatkan taraf kesejahteraannya. Bekerja juga merupakan
eksistensi diri sebagai makhluk sosial. Karena itu, jenis-jenis
pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang.
Kesimpulannya jenis pekerjaan adalah segala sesuatu yang
dikerjakan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Jenis
pekerjaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu
profesi yang dilakukan seseorang dalam mencarinafkah dan
pencaharian. Mata pencaharian yang dimaksud adalah
pekerjaanutama dan pekerjaan sampingan.
b. Pendapatan
Seseorang harus berusaha dan bekerja untuk menjalankan dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan berusaha dan
43
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)., h. 266
44
Gerungan, W. A. opcit,. H.196

28
bekerjalah seseorang mendapatkan upah atau pendapatan.
Pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung
kelangsungan hidup suatu keluarga dimana orang tua sebagai
fungsi ekonomis dalam kelangsungan hidup keluarganya tersebut.
Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin tinggi
pemenuhan kebutuhan dari anggota keluarga itu.
Pendapatan (income) uang yang diterima seseorang dari
perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba, dan lainnya,
bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain
sebagainya.45 Menurut Valerie J. Hull bahwa jumlah seluruh
pendapatan dan kekayaan keluarga termasuk barang dan hewan
peliharaan dipakai untuk membagi keluarga kedalam tiga kelompok
pendapatan yaitu, pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan
pendapatan rendah.46 Selain itu pendapatan atau income dari
seseorang adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang
dimilikinya kepada sektor produksi.47

D. Kemiskinan perkotaan
1. Definisi Kemiskinan

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak


dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, politik dan politik. Aspek sosial terutama
akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi
akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat alat produksi, upah kecil, daya tawar
rendah, tabungan nihil lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi
terutama akibat rasa rendah diri fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan,

45
Christopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga,
1994), h287.
46
Singarimbun. M. Metode Penelitian Survey. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1985),
h.155
47
Boediona, Ekonomi Mikro. (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,1996)., h.105

29
dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan
kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan.48
Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati
fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan–kemudahan lainnya
yang terjadi pada jaman modern. Kemiskinan ini ditandai oleh sikap tingkah laku
yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercemin di
dalam lemahnya kemajuan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia,
lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal
yang dimiliki49
Menurut para pemerhati kemiskinan, kemiskinan dapat di kelompokan
kedalam 4 bentuk, yaitu:
1) Kemiskinan absolut yaitu tingkat pendapataanya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan minimum (pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan)
2) Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada
posisi di atas garis kemiskinan, jika dibandingkan dengan pendapatan
masyarakat sekitarnya
3) Pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau
pendapatan
4) Kemiskinan kultural adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang
sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh oleh factor
budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat
kehidupan, malas,, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari
pihak luar untuk membantunya50
2. Urbanisasi
Urbanisasi merupakan fenomena awal perpindahan pendududuk dari desa
ke kota untuk mengikuti arus industrialisasi di perkotaan. Urbanisasi atau migrasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan perkotaan.

48
H. Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, sosiologi pembangunan: Pengantar studi
pembangunan lintas sektoral (Jakarta: UIN Jakarta 2009) h.104.
49
Ibid,. h.102.
50
Ibid,h.105.

30
Kedua hal ini tidak bisa dihindarkan selama adanya keseimbangan dalam proses
pembangunan desa kota.51
Secara umum timbulnya migrasi karena adanya full faktor kota sebagai
pusat aktivitas dan kegiatan perekonomian dan fush faktor kurangnya fasilitas dan
kesempatan yang tertersedia di pedesaan. Sebagian besar individu yang
bermigrasi ke kota adalah usia produktif yang berkemauan keras dan kuat untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk dirinya dan keluarganya.
Tumbuhnya industrialisasi di kota membuka lapangan kerja sehingga
mengakibatkan perpindahan penduduk dari desa ke kota.52
Arus urbanisasi Indonesia belum diimbangi dengan adanya perluasan
kesempatan bekerja di bidang industri, jasa, atau wiraswasta. Akibatnya,
pendatang baru menjadi beban kota. Karena kesulitan tempat tinggal, keterbatasan
perekonomian dan pendidikan rendah para pendatang ini tinggal bersama keluarga
atau teman sekampungnya.53
3. Slum Area (Pemukiman Kumuh)
Pemukiman kumuh atau slum area merupakan kawasan dimana terdapat
bangunan-bangunan kumuh yang jelas berbeda antara bangunan perumahan-
perumahan yang berstruktur rapi pada pemukiman. Biasanya pemukiman kumuh
terdapat di pinggiran kota umumnya pemukiman ini ditempati oleh masyarakat
miskin kota yang bertahan hidup atas ekonomi yang kurang mampu dalam
menjalani penghidupan dirinya dan keluarganya, biasanya mereka berasal dari
kampung mereka yang berurbanisasi demi ekonomi yang lebih baik.
Dalam buku Rahardjo, Daldjoeni mengatakan bahwa kota dapat
didekati dua aspek, yakni aspek fisik (pengkotaan fisik) dan aspek mental
(pengkotaan mental). Pengkotaan fisik bersangkut paut dengan luas wilayah,
kepadatan penduduk, dan tataguna tanah yang non-agraris. Pengkotaan mental
bertalian dengan orientasi nilai serta kebiasaan hidup penduduk kota. Pengkotaan

51
Cucu Nurhayati, sosiologi perkotaan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h.103
52
Ibid,. h.104
53
Ibid,.h.106

31
mental menjadi pusat perhatian antropologi, tanpa mengabaikan aspek-aspek
lainnya yang juga berpengaruh terhadapnya.54
E. Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian tentang persepsi masyarakat dalam konteks pendidikan ini, telah
dilakukan beberapa penelitian terkait dengan hal tersebut, diantaranya adalah:
1. Penelitian milik Dara Rahmita Dewi tahun 2015 yang berjudul “Persepsi
Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan studi kasus Desa Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang”. Menyimpulkan bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris Persepsi Masyarakat Cina
Benteng terhadap Pendidikan dan Peran Lembaga Intuisi Pendidikan terhadap
Pendidikan Cina Benteng. Penelitian dilakukan di Jalan Bhakti No. 14 Pasar lama,
Kota Tangerang dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan
sampel menggunakan snowball sampling dan purposive sampling. Instrument
penelitian yang diambil adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Persepsi
masyarakat tersebut sudah mengalami peningkatan pendidikan sudah menekankan
pendidikan dan lebih memilih akademis demi meningkatkan taraf hidup
masyarakat tersebut dan juga peran lembaga pendidikan di masyarakat tersebut
berperan mempengaruhi pandangan akan kesadaran pendidikan terhadap
masyarakat tersebut.55
2. Penelitian milik Misbahudin tahun 2017 yang berjudul “Persepsi Masyarakat
Pesisir Pantai Utara Jawa Terhadap Pentingnya Pendidikan Formal Sebagai Salah
Satu Cara Meningkatkan Status Sosial Di Masyarakat.” Kesimpulan penelitian
tersebut penelitian ini dilakukan agar persepsi masyarakat tersebut menjadi positif
dalam konteks pendidikan guna mendapatkan status sosial di masyarakat tersebut
dan berperan mengembangkan dan memajukan pendidikan di desa tersebut.
Penelitian tersebut dilakukan di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Dengan menggunakan deskriptif

54
Mudjia Rahardjo, sosiologi pedesaan studi perubahan sosial (Malang: Uin malang
press 2007), h.53.
55
Dara Rahmita Dewi, “Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan studi
kasus Desa Sukasari, kecamatan tangerang, kota tangerang”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2015, h.72

32
kualitatif teknik pengumpulan data dengan teknik snowball sampling dan
purposive sampling. Istrument penelitian yang diambil dengan menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian tersebut
masyarakat mulai memeiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan formal.56
3. Penelitian milik Nur Aslikudin tahun 2015 dengan judul “Persepsi Masyarakat
Tentang Pentingnya Pendidikan Formal Implikasinya Dalam Sikap Kedewasaan
Anak Di Dusun Semoyo, Desa Sughimas, Kecamatan Grabag, Kabupaten
Magelang.” Kesimpulan penelitian tersebut masyarakat sadar bahwa pendidikan
berdampak pada kontribusi masyarakat ketika dihadapkan dengan permasalahan-
permasalahan yang ada di masyarakat tersebut serta kedewasaan anak dalam
kehidupan sehari-harinya. Hanya saja tidak sedikit juga masyarakat masih banyak
yang mengeluhkan dalam pendidikan ini karena pemikiran masyarakat dusun
Soemoyo masih dibilang terbelakang. Lokasi penelitian ini di Dusun Semoyo,
Kecamatan Grabag. Penlitian ini kualitatif dengan menggunakan metode
observasi non partisipan, wawancara dan dokumentasi.57
4. Penelitian Makhus tahun 2013 yang berjudul “Persepsi Masyarakat Tentang
Pentingnya Pendidikan Formal Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian,
Kecamatan Krojo, Kabupaten Tangerang.” Menyimpulkan bahwa hasil penelitian
yang diteliti persepsi positif 47,5% dan Persepsi negatif 52,5 % dan perlunya
sosialisasi terhadap pentingnya pendidikan untuk waktu yang akan datang. Lokasi
tempat penelitian di kampung Penjamuran dengan penelitian kualitatif deskriptif
dan metode observasi partisipan, wawancara tidak terstruktur, dan angket.
Menggunakan alat bantu penelitian berupa presentase, tabulating, dan scoring.58
5. Penelitian Cessna Oki Triputra tahun 2014 yang berjudul “Persepsi Komunitas
Punk Taring Babi Terhadap Pendidikan.” Menyimpulkan bahwa pendidikan

56
Misbahudin, “Persepsi Masyarakat Pesisir Pantai Utara Jawa Terhadap Pentingnya
Pendidikan Formal Sebagai Salah Satu Cara Meningkatkan Status Sosial Di Masyarakat”, Skripsi,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017, h. 133
57
Nur Aslikudin Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal
Implikasinya Dalam Sikap Kedewasaan Anak Di Dusun Semoyo, Desa Sughimas, Kecamatan
Grabag, Kabupaten Magelang, Skripsi, IAIN Salatiga, Salatiga, 2015, h.104
58
Makhus,”Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnnya Pendidikan Formal 12 Tahun
Studi kasus Kampung Pejamuran”, Desa Pasilian, Kecamatan Krojo, Kabupaten Tangerang, Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013, h.52

33
merupakan fondasi agar kelak yang mengikuti proses tersebut mampu bertahan
hidup meskipun bukan dari pendidikan formal, menurut komunitas punk marjinal
tersebut hasil pendidikan bukanlah dilihat dari ijazah yang dimiliki tapi suatu
kemampuan seseorang yang mampu bertahan hidup dan menghasilkan sebuah
karya. Lokasi penelitian di Lenteng Agung Sanggar Komunitas Taring Babi.
Penelitian yang menggunakan kualitatif deskriptif dengan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi.59

F. Kerangka Berfikir

Persepsi merupakan gambaran atau pandangan individu ke lingkungan


atau masyarakat setempat melalui panca inderanya baik itu dari suatu objek,
kejadian, dan pengalaman-pengalaman yang ada di masyarakat tersebut sehingga
bisa mengorganisir, atau memilah-milah dari suatu kejadian atau peristiwa agar
bisa di tafsirkan. Masyarakat merupakan suatu perkumpulan kelompok yang
saling bergaul satu sama lain dan dari definisi tersebut diatas masyarakat
mengalami perubahan-perubahan persepsi atau masyarakat itu sendiri baik dari
luar ataupun dari dalam sebagai faktor penghambatnya perubahan atau sebagai
pendorong perubahan. Pada umumnya setiap masyarakat memiliki dua macam
persepsi persepsi baik dan persepsi buruk dalam konteks pendidikan.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri
setiap individu sebagai mutu SDM suatu negara di mulai dari keluarga sampai
melanjutkannya di jenjang pendidikan formal wajib belajar 12 tahun. Pendapatan
ekonomi merupakan hambatan bila pendapatan tersebut hanya bisa dipakai untuk
bertahan hidup dan tidak memenuhi kebutuhan pendidikan seperti membayar
iuran bulanan dan membeli sarana pendidikan.
Persepsi masyarakat di perkotaan menyatakan bahwa pemukiman kumuh
dan kemiskinan adalah suatu hal yang saling berkaitan. Stigma masyarakat bahwa

59
Ceessna Oki Triputra, , “Persepsi Komunitas Punk Taring Babi Terhadap Pendidikan”,
Skripsi UIN syarif Hidayatullah, Jakarta: 2014, h.63

34
pemulung hidup di garis kemiskinan sehingga tidak butuh pendiddikan. Untuk itu
perlu adanya dorongan atau motivasi bagi masyarakat pemulung untuk
berpersepsi baik terhadap arti penting pendidikan dan berpartisipasi dalam
pendidikan formal wajib 12 tahun berikut adalah kerangka berfifkir penelitian di
dalam bentuk gambar 2.1.

Bagan kerangka Berfikir Penelitian

Persepsi masyarakat pemulung Pendapatan Ekonomi


terhadap pendidikan formal masyarakat pemulung

Motivasi pemulung terhadap pendidikan formal wajib belajar 12 tahun

Partisipasi masyarakat pemulung terhadap


Pendidikan Formal wajib belajar 12 tahun di TPA
Rawa Kucing

Gambar 2.1

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah dalam melakukan


penelitian melalui aspek dan instrumen terhadap penelitian secara kualitatif
maupun kuantitatif untuk memperoleh data di lapangan atau di masyarakat untuk
memberikan hasil penelitian di lapangan tersebut.

A. Tempat dan waktu

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kota tangerang, tepatnya di TPA Rawa


Kucing, Kecamatan neglasari adapaun pertimbangan tempat tersebut
sebagai lokasi penelitian karena terdapat pemukiman kumuh dan
pemulung. Namun, peneliti melakukan penelitian hanya di pemukiman
kumuh dan pemulung saja sebagai tujuan apa persepsi masyarakat tersebut
tentang pendidikan formal 12 tahun.

2. Waktu

penelitian berlangsung sekitar empat bulan. Penelitian dilakukan


secara bertahap mulai dari kegiatan awal pendahuluan, pelaksanaan, dan
tahap akhir penelitian. Mulai dari April sampai dengan Agustus 2019.
Adapun waktu dan pelaksanaan dapat dilihat dari tabel berikut ini. Namun
jadwal dapat sewaktu-waktu berubah sesuai kemampuan peneliti dalam
meneliti dan mengelola hasil data.

36
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

DESKRIPSI 2019

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Penyusunan
Proposal

Penyusunan

Kajian
Pustaka

Penyusunan

Metode
Penelitian

Pengumpulan

data
lapangan

Pengolahan
data analisis
lapangan

Penyusunan
Laporan
Penelitian

Sidang
Munaqasoh

B. Populasi dan Sampel Penelitian

37
Populasi adalah kumpulan dari seluruh unsur atu elemen atau unit
pengamatan (observation unit) yang akan diteliti, sedangkan sebuah sampel
adalah sebagian dari unsur elemen atau pengamatan dari poulasi yang sedang di
pelajari tersebut.60 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
pemulung yang hidup di pemukiman „pintu tiga‟ TPA Rawa Kucing, Kecamatan
Neglasari, Kota Tangerang.

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen


secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman
tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggenerealisasikan
sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi.61

Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang hanya menurut


kriteria, pemikiran atau pengetahuan pengambil sampel. Sampel yang terpilih
secara otomatis dipengaruhi oleh pemahaman pengambil sampel terhadap
populasi. Meskipun demikian, dalam praktiknya , metode ini sering digunakan
dalam survei dengan jumlah unit sampel kecil. Sebagai contoh terdapat seorang
peneliti yang ingin mengambil sampel secara purposive satu kota yang mewakili
populasi yang mencangkup seluruh kota, maka peneliti hendaknya yakin bahwa
sampel yang dipilih benar-benar mewakili dari populasi.62

C. Pendekatan dan Metodologi penelitian


a. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti,

60
Abuzar Asra, Puguh Bodoro Irawan dan Agus Purwoto, Metode Penelitian Survei,
(Bogor: In Media, 2014), h. 70.
61
Juliansyah noor, Metode penelitian Skripsi, Disertasi, Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana
Prenada Grup, 2011), h. 148
62
Joko ade Nursiyono, Kompas Teknik Pengambilan Sampel, (Bogor: Penerbit In Media,
2014), h. 25

38
tindakan, perilaku, motivasi dan pandangan, dijelaskan secara menyeluruh
berupa kata-kata dan bahasa yang alamiah.63
b. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
metode ini diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa
adanya sesuai dengan pernyataan penelitinya, kemudia dianalisis pula dengan
kata-kata yang melatarbelakangi responden berperilaku (berfikir, berperasaan,
dan bertindak) seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, ditriangulasi,
disimpulkan (diberi makna oleh peneliti), dan di verifikasi (dikonsultasikan
kembali kepada responden dan teman sejawat). Kata deskriptif berasal dari
bahasa inggris, deskriptive, yang berati bersifat menggambar atau melukiskan
sesuatu hal. Minimal ada tiga hal yang digambarkan dalam penelitian kualitatif,
yaitu karakteristik perilaku, kegiatan atau kejadian-kejadian yang terjadi
selama penelitian, dan kadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian
berlangsung.64
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar.
Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.
Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.65
Penelitian kualitatif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi
apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan
menggunakan angka-angka. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak
melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap
variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel, tetapi
semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan

63
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2014), h. 6
64
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:PT
Bumi Aksara, 2008), h. 129.
65
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 72.

39
sebagaimana adanya. Tanpa penelitianpun semua kegiatan, keadaan, komponen
variabel berjalan seperti itu.
Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau kejadian-kejadian yang
biasa berjalan. Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakukan yang diberikan
hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara,
pengedaran angket atau studi dokumentasi. Penelitain deskriptif tidak berhenti
pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interpretasi
serta penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan pembandingan, mencari
kesamaan-perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai hal.66
Persepsi wajib sekolah merupakan suatu kegiatan yang ada dalam
masyarakat, maka dari itu peneliti menggunakan metode deskriptif ini
dikarenakan dengan metode deskripti ini peneliti bisa menggambarkan suatu
kondisi yang apa adanya sesuai apa yang peneliti lihat. Dengan metode
deskriptif peneliti dapat menggambarkan bagaimana bentuk kegitan, dampak
dari persepsi wajib sekolah bahkan manfaat persepsi wajib belajar bisa dengan
mudah diketahui dengan menggunakan metode deskriptif ini.
D. Sumber Pengumpulan Data
Di dalam sebuah penelitian data meruakan komponen yang penting dalam
melakukan penelitian berupa kumpulan fakta-fakta yang terjadi dilapangan
dalam bentuk mentah dan diproses secara rinci. Yang dimaksud dengan
sumber data ialah dari mana data itu diperoleh. Pengertian sumber data ialah
subjek atau objek penelitian dari mana darinya akan diperoleh data67 sumber
data dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Sumber data primer
Sumber data primer merupakan data utama pada proses pengambilan data
tanpa perantara, adapun data primer pada penelitian ini adalah, masyarakat
pemulung TPA Rawa Kucing.

2) Sumber data sekunder

66
Ibid,. h. 73-74.
67
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2013) h. 39

40
Sumber data sekunder merupakan data yang diambil dari pihak mana saja
yang bisa memberikan tambahan data guna melengkapi kekurangan dari data
yang diperoleh melalui sumber data primer.68 Sumber data sekunder ini adalah
berasal pada sekretariat TPA Rawa Kucing.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang


dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara
mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket
(quistionnare), pengamatan (observation), dan studi dokumen.69Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi
Poerwandari dalam buku karangan Gunawan berpendapat bahwa
observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena
dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.
Semua bentuk penelitian, baik itu kualitatif maupun kuantitatif
mengandung aspek observasi di dalamnya. Istilah observasi diturunkan
70
dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar fenomena
aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam
penelitian, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental)
maupun konteks alamiah. Observasi yang dilakukan di dalam laboratorium
dalam konteks eksperimental adalah penelitian kuantitatif. Observasi
dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks alamiah
(naturalistik)71 selanjutnya pedoman observasi peneliti mengadaptasikan
dengan skripsi Dewi dalam langkah-langkah observasi pola interaksi,

68
Ibid,. h.39
69
Noor, op.cit., h. 138
70
Imam Gunawan, metode penelitian Kualitatif teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 143
71
Ibid,. h. 143

41
objek yang diamati, kondisi sosial masyarakat tersebut, dan apa yang
dilakukan oleh masyarakat di lingkungan tersebut.72
Tabel 3.2 Pedoman Observasi

No Data yang diperlukan Objek yang diamati

1 Kondisi sosial masyarakat pemukiman Lingkungan sekitar masyarakat TPA


kumuh TPA Rawa kucing Rawa Kucing

2 Interaksi sosial masyarakat pemukiman Beberapa individu yang dijadikan


kumuh TPA rawa kucing sampel

3 Area sekitar Pemukiman kumuh TPA Rawa Lingkungan sekitar TPA Rawa
Kucing Kucing

4 Agenda harian masyarakat pemukiman Kegiatan rutin masyarakat pemukiman


kumuh TPA Rawa Kucing kumuh TPA Rawa Kucing73

2. Wawancara

Wawancara dalam buku Sarosa, adalah salah satu alat yang paling
banyak digunakan untuk mengumpulkan penelitian kualitatif. Wawancara
memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para
responden dalam berbagai situasi dan konteks. Meskipun demikian,
wawancara perlu digunakan dengan berhati-hati karena perlu ditriangulasi
dengan data lain.74

Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang yang


dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan
cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face). Namun
demikian, teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus
dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan
memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet.

72
Dewi op.cit h,. 39

74
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta: Permata Puri Media, 2012),
h. 45.

42
Wawancara sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan
Interaksi.75

Tipe wawancara pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur


yang menggunakan pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya sehingga
memiliki standar yang sama. Wawancara terstruktur dilakukan dengan
menanyakan daftar pertanyaan dalam sebuah pedoman wawancara.
Pewawan cara mencatat jawaban responden.76 Ataupun merekam suara
responden berikut peneliti mengadaptasikan pedoman wawancara dengan
skripsi Dewi.77

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

Dimensi Indikator

Persepsi masyarakat pemukiman 1. Pendidikan terakhir


kumuh pemulung terhadap 2. Kegiatan atau pekerjaan sehari
Pendidikan hari
3. Pendapatan dan pengeluaran
4. Usaha untuk melanjutkan
pendidikan
5. Usaha untuk menyekolahkan anak
6. Pengaruh teman dan lingkungan
sosial dalam pendidikan
7. Budaya sosial belajar di
masyarakat
8. Persepsi masyarakat terhadap

75
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h. 69
76
Sarosa, op.cit,. h.46
77
Dewi op.cit h,. 42

43
lulusan pendidikan wajib belajar
12 tahun dan lebih
9. Persepsi masyarakat terhadap
kebutuhan pendidikan78

3. Studi Dokumen.

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak


langsung ditunjukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.
Teknik ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa
data sekunder (data yang telah dikumpulkan orang lain). Secara
prosedural, teknik ini sangat praktis sebab menggunakan benda-benda
mati, yang seandainya terdapat kesalahan atau kurang jelas bisa dilihat
kembali data aslinya.79 Studi dokumen disisni peneliti berusaha mencari
data di masyarakat pemukiman pemulung melalui RT, sekretariat
pemulung dan data di kelurahan yang berdomisili menetap, adapun yang
tidak menetap peneliti mencari data tersebut di tempat pengelolaan TPA
tersebut.

E. Analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh

79
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 183

44
diri sendiri maupun orang lain.80 Proses analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Reduksi Data, merangkum data yang ada dan mulai memfokuskan


pada hal-hal yang penting serta mencari tema sesuai dengan tujuan
penelitian.81 Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data, setelah data direduksi, peneliti melakukan tahap


selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penlitian kualitatif, data ini
dapat disajikan dalam table, grafik, phie cahrd, pictogram dan
sejenisnya.82 Dengan menyajikan data, maka data tersebut sudah
tersusun sesuai dengan tema yang saling berhubungan sehingga mudah
dipahami.

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi, tahap terakhir dari analisis data.


Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang telah didapat
di lapangan.83 Kesimpulan ini dibuktikan dengan cara menafsirkan
berdasarkan kategori yang ada sehingga dapat diketahui apa persepsi
masyarakat pemukiman kumuh tentang wajib belajar

80
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), Cet.15, h. 244.
81
Ibid., h. 247.
82
Ibid., h. 249.
83
Ibid., h. 252.

45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan fokus dari penelitian ini yaitu
persepsi masyarakat pemulung tentang pendidikan formal wajib belajar 12 (dua
belas) tahun di TPA Rawa Kucing kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. subjek
penelitian adalah masyarakat yang hidup di tempat pembuangn akhir yang
berprofesi sebagai pemulung dengan konteksnya persepsi pendidikan formal 12
tahun.
Pada penelitian kualitatif peneliti diwajibkan dapat menggali data
berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh sumber data. Pada
penelitian kualitatif peneliti bukan sebagaimana seharusnya apa yang dipikirkan
oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana yang terjadi di tempat lokasi
penelitian dan juga sumber data.
Dengan melakukan pendekatan deskriptif maka peneliti harus
memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang telah diperoleh oleh
peneliti melalui informan dengan metode wawancara, observasi, dan studi
dokumen. Maka pada bab ini peneliti membagi menjadi tiga bagian agar mudah di
pahami yaitu:
1. Deskripsi tempat penelitian dan Informan
2. Deskripsi hasil penelitian
3. Analisis hasil penelitian

46
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Letak Geografis Kota Tangerang
Letak Kota Tangerang Secara geografis Kota Tangerang terletak
pada posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan
(LS). Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan


dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta,
sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang.

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang

47
Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13
kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 Km), Larangan (9,611 Km), Karang
Tengah (10,474 Km), Cipondoh ((17,91 Km), Pinang (21,59 Km),
Tangerang (15,785 Km), Karawaci (13,475 Km), Jatiuwung (14,406 Km),
Cibodas (9,611 Km), Periuk (9,543 Km), Batuceper (11,583 Km),
Neglasari (16,077 Km), dan Benda (5,919 Km), serta meliputi 104
kelurahan dengan 981 rukun warga (RW) dan 4.900 rukun tetangga
(RT).Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di
antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai
dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan
Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang
merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.

Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat.


Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai
kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat
menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang
sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif.
Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan
keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya
termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang. Gerbang
perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi
pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota
Tangerang.84
2. Demografi Penduduk Kota Tangerang
Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup
signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Cina Benteng. Mereka
didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19,
dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani.
Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di

84
https://tangerangkota.go.id/geografi diakses pada Jum’at 24 Mei 2019

48
Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara
dengan aksen Mandarin, mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan
tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka.
Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut diri mereka sebagai
Tionghoa.
Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang,
kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan sub-urban
seperti Lippo Village. Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar
Lama, Benteng Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village),
dan Poris. Orang-orang dapat menemukan makanan dan barang-barang
berkhas China. Lippo Village adalah lokasi permukiman baru.
Kebanyakan penduduknya adalah pendatang, bukan asli Cina Benteng.85
3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing merupakan
tempat pembuangan sampah yang berada di Kota Tangerang, berlokasi di
Jl. Iskandar Muda, Kedaung Wetan, Neglasari, Kota Tangerang, Banten.
Didirikan sejak tahun 1992 Terdapat tiga pintu masuk untuk memasuki
area ini.
Pada awalnya lokasi TPA Rawa Kucing adalah tempat
penambangan pasir yang kini dirubah fungsinya menjadi tempat
pembuangan akhir yang melayani sampah seluruh masyarakat kota
tangerang yang terbagi dari 13 kecamatan dan 104 kelurahan. Luas lahan
TPA Rawa Kucing 34,8 Ha volume timbunan sampah perhari 1200 sampai
1400 ton/hari terdapat fasilitas pasokan bahan kompos 6 truk /hari,
pengangkut sampah 180 armada, pembibitan tanaman, masjid, mini
soccer, bukit ambekan, kantor, kantin, jembatan timbang, taman, kolam
resapan, dan saung bundar. Dalam misinya peneliti mengobservasi bahwa
tempat pembuangan ini nantinya akan menjadi tempat pembuangan yang
ramah lingkungan karena akan di tumbuhi beberapa tumbuhan hijau agar
tidak gersang serta menyaring beberapa macam bau yang tak sedap akan

85
https://tangerangkota.go.id/demografi diakses pada Jum’at 24 Mei 2019

49
sampah pengelola TPA juga punya upaya agar orang yang berprofesi
pemulung tidak di cap sebagai pekerjaan yang kotor di TPA tersebut.

Gambar 4.3 Tempat bekerja pemulung dan tempat


istirahat.

B. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Jumlah pemulung TPA Rawa Kucing
Jumlah pemulung yang ada di TPA Rawa Kucing sekitar 350
jiwa. Data yang diperoleh oleh staf TPA rawa kucing data tersebut di
kelola pada tahun 2018. Dalam data tersebut hanyalah berupa nama-
nama pemulung.

Gambar 4.2 Pintu masuk TPA Rawa


Kucing

50
2. Identitas Informan
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai 9 (sembilan)
dan mewawancarai selanjutnya 5 (lima) untuk menambah
kelayakan dalam bab ini. pemulung berkisar umur 23 (dua puluh
tiga) tahun hingga yang tertua 66 (enam puluh enam) tahun mereka
memiliki jawaban yang sama atas pentingnya persepsi pendidikan
berikut adalah partisipan yang di wawancarai.
Inisial (M) merupakan pemulung yang sudah lama bekerja
di TPA tersebut yang dulunya sebagai ojek sepeda berasal dari
desa gaga (Tangerang) berumur 47 tahun. Menyelesaikan jenjang
pendidikan sampai kelas 3 sekolah dasar (SD)
Inisial (D) umur 30 tahun jenis kelamin laki-laki
merupakan pemulung yang sudah lama bekerja pemulung yang
sudah bekerja sekitar 10 tahun, sebelum bekerja sebagai pemulung
bekerja di malaysia dan sekarang tidak bekerja apapun selain
memulung. Menyelesaikan jenjang pendidikan sampai kelas 6
sekolah dasar (SD).
Inisial (R) umur 23 tahun jenis kelamin laki-laki jenis
kelamin laki-laki sudah bekerja sebagai pemulung sekitar 6 tahun,
tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sebelumnya sebagai petani di
kampungnya yang berasal dari malimping. Bermukim di kontrakan
sekitar TPA Rawa Kucing. Menyelesaikan jenjang pendidikan
kelas 2 sekolah dasar (SD).
Inisial (S) umur 45 tahun jenis kelamin laki-laki sudah
bekerja sebagai pemulung sekitar 4 tahun, bekerja sampingan
sebagai buruh proyek, namun jika tidak ada proyek beliau bekerja
sebagai pemulung. Sebelumnya bekerja sebagai penjual gorengan.
Bermukim di kedaung barat sekitar kecamatan neglasari. Dan tidak
menempuh jenjang pendidikan sama sekali.

51
Inisial (N) umur 45 tahun jenis kelamin laki-laki bekerja
sebagai pemulung sekitar 5 tahun bermukim di Kedaung. Beliau
tidak memiliki pekerjaan sampingan dan sebelum bekeja sebagai
pemulung merupakan buruh di pabrik. Menyelesaikan jenjang
pendidikan sampai kelas 4 sekolah dasar (SD)
Inisial (E) jenis kelamin laki-laki umur 38 tahun bermukim
di Kedaung di kecamatan Neglasari beliau memulung sudah sekitar
2 tahun pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan dan
sebelumnya juga sebagai kuli bangunan. Jenjang terakhir
pendidikan kelas 3 sekolah menengah pertama (SMP)
Inisial (E) jenis kelamin perempuan umur 31 tahun
bermukim di Kedaung baru kecamatan Neglasari beliau memulung
sekitar 2 tahun pekerjaan sampingan sebagai pembantu rumah
tangga, dan sebelumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Jenjang terakhir pendidikan kelas 6 sekolah dasar (SD) dan tidak
lulus.
Inisial (A) jenis kelamin laki-laki umur 60 tahun bekerja
sebagai pemulung sudah 11 tahun. Merupakan pemulung yang
sudah lama karena pekerjaan sebelumnya pemulung tidak memiliki
pekerjaan sampingan bermukim di luar sekitaran TPA Rawa
Kucing. Tidak menyelesaikan jenjang pendidikan atau tidak
sekolah.
Inisial (E) jenis kelamin perempuan umur 40 tahun bekerja
sebagai pemulung sudah 11 tahun. Merupakan pemulung yang
sudah lama karena pekerjaan sebelumya sebagai pemulung tidak
memiliki pekerjaan sampingan bermukim di Kedaung sekitar
kecamataan Neglasari. Tidak menyelesaikan jenjang pendidikan
atau tidak sekolah.
Berikut adalah identitas informan dalam wawancara
lanjutan persepsi masyarakat pemulung tentang pendidikan formal

52
wajib belajar 12 tahun studi kasus TPA Rawa kucing kecamatan
Neglasari Kota Tangerang.
Inisial (C) jenis kelamin Laki-laki umur 29 tahun bekerja
sebagai pemulung sudah lima tahun dan pengepul barang-barang
bekas, pekerjaan sebelumnya sebagai pengumpul dan pembeli
botol kecap dan berdagang kasur busa. Bermukim di desa Togo,
Tangerang. Menyelesaikan pendidikan sampai kelas 5 Sekolah
Dasar (SD)
Inisial (M) jenis kelamin Laki-laki umur 33 tahun bekerja
sebagai pemulung sudah 17 tahun tidak ada pekerjaan sebelumnya,
selain bekerja sebagai pemulung kegiatan selain memulung hanya
mencari uang. Bermukim di Kotabumi, Tangerang. Menyelesaikan
Pendidikan sampai kelas 5 Sekolah Dasar (SD)
Inisial (J) jenis kelamin laki-laki umur 35 tahun bekerja
sebagai pemulung sudah 23 tahun kegiatan selain memulung tidak
ada, pekerjaan sebelumya sebagai buruh pabrik. Bermukim di
Kedaung Baru, Tangerang. Menyelesaikan pendidikan sampai
kelas 6 Sekolah dasar (SD)
Inisial (S) jenis kelamin laki-laki umur 39 tahun bekerja
sebagai pemulung sudah 24 tahun kegiatan selain memulung
bekerja di pabrik, pekerjaan sebelumnya sebagai buruh pabrik
pencetak gantungan baju. Bermukim di Paku Haji, Tangerang.
Menyelesaikan pendidikan sampai kelas 5 Sekolah Dasar (SD)
Inisial (P) jenis kelamin laki-laki umur 40 tahun bekerja
sebagai pemulung sudah 5 tahun selain bekerja sebagai pemulung
bekerja sebagai pengelola limbah, dan pekerjaan sebelumnya
sebagai kuli bangunan. Bermukim di kedaug Baru, Tangerang.
Menyelesaikan pendidikan sampai kelas 2 Sekolah Menengah
Pertama (SMP)

53
Tabel 4.1
Tabel Informan
No Nama Inisial JK Umur Pendidikan Akhir

1 Masdur (M) L 47 3 (SD)

2 Dika (D) L 30 6 (SD)

3 Rasta (R) L 23 2 (SD)

4 Sukri (S) L 45 Tidak sekolah

5 Nasir (N) L 45 4 (SD)

6 Eman (E) L 38 SMP

7 Erna (E) P 31 6 (SD)

8 Ali (A) L 60 Tidak sekolah

9 Eli (E) P 40 Tidak sekolah

Tabel 4.2
Tabel Informan wawancara lanjutan

No Nama Inisial JK Umur Pendidikan Akhir

1 Cimei (C) L 29 5 (SD)

2 Musnadi (M) L 33 5 (SD)

3 Jeib (J) L 35 6 (SD)

4 Sulta (S) L 39 5 (SD)

5 Purwanto L 40 2 (SMP)

54
3. Kondisi sosial masyarakat pemulung
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan bahwa kondisi sosial
masyarakat TPA Rawa Kucing bermata pencarian pemulung dan
buruh, mereka mengumpulkan sampah berupa botol-botol plastik,
sampah-sampah plastik, kayu bekas, sampah yang bermuatan logam
yang kemudian dikumpulkan untuk dihitung dengan berat berupa
satuan kilogram, dalam pengerjaan tersebut pemulung memperoleh
uang Rp 40.000 (dua puluh ribu) rupiah jika pemulung tersebut hanya
sekedar kerja biasa akan tetapi jika pemulung tersebut bekerja keras
bisa mendapatkan Rp 80.000 (delapan puluh ribu) rupiah per harinya.
Terdapat beberapa pemulung yang berasal dari desa yang
berurbanisasi.
Aktivitas pemulung di tempat tersebut hanyalah mengumpulkan
sampah dan mengilokan sampah-sampah tersebut ketika truk muatan
sampah tersebut datang ke TPA tersebut pemulung melakukan
pencarian sampah-sampah untuk dikiloin ataupun melakukan
klasifikasi sampah tersebut, proses pengklasifikasi sampah tersebut
dilakukan di tempat-tempat mereka yang memiliki gubuk-gubuk lalu
disana terdapat kelompok mereka berupa keluarga ataupun teman
mereka, kemudian melakukan pemilihan sampah tersebut.
Mereka bekerja sejak pagi sampai sore, kemudian mereka pulang
ketempat tinggal mereka masing masing, karena pihak dari TPA
tersebut menjadwalkan atau menghimbau agar tidak ada pemulung
yang tinggal di dalam TPA tersebut. Peneliti bertanya kepada pihak
pengelola TPA berinisial W menyatakan bahwa para pemulung tidak
tinggal di TPA. Mereka menempati rumah tinggal mereka sendiri ini
sesuai dengan hasil wawancara yaitu: “Tidak, mereka hanya bekerja dari
pagi sampai sore ketika malam TPA ini tutup tidak di perbolehkan pemulung
untuk beristirahat ataupun bermukim di sini karena tidak baik juga dengan
kesehatan mereka”.86

86
Wawancara pihak TPA inisial (W) 15 April 2019

55
Namun ketika sedang wawancara peneliti bertanya kepada
responden yaitu pemulung dengan menyatakan bahwa “Tidak, karena
disini kotor banyak kecoa dan belatung masa anak kami yang umur beberapa
bulan tinggal disini, kami memang kerja bawa anak, namun ketika waktunya
pulang kami kembali ke kontrakan bersama.”87
Dapat disimpulkan bahwa pemulung TPA Rawa Kucing tidak
bermukim di dalam TPA akan tetapi bermukim di luar sekitaran TPA
karena ada beberapa pernyataan yang tinggal di kontrakan dekat TPA
itu sendiri.

4. Persepsi masyarakat pemulung terhadap pendidikan formal wajib


belajar 12 tahun
Peneliti melakukan observasi dan penelitian ke tempat penelitian
bahwa masyarakat pemulung telah memiliki persepsi bahwa anak yang
pada usia wajib belajar diwajibkan menyelesaikan pendidikan wajib
belajar 12 tahun akan tetapi memiliki beberapa macam kendala,
beberapa kendala tersebut terdapat di ekonomi dan penghasilan sehari
hari berikut beberapa jawaban beberapa pertanyaan pada wawancara.
Tidak hanya di perspekif saja peneliti telah menayakan beberapa
pertanyaan berupa penghasilan dan pengeluaran kebutuhan masyarakat
tersebut sehari-hari hasil dari informan mengatakan bahwa sehari bisa
mencapai tiga puluh ribu sampai lima puluh ribu rupiah, akan tetapi
jika tekun atau giat dalam memulung bisa mencapai seratus ribu rupiah
hanya dalam sehari bekerja dari pagi hingga petang hari namun jika
pemulung untuk memenuhi kebutuhan harian setiap keluarga ataupun
individu jawaban mereka terssebut tidak lah mencukupi. Berikut
pemaparan beberapa hasil wawancara
Masdur menyatakan, “Yaa paling empat puluh ribu.”

87
Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 mei 2019

56
Dan pengeluarannya “Ngga stabil lah sama pengeluaran, pengeluaran
saya kadang kadang kalo hari ini sembilan puluh ribu kalo hari biasa enam
puluh ribu.”
Berikut adalah pernyataan oleh Rasta,“Ya paling 70 atau 60.”
Dan pengeluaran harian buat memenuhi kebutuhan sehari hari
menyatakan “Ya itu sekitar segitu pas-pasan kayaknya gak ada buat
nyimpen gitu (tabungan).” Untuk lebih lanjutnya peneliti membuatkan
tabel atas pendapatan dan pengeluaran.

Tabel 4.3
Pendapatan dan biaya pengeluaran pemulung perhari

No Nama JK Pendapatan Pengeluaran keterangan


K (RP) (RP)
e
1 Masdur L 30.000 60.000 Defisit
t
e2 Dika L 250.000 100.000 Surplus
r
3 Rasta L 40.000 70.000 Defisit
a
n4 Sukri L 40.000 60.000 Defisit

g5 Nasir L 40.000 60.000 Defisit


a
6 Eman L 40.000 70.000 Defisit
n
7 Erna P 40.000 60.000 Defisit
b
8 Ali L 40.000 70.000 Defisit
a
h9 Eli P 40.000 70.000 Defisit

w
a dari tabel 4.3 menujukan bahwa pemulung hidup dibawah ekonomi
yang berkecukupan. Dalam tabel tersebut menunjukan bahwa rata-rata
pendapatan pemulung Rp 40.000 rupiah saja dan pengeluaran lebih

57
dari pendapatan. Dan penjelasan yang surplus itu adalah seorang yang
mengepul sampah yang per minggu bisa dikilokan dan perbulannya
juga mendapatkan uang dari hasil tersebut karena pengepul ini
medapatkan penghasilan yang besar dari sampah logam sesuai
pernyataan Dika, “Sehari nyampelah 250, mingguan kita kan tampung,
seminggu paling banter sejuta, kan kalo bulanannya ada dari logam-
logam.”88
Dapat disimpulkan bahwa pendapatan dan pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari tidaklah sepadan kadang lebih besar
pengeluaran dari pada pendapatan, hal ini bisa disebut pemulung
sebagai pekerjaan yang fakir karena meskipun bekerja namun tidak
memenuhi standar kebutuhan hidup perharinya. Untuk mencukupi
kekurangan tersebut pemulung melakukan utang ataupun biaya
pengeluaran tersebut di cukup cukupi.
Selanjutnya adalah tentang bagaimana usaha dan hambatan
pemulung menyekolahkan anaknya. Karena dari pendapatan dan
pengeluaran dalam kebutuhan hidup berada di atas ekonomi yang
rendah hal ini bagaimana usaha pemulung memenuhi kebutuhan
anaknya dalam konteks pendidikan.
Tabel 4.4
Hambatan pemulung menyekolahkan anak
No keterangan frekuensi persentase

1 Tidak ada 4 44.44%

2 Bersekolah, minim biaya 2 22.22%

3 Putus sekolah 2 22.22%

4 Belum sekolah 1 11.11%

Total 9 100%

88
wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019

58
Dari persentase di tabel 4.4 menunjukan bahwa dalam
ekonomi sekarang berpengaruh terhadap pendidikan hal ini
menunjukan bahwa hambatan pemulung dalam menyekolahkan
anaknya nyaris tidak ada namun akan tetapi ada beberapa yang sulit
namun masih bisa menyekolahkan anaknya hal ini dalam persentase
sulit dinyatakan pemulung bahwa, “ya kalo ada uang dia sekolah kalo
tidak ada ya dia ngga sekolah.” Dan pemulung lainnya juga
menyatakan, “hambatan sih ngga tapi kan duitnya abis mulu buat
kebutuhan perhari.” Dan pernyataan tersebut peneliti klasifikasikan
dalam kategori sulit menyekolahkan.
Untuk lebih lanjutnya bagaimana persepsi pemulung dalam
konteks pendidikan formal 12 tahun. Peneliti menyanyakan kepada
beberapa informan dan Masdur menyatakan bahwa, “sebenernya peting
atau perlu cuman kemampuan saya hanya sebatas wawasan orang lain,
perlu berbagi pengalaman terutama untuk mencari pengalaman namun tidak
hanya di sekolah saja.”
Dari pernyataan tersebut, menunjukan bahwa pendidikan
memanglah perlu akan tetapi pendidikan tidak hanya di dapati di
sekolah saja dalam mencari pengalaman baik pengalaman hidup
maupun pengalaman dalam bekerja Berikut adalah pernyataan dari
Dika,“ya penting banget lah, agar bahagia membantu keluarga tidak seperti
sekarang atau saya ini memulung, ingin yah anak saya sekolah tinggi agar
tidak seperti saya.89 Dari pernyataan tersebut bahwa pendidikan
memang sangatlah penting hal ini dapat mengubah status pekerjaan
seseorang untuk kedepaannya memperoleh profesi yang baik untuk
kedepannya.
Berikut adalah informan Sukri, Perlu ya tapi berhasil atau
tidaknya dia ya tergantung mental dan usaha dan juga dia berkeinginan
penuh kalau kita kuat tapi mentalnya lemah ya repot juga tapi sih kita mudah

6
wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019

59
mudahan harapan ngga kayak gitu harus berguna bener-bener.90 Dalam
pemaparan diatas bahwa persepsi akan pendidikan formal sudah positif
ntuk mengetahui lebih lanjut peneliti membuat tabel hasil penelitian
dalam bentuk presentase sebagai berikut.
Tabel 4.5
Persepi pemulung terhadap pendidikan formal wajib 12 tahun
No keterangan frekuensi persentase

1 Penting sekali 3 33.33%

2 Penting 6 66.33%

3 Tidak penting 0 0%

Total 9 100%

Dari tabel di 4.5 menunjukan bahwa pemulung berpersepsi


positif terhadap wajib belajar 12 tahun hal ini menunjukan bahwa pada
kolom tidak penting menunjukan 0% atau tidak ada yang berpendapat
pendidikan itu tidak penting akan tetapi dalam temuan di lapangan
pemulung masih terkendala oleh kekurangan biaya akan tetapi yang di
fokuskan ini terhadap anaknya yang mengenyam pendidikan.
Untuk lebih lanjut dalam persepsi atas pendidikan 12 tahun
peneliti mengajukan pertanyaan tentang anak pemulung tersebut
berkeinginan melanjutkan pendidikan lebih tinggi berikut beberapa
pernyataan oleh dika, Biarpun dulu saya di tinggal sama orang tua dulu ya
ingin anak saya tidak seperti saya begini biar pinter ya kan dan
pendidikannya lebih jauh siapa tau nasib orang berbeda-beda ingin sarjana
yah waktu itu saya nanya anak saya.91 Dari pernyataan tersebut peneliti
berpendapat bahwa setiap anak adalah harapan untuk masa depan yang

90
Wawancara dengan pemulung inisial (S) 10 mei 2019
91
Wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019

60
lebih baik maka dari itu di harapkan bisa mengenyam pendidikan
tinggi dan merubah nasib menjadi lebih baik.
Berikut adalah pernyataan oleh Sukri, “Saya sih harapan sih
mudah mudahan ada jalan keluarnya masa depan dia bisa berguna dan bisa
membantu keluarga ya apa lagi kita sebagai orng tua tidak kecewa. ya tapi
mudah mudahan jangan sih jangan ada halangan dari awal sampai
dewasa.”92 Didalam pernyataan tersebut bahwa anak pemulung tersebut
semoga kedepannya atau di usia dewasa nanti bisa membantu dan
berguna bagi keluarga dan tidak ada halangan dalam menempuh
pendidikan.
Berikut adalah pernyataan oleh rasta“ingin dan harapan itu pasti
masa bapaknya tidak berpendidikan anaknya juga tidak berpendidikan ngga
mungkinlah semampu saya saya sekolahin. Ingin lebih baiklah intinya dari
keluarganya atau bapaknya dan mudah mudahan rezekinya lebih baik dari
saya.”93 Dalam pernyataan pemulung tersebut ingin menyekolahkan
anaknya sehingga mampu membuat anaknya berpendidikan sehingga
tidak seperti responden di masa sekarang untuk kedepannya anak
tersebut memiliki profesi yang lebih baik.
Berikut adalah pernyataan oleh Masdur dalam keinginan
anaknya berpendidikan tinggi, “ ya pengen anak saya juga berpendidikan
tinggi jadi saya juga ngga ragu mendidiknya di hukum agama dia tau di
hukum negara dia tau.” Pernyataan tersebut di harapkan anaknya bisa
berpendidikan tinggi dan orang tuanya bisa mendidiknya dalam ranah
agama maupun hukum karena anak tersebut sudah mengerti, dalam
konteks ini pendidikan merupakan suatu pola pembentukan moral
manusia menjadi lebih baik tidak hanya di sekolah saja.
Tabel 4.6
Presentase Keinginan anak pemulung berpendidikan tinggi
No Keterangan frekuensi Persentase

92
Wawancara dengan pemulung inisial (S) 10 mei 2019
93
Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 Mei 2019

61
1 Ingin tinggi 3 33.33%

2 Ingin menjadi sarjana 2 22.22%

3 Lebih dari orang tua 4 44.44%

4 Tidak ingin 0 0%

Total 9 100%

Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa pemulung memiliki keinginan


anaknya agar bisa memiliki pendidikan yang tinggi rata-rata jawaban yang
peneliti dapat bahwa anaknya pemulung itu ingin berpendidikan tinggi dan
bisa menjadi sarjana agar bisa sukses setelahnya dan menemukan bahwa
beberapa pernyataan supaya tidak senasib menjadi orangtuanya yang
berprofesi memulung
Selanjutnya peneliti memfokuskan pertanyaan apakah pendidikan
yang rendah berpengaruh terhadap status pekerjaan. Berikut beberapa
pemaparan hasil wawancara dalam bentuk tabel dan tabel presentase.

Tabel 4.7
Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan
No Nama Pendapat

1 Masdur Ada, kalau waktu itu kan saya kan khusus sekolah saya
kagak bisa kalau tanpa saya usaha sekarang saya melalui
(M)
usaha tapi pendidikan saya rendah begitu.

2 Dhika Ada, berpengaruh besar itu antara pendidikan dan


(D) pekerjaan berpengaruh besar, terkadang kitapun ada
seperti orang-orang yang nawarin pekerjaan kadang kita
gak mampu karena apa? Keterbatasan pendidikan

62
3 Rasta (R) Ada lah kan kita kadang ijazah sampe smp nyesel juga
kadang kita tidak bisa nyenengin orang tua gitu

4 Nasir (N) Kagak, yang penting pekerjaaan itu halal lah

Tabel 4.8
Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan

No Keterangan frekuensi Persentase

1 Pengaruh besar 3 33%

2 Ada pengaruh 4 44%

3 Tidak ada pengaruh 2 22%

Total 9 99%

Berdasarkan tabel 4.8 bahwa tingkat pendidikan dengan status


pekerjaaan sangatlah penting, guna melamar kerja di tempat pekerjaan
manapun, hal ini telah disampaikan oleh penjelasan diatas banyak para
pemulung sadar akan pentingnya pendidikan. Akan tetapi masalah biaya di
masa lalu membuatnya putus sekolah dan berhenti sampai SD ataupun
SMP hal itu membuat menyesal di kemudian hari, namun di masa
sekarang akhirnya terbuka pikirannya bahwa pendidikan itu penting
karena banyaknya pernyataan-pernyataan bahwa anak saya harus lebih
baik dari saya dalam hal ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang
diperlukan untuk kedepannya.
Berikutnya adalah hasil wawancara bagaimana pandangan
pemulung terhadap masyarakat baik individu yang menempuh pendidikan
formal ataupun pandangannya terhadap individu yang berpendidikan
tinggi, beberapa hasil wawancara ada yang menunjukan tentang harapan
berikut pernyataan oleh Rasta, Ya saya berharap orang orang berpendidikan

63
yang lebih tinggi itu mendapatkan pekerjaan lebih baik, orang-orang yang ikut
campur di pemerintahan itu lebih baik sehingga kami tidak terlantar, yaa kalo
yang diatasnya kami ini korupsi ini kami kena dampaknya, yaa kan sama kaya
pabrik pabrik ini juga bekerja sama dengan pemerintah tanpa adanya
pemerintah tidak ada pabrik-pabrik disini94. Pernyataan tersebut adalah
harapan bagi masyarakat ataupun individu yang menempuh pendidikan
tinggi agar bisa lebih membantu dan memajukan orang-orang yang masuk
dalam kategori kemiskinan struktural.
Dan selanjutnya adalah pernyataan yang meyatakan hanya “biasa
saja” terhadap Individu atau masyarakat yang memperoleh pendidikan
tinggi pernyataan oleh Dika sebagai berikut, “biasa aja, bisa nyenengin
orangtua buat kebutuhan keluarga terpenuhi, yaa sukses lah.” 95
Dan
selanjutnya pernyataan oleh Masdur sebagai berikut, “biasa saja ngga
terlalu mengharap juga nggak ya kalau berharap yaa pasti berharap,
cuman pikiran saya sampai kapan nih anak saya bisa menilai seperti itu
kayak dia gitu, saya mau cari ilmunya supaya anak saya seperti itu, kalau
harapan saya kan sudah lanjut usia jadi harapan saya cuman ada di
anak”.96 Dalam pernyataan yang dinyatakan oleh masdur sebenarnya
untuk dimasa sekarang dia memandang orang pendidikan tinggi biasa
biasa saja namun akan tetapi dia lebih menggantungkan harapannya
terhadap anaknya agar bisa berpendidikan tinggi.
Untuk selanjutnya adalah bagaimana persepsi pemulung atau
pandangan bila pemulung tersebut berkeinginan sekolah lagi dari lima data
informan memperoleh hasil yang positif atas respon bagaimana jika
bersekolah terhadap orang yang putus sekolah berikut kami buat dalam
bentuk tabel. Tabel 4.9
Tanggapan pemulung jika bersekolah lagi
No Nama Tanggapan

94
Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 mei 2019
95
Wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019
96
Wawancara dengan pemulung inisial (M) 10 mei 2019

64
1 Cimey Sayaa? Ngga lah kayak sekolah paket, kita mah dari
umur bisa sih bisa sih

2 Musnadi Ingin, sih pengen

3 Jeib Ingin, biar bisa lebih baik dari sekarang

4 Sulta Ya kalau tuhan berkehendak aja pengen, pengen aja


gitu kayak orang orang orang hidup layak gitu

5 Purwanto Ingin, karena saya kalau ngelamar kerja di pabrik


itu pasti di tanyain ijasah

Dari keterangan tabel 4.9 bahwa semuanya hampir berpendapat


ingin melanjutkan pendidikan akibat putus sekolah akan tetapi dari inisial
(C) masih ragu-ragu akan umur dan waktu untuk lebih pahamnya lagi
peneliti membuat tabel bagaimana tanggapan atas sekolah PKBM tentang
suatu paket akibat putus sekolah dan berupa beberapa tangaapan dari
responden
Tabel 4.10
Tanggapan pemulung Mengikuti kegiatan PKBM
No Nama Tanggapan

1 Cimei Iyaa, kadang-kadang malem sih dulu di desa ada


cuman karena umur udah begini

2 Musnadi Yaa kalo bisa sih secepatnya gitu ya kalo ada biaya

3 Jeib Ada ingin

4 Sulta Pengen serius, sebenernya pengen

65
5 Purwanto Udah pasti ada lah, Karena kalau sekarang dari
faktor ekonomi, biayai anak sekola, keluarga, buat
makan, kalau ada waktu senggang mungkin bisa

Dari keterangan tabel 4.10 menunjukan antusias dalam mengikuti


kegiatan PKBM bertanggapan positif untuk lebih jelasnya lagi peneliti
menanyakan kapan waktu yang pas bila Mengikuti PKBM berlangsung
berikut pernyataan oleh Pak Cimei, “Malem Paling” pernyataan oleh pak
Jeib, “Paling nunggu biaya dulu, Malem, pagi buat usaha” pernyataan
oleh pak Musnadi, “Kalau bisa sih malem”. Kebanyakan pemulung ingin
mengikuti PKBM malem hari karena sesuai jawaban pernyataan tersebut
berkeinginan mengikuti PKBM di malam hari karena pagi sampai siang
hari adalah waktu di gunakan untuk mencari rezeki atau bekerja. Dapat
disimpulkan bahwa para responden positif menanggapi tentang adanya
program PKBN.
Kemudian peneliti mengajukan beberapa pertanyaaan tambahan
tentang apakah ada keinginan merubah nasib selain menjadi pemulung
berikut adalah tabel tanggapan dari responden.
Tabel 4.11
Tanggapan keinginan selain menjadi pemulung
No Nama Tanggapan

1 Cimei Ingin sih pasti

2 Musnadi Pengen bener

3 Jeib Ingin banget

4 Sulta Pengen sih sebenarnya gitu

5 Purwanto Udah pasti ingin

66
Dari penjelasan tabel 4.11 poin yang dimaksud keinginan dalam
merubah nasib menjadi pemulung dan jawaban di atas menunjukan semua
ingin merubah nasib selain menjadi pemulung. Selanjutnya apa yang
dilakukan pemulung jika sudah memiliki ijasah hasil dari PKBM maka
peneliti membuat tabel beserta tanggapan apa yang dilakukan setelah
mendapatkan ijasah
Tabel 4.12
Tanggapan pemulung setelah mendapatkan Ijasah
No Nama Tanggapan

1 Cimei Pengennya saya yang lebih baik sih cuman kita


udah lama sih di sini dari kelas lima sd langsung

2 Musnadi Yaa mau mencari pekerjaan layak aja gitu di


pabrik

3 Jeib Pengen usaha aja gitu

4 Sulta Pengenya sih kayak orang kantoran temen temen


saya gitu sukses

5 Purwanto Kalau saya sih pengennya perdagangan

Dari tabel 4.12 menunjukan bahwa ijazah di jaman sekarang


terbukti penting hal itu terwujud dalam langkah pemulung dalam
kedepanya agar bisa bekerja selain memulung dan bekerja lebih layak lagi.
C. Pembahasaan Hasil Penelitian
1. Persepsi pemulung tentang pendidikan wajib belajar 12 tahun
Dari penjelasan hasil wawancara diatas masyarakat pemulung
tersebut memiliki persepsi positif akan pendidikan wajib belajar 12 tahun
pemulung tersebut termotivasi akan pentingnya pendidikan dan tidak
hanya pendidikan wajib belajar 12 tahun akan tetapi terhadap keinginan
anak para pemulung ingin memiliki pendidikan tinggi agar bisa berguna
dan bisa menolong keluarga para pemulung itu sendiri. Para pemulung

67
menjawab bahwa itu penting sebagai mana dalam teori psikologi melalui
definisi persepsi adalah
“ kamus standar yang dikutip oleh Sholeh dijelaskan bahwa persepsi
dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang
semata-mata menggunakan pengamatan pengindraaan. Persepsi ini di definisikan
sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita
(pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri97”
Hal ini peneliti simplkan bahwa persepsi membentuk pemulung
berupaya menuntaskan jenjang pendidikan formal anak mereka karena hal
itu terbentuk dari lingkungan mereka dan masa lalu dari orang tua
pemulung yang tidak menyelesaikan jenjang pendidikan mereka. Peran
ijazah juga perlu karena ketika melamar pekerjaan kebanyakan pemulung
selain memulung mereka bekerja sampingan menjadi buruh di pabrik akan
tetapi semakin berkembangnya zaman ijazah nanti juga ditanyakan sebagai
melamar pekerjaan yang lebih baik sesuai dengan pernyataan pemulung
yang memiliki keinginan merubah nasib ataupun merubah pekerjaan
memulung itu tersebut.

2. Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan peran


pendidikan.
Pendidikan adalah proses guna mewujudkan kualitas sumber daya
manusia secara utuh agar dapat melaksanakan peran dalam kehidupan
kelompok maupun individual baik secara fungsional dan optimal.
Masyarakat pemulung telah mengharapkan bahwa pendidikan formal
mampu mengubah suatu status sosial yang ada pada individu masing
masing sesuai dengan pernyataannya bahwa mereka ingin ketika
melalui dari pendidikan anak mereka tidak senasib dengan orang
tuanya. Dalam hal ini serupa dengan definisi teori fungsional dari
Talkot Parsons.
97
Abdul Rahman Shaleh, psikologi suatu pengantar dalam prespektif islam (Jakarta:
prenadamedia,2004), h.111.

68
“Fungsi diartikan sebagai segala kegiatan yang diarahkan
kepada memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari
sebuah sistem (Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan definisi
itu, parsons percaya bahwa ada empat persyaratan mutlak yang
harus ada supaya termasuk masyarakat bisa berfungsi. Keempat
persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari (A)
adaptiation, (G) Goal Attaiment, (I) Integration, dan (L) latency
(pattern maintenance). Demi keberlangsungan hidupnya, maka
masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni:
 Adaptasi (Adaptiation): supaya masyarakat bisa bisa
bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya
 Pencapaian tujuan (Goal attaiment): sebuah sistem harus
mampu menentukan tujuannya dan berusaha mencapai
tujuan-tujuan yang telah dirumuskannya itu.
 Integrasi (Integration): Masyarakat harus mengatur
hubungan di antara komponen-komponenya supaya dia
berfungsi secara maksimal.
 Latensi atau pemeliharaaan pola-pola yang sudah ada setiap
masyarakat harus mempertahankan memperbaiki, dan
membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-
pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan
motivasi-motivasi itu.
Keempat persyaratan fungsional itu mempuyai hubungan
erat dengan keempat sistem tidakan. Sistem organisme biologis
dalam sistem tindakan berhubungan denga fungsi adaptasi yakni
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan
sesuai dengan kebutuhan. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi
pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakan
sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Sistem sosial
berhubungan dengan fungsi-fungsi integrasi dengan mengontrol

69
komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. Akhirnya sistem
kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola
atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma
dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu”.98
Dalam lembaga menyelenggarakan berbagai macam fungsi,
dalam lembaga keluarga memperhatiakan dan memberikan
perlindungan keluarga satu dengan yang lain, menyelenggarakan
fungsi-fungsi ekonomi, ayah ibu dan kakak juga berfungsi sebagai
pengganti guru ketika berada di rumah, memberikan gizi dan obat-
obatan serta gizi maupun pelayanan sosial-sosial lainya. Hal ini
terealisasi kan bahwa pemulung mencari nafkah untuk anak
mereka meskipun pengeluaran lebih dibandingkan dengan
pendapatan.
Peneliti menyimpulkan bahwa pemulung mulai beradaptasi
dengan penyelesaian jenjang pendidikan formal wajib belajar 12
tahun karena pendidikan itu penting dan bisa mencapai tujuan taraf
hidup menjadi baik sehingga mampu menjadi sumber daya
manusia yang unggul dan memotivasi lingkungan mereka agar
mampu menyekolahkan anak mereka dan menyelesasikan PKBM
untuk pemulung yang putus sekolah. Sesuai dengan pernyataan
informan harapan dari lembaga persekolahan tersebut atau orang
yang berpendidikan tinggi yaitu Ya saya berharap orang orang
berpendidikan yang lebih tinggi itu mendapatkan pekerjaan lebih baik,
orang-orang yang ikut campur di pemerintahan itu lebih baik sehingga
kami tidak terlantar, yaa kalo yang diatasnya kami ini korupsi ini kami
kena dampaknya, yaa kan sama kaya pabrik pabrik ini juga bekerja
sama dengan pemerintah tanpa adanya pemerintah tidak ada pabrik-
pabrik disini99.

98
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta: Prestasi pustaka: 2007). h,55
99
Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 mei 2019

70
3. Kemiskinan

Dalam hasil penelitian ini bahwa masyarakat pemulung


memiliki unsur kemiskinan struktural karena dalam struktur
kehidupan ekonomi pada tiap harinya selalu mengalami kendala
ataupun kekurangan karena banyaknya pernyataan hasil
wawancara menunjukan bahwa banyak pengeluaran dibandingkan
dengan hasil memulung tidak sampai disitu dalam konteks
pendidikan pula mengalami kekurangan dalam memberi
kemudahan untuk akses pendidikan karena jika orang tua
pemulung tidak memiliki uang maka anak mereka tidak sekolah.
Hal ini berdampak terhadap anak-anaknya yang menempuh
pendidikan namun para pemulung ini tidak mudah menyerah
mereka tetap bekerja agar bisa menyelesaikan pendidikan anaknya
di usia sekolah. Sebagaimana kemiskinan dapat dikategorikan:

1. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah, biasanya


orang-orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal
sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniah.
Karena cacat badaniah misalnya, dia lantas berbuat atau
bekerja secara tidak wajar, seperti mengemis dan minta-
minta, sedangkan yang menyangkut aspek mental, biasanya
mereka disifati rasa malas untuk bekerja secara wajar
sebagaimana mesti manusia lainnya.
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, mereka
yang terkena bencana alam umumnya tidak memiliki
tempat tinggal bahkan sumber daya alam yang mereka
miliki pun termakan bencana alam.

71
3. Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan struktural,
yang ditimbulkan oleh struktur-struktur ekonomi, sosial,
dan kultur serta politik. Kemiskinan ini biasa disebut 100

Gambar 4.6 Tumpukan sampah TPA rawa Kucing

D. Keeterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatsan diantaranya


lokasi yang kurang lebih 23 kilometer hal ini memakan waktu Perjalanan
satu jam dari tempat tinggal. Jumlah informan yang terbatas hanya 14
orang dan hanya menggunakan metode wawancara dan observasi
mendapatkan informasi yang terbatas. Terdapat beberapa pemulung yang
enggan di wawancarai dan kurangnya triangulasi informasi yang kurang
optimal dan Keterbatasan pihak pengelola TPA Rawa Kucing dalam Studi
Dokumen membuat kekurangannya dalam mengelola TPA tersebut. Dan
instrumen penelitian yang minim.

100
https://www.academia.edu/26661748/Teori_kemiskinan diakkses pada 9 juli 2019

72
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa masyarakat Pemulung

di TPA Rawa Kucing telah memiliki Persepsi yang positif dan baik tentang

pendidikan formal wajib belajar 12 tahun. Telah ditemukan masyarakat

pemulung berkeinginan untuk bersekolah kembali dan tetap berkeinginan

untuk menyekolahkan anaknya hingga tuntas meskipun pas-pasan dalam

memenuhi kebutuhan hidup mereka. Beberapa poin hasil wawancara dengan

pemulung menggantung harapannya kepada anak mereka agar lebih baik

nasibnya kedepannya melalui pendidikan.

Di era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ijazah pendidikan

formal sangatlah perlu dalam persaingan maupun mencari pekerjaan.

Beberapa pemulung yang sulit melamar pekerjaan karena tidak memiliki

ijazah formal, kebanyakan pekerjaan mereka selain memulung hanyalah buruh

pabrik, kuli bangunan dan pembantu rumah tangga. Para pemulung memiliki

pandangan bahwa dengan pendidikan yang rendah maka akan berpengaruh

dengan pekerjaan dan penghasilan untuk penghidupan yang lebih layak.

73
B. Saran-Saran

Bertolak dari penelitian peneliti memberikan saran kepada:

1. Kepada Pemerintah kota Tangerang dimohon untuk memberikan

bantuan sekolah gratis untuk anak pemulung di TPA Rawa Kucing

2. Dinas pendidikan kota Tangerang mendirikan sarana PKBM untuk

pemulung yang sudah putus sekolah dan anaknya.

3. Dinas Pendidikan Kota Tangerang Membuka jalur afirmasi kepada

pemulung dan anak-anaknya atas beasiswa dalam memperoleh

pendidikan untuk keperluan sekolah

4. Dinas ketenagakerjaan dan lingkungan hidup agar membuka tempat

pelatihan khusus dan membentuk tim kreativitas dalam mengelola daur

ulang sampah.

5. Para pemulung sebaiknya menjual barang daur ulang melalui

distributor yang ditunjuk sehingga dapat menambah penghasilan

pemulung.

74
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru pendidikan Nasional. Jakarta: Ditjen
kelembagaan Agama Islam Depag, 2003.
Aslikudin,Nur.“Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal
Implikasinya Dalam Sikap Kedewasaan Anak Di Dusun Semoyo. Desa
Sughimas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.” Skripsi, IAIN Salatiga,
Salatiga, 2015.
Asra, Abuzar, Puguh Bodoro Irawan, Agus Purwoto. Metode Penelitian Survei. Bogor:
In Media, 2014.
Azhari, Akyas. Psikologi umum dan perkembangannya, Jakarta: Teraju, 2004
Basundoro, Purnawan. Pengantar sejarah kota. Jakarta: penerbit ombak, 2016.
Dewi, Rahmita Dara. “Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan studi
kasus Desa Sukasari, kecamatan tangerang, kota tangerang”, skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2015.
Dimyati, Johni. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2013.
Ekosusilo, Madyo, R.B Kasihadi, Dasar-dasar pendidikan
Gunawan Jurnal Strategi Bertahan hidup pemulung, Tanjung pinang: Universitas
Maritim Raja Ali Haji, 2016.
Gunawan, Imam. Metode penelitian Kualitatif teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013.
Hanurawan Fattah. Psikologi sosial suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
2010.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo 1995.
Koentjaraningrat. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

75
Makhus.”Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnnya Pendidikan Formal 12 Tahun Studi
kasus Kampung Pejamuran”, Desa Pasilian, Kecamatan Krojo, Kabupaten
Tangerang, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: 2013.
Misbahudin, “Persepsi Masyarakat Pesisir Pantai Utara Jawa Terhadap Pentingnya
Pendidikan Formal Sebagai Salah Satu Cara Meningkatkan Status Sosial Di
Masyarakat”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014
Mulyasa. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2013.
Nawawi, Hadari Perundang-undangan Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
Noor, Juliansyah. Metode penelitian Skripsi, Disertasi, Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana
Prenada Grup, 2011.
Nurhayati, Cucu. Sosiologi perkotaan Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013.
Nurhayati, Deti. Psikologi pendidikan Inovativ Yogyakarta: pustaka pelajar, 2011.
Nursiyono, Joko ade. Kompas Teknik Pengambilan Sampel. Bogor: Penerbit In Media,
2014.
Rahardjo, Mudjia. Sosiologi pedesaan studi perubahan sosial. Malang: Uin malang
press 2007.
Sabri, H.M.Alisui. Pengantar ilmu pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
Salam, Syamsir, Amir Fadhilah, sosiologi pembangunan: Pengantar studi
pembangunan lintas sektoral. Jakarta: UIN Jakarta 2009.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, Jakarta: Permata Puri Media, 2012.
Semiun, Yustinus OFM, Teori-Teori kepribadian, Yogyakarta: Kanisius, 2013.
Shaleh, Abdul Rahman. psikologi suatu pengantar dalam prespektif islam. Jakarta:
prenadamedia, 2004.
Soekanto, Soerjono, Budi Sulistyowati. Sosiologi suatu pengantar, Jakarta: PT
Rajagrafindo 2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2012.
Sukardjo, Ukim Komarudin. Landasan pendidikan konsep dan aplikasinya. Jakarta: PT
Rajagrafindo 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015.

76
Suryadi, Ace. Pendidikan, Investasi SDM, dan pembangunan isu,teori, dan aplikasi.
Jakarta: Balai pustaka , 2002.
Suyanto, Bagong, Sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta: Prenada Media Group, 2005.
Triputra, Ceessna Oki. “Persepsi Komunitas Punk Taring Babi Terhadap Pendidikan”,
Skripsi UIN syarif Hidayatullah, Jakarta: 2014.
Usman, Husaini, Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008
https://www.academia.edu/15728273/teori_fungsionalisme_menurut_emil_Durkheim
diakses pada 9 juli 2019
https://www.academia.edu/26661748/teori_kemiskinan diakkses pada 9 juli 2019
Lampiran Isntrumen Wawancara

1. Sudah berapa lama memulung


2. Apa kegiatan anda selain bekerja?
3. Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
4. Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
5. Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
6. Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
7. Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
8. Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
9. Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?
10. Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
11. Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?
12. Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
13. Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?
14. Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau
tidak perlu jelaskan
15. Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan
jenis pekerjaan yang ditekuni?

77
16. Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan
tinggi?

Lampiran Instrumen wawancara lanjutan


1. Sudah berapa lama memulung
2. Apa kegiatan anda selain bekerja?
3. Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
4. Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
5. Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
6. Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
7. Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
8. Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
9. Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?
10. Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
11. Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?
12. Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
13. Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?
14. Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau
tidak perlu jelaskan
15. Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan
jenis pekerjaan yang ditekuni?
16. Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan
tinggi?
17. Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa
18. Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?
19. Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?
20. Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?
21. Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa
setelahnya?

78
Lampiran hasil wawancara
Hasil wawancara 1
Tanggal dan waktu:10/05/2019 Asal: Desa Gaga, Tangerang
Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 47
Interviewer: Masdur jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Sudah dari umur 12 tahunan ada saya memulung
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Ngga ada
3. T:Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Satu hari? yah paling 40.000
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Ya ngga stabillah sama pengeluaran, pengeluaran saya kadang kalo hari
ini 90.000 kalo biasa yah paling 60.000
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Sebelum saya pemulung saya jadi ojek sepeda di jakarta pak
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: SD kelas 3 saya
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Ngga, dulu sistemnya bertani, jadi dulu saya ngikut orang tua saya
bertani
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Ngga ada masalah hambatan tuh ngga ada, cuman dari orang tua saya
kurang mampu jadi saya hidupnya beginilah daripada saya nganggur
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Dulu ada pengaruh kadang-kadang dari jalan ngga stabil, kendaraannya
ngga ada ngga punya kendaraan
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan

79
J: Yaa masalah hambatan sih Alhamdulillah ngga ada hala rintangan,
cuman pengeluaran biaya tuh terlalu banyak buat bayar sekolah bayar
pesantren
11. T:Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Yaaa harapan saya sih dia bisa menolong orang lain, bisa menolong
keluarga
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Yaaa ingin anak saya ingin sukses
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Yaaa kalo emang dia pendidikannya sudah tinggi dia bisa menilai sendiri
jadi saya tidak ragu mendidiknya dari hukum agama atau hukum negara
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu
atau tidak perlu jelaskan
J: Yaaa sebenarnya perlu, sebenernya penting cuman kemampuan saya ini
hanya wawasan orang laen, perlu pendidikan orang lain sekedar berbagi
pengelaman gitu
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Ada, kalau waktu itu saya kan khusus saya sekolah saya kagak bisa kalau
tanpa saya usaha, nah kalau saya sekarang usaha cuman pendidikan saya
rendah
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Yaa kalau saya sih biasa, biasa saja ngga terlalu mengharap juga nggak
ya kalau berharap yaa pasti berharap, cuman pikiran saya sampai kapan
nih anak saya bisa menilai seperti itu kayak dia gitu, saya mau cari
ilmunya supaya anak saya seperti itu, kalau harapan saya kan sudah lanjut
usia jadi harapan saya cuman ada di anak

Hasil wawancara 2

80
Tanggal dan waktu: 10/05/2019 Asal: kedaung, Tangerang
Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 30
Interviewer: Dhika jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Udah lama mulung juga, sepuluh tahunan ada
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Ngga ada saya disini mulu
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Sehari nyampelah 250, mingguan kita kan tampung, seminggu paling banter
sejuta, kan kalo bulanannya ada dari logam-logam
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Sehari minimal cepe apa seratus tiga puluh lah
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Ya sebelumnya saya ngga kemana-mana, pernah saya sebelum memulung saya
kerja di malaysia 4 tahunan lah di malaysia
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Sampe sd doang kelas enam keluar ijazah kerja, karena kebutuhan bantu-bantu
orang tua
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Ngga, kan disini kan ngga ada lulusan apa kan kalo kerja di sini apa modalnya
tenaga doang
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Terkendala ekonomi
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?
J: Ngga ada
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada jelaskan
J: Yaa menyekolahkan anakan jujur saja, saya kan dari keluarga ngga mampu ya
sebisa-bisa saya atau adek saya usaha kemana yang penting dari hasil keringat
kita dan halal
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?
J: Kan anak saya yang kecil yang pertama baru sd yang satu masih kecil baru bisa
jalan, kepengennya tuh anak saya ngga seperti saya ingin sekolah keluar negri
gitu
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Iyaa pengen banget, iya saya kan dulu kan sama orang tua ngga disekolahin
karena apa ngga punya biaya, tapi saya ngga mau anak saya seperti saya begini,
pinginlah nyekolahan anak tinggi
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?

81
J: Keuntunganya sih ya pendidikan tinggi, yaa dari bahasa ekonomi berkecukupan
saya juga udah tanya anak saya cita-cita nya yaa pengen sekolah pengen jadi
polisi, yaa doain aja lah biar sukses
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau
tidak perlu jelaskan
J: Yaa penting banget lah, yah biar anak saya bahagia lah keluarganya ngga
seperti saya ini memulung
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan
jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Yaa mengaruh banget sih sedangkan saya mau masuk kerja kemana aja susah
ijazah sd
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan
tinggi?
J: Ngga sih biasa aja, bisa nyenengin orangtua buat kebutuhan keluarga
terpenuhi, yaa sukses lah.

Hasil wawancara 3
Tanggal dan waktu: 10/05/2019 Asal: Sewan Tangerang
Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 23
Interviewer: Rasta jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Sekitar 6 tahun
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Ngga ada kerjaaan lain sih selain mulung disini
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Ya paling 70 an
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Ya sekitaran segitu sih pas-pasan ngga bisa buat nyimpen
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Saya di kampung malimping bertani
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Sd saya kelas dua
7. T:Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

82
J: Ada sih ada pengen sih pengen cuman, situasi di kampung saya kan sekolah
saya jauh terus saya ikut orang tua tani kalau di kampung saya suka menanam
padi hutan lagian juga dari hutan ke sekolah saya bisa sampai 4 jam
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Hambatannya dulu ekonomi sama jarak yang ditempuh untuk sekolah iyu jauh
belum ada transportasi karena hutan kan belum lagi kalau lagi hujan
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?
J: Pengaruhnya itu saya tuh ngga bisa mencari nafkah yang baik ya disini jalan
satu-satunya yang baik untuk menghidupi keluarga saya ya disini cuman
bermodalkan tenaga dan mental
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada jelaskan
J: Yang sekolah belum baru enam tahun
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?
J: Itu pasti harapan anak saya menyekolahkan anak saya pasti semampu saya
menyekolahkan anak saya karena apa masa bapaknya ngga berpendidikan
anaknya juga ngga berpendidikan
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Ingin lebih baik dari bapaknya atau keluarga saya
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?
J: Ya kalau sampai orang orang kuliah ya saya ngga mampu, karena apa saya ngga
mampu paling smp lah karena sih liat kondisi
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau
tidak perlu jelaskan
J: Perlu sebenarnya perlu harus
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan
jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Ada berpengaruh besar pekerjaan dengan pendidikan, terkadang kita seperti
orang orang nawarin pekerjaan tapi kita tidak mampu karena apa keterbatasan
pendidikan, kaya saya waktu itu ada bos dari perusahaan menawarkan pekerjaan
dan saya melamar pekerjaan lalu ditanya keahlian saya apa saya hanya bisa
bekerja bermodalkan tenaga seperti buruh keras lah untuk bekerja dengan tulis
menulis saya tidak bisa
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan
tinggi?
J: Ya saya berharap orang orang berpendidikan yang lebih tinggi itu mendapatkan
pekerjaan lebih baik, orang-orang yang ikut campur di pemerintahan itu lebih
baik sehingga kami tidak terlantar, yaa kalo yang diatasnya kami ini korupsi ini
kami kena dampaknya, yaa kan sama kaya pabrik pabrik ini juga bekerja sama
dengan pemerintah tanpa adanya pemerintah tidak ada pabrik-pabrik disini.

83
Hasil wawancara 4
Tanggal dan waktu: 10/05/2019
Tempat: hutan jati, kedaung barat
Interviewer: pak sukri, 45 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Kurang lebih 4 tahunan lah
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Proyek bangunan, ini lagi gak ada bangunan
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Ya gak tentu, kadang-kadang 50.000
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Ya klo kebutuhan mah lebih dari segitu, habis 70.000 an lah kan sehari-
harinya kan serba beli kan. Gak seperti punya sawah. Keperluan sehari-
harinya harus beli. Ya harus jalan seperti ini, ya klo gak jalan ya repot. Gak
ada proyek pindah lari kesini. Klo proyek ada baru ini ditinggal. Gak tentu
juga, kadang-kadang sampe dua tiga bulan
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Sebelumnya saya jual gorengan, cuman berapa bulan, cuman gak ada
hasrat untuk berlanjut, gak punya modal bahannya mahal, sedikit-sedikit
mah, 20 30 mah dapet.
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Terus terang saja saya tidak sekolah, ditinggal orang tua masih kecil-
kecil. Saudara-saudara saya ada empat, klo saya sekolah gak ada yang
ngurusin. Selesai keluarga saya sekolah, baru saya minat berkeluarga.
Alhamdulillah saudara ada yang lulusan SMP, ada yang aliyah. Bukan kita
gak disuruh sama orang tua, tapi emang kepalang tanggung. Habis gimana,
saya pengen sekolah, tapi dibawah saya masih kecil-kecil. Orang tua saya
kan semua meninggal.
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Gak ada, lanjut langsung begini
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

84
J: Hambatannya, ya karena tanggungan itu tadi
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Gak ada, emang status saya sangat membutuhkan ekonomi, di bawah
saya masih kecil-kecil
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Ada, ya sekarang terhambat, cuman anak saya tinggal dua, yang empat
meninggal. Klo anak saya yang pertama umur 7 bulan, terus 12 bulan udah
lumayan gede, terus lulus SD, sekarang ini yang ada baru kelas 3. Yang
kecil baru umur 1 tahun. Klo hambatan mah, namanya kita orang butuh,
kadang kala klo lagi gak ada duit dia gak sekolah. untuk sekarang ada, klo
kemaren belum begitu rame.
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Saya sih klo dia punya cita-cita ya ntar klo udah ketahuan dewasanya,
sekarangkan masih kecil jadi belum ketahuan. Ada harapan di anak,
barangkali mudah-mudahan ada jalan keluarnya, masa depan dia juga bisa
berguna, apalagi buat dihadapan orang tua juga gak kecewa. Ya kita mah
harapan Cuma di anak aja
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Kepengen pak, semua juga kepengen, cuman berhasil enggaknya kan kita
bergantung pada tuhan juga. Ya mudah-mudahan gak ada halangan, dari
awal sampai dia dewasa
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Cuman kita bersyukur aja, klo dia memang bisa berguna jadi orang yang
pinter harapan kita cuman bersyukur itu kan semacam kita mimpi, ya habis
klo dibayangkan kita usahanya saja kayak gini kan pemulung tiap hari
harus dijual, harus dibeliin lagi kebutuhan dia sekolah buat besok, ntar sore
jual, klo gak begitu buat dia sekolah gak dapet, harus ada, Cuman itu aja.

85
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu
atau tidak perlu jelaskan
J: Pengennya mah perlu, gak tau mah, mudah-mudahan berhasil atau
gaknya mah tergantung mental dia, mental usahanya, dan dia juga punya
keinginan penuh. Klo kita kuat mental dia lemah yarepot juga kan. Ya
mudah-mudahan harapan sih ya gak kayak ghitu
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Ya cuman begini doang, cuman kadang kala gini, klo kita nyerah, kita
lemah, ini lagi dateng males kita, kadang-kadang bangunan masih dua
bulan. Kadang-kadang kita suka kepikiran gini. Ya gimana ya kita, klo
begini terus ghitu, bukan kita mematahkan semangat dari yang kuasa,
bukan. Ya kadang-kadang kita udah lelah, menunjang kehidupan kita untuk
masa depan, selalu dikejar-kejar buat hari ini, buat besok begitu terus.
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Ya klo kita pandang yang lulusan tinggi, ya kemungkinan emang klo
modalnya ada ya alhamdulillah pada berkah gitu, ya lumayan cukuplah kita
lihat sandaran hidupnya sampai dimana yang penting anak-anak lulus ghitu
aja. Ya, keterkaitan dengan kebutuhan. Klo untuk kehidupan emang masih
ngontrak. Ya klo saya sih sendiri gak mengharapkan ya terserah mereka
aja, klo secara logikan kan kita ngelihat orang yang tinggi kan repot juga,
seakan-akan kita sensitif terhadap orang yang pinter. Barangkali emang
tadinya orangnya gak sekolah dan dibebani hal keluarga, ya otomatis ya
kita pasang badan aja, tenaga, abis kita mau gimana, mau berbuat apa kita.
Sekarang kita mah selain kita berusaha, ikutin apa yang kita mampu kayak
gini ya udah gak ada lagi, klo kita ngebayangin orang yang udah lulus
sekolah pinter, jadi ini jadi aduh berabe, yang ada kelurga saya timbul stres.
Biarin ajalah mungkin rejeki dia, nasib dia, semuanya udah ada takdirnya.
Cuman kita belum bisa merubahnya kayak gini.

86
Hasil wawancara 5
Tanggal dan waktu:16/05/2019
Tempat: kedaung togo
Interviewer: pak Eman, 38 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Dua tahun lah
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Selain pemulung ya kadang-kadang kerja dibangunan, ya jadi buruh
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Kan namanya kerja disini kan gak ditentuin, kadang-kadang dapet
60.000, tergantung kitanya nyarinya, klo kitanya nyarinya dari pagi sampe
sore itu bisa 80.000 90.000 gitu.
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Sama, cukup gak cukup ya dicukup-cukupin lah kita bisa ngirit
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Saya kuli bangunan
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: SMP
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Ada, pengen lanjut, tapi karena orang tua gak bisa ngebiayain ya udah
sampai situ aja
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Keuangan
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Gak ada sih
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Ada, itu mah mah harus buat nyekolahin anak. Gak ada sih, belom ada
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?

87
J: Ya biar dia bisa ngebantu saya klo udah tamat ghitu. Kan biar nanti dia
bisa kerja
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Semua juga begitu, pengen anaknya biar ijazah tinggi
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Pendidikan 12 tahun itu penting
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu
atau tidak perlu jelaskan
J: itu perlu untuk masa depan
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Ada, yang namanya ijazah sampai SMP doang kan nyesel juga, gak bisa
nyenengin orang tua
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Enak juga dilihatnya klo punya pendidikan tinggi mah, usahanya juga
kan, masa depan anak terjamin, pendidikan mah harus tinggi, supaya masa
depannya gak kayak kita begini, jangan sampe lah, orang tuanya kan susah
payah, jangan sampe anaknya kayak begini.

Hasil wawancara 6
Tanggal dan waktu:16/05/2019
Tempat: Rawa Kucing
Interviewer: pak Nasir, 38 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: ya sekitar lima tahunan lah
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Gak ada kegiatan lagi, langsung pulang.
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

88
J: Sekarang minimal seharinya 40.000, kadang-kadang 50.000 tidak tentu
sih, namanya beginian mah kadang-kadang lebih dari 100.000
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Untuk pengeluaran sehari-hari lebih dari 40.000
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: buruh pabrik
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: SD, kelas 4 berhenti
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: ngga ada
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Terkendala di biaya
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Gak ada
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Alhamdulillah tidak ada hambatan
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Harapannya, anak saya bisa lulus sekolah, jangan sampai kayak orang
tuanya. Orang tuanya kan udah gak lulus
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: ya pengen pak yang namanya buat anak mah
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: keutungannya untuk masa depan

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau
tidak perlu jelaskan?
J: Perlu.
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan
jenis pekerjaan yang ditekuni?

89
J: Ngga ada yang penting kerjanya halal lah
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan
tinggi?
J: Bersyukur aja, namanya kita, sedikit-sedikit mungkin naroh, kadang-kadang
20.000. lebih bagus buat warga lah. Namanya sebagai orang tua, pendidikan
tinggi harus kita usahainlah, jangan sampai kayak orang tuanya yang belum lulus

Hasil wawancara 7
Tanggal dan waktu:16/05/2019
Tempat: kedaung baru
Interviewer: ibu Erna, 31 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Sama dua tahun
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Saya mah di rumah, pembantu rumah tangga
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Klo saya mah tergantung tenaga saya, perempuan kan beda, paling juga
30.000 ribu 50.000 dari pagi sampe sore
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Klo dipenuhin mah sehari 50.000 ya cukup gak cukup, ya di cukup-
cukupin
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Pembantu rumah tangga, apa ya disebutnya asisten rumah tangga
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: SD kelas 6 gak lulus
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Sama saya kurang bianya makanya gak dilanjutin
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Ekonomi
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Gak tau ya, gak ada kayaknya, se umur hidup baru begini

90
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Gak ada, cita-cita mah pengen nyekolahin sampai lanjut
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Pengen ngelanjutin anak tapi gak ada biayanya, harapannya biar sukses
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Inginlah
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika mengenyam pendidikan?
J: keuntungannya bisa membantu keluarga
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Pentinglah, anak mah harus dipentingin
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Anak harus meningkatlah, gak tau saya
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Buat masa depan, pendidikan mah harus dicari buat masa depan anak

Hasil wawancara 8
Tanggal dan waktu: 16/05/2019 Asal: Kedaung, Tangerang
Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 40
Interviewer: Ibu Eni jenis kelamin: perempuan

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Sama udah 4 tahunan dari buanngan sana ksini lagi
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: .Ini doang mulung, pemulung terus
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Enam puluh kalo lagi banyak kadang empat pulu
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

91
J: Pengeluaran mah gede mah per harinya, lebih banyak bulan puasa kan
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Udah ini dari dulu pemulung dari punya anak satu
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Saya mah ngga sekolah dulu
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Ngga ada orang janda pak boro-boro bekal pendidikan
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Iya karena ekonomi
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Ada sampe kelas enam doang abis ngga punya bapa ngga ada yang
biayaain
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Anak saya mah udah pada kawin semuanya
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Kalo ada usahanya pengen, kalo saya buat kebutuhan sehari-hari saja
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Ya ingin sih pasti cuman kan kita begini
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika mengenyam pendidikan?
J: Untungnya mah enak berpendidikan tinggi
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Perlu kalo kita mah tapi boro-boro pemulung tapi kita pengen anak kita
berpeendidikan tinggi
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Jenis pekerjaan iya
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?

92
J: Ada tapi anak saya mah segitu doang pendidikannya sampe sd pada
berenti kasian ngeliat kita mulung pada berenti, pengen nyuksesin anak
berpendidikan tinggi

Hasil wawancara 9
Tanggal dan waktu: 16/05/2019 Asal: Kedaung, Tangerang
Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 60
Interviewer: Bapak Ali jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Udah lama udah empat tahun lebih
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Sama saya pemulung terus
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Paling enam puluh sama istri saya
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Haa sama pengeluarannya banyakan puasa
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Iya dari dulu juga saya mulung
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Ngga sekolah saya
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Ada tapi udah tua mah kan saya dulu juga ngga
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Iya karena ekonomi
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: ngga ada
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Hambatannya ngga ada cuman udah ngga pada sekolah juga

93
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Kalo ada usahanya pengen kebutuhanya Cuma sehari doang
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Iya ingin cuman saya ngga mampu
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Untungnya enak ngga jadi pemulung
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Yaa perlu haruslah sekolah
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Iyaa ada
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Yaa pengen lah seneng bisa membantu anak itu berpendidikan tinggi

Hasil wawancara 10
Nama: Cimey asal: Desa Togo, Tangerang
Waktu/tanggal : 10.31 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing
Umur: 29 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Gatau dah, lebih dari dua tahun dah kita patokin aja lima tahunan lah
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Beli botol kecap, terus saya jual lagi
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Ngga gede paling tiga ratus
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Yah palig gocap
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

94
J: Dagang kasur busa gitu
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Sekolah? Oh kita mah ancur kelas 5an sd udah berenti, ngga ngga ampe
lulus
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Yah ada sih dulu dagang-dagang
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Ada sih ada cuman ada gitulah yaudah
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Ngga ada
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Anak masih kecil sih paling juga 3 tahun sih perempua, nggga ada sih
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Yaa ada itu mah ada harapaan mah
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Inginlah jangan sampe kayak kita, busehh
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: ya mudah-mudahan bisa ngebantu orang tua
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Perlu sih pengennya begitu ngebahagiain orang tuanya
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Yaa ada, ada
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Yah biasa-biasa ajaah
17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa

95
J: Sayaa? Ngga lah kayak sekolah paket, kita mah dari umur bisa sih bisa
sih
18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?
J: Yaa kadang-kadang malem sih dulu di desa ada cuman karena umur udah
begini
19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?
J: Malem paling
20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?
J: Ingin sih pasti
21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa
setelahnya?
J: Pengennya saya yang lebih baik sih cuman kita udah lama sih di sini dari
kelas lima sd langsung

Hasil wawancara 11

Nama: Musnadi asal: Kotabumi, Tangerang


Waktu/tanggal : 10.38 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing
Umur: 33

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Ooh udah, saya sih udah jalan hampir 17 tahunan
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Yaa kadang-kadang apa aja sih yang menghasilkan buat anak istri
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Ya pendapatan mah kadang-kadang 70
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Lebih ged pengeluaran
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Ya ngga ada lagi
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

96
J: Cuman SD saya sama sih kelas lima
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Pengennya sih
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Hambatannya sih karena faktor ekonomi biaya
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Ya ada sihh
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Ada juga
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Ya pengennya sih kerja lebih baik dari kita lebih bagus
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Pengen
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Ya keuntungannya sih buat nyenengin orang tua
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Kayaknya perlu juga sih
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Kayaknya iya, ada
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Biasa aja kayaknya
17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa
J: Saya sih pengen sih pengen
18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?
J: pengen
19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?

97
J: Yaa kalo bisa sih secepatnya gitu ya kalo ada biaya, Kalau bisa sih
malem
20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?
J: Pengen bener
21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa
setelahnya?
J: Yaa mau mencari pekerjaan layak aja gitu di pabrik

Hasil wawancara 12
Nama: Jeib asal: Kedaung baru, Tangerang
Waktu/tanggal : 10.43 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing
Umur: 35

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Udah dua puluan dua puluh tigaan lah
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Ngga ada lagi
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Tiga puluh ribu
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Sebenarnya sih ngga memenuhi cuman kan kita atur-atur aja
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Waktu itu sih kerja di pabrik
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Sekolah dasar kelas 6
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Sebenarnya ada usaha pengen ke smp cuman karena biaya
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Yaitu tadi karena biaya
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?

98
J: Ngga ada pengaruh
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Ngga ada hambatan
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Ya itu bisa berguna ya pokoknya lebih dari orang tuanya
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Ya ingin
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Yaa ada keuntungannya pasti
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Perlu ya biar bisa bersaing di pekerjaan kan sekarang kalo kerja
ditanyain pendidikan tingginya
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Ada ya jelas ada
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Ya kalo bisa mah jangan di beda bedain mah masalah pekerjaan
17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa
J: Ingin, biar bisa lebih baik dari sekarang
18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?
J: Ada ingin
19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?
J: Paling nunggu biaya dulu, Malem, pagi buat usaha
20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?
J: Ingin banget
21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa
setelahnya?
J: Pengen usaha aja gitu

99
Hasil Wawancara 13
Nama: Sulta asal: Pakuhaji Kulon Tangerang
Waktu/tanggal : 10.48 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing
Umur: 39

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Haa, hampir jalan 24 tahun
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Pabrik sekali-kalinya itu juga ngga make ijasah di gang ati jakarta barat
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Ya alhamdulilah gocap lumayan buat dapur cuman kalo anak minta duit
bingung bang bener
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Sehari kadang-kadang kalo ngga gali lobang tutup lobang bisa sampe
enampuluan pengeluaran
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Nyetak ini gantungan ini apa baju
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: Kelas lima SD itu alhamdulillah mau gimana lagi orang tuanya gak
mampu lah
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: ngga ada usaha mah saya dulu dagang
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: hambatannya faktor ekonomi
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?
J: Yaa ada juga sih pengaruh cuman mau gimana lagi emang nasib kita
begini
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Ngga ada

100
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Kalau saya sih pengen nyuksesin sih anak saya, supaya jangan kaya
orang tuanya, supaya bisa mengabdi orang tua, ngabdi negara, jangan
sampe ngalamin sampe kayak orang tuanya lah
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Insya Allah kalau misalnya tuhan berkehendak mah, ingin insya Allah
tapi saya ngikutin keadaannya ajah
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Ya bahagia aja gitu senang kalau anak seneng orang tua juga ikutan
seneng. Kalau misalnya anak terjerumus yang engga-engga kan bingung
nyesel gitu udah capek capek memulung gak ada guna itu
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Kalau sebenarnya perlu, makanya saya bercita cita pengen jadi abri perlu
sebenarya
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Ada sih
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Kalau lulusan tinggi mah lebih layak lebih enak, di banding sama
pemulung susah payahnya minta ampun cuman butuh sabar aja
17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa
J: Ya kalau tuhan berkehendak aja pengen, pengen aja gitu kayak orang
orang orang hidup layak gitu
18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?
J: Pengen serius, sebenernya pengen
19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?
J: Ya insya Allah lah sesuai aturannya aja
20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?
J: Pengen sih sebenarnya gitu

101
21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa
setelahnya?
J: Pengenya sih kayak orang kantoran temen temen saya gitu sukses

Hasil wawancara 14
Nama: Purwanto asal: Kedaung, Tangerang
Waktu/tanggal : 10.54 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing
Umur: 40 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?


J: Kurang lebih 5 tahunan
2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?
J: Tadinya buka limbah, ngolah limbah beliin
3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?
J: Paling normalnya enampuluh tujuh puluanlah
4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?
J: Lebih dari lima puluh ngga sepadan
5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?
J: Tadinya sebelum bekerja pemulung saya bekerja di kuli bangunan
proyek
6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?
J: SMP kelas dua udah berenti belum sempat dapet ijazah
7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?
J: Itu pengennya sih lanjut lagi kalo ada paket
8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?
J: Yang dulu itu pasti karena orang tua saya ngga mampu
9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh
pendidikan?

102
J: Oh ada
10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada
jelaskan
J: Oh ada itu hambatan udah pasti banyak cuman bisa
11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan
formal?
J: Harapan saya kalau mampu nih ya biar tinggi sekolah mendapatkan
pekerjaan lebih layak
12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?
J: Oh sudah pasti, udah pasti pengen lah
13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?
J: Keuntungannya, anak kalau udah pinter ngga perlu dibekali harta yang
penting pendidikan keuntunya itu dia mencari pasti lebih enak
14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?
J: Perlu
15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah
dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?
J: Jenis pekerjaan yang ditekuni itu pasti ada
16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh
pendidikan tinggi?
J: Pandangan saya tuh wah udah pasti enak udah pasti pinter kalau
pendidikan tinggi tuh udah pinter
17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa
J: ingin, karena saya kalau ngelamar kerja di pabrik itu pasti di tanyain
ijasah
18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?
J: Udah pasti ada lah, tapi kalau sekarang dari faktor ekonomi, biayai anak
sekola, keluarga, buat makan, kalau ada waktu senggang mungkin bisa
19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?
J: Ya mungkin kalo saya sekarang yang udah berkeluarga ini mungkin
malem, karena paginya buat usaha

103
20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?
J: Udah pasti pingin
21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa
setelahnya?
J: Kalau saya sih pengennya perdagangan

Lampiran 6 Brosur TPA Rawa Kucing

104
Lampiran Hasil Observasi

105
Tanggal: 10/05/2019
Tempat: TPA Rawa Kucing

Hasil Observasi

Peneliti ke tempat penelitian pada pagi hari tiba sampai di TPA pukul 08.00 WIB pagi hari
disana banyak truk pengangkut sampah yang memasuki area TPA dari berbagai kecamatan
kota Tangerang banyak pemulung di sekitar sektor satu yang sedang bekerja memilah sampah
dan ada pula yang sedang beristirahat di tempat gubuk-gubuk yang mereka buat sendiri. Ada
beberapa pemulung yang hanya memakai sepeda lalu memilah sampah disana dan langsung
pulang lagi, ada pula yang hanya berjalan kaki dari tempat tinggal mereka.

Kondisi ekonomi pada umumnya mereka hanya di bedakan antara pemulung dan pengepul
sampah, yang pemulung memiliki penghasilan yang dinyatakan kurang untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka sendiri sedangkan pengepul bisa memenuhi kehidupan mereka dari
penghasilannya namun mereka saling membantu satu sama lain terlihatnya dari bangunan
gubuk mereka yang beristirahat sama-sama. Namun ada beberapa pemulung yang hanya
sendiri mereka biasanya hanya mencari sampah dan langsung pulang mereka menukarkan
sampah-sampah tersebut di luar TPA rawa kucing. Mereka bekerja sejak pagi sampai sore,
kemudian mereka pulang ketempat tinggal mereka masing masing, karena pihak dari TPA
tersebut menjadwalkan atau menghimbau agar tidak ada pemulung yang tinggal di dalam TPA
tersebut. Beberapa ada yang tidak sampai sehari mereka hanya sejam atau dua jam mencari
sampah sesuai dengan tenaga mereka saja.

106
Lampiran 7 Surat turun lapangan

107
(Pintu 3 TPA Rawa Kucing)

(Foto dengan responden pak cimey setelah


wawancara)

Lampiran foto dokumentasi


penelitian

(Bersama Pak Purwanto setelah wawancara)

(Bersama Pak Eman Pemulung TPA rawa Kucing)

108
(Tempat Istirahat pemulung dan wawancara dengan
beberapa pemulung)

Beberapa Sampah di TPA Rawa Kucing 109


(Bersama pemulung TPA Rawa Kucing Sehabis wawancara)
110
111
112
113

Anda mungkin juga menyukai