Anda di halaman 1dari 118

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM DALAM

INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA


(Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Anugrah Romadhon
NIM 1113015000100

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1441 H/ 2020 M
ABSTRAK

Anugrah Romadhon, NIM 1113015000100. Implementasi Nilai-nilai Agama


Islam dalam Interaksi Sosial Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan
Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Impelentasi Nilai-nilai Agama
Islam dalam Interaksi Sosial Mahasiswa di Jurusan Pendidikan IPS. Jenis penelitian
yang digunakan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik sampling dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, adapun penelitian yang
dilakukan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini yaitu
implementasi nilai-nilai agama Islam di jurusan pendidikan IPS sudah cukup baik
meskipun belum maksimal dalam penerapnnya, akan tetapi mereka berusaha
membiasakan diri untuk selalu menerapkan nilai-nilai agama Islam ketika interaksi
sosial. Selanjutnya faktor utama mereka mengimplementasikan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi sosial dalam kesehariannya yaitu faktor keluarga. Mahasiswa
juga sering canggung mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam dalam
interaksi sosialnya karena sering mendapat respon yang kurang baik ketika
berinteraksi sehingga hal tersebut menjadi kendala mereka.

Jadi dapat kesimpulan dari penelitian ini yaitu implementasi nilai-nilai


agama Islam dalam interaksi sosial mahaiswa pendidikan IPS sudah cukup baik
meskipun belum sepenuhnya dilakukan. Oleh karena itu lembaga kampus perlu
membuat pembinaan karakter melalui kegiataan keagamaan agar mahasiswa
terbiasa bersikap sesuai nilai-nilai agama Islam dalam interkasi sosial sehari-
harinya.

Kata Kunci: Nilai agama Islam dan Interaksi sosial, Mahasiswa

i
ABSTRACT

Anugrah Romadhon, NIM 1113015000100. Implementation of Islamic Religious


Values in Student Social Interaction (Case Study of Social Sciences Department
Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
This study aims to determine the Implementation of Islamic Values in Social
Interaction of Students in Social Sciences Department of Education. The type of
research used is descriptive qualitative methods. The sampling technique used in
this study is purposive sampling technique, while the research conducted is
observation, interview, and documentation. The result of this study indicate that the
implementation of Islamic religious values in the department of social studies is
quite good although that has not been optimal in its application. In this case, they
try to get used to always applying Islamic religious values in social interaction.
Furthermore, the main factor they are implementing Islamic religious values in
social interactions in their daily lives is the family factor. Students are often
awkward in implementing Islamic religious values in their social interactions
because they often get an unfavorable response when interacting so that becomes
their obstacle.

So it can be concluded from this research that the implementation of Islamic


religious values in the social interaction of social studies students is quite good
even though it has not been fully done. Therefore campus institutions need to make
character building through religious activities so that students are accustomed to
behaving according to Islamic religious values in their daily social interactions.

Keywords: Islamic Religious Values and Social Interaction, Students

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Shalawat dan salam
penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, nabi penutup pemberi
risalah Islam dari Allah SWT SWT kepada umat manusia.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan,
motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Iwan Purwanto, M. Pd., Hormat, kagum
dan terimakasihku padamu, bapak dari para mahasiswa jurusan Pendidikan
IPS ketika di kampus.
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Andri Noor Ardiansyah, S,Pd. M.Si,
Terimakasihku padamu.
5. Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., dan ibu Zaharah, M. Ed., Dosen pembimbing
skripsi penulis yang telah sabar membimbing dan memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih yang tak
terhingga, penulis tidak bisa membalas apapun, semoga Allah SWT
membalas kebaikan ibu semua.
6. Seluruh Dosen dan segenap civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua penulis, ibu Patonah dan bapak A. Kamaludin yang
senantiasa mendukung baik moriil maupun materiil. Terimakasih telah
dengan sabar mendukung dan berdo’a dalam pendidikan penulis semasa

iii
kuliah. Kelulusan ini salah satu tanda bakti dan cinta penulis kepada Umi
dan Babah. Semoga Umi dan Babah selalu dilimpahkan kesehatan dan
kebahagiaan. Penulis sangat menyayangi kalian.
8. Kakakku Debi Iswan, Sri Susanti, Lusi Hutami dan Adikku Yunita
Anggraeni, Ani Sumarni, M. Yana Rahmatullah, yang telah banyak
memberikan dukungan dan do’a. Penulis menyayangi kalian semua.
9. Keponakaku Sasa, Irgi, Ihsan, Ijma, Dea, Reza, Sopi, Ica, Anzul, Fikri serta
kakak Iparku Empud, Sulaeman, Popon dan Epi. Terimaksih telah
memberikan support dan do’a kepada penulis.
10. Keluaragaku dari tanah kelahiran Bumi Tegar Beriman, Himpunan
Mahasiswa Bogor (HIMABO) Jakarta. Panutanku: Asep Muhammad
Pajarudin, Arif Hidayat, Ilham Mabruri, Yusuf Mardani, Faisal Wibowo.
Saudara-saudaraku Malik, Muslihin, Rizal, Basjul, Alpandi, Ali Sodikin,
Ali Muharrom, dan lainnya. Kuucapak terimakasih.
11. Keluarga Mahasantri Sabilussalum Sabilussalam (FORKAT) Awing,
Buyung, Andri, Iqbal, Sahrul, Wa Opik, Ikhda, Aay, dan lainnya.
Terimakasih, kalian luar biasa.
12. Keluargaku Himpunan Mahasiswa Sukamakmur (HIMASUKMA), Tum
Andri, Ibnu, Eno, Linda, Zam zam, kembar Diana Nadia, H. Manarul,
Baden, Raffy, Edin, Erli, Mpep, Gini, Adit, Nahdi, Neng Tika, Ica, dan
semuanya. Terimaksih, mari berjuang lagi untuk esok dan seterusnya demi
Sukamakmur yang lebih baik.
13. Keluargaku Hijau Hitam HMI Komisariat Tarbiyah dan Cabang Ciputat,
kepada semuanya ku ucapkan terimakasih atas dinamika dan
pemebelajarannya selama ini.
14. Keluargaku Mahasisa Pendidikan IPS Angkatan 2013. Terimakasih
semuanya.
15. Tak lupa segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
namun turut membantu penulis dalam meneyelesaikan skripsi ini, penulis
tidak bisa membals dengan apapun, semoga Allah SWT SWT membalas
dengan balasan yang sebaik-baiknya.

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ......................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ....................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7

A. Nilai-nilai Agama Islam .................................................................. 7

1. Pengertian Nilai-nilai Agama Islam ............................................. 7

2. Bengtuk Pokok Nilai-nilai Agama Islam ..................................... 8

a. Akidah .............................................................................................. 9

b. Syariah ............................................................................................ 11

c. Akhlak ............................................................................................ 13

B. Interaksi Sosial .............................................................................. 18

1. Pengertian Interaksi Sosial .......................................................... 18

2. Ciri-ciri Interaksi Sosial ............................................................... 19

v
3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial .................................. 20

4. Faktor-faktor Interaksi Sosial ...................................................... 22

C. Tinjauan Tentang Mahasiswa ........................................................ 23

1. Definisi Mahasiswa ...................................................................... 23

2. Peran Mahasiswa .......................................................................... 24

D. Sosiologi Agama ........................................................................... 27

1. Raymond F. Paloutian .................................................................. 28

E. Penelitian Relevan ......................................................................... 31

F. Kerangka Berfikir .......................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 36

B. Metode Penelitian .......................................................................... 37

C. Populasi dan Sampel...................................................................... 38

D. Sumber Data Penelitian ................................................................. 39

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 41

F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 42

G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 46

H. Pengujian Keabsahan Data ............................................................ 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 50

A. Deskripsi Data ............................................................................... 50

1. Profil Umum Jurusan Pendidikan IPS........................................ 50

2. Visi dan Misi Jurusan Pendidikan IPS ....................................... 53

vi
B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................... 54

C. Hasil Penelitian .............................................................................. 55

1. Gambaran Implementasi Nilai-nilai Agama Islam dalam


Interaksi Sosial Mahasiswa ................................................................. 56

2. Faktor-faktor yang Mendorong Mahasiswa dalam


Mengimplementasikan Nilai-nilai Agama Islam dalam Interaksi
Sosial ...................................................................................................... 69

3. Kendala Yang Dialami Mahasiswa dalam


Mengimplementasikan Nilai-nilai Agama Islam dalam Interaksi
Sosial ...................................................................................................... 72

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 74

A. Kesimpulan .................................................................................... 74

B. Implikasi ........................................................................................ 75

C. Saran .............................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77

LAMPIRAN ......................................................................................................... 80

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Kerangka Berfikir .................................................................................36

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ...............................................................................39

Table 3.1 Sumber Data Penelitian ......................................................................... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penelitian ................................................................................ 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi ................................................................................ 44

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-
harinya tidak akan bisa lepas dari komunikasi dan interaksi dengan sesama.
Secara definitif, interaksi sosial sendiri berarti adanya hubungan dua orang
atau lebih yang perilaku atau tindakannya direspon oleh orang lain.1 Dalam
interaksi sosial bisa menghasilkan banyak bentuk sosialisasi, diantaranya
interaksi antar individu dengan individu, interaksi individu dengan
kelompok, dan interaksi antara kelompok dengan kelompok.
Perguruan Tinggi merupakan sebuah institusi yang tidak hanya
untuk kuliah, mencatat, mengerjakan tugas dan menuntut ilmu. Akan tetapi
Perguruan Tinggi harus dipahami juga sebagai pembentukan mahasiswa
dalam bermasyarakat dan tempat bersosialisasi dengan orang lain, seperti
terjadinya interaksi sosial baik antara dosen dengan mahasiswa, mahasiswa
dengan mahasiswa, dan lainnya yang bisa melakukan banyak kegiatan
dikampus.
Perlu diketahui bahwa untuk mahasiswa yang sedang menuntut ilmu
di suatu Perguruan Tinggi sebagian besar berasal dari lingkungan sosial
berbeda yang terdiri dari berbagai suku dan kebudayaan serta membawa
bentuk interaksi sosial yang berbeda pula, seperti gaya bicara atau logat
bicara daerahnya, pembawaan sikap serta keunikan lainnya. Hal itu akan
menjadikan kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Biasanya mahasiswa yang berasal dari suatu kelompok etnis atau
kebudayaan tertentu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan nilai-
nilai, sikap-sikap, dan kebudayaan yang ada. Sebagai mahasiswa pendatang
akan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar

1
M. Amin Nurdin, Ahmad Abrori, mengerti sosiologi (pengantar: memahami konsep-
konsep sosiologi), (Jakarta: UIN JAKARTA PRESS, 2006), h. 52.

1
2

dapat diterima, bukan hanya untuk mempertahankan hidup tetapi juga untuk
kebutuhan-kebutuhan lain yang menyangkut studi.
Menurut Woodworth, bahwa manusia didalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannnya selalu mengalami empat macam proses:
1. Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
2. Individu dapat menggunakan lingkungan
3. Individu dapat berpartisipasi dengan lingkungan
4. Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.2

Mengenai penyesuaian diri ini dapat kita kemukakan yaitu


penyeesuaian diri yang dapat mengubah diri kita sesuai dengan lingkungan
dan penyesuaian diri yang dapat mengubah lingkungan sesuai dengan
keinginan kita. Jadi simpulan pendekatan ini mengatakan bahwa untuk
mengetahui tingkah laku manusia harus dilihat dari individu dan
lingkungan.

Setiap manusia pada dasarnya telah mengerti tentang agama, karena


agama dimiliki manusia yang terlahir di dunia ini baik atas bawaan turun
temurun dari orang tuanya maupun pengaruh agama itu yang telah ada
ketika datangnya sekelompok orang yang sengaja menyebarkan dan
mengamalkan setiap ajaran agamanya kepada individu lainnya.

Sosiologi agama merupakan studi tentang fenomena sosial, dan


memandang agama sebagai fenomena sosial. Sosiologi agama selalu
berusaha untuk menemukan pinsip-prinsip umum mengenai hubungan
agama dengan masyarakat. Sosiologi agama adalah suatu cabang sosiologi
umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna
mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi kepentingan
masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya. Di
dalam agama terdapat ungkapan materi dan budaya dalam tabiat manusia

2
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 44.
3

serta dalam sistem nilai, moral, etika, dan lainnya, khususunya bagi
masyarakat Indonesia yang mayoritas agama Islam.

Banyak mahasiswa pada zaman sekarang ini sikap dan perilakunya


yang keluar dari nilai-nilai agama Islam, seperti dalam bergaul sudah tidak
mengenal lawan jenis antara laki-laki dan perempuan, berpakaian yang
tidak sesuai dengan syariat Islam, bertutur kata atau berbicara kurang
sopan, dan lainnya. Pada zaman modern ini, dimana segala sesuatu
mengalami perubahan sangat cepat sehingga tidak bisa dihindarkan bahwa
tingkah laku sebagian mahasiswa mengalami ketidaktentuan saat mereka
masih mencari jati dirinya. Hal ini akan mengakibatkan krisis moral pada
kalangan mahasiswa, krisis moral ini terjadi akibat tidak memperhatikan
lagi tuntutan agama yang mengajarkan kepada manusia untuk berbuat baik,
dan seruan untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang.

Dalam pengamatan penulis selama observasi di lingkungan yang


akan diteliti yaitu jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta penulis
melihat bahwa mahasiswa mempunyai kesulitan dalam
mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam dengan baik sehingga
mereka kurang mengamalkan nilai-nilai agama Islam tersebut dalam
interaksi dengan sesama temannya.

Pada jurusan Pendidikan IPS memang diketahui dalam


pembelajarannya terdapat mata kuliah bahkan konsentrasi sosiologi,
dimana dalam ilmu sosiologi salah satu kajiannya membahas tentang
interaksi sosial yaitu interaksi individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Akan tetapi pada jurusan
Pendidikan IPS tidak terlalu membahas tentang ilmu agama secara
mendalam, meskipun dalam studinya di berikan ilmu agama Islam seperti
mata kuliah Bahasa Arab, Qur’an Hadits, Pengantar Studi Islam, dan
Qiraat. Tetapi untuk memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan
4

di dalam interaksinya dengan individu lain kurang menunjukkan hal yang


benar dan baik menurut ajaran agama.

Adapun kaitannya dengan penerapan nilai-nilai agama Islam dan


interaksi sosial yang merupakan bagian kajian ilmu agama, tidak menutup
kemungkinan bahwa mahasiswa pendidikan IPS dapat juga mengamalkan
dan menerapkan nilai-nilai agama Islam dalam interaksi dengan mahasiswa
lain ataupun di luar lingkungan kampus. Sehingga, banyak mahasiswa yang
memiliki nilai-nilai agamanya baik serta pengaplikasiannya baik juga
dalam interaksi sosial. Demikian pula bila seseorang dalam berinteraksi
dengan orang lain tidak memperlihatkan interaksi yang baik, cenderung
melupakan suatu yang baik di setiap interaksinya yang telah dianjurkan
dalam agamanya, maka dalam hal ini mahasiswa dalam berinteraksi tidak
memperdulikan nilai-nilai agamanya. Berarti dalam hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya pengaruh nilai keagamaan dalam interaksi sosial
mahasiswa.

Maka berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis akan


melakukan penelitian dengan judul: “IMPLEMENTASI NILAI-NILAI
AGAMA ISLAM DALAM INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA” (Studi
Kasus Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Adanya faktor-faktor yang menyulitkan mahasiswa dalam menerapkan
nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial
2. Keterbatasan pengetahuan mahasiswa tentang pengamalan nilai-nilai
agama Islam dalam interaksis sosil
3. Perkembangan zaman dan perkembangan teknologi membuat interaksi
sosial menjadi semakin berkurang.
5

4. Pentingnya implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan memperjelas permasalahan
yang akan dibahas, maka penulis memfokuskan penelitian pada
“Pentingnya implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial
mahasiswa”.

D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan adalah bagaimana Implementasi
Nilai-nilai Agama Islam Dalam Interaksi Sosial Mahasiswa Pendidikan IPS
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui implementasi
nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial mahasiswa pendidikan IPS
UIN Jakarta
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini mencakup dua aspek, yaitu teoritis dan
praktis.
a. Secara teoritis manfaatnya adalah:
1) Memperluas pengetahuan rentang bidang pengkajian
sosiologi, khususnya yang terkonsentrasi pada konsep
pengembangan teori interaksi sosial.
2) Dapat mengetahui fenomena-fenomena interaksi sosial yang
terjadi di kalangan mahasiswa.
b. Secara praktis manfaatnya adalah:
1) Dapat menjadi bahan informasi untuk memahami fenomena
penerapan nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial
sehingga dapat meminimalisir dampak yang bersifat
disfungsional dari interaksi sosial di kalangan mahasiswa.
6

2) Menjadi bahan pertimbangan bagi para pendidik maupun


orang tua dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada
anak
3) Bisa dijadikan rekomendasi bagi para peneliti selanjutnya
dalam meneliti fenomena interaksi sosial di kalangan
mahasiswa terutama dalam hal penerapan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Nilai-Nilai Agama Islam


1. Pengertian Nilai-nilai Agama Islam

Nilai-nilai agama Islam adalah nilai luhur yang ditransfer dan diadopsi ke
dalam diri.1 Secara hakiki, nilai agama merupakan nilai yang memiliki dasar
kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Nilai ini
bersumber dari kebenaran tertinggi yang datang dari Tuhan. Struktur mental
manusia dan kebenaran mistik-transendental merupakan dua sisi unggul yang
dimiliki oleh nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang harus dicapai adalah
adanya keselarasan semua unsur kehidupan. Antara kehendak manusia dengan
perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau antara i‘tiqad dan perbuatan.2
Nilai Islam mencakup didalamnya keselarasan semua unsur kehidupan antara apa
yang diperbuat manusia dengan apa yang telah diperintahkan oleh Tuhannya.

Agama Islam sebagai agama Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW memiliki kebenaran yang hakiki. Nilai-nilai dalam agama
merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan
berbagai masalah hidup seperti ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan perilaku manusia yang
menuju kepada keridhaan Allah SWT. Nilai keislaman dapat didefinisikan sebagai
konsep dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh manusia mengenai beberapa
masalah pokok yang berhubungan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam
bertingkah laku, baik nilai bersumber dari Allah SWT maupun hasil interaksi
manusia tanpa bertentangan dengan syariat.3

1
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 10.
2
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (
UpayaPembentukanPemikirandanKepribadian Muslim, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006), h.
28.
3
Rini Setyaningsih, dalam jurnal “Kebijakan Internalisasi Nilai-Nilai Islam Dalam
Pembentukan Kultur Religius Mahasiswa” h. 68

7
8

Aspek nilai-nilai ajaran Islam pada intinya dapat dibedakan menjadi


beberapa bagian, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai syariah atau ibadah, dan nilai-
nilai akhlak. Nilai-nilai aqidah mengajarkan manusia untuk percaya akan adanya
Allah SWT Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai Sang Pencipta alam semesta,
yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan manusia
di dunia. Dengan merasa sepenuh hati bahwa Allah SWT itu ada dan Maha Kuasa,
maka manusia akan lebih taat untuk menjalankan segala sesuatu yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT dan takut untuk berbuat dhalim atau kerusakan di
muka bumi ini.

Nilai-nilai syariah atau ibadah mengajarkan pada manusia agar dalam setiap
perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah
SWT. Pengamalan konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan manusia-manusia
yang adil, jujur, dan suka membantu sesamanya. Selanjutnya yang terakhir nilai-
nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan berperilaku yang
baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik, sehingga akan membawa pada
kehidupan manusia yang tenteram, damai, harmonis, dan seimbang.

Dengan demikian jelas bahwa nilai-nilai ajaran Islam merupakan nilai-nilai


yang akan mampu membawa manusia pada kebahagiaan, kesejahteraan, dan
keselamatan manusia baik dalam kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat
kelak. Nilai-nilai agama Islam memuat Aturan-aturan Allah SWT yang antara lain
meliputi aturan yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam secara
keseluruhan. Manusia akan mengalami ketidaknyamanan, ketidak-harmonisan,
ketidak-tentraman, atau pun mengalami permasalahan dalam hidupnya, jika dalam
menjalin hubungan-hubungan tersebut terjadi ketimpangan atau tdak mengikuti
aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.4

4
Ali Muhtadi, dalam jurnal “Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan
Sikap Dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta” h. 4.
9

2. Bentuk Pokok Nilai-nilai Agama Islam

Seluruh dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran Islam adalah penting dan tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tetapi kalau diklasifikasikan ada
bagian yang penting, lebih penting, dan paling penting. Yang paling mendasar dan
sekaligus merupakan bagian yang paling penting mendasar dan sekaligus
merupakan bagian yang paling penting yaitu akidah, syariah dan akhlak. 5 Adapun
penjelasannya sebagai berikut:

a. Akidah

Akidah diletakan pertama kali karena kedudukannya sangat penting dalam


ajaran Islam. Seandainya Islam diumpamakan pohon, maka akidah adalah
akarnya, dan pohon tanpa akar tentu akan tumbang.6

1) Pengertian akidah
Akidah secara etimologis berarti yang terikat. Setelah terbentuk
menjadi kata, akidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat, terpatri dan
tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Secara terminologis
berarti creed (Kepercayan), keyakinan hidup iman dalam arti khas, yakni
pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian akidah adalah
urusan yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa,
dan menjadi keyakinan yang bercampur dengan keraguan.7
Karakteristik akidah dalam Islam bersifat murni, baik dalam isi
maupun dalam prosesnya, dimana hanyalah Allah SWT yang wajib
diyakini, diakui dan disembah.
2) Fungsi akidah Islam
a) Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.

5
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.122.
6
Ibid.
7
ibid
10

b) Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki


aqidah yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib,
memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat dengan baik.
c) Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah
maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima
3) Peran akidah
a) Akidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah SWT.
b) Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:

‫ون‬ ُ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ‫ت ۡٱل‬ُ ‫َو َما َخلَ ۡق‬


ِ ‫جن وٱلإِنس إِلا ل ِيعبد‬
ِ

”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk


menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56).8
c) Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia
seumur hidup.
Allah SWT berfirman:
َ َ ۡ ْ ُ ۡ َ َ ْ ُ َ ۡ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ ََٰٓ َ ۡ ُ ۡ َ َ ُ َ َ َ َ ْ ُ َٰ َ َ ۡ َ ُ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ َ
ِ‫لئِكة ألا تخافوا ولا تحزنوا وأبشِ روا ب ِلٱلجنة‬َٰ ‫إِن ٱلذِين قالوا ربنا ٱّلل ثم ٱستقموا تتنزل علي ِهم ٱلم‬

َ َ ُ ُ ُ َ
‫نت ۡم توع ُدون‬‫ٱلتِي ك‬

”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah


Allah SWT kemudian mereka beristiqomah (teguh dalam pendirian
mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya
berkata: “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang
dijanjikan Allah SWT kepadamu.”(QS. Fushilat: 30).

d) Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan


dunia yang fana ini.

8
Penerbit
11

e) Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam


sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesusah
mereka.
f) Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala
kebutuhan lainnya karena ia merupakan sumber kehidupan,
ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin sempurna
pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah SWT
semakin sempurna pula dalam mengagungkan Allah SWT dan
mengikuti syari’at-Nya.
b. Syariah
Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan
pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kualitas
hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib
dipatuhi. Orang Islam yakin bahwa ketentuan Allah SWT SWT yang
terdapat dalam syariah itu adalah ketentuanm Allah SWT SWT yang
bersifat universal, oleh karena itu merupakan hukum bagi setiap
komponen dalam satu sistem. Hal ini berarti bahwa setiap ketentuan yang
ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja akan merusak lingkungannya
tetapi juga akan menghilangkan fungsi parameter dalam komponen atau
fungsi komponen dalam sistem.
Sebagai contoh, seseorang menyalahi janji, berdusta, zina, mencuri,
korupsi, dan lain-lain. Dalam syariah Islam ada istilah rukshoh
(keringanan) apabila seseorang tidak dapat melaksanakan kewajibannya
secara normal, maka ia boleh melaksanakannya dengan cara lain sesuai
dengan kekuatan, kemungkinan, dan kondisi, seperti sholat sambil
duduk.
1) Klasifikasi dan Pelaksanaan Syariah
Syariah adalah ketentuan-ketentuan Allah SWT SWT yang
mengatur dilaksanakannya atau tidak dilaksanakannya suatu
12

perbuatan seseorang baik yang menyangkut ibadah dalam arti kata


khusus atau ibadah dalam arti luas.
Pengklasifikasian Syariah dijelaskan sebagai berikut :
a) Wajib (Ijab), yaitu suatu ketentuan yang menurut
pelaksanaannya, apabila dikerjakan mendapat pahala, dan
apabila ditinggalkan mendapat dosa
b) Haram, yaitu suatu ketentuan apabila ditinggalkan mendapat
pahala dan apabila dikerjakan mendapat dosa. Contohnya:
zinah, mencuri, membunuh, minum-minuman keras, durhaka
pada orang tua, dan lain-lain.
c) Sunnah (Mustahab), yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
d) Makruh (Karahah), yaitu suatu ketentuan yang menganjurkan
untuk ditinggalkannya suatu perbuatan; apabila ditinggalkan
mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa.
Contohnya : merokok, makan bau-bauan, dan lain-lain.

Bagi seseorang muslim melaksanakan syariah dalam


kehidupan sehari-hari, sebenarnya tidak hanya melaksanakan
agama dalam arti khusus tapi melaksanakan agama yang bersifat
universal.

Pelaksanaan syariah didalam Islam ini sangat berhubungan


dengan kondisi, sebagai contoh orang yang tidak mampu untuk
melaksanakan sesuatu kewajiban secara normal maka dia pasti
melaksanakannya dengan cara lain.

2) Ibadah Sebagai Bagian Dari Syariah


Syariah mengatur hidup manusia sebagai hamba Allah SWT
yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah SWT. Ketaatan,
ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah SWT dibuktikan dalam
bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa
oleh Syariah Islam. Esensi ibadah adalah penghambaan diri secara
13

total kepada Allah SWT sebagai pengakuan akan kelemahan dan


keterbatasan manusia di hadapan kemahakuasaan Allah SWT.
Dengan demikian salah satu bagian dari syariah adalah ibadah.
Secara umum Ibadah berarti mencakup semua perilaku
dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah
SWT SWT. Ibadah dalam pengertian inilah yang dimaksud dengan
tugas hidup manusia. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT SWT:

‫ون‬‫د‬ُ ‫نس إلَا ل َِي ۡع ُب‬


َ ‫ت ۡٱلج َن َو ۡٱلإ‬
ُ ‫َو َما َخلَ ۡق‬
ِ ِ ِ ِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka menyembah-Ku” (Adz-Dzariyat: 56).
Secara khusus Ibadah berarti perilaku manusia yang
dilakukan atas perintah Allah SWT SWT dan yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, seperti shalat, dzikir, puasa, dan
lain-lain.
Landasan dasar pelaksanaan syariah adalah aqidah
(keimanan). Dengan aqidah yang kuat maka syariah dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan Allah SWT
SWT.9

c. Akhlak
1) Pengertian Akhlak

Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dalam bahasa arab


yang berarti perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar
khuluqun). Kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata khalqun).10

Secara etimologis akhlak adalah:

9
http://viapurwawisesasiregar.com/2014/01/makalah-tentang-syariah.html diakses pada
tanggal 27 Oktober 2018 pukul 21.15 WIB.
10
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h.151.
14

(1) Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau


mendefenisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih
dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.11
(2) Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin menyatakan
bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang
dari padanya lahir perbuatan-perbuatannya dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.12
Dari dua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu
perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila
memenuhi kriteria berikut ini:
a) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam
kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah terjadi
kepribadiannya.
b) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah tanpa pemikiran.
c) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa paksaan
atau tekanan dari luar.
d) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sesungguhnya, bukan main-main, atau karena
sandiwara.13
2) Ruang Lingkup Ajaran Akhlak
Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang
lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pola
hubungan.
a) Akhlak terhadap Allah SWT

11
Ibid
12
Ibid
13
Ibid, 151-152
15

Akhlak terhadap Allah SWT adalah yang dapat diartikan


sebagi sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khaliq.
Menurut Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya
ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada
Allah SWT, yaitu:
(1) Karena Allah SWT menciptakan manusia
(2) Allah SWT telah memberikan perlengkapan panca indera
(3) Allah SWT telah mnyediakan bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
udara, air dan lainnya.
(4) Allah SWT telah memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan
lautan.14

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berakhlak


kepada Allah SWT dan kegiatan menanamkan nilai-nilai
akhlak kepada Allah SWT yang sesungguhnya akan
membentuk pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai
ketuhanan yang sangat mendasar adalah:

(1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan


kepada tuhan. Jadi, tidak hanya cukup dengan kata
percaya. Namun, harus terus meningkat menjadi sikap
mempercayai tuhan dan menaruh kepercayaan
kepada-Nya.
(2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya
bahwa Allah SWT senantiasa hadir atau bersama
manusia dimanapun manusia berada. Berkaitan
dengan ini dan karena menginsafi bahwa Allah SWT
selalu mengawasi manusia, maka manusia harus

14
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 149-150
16

berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu


dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tangguh
jawab, tidak hanya sekedarnya saja.
(3) Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah
SWT selalu mengawasi manusia. Kemudian, manusia
selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang
diridhai Allah SWT, dengan menjauhi atau menjaga
diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT.
Taqwa inilah yang mendasari budi pekerta luhur
(akhlakul karimah).
(4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan
perbuatan, semata-mata demi memperoleh
keridahaan Allah SWT dan bebas dari pamrih lahir
dan batin.
(5) Tawakkal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada
Allah SWT dengan penuh harapan kepada-Nya dan
berkeyakinan bahwa Dia akan menolong manusia
dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
(6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan
pengahargaan atas semua nikmat yang tak terbilang
banyaknya yang dianugerahkan oleh Allah SWT
kepada manusia.
(7) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan
hidup, besar dan kecil, lahir dan batin dan lainnya.

b) Akhlak terhadap sesama manusia


Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia yang patut
sekali untuk dilakukan, antara lain:
(1) Silaturrahmi
(2) Persaudaraan (ukhuwah)
(3) Persamaan(al-musawah)
17

(4) Adil
(5) Baik sangka
(6) Rendah hati
(7) Sikap jujur
(8) Sopan santun
(9) Tepat janji
(10) Lapang dada
c) Akhlak Terhadap Lingkungan
Lingkungan di sini meliputi segala sesuatu yang di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-
benda tak bernyawa.
Dari uraian di atas memperhatikan bahwa akhlak dalam
islam sangat komprehensif, menyeluruh dan mencakup
berbagai makhluk yang diciptakan tuhan. Hal yang demikian
dilakukan secara fungsional, karena seluruh makhluk tersebut
satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya
salah satu bagian dari makhluk tuhan akan berdampak negatif
bagi makhluk lainnya.15

3) Pembagian Akhlak
a) Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)
(1) Bersifat sabar
Kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu:
Pertama, sabar menanggung beratnya melaksanakan
kewajiban. Kedua, sabar menanggung musibah atau
cobaan. Ketiga, sabar menahan penganiayaan dari orang.
Keempat, sabar menanggung kemiskinan.
(2) Bersifat benar
(3) Bersifat kasih sayang

15
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), 152-158
18

(4) Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal


(5) Memelihara kesucian diri (Al-‘Ifafah)
(6) Bersifat berani
(7) Bersifat adil
(8) Menepati janji
b) Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)
(1) Sifat dengki
(2) Sifat iri hati
(3) Sifat angkuh (sombong)
(4) Sifat riya
(5) Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan
anak itu sendiri
(6) Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya
(7) Mengurangkan timbangan
(8) Berzina
(9) Membunuh

Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling


mencintai dan saling menyayangi. Sedangkan akhlak tercela
menjadikan saling benci, hasud, dan permusuhan. Laksana
biji yang baik akan menghasilkan panen yang baik.16

B. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah wujud dari sebuah tindakan sosial di mana


tidak akan terjadi tindakan sosial jika tidak terjadi interaksi sosial. Karena
tindakan sosial melibatkan lebih dari satu individu yang menimbulkan
adanya hubungan timbal balik. Ada beberapa pengertian dari interaksi sosial

16
Suhendra, Makalah Tentang Akhlak, 2015. (http://suhendraaw.com/2015/05/makalah-
tentang-akhlak.html) di akses pada 27 Oktober 2018 (
19

yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya Menurut H. Booner dalam


bukunya, social psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa:
”interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, di mana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”17.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefinisikan


sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan atau saling
mempengaruhi.18

Dengan demikian interaksi sosial adalah hubungan timbal balik


(berupa) tindakan antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, maupun kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi
satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan, baik itu berupa tindakan yang
mengarah pada hal positif maupun negatif.

Seperti telah dipaparkan di atas, bahwa interaksi sosial bisa terjadi


antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok. Berikut adalah penjelasannya:

a. Interaksi antara individu dengan individu, yaitu individu yang satu


memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya
dan sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan
reaksi, tanggapan atau respon.
b. Interaksi antara individu dengan kelompok, bentuk interaksi semacam
ini menunjukkan bahwa kepentingan seseorang individu berhadapan
atau bisa ada saling keterkaitan dengan kepentingan kelompok.
Individu dapat membawa pengaruh bagi suatu kelompok.
c. Interaksi antar kelompok dengan kelompok, bentuk interaksi antara
kelompok dengan kelompok saling berhadapan dalam kepentingan,

17
Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Bandung: Kencana Prenda Media Group, 2007), h. 92.
18
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nul diakses pada 28 Oktober 2018.
20

namun bisa juga ada kepentingan individu di situ dan kepentingan


dalam kelompok merupakan satu kesatuan.19
2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan disebut interaksi sosial jika
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
Dilihat dari pengertian interaksi sosial bahwa interaksi adalah hubungan
timbal balik antara individu satu dengan yang lain. Dari sini berarti tidak bias
dikatakan berinteraksi jika hanya terdapat satu individu yang melakukan
tindakan.
b. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol atau
lambang.
Dalam melakukan hubungan timbal balik atau interaksi tentu di dalamnya
terdapat komunikasi yang merupakan syarat mutlak terjadinya interaksi
sosial. Dalam hal ini, komunikasi terdiri dari lima unsur pokok, yaitu:
komunikator, komunikan, pesan, media, efek
c. Adanya dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang.
d. Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.20

3. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa proses sosial merupakan
aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Di mana di dalamnya terdapat suatu
proses hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan
tersebut berupa antar tindakan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Interaksi sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah

19
Diyo-Experience. 2013. Makalah Tentang Interaksi Sosial. (Online). (http://diyo-
experience.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html, diakses 27 Oktober
2018).
20
MGMP Sosiologi, Bahan Ajar Sosiologi Berdasarkan KTSP SMA Kelas X Semester
Ganjil, (Lamongan : Karya Pustaka Mandiri, 2009), h. 30-31.
21

pihak, baik antara individu satu dengan individu, individu dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu
hubungan sosial. Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu
masalah pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi
merupakan proses timbal balik, di mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku
reaktif pihak lain dengan demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain.
Orang mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini
mungkin berlangsung melalui fisik, seperti dalam obrolan, yang di dalam
obrolan tersebut terjadi proses mendengarkan, melakukan gerakan pada
beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain lagi, atau secara tidak langsung
melalui tulisan, atau dengan cara berhubungan dari jauh. Misalnya melalui
telepon atau dengan saling memberikan isyarat atau kode satu sama lain.21
Untuk terjadinya interaksi sosial diperlukan adanya syarat-syarat yang harus
ada, yaitu:
a. Adanya kontak sosial (social contact)
b. Adanya komunikasi.22
Ada 3 tahap penting dalam proses komunikasi, yaitu:
1) Encoding, pada tahap ini gagasan atau program yang akan dikomunikasikan
diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator
harus memilih kata, istilah, kalimat atau gambar yang mudah dipahami oleh
komunikan. Komunikator harus menghindari pengguaan kode-kode yang
membingungkan komunikan.
2) Penyampaian, pada tahap ini istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan
dalam bentuk kalimat atau gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa
lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.

21
Abdulsyani, Sosiologi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), h. 153-154.
22
Ibid,. Elly, KamaHakam, Effendi, Ilmu Sosial.., h 95-97.
22

3) Decoding, pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami


kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.23

Dalam hal ini, komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial.


Karena komunikasi adalah alat untuk melakukan interaksi sosial, jika tidak ada
komunikasi maka interaksi sosial juga tidak akan terjadi. Bahkan, meskipun sudah
melakukan komunikasi tetapi jika komunikasi tersebut dilakukan secara tidak baik
atau tidak sesuai dengan tahap pada komunikasi maka itu juga tidak bisa disebut
dengan komunikasi dan tidak dapat mewujudkan interaksi sosial.
Dengan demikian, interaksi sosial akan terjadi jika sudah memenuhi kedua
syarat yang telah dijelaskan di atas yaitu kontak sosial dan komunikasi. Adanya
kontak sosial dan komunikasi yang baik hendaknya dapat menciptakan interaksi
sosial yang baik pula. Diharapkan tiap-tiap individu lebih memperhatikan dan
mempertimbangkan dengan baik ketika akan melakukan kontak sosial dan
komunikasi, karena itu akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah interaksi
sosial, dan akan membawa dampak positif dan negatif sesuai dengan cara mereka
melakukan kedua syarat interaksi sosial tersebut.

4. Faktor-faktor Interaksi Sosial


Adapun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, yaitu:
a. Faktor imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau
perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk.
Misalnya meniru dalam hal gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan,
pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan seseorang.
b. Faktor sugesti
Sugesti dalam faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi
sosial merupakan sebuah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya

23
Ibid,. MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi.., h. 31.
23

sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya
daya kritik. Dalam psikologi sugesti dibedakan menjadi:
1) Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dirinya
sendiri.
2) Heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Arti dari sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi
sosial adalah hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi orang
yang satu mengikuti salah satu darinya, sedangkan pada sugesti seseorang
memberikan pandangan atau sikap lalu diterima oleh orang lain.
c. Faktor identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, baik secara lahiriyah maupun batiniah. Di sini
dapat diketahui, bahwa hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi
adalah lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-
proses sugesti maupun imitasi. Karena dalam proses identifikasi
kepribadian seseorang dapat terbentuk. Orang melakukan identifikasi
karena seringkali memerlukan tipe ideal atau tokoh yang bisa dijadikan
panutan dalam hidupnya.
d. Faktor simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Perasaan simpati muncul tidak harus dengan pemikiran yang
matang. Melainkan berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga pada proses
identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik pada orang lain
dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik
baginya.24
e. Empati
Empati merupakan simpati yang mendalam yang dapat
mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contohnya, seorang ibu akan

24
Ibid,. MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi.., h. 92-94.
24

merasa kesepian ketika anaknya yang bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu
dan memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit.25

C. Tinjauan Tentang Mahasiswa


1. Definisi Mahasiswa
Montogmery dalam Papalia dkk menjelaskan bahwa perguruan tinggi atau
universitas dapat menjadi sarana atau tempat untuk seorang individu dalam
mengembangkan kemampuan intelektual, kepribadian, khususnya dalam melatih
keterampilan verbal dan kuantitatif, berfikir kritis dan moral reasoning.26
Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua
sifat, yaitu manusia muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual,
mahasiswa harus mampu untuk berfikir kritis terhadap kenyataan sosial,
sedangkan sebagai manusia muda, mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko
yang akan menimpa dirinya.
Mahasiswa merupakan generasi kelas menengah yang selalu hadir dalam
garda terdepan setiap perubahan penting dan mendasar di negeri ini. Mulai tahun
1908, lahirnya Boedi Oetomo telah melahirkan semangat perjuangan melawan
kolonialisme dengan cara yang cerdas. Lahirnya Sumpah Pemuda 1928 juga tidak
lepas dari peran penting mahasiswa, berlanjut pada Proklamasi Kemerdekaan
1945. Hingga berturut-turut sejak tahun 1965 dengan aksti Tritura (tiga tuntutan
rakyat) yang meruntuhkan kekuasaan Orde Lama. Pada tahun 1997 dengan
gerakan reformasinya, mahasiswa telah mendobrak ketidakadilan sistem politik
dan ekonomi. Kesemua hal tersebut, membuktikan bahwa terdapat gerakan penting
yang sesunggungnya dimotori oleh peran penting mahasiswa.
Belajar dari rentetan sejarah ini, tentunya menjadi suatu fakta bahwa peran
penting mahasiswa tidak pernah bisa dipandang sebelah mata. Mahasiswa jelas
merupakan generasi terdepan yang mendapatkan pendidikan (tinggi) secara baik
dibandingkan dengan kelompok generasi muda lainnya. Karena mendapat tempaan

25
Ibid,. MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi.., h. 33.
26
Agustin, Peran Mahasiswa dalam Kepemimpinan, 2015,
http://seaagustin.com/2015/04/makalah-peran-mahasiswa-dalam.html, di akses 13 November
2018.
25

pendidikan inilah maka kita senyatanya banyak berharap bahwa stok sumberdaya
masa depan yang berkarakter baik (good character) dan kuat banyak di isi oleh
kaum muda ini. Di samping yang tidak boleh dilupakan adalah juga hight
competency harus dikuasai.
Masa depan kebangsaan Indonesia sangatlah ditentukan oleh generasi muda
terdidik ini, apalagi mereka adalah generasi yang banyak mendapatkan berbagai
pengetahuan teoritik maupun praktis di Perguruan Tinggi tentang tema-tema
pembangunan bangsa sesuai pada kompetensinya masing-masing. Sebagai
generasi masa depan, kiranya penting pula mempersiapkan mereka dengan
berbagai pola pendidikan yang mampu membangun karakter bangsa positif di
kalangan mahasiswa, apalagi di era globalisasi ini. Di tengah percaturan global,
maka fungsi karakter menjadi sangat vital bagi kemampuan kita berkompetesi
dengan negara lain. Tanpa karakter, niscaya generasi masa depan bangsa ini tidak
hanya akan terpuruk dalam persaingan global, melainkan akan kian melemahkan
masa depan kebangsaan Indonesia.
2. Peran mahasiswa
a. Agent Of Change ( Generasi Perubahan )
Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Artinya apabila ada
sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu dinilai menyalahi daripada
yang seharusnya, mahasiswa dituntut untuk dapat merubahnya sesuai dengan
harapan yang sesungguhnya. Sehingga pada akhirnya mahasiswa itu sendiri
dapat menggunakan disiplin ilmu yang telah dipelajarinya dapat memberikan
kontribusi berupa pemikiran-pemikiran yang lebih efektif dalam
melaksanakan pembangunan indonesia untuk menjadi lebih maju di masa
yang akan datang.
Dalam hal ini mahasiswa merupakan salah satu harapan suatu bangsa
agar dapat merubah keadaan yang sedang terjadi ke arah lebih baik. ini
didasarkan bahwa mahasiswa dianggap memiliki kemampuan secara
keilmuan atau intelektual yang dinilai cukup kompeten dengan dibarengi
dengan cara berpikir yang lebih matang, sehingga diharapkan dapat menjadi
26

jembatan akan adanya aspirasi-aspirasi yang berasal dari masyarakat kepada


pemerintah.
b. Social Control ( Generasi Pengontrol )
Sebagai generasi pengontorol mahasiswa diharapkan mampu dalam
mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Selain
pintar dalam bidang keilmuannya, dan mahasiswa juga harus mampu dalam
melakukan sosialisasi serta memiliki kepekaan terhadap keadaan yang ada
dilingkungannya.
Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengkritik,memberi saran dan
memberi solusi apabila keadaan sosial bangsa dinilai sudah tidak sesuai
dengan cita-cita dan tujuan bangsa itu sendiri, dengan adanya peran
mahasiswa sebagai social control mahasiswa dituntut untu memiliki
kepekaan, kepedulian, dan memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat
sekitar tentang permasalahan yang sedang terjadi ditengah – tengah
masyarakat.
Pada akhirnya mahasiswa mampu melakukan hal-hal baru yang
bermanfaat bagi masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan dirinya
sebagai harapan bangsa.

c. Iron Stock (Generasi Penerus)


Sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan
dapat menjadi manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia
yang kemudian dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di
pemerintahan di masa depan. Pada intinya mahasiswa merupakan merupakan
sebuah aset, cadangan, harapan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk
menjadikan lebih baik.
Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat
dinamis dengan ditandai adanya pergantian kekuasaan dari golongan tua ke
golongan muda, oleh karena itu kaderisasi dipandang perlu dilakukan secara
terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan
27

momentum kaderisasi yang sangat efektif untuk dapat dimanfaatkan bagi


mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai aset yang dapat digunakan
di masa depan. Karena pada saat menjadi mahasiswa diberikan banyak ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang suatu saat nanti akan bermanfaat dalam
memberikan kontribusi dalam membangun bangsa Indonesia.
d. Moral Force (Gerakan Moral)
Mahasiswa sebagai penjaga stabilitas lingkungan masyarakat,
diharapkan menjadi pihak paling depan dalam menjaga nilai – nilai moral
yang telah ada. apabila di lingkungan sekitar menemukan hal-hal yang
menyimpamg daripada norma yang ada, maka mahasiswa dituntut untuk
dapat merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan.
Begitupun mahasiswa itu sendiri harus mempunyai moral yang baik agar bisa
menjadi contoh bagi masyarakat dan juga harus dapat merubah ke arah yang
lebih baik jika moral bangsa dianggap sudah buruk, dengan bentuk nyata yang
dapat dilakukan dapat melalui kritikan secara diplomatis ataupun aksi yang
dijadikan cirri daripada sikap nyata dari mahasiswa dalam menanggapi
keadaan yang sedang terjadi.27

D. Sosiologi Agama
Sosiologi agama merupakan sub disiplin sosiologi yang mempelajari
hubungan antara agama dan masyarakat. Agama telah hidup lama bahkan sejak atau
mungkin sebelum masyarakat itu eksis. Melalui penemuan simbol-simbol dan
tradisi keagamaan, agama secara ilmiah diklaim sudah ada di peradaban kuno dan
masih ada sampai saat ini.
Agama sebagai salah satu elemen yang dekat sekali dengan masyarakat
menarik perhatian para pembelajar sosiologi yang notabene membelajari
keseluruhan elemen kehidupan masyarakat. Dalam sosiologi, agama bisa dilihat

27
Agustin, Peran Mahasiswa dalam Kepemimpinan, 2015,
http://seaagustin.com/2015/04/makalah-peran-mahasiswa-dalam.html, di akses 13 November
2018.
28

sebagai sistem keyakinan atau insititusi sosial. Sebagai sistem keyakinan, agama
mempengaruhi atau bahkan menentukan bagaimana orang berpikir, bertindak dan
berperilaku. Sedangkan sebagai insitusi sosial, agama merupakan seperangkat
norma, nilai dan aturan yang membentuk pola tindakan sehingga terorganisir dan
berkembang secara dinamis dalam rentang historis tertentu.
Perlu dicatat di sini bahwa sub disiplin ini tidak menaruh perhatian yang
khusus pada apa yang diyakini orang tentang agamanya. Namun fokus perhatian
lebih diarahkan pada bagaimana agama mempengaruhi kehidupannya dan
bagaimana seseorang atau masyarakat memberi makna, tafsir, dan memahami
agamanya dalam konteks sosial dan kultural yang spesifik.28

1. Raymond F. Paloutian
Adapaun dalam penelitia ini penulis menggunakan teori psikologi agama
dari Raymond F. Paloutian mengenai orientasi, sikap dan perilaku keagamaan.
Menurut Raymond F. Paloutzian, orientasi keagamaan seseorang akan
mempengaruhi sikap dan perilaku keagamaan. Dalam hal sikap, orientasi beragama
seseorang menentukan sikap yang secara moral relevan, misalnya dalam bentuk
prasangka terhadap pihak lain. Dari sikap tersebut juga akan lahir perilaku sosial
yang secara moral relevan.29
a. Orientasi
Orientasi secara umum dapat disebut sebagai tujuan atau corak beragama
seseorang. Para psikologi sosial mengistilahkan orientasi beragama agar dapat
menentukan perbedaan-perbedaan gaya beragama dalam kehidupan manusia.
Yang mengembangkan istilah orientasi adalah Allport dan berkaitan dengan
karya-karya Allen.
Orientasi dalam beragama dibagi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik
adalah orientasinya menjadikan agama sebagai jalan hidup, pandangan hidup
atau pedoman dalam hidupnya, sedangkan ekstrinsik orang yang memanfaatkan

28
http://sosiologis.com/sosiologi-agama di akses pada tanggal 10 Januari 2020
29
Siti Rahma, “Orientasi, Sikap dan Perilaku Keagamaan Mahasiswa Hizbut Tahrir UIN
Sunan Kalijaga Terhadap Pemikiran Khilafah,” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2016, h. 12.
29

agama. Hal ini bisa disebut bahwa manusia yang beragama tapi jutru
menggunakan agama dalam segala kepentingan, atau biasa disebut munafik
karena beberapa sebab, bisa pengaruh politik, maupun ekonomi. Sedangkan
intrinsik adalah orang-orang yang beragama dengan taat, dan menghayati agama
dalam kehidupannya.30
Orang yang beragama secara ekstrinsik adalah agama yang mendukung dan
membenarkan kepentingan pribadi. Agama tidak dijadikan motif utama tapi
hanya berperan sebagai alat. Dalam keadaan seperti ini agama dijadikan budak
bagi kepentingan, keinginan dan kebutuhan yang tidak berkaitan dengan nilai
agama dan keimanan seseorang, misalnya sosial, politik, ekonomi, budaya. Para
penganut agama ekstrinsik bukan menjunjung tinggi agama, justru
memanfaatkan untuk mendukung dan membenarkan gaya hidup dan perilaku
mereka. Sedangkan orang yang beragama intrinsik, menjalankan hidup dengan
motivasi agama dan memiliki arti, sehingga mampu menghayati agama mereka.

b. Sikap
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama.
Pendidikan agama memberikan peranan penting dalam pembentukan sikap
keagamaan seseorang. Zakiah Daradjat mengatakan bahwa sikap keagamaan
merupakan perolehan bukan bawaan. Sikap terbentuk dari pengalaman langsung
yang berhubungan dengan lingkungan, bisa dari keluarga, teman dekat, jamaah
dan sebagainya.31
Sikap keagamaan seseorang dipengaruhi oleh orientasi yang dipahami,
dalam hubungan antar umat beragama akan melahirkan dua kecenderungan;
menjadi pribadi yang damai dan bersahabat atau menjadi pribadi yang penuh
prasangka dan rasa permusuhan. Sehingga sikap tersebut dikatakan inklusif
maupun esklusif, sikap inklusif dalam beragama, mereka yang menerima adanya
keterbukaan, perbedaan dan lebih moderat, sedangkan sikap esklusif lebih

30
Ibid, h. 13
31
Ibid, h.14.
30

bersikap tertutup, keras, dan radikal. Sikap tersebut juga akan berpengaruh pada
perilaku seseorang, ketika berinteraksi dengan orang lain yang berbeda
pemahaman maupun beda agama.

c. Perilaku
Perilaku keagamaan adalah segala aktivitas manusia dalam kehidupan yang
didasari atas nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku tersebut
berdasarkan pada kesadaran dan pengalaman beragama pada diri seseorang.
Perilaku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh adanya suatu
sikap keagamaan yang ada pada diri seseorang. Sikap keagamaan yang berarti
keadaan yang ada pada diri seseorang. Oleh karena itu sikap keagamaan
merupakan interaksi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan
agama, dan tindak keagamaan dalam diri seseorang. Dengan sikap itulah
akhirnya lahir tingkah laku keagamaan sesuai dengan pemahaman yang
diyakininya.32
Perilaku merupakan bukti akhir dalam kepercayaan, bukan dari pemikiran.
Orang yang beragama dengan baik, dapat terlihat dari perilakunya, apakah
sesuai dengan ajaran agamanya atau tidak. Karena manusia seringkali
berperilaku tidak sesuai dengan perkataan. Orang bertindak untuk melakukan
sesuatu biasanya dipengaruhi oleh watak dan situasi. Namun dalam hal ini
kebanyakan manusia bertindak berdasarkan situasi, misalkan di tengah jalan
ditemukan orang yang mengalami kecelakaan, namun tidak semua orang yang
melewati lokasi tersebut memberi bantuan, karena mereka mengalami situasi
yang berbeda-beda (memiliki tingkat kesibukan). Namun sebenarnya mereka
semua orang yang beragama dengan baik, sesuai ajaran agamanya mereka
menyadari menolong orang sakit adalah perilaku yang baik. Meskipun tidak
semua melakukan hal tersebut karena tuntutan situasi yang berbeda-beda.33

32
Ibid, h. 15.
33
Ibid, h.16.
31

E. Penelitian Relevan
Penelitian relevan berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang
dapat menunjang dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan Dery Faishal yang berjudul “Implementasi Nilai-
Nilai Agama Islam Dalam Interaksi Sosial Mahasiswa (Studi Komparatif
pada Mahasiswa Tingkat 1 Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam dan Prodi
Pendidikan Sosiologi).”34 Metode penelitian yang gunakan yaitu kualitatif
dengan metode komparatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial mahasiswa
di Prodi Pendidikan Sosiologi dan IPAI UPI Bandung cenderung masih
belum sepenuhnya dilakukan dan masih perlu mempelajari dan
membiasakannya kembali di dalam interaksi sosial, karena umumnya
mahasiswa hanya bertegur sapa dan berjabat tangan maupun melakukan
senyum kepada orang lain. Persamaan dari penelitian ini terletak pada
variabelnya yaitu mengenai implementasi nilai-nilai agama Islam dalam
interaksi sosial mahasiswa. Sedangkan perbedaanya yaitu Deri Faishal
tentang lingkup implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial
mahasiswa pada Prodi PAI dan Sosiologi di Universitas Pendidikan
Indonesia, sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu tentang
implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial mahasiswa pada
jurusan pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Penelitian yang dilakukan Ardi Winarno yang berjudul “Persepsi Mahasiswa
Tentang Implementasi Nilai-Nilai Keislaman Dalam Pembelajaran
Matematika (Penelitian Pada Mahasiswa Semester 1 Kelas D Universitas
Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013/2014).”35 Metode Penelitian yang

34
Dery Faishal, Implementasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Interaksi Sosial
Mahasiswa (Studi Komparatif pada Mahasiswa Tingkat 1 Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam
dan Prodi Pendidikan Sosiologi), Pada Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, 2015
35
Ardi Winarno, “Persepsi Mahasiswa Tentang Implementasi Nilai-Nilai Keislaman
Dalam Pembelajaran Matematika(Penelitian Pada Mahasiswa Semester 1 Kelas D Universitas
Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013/2014), Pada Skripsi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014.
32

digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Dalam penelitian yang dilakukan Ardi


Winarno dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa tentang
implementasi nilai-nilai keislaman dalam pembelajaran matematika adalah
(1) Nilai-nilai keislaman dalam pembelajaran matematika meliputi religius,
jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, komunikatif dan
tanggung jawab, (2) Implementasi nilai-nilai keislaman perlu diterapkan
dalam pembelajaran matematika karena dapat menjadikan mahasiswa dekat
dengan Allah SWT SWT dan menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif, (3) Implementasi nilai-nilai keislaman dalam pembelajaran
matematika meliputi mengucapkan salam dan doa sebelum dan sesudah
pembelajaran; melafalkan ayat-ayat Al Quran; memotivasi mahasiswa untuk
menjadi pribadi yang lebih baik; menanamkan sikap jujur, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, komunikatif, tanggung jawab;
memfasilitasi mahasiswa dalam pembelajaran matematika; memberikan
teladan yang baik bagi mahasiswa; mengaitkan materi matematika dengan
nilai-nilai keislaman. Persamaan penelitian yaitu sama-sama mencari tahu
tentang implementasi nilai-nilai agama Islam pada mahasiswa. Sedangkan
perbedaan dari penelitian ini pada penbelitiannya, dimana Ardi Winarno
dalam penelitiannya lebih spesifik dalam pembelajaran matematika
sedangkan penulis lebih meneliti pada interaksi sosial mahasiswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Fajrina Muthoharoh yang berjudul
“Implementasi Pengembangan Nilai-Nilai Agama Dan Moral Anak Usia
Dini Di Kelompok Tk-B Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran 2018/2019”.36
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif deskriptif.
Adapapun hasil penelitian yaitu implementasi pengembangan nilai-nilai
agama dan moral di Sekolah Alam Bintaro menggunakan metode bercerita,
keteladanan dan metode pembiasaan. Implementasi pengembangan nilai-
nilai agama dan moral di sekolah memiliki pengaruh yang sangat penting

36
Fajrina Muthoharoh yang berjudul “Implementasi Pengembangan Nilai-Nilai Agama
Dan Moral Anak Usia Dini Di Kelompok Tk-B Sekolah Alam Bintaro Tahun Ajaran 2018/2019”,
Pada Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019
33

sebagai lingkungan kedua yang mendukung perkembangan anak, oleh


karena itu sekolah dan orangtua perlu menjalin kerjasama yang baik
sehingga perkembangan nilai agama dan moral anak memiliki pemahaman
yang kuat karena rumah dan sekolah mampu memenuhi kebutuhan
perkembangan nilai agama dan moral anak. Penelitian ini mempunyai
kesamaan tentang penerapan nila-nilai agama Islam. Sedangkan
perbedaannya yaitu Fajrina Muthoharoh meneliti untuk anak usia dini,
sedangkan penulis meneliti kepada Mahasiswa.
4. Penelitian yang dilakukan Siti Nurul Azizah yang berjudul “Implementasi
Pendidikan Agama Islam Terhadap Nilai-Nilai Moral Mahasiswa
Demonstran (Studi Kasus Tentang Demonstrasi Di Fakultas Tarbiyah Iain
Sunan Ampel Surabaya)”.37 Metode penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa nilai-nilai moral
yang dilakukan oleh mahasiswa demonstran di Fakultas Tarbiyah dipandang
telah luntur akibat kemerosotan moral mahasiswa itu sendiri. Hal ini telah
dibuktikan adanya peristiwa aksi demonstrasi pada tanggal 02 Mei 2011,
yang mana dalam aksi tersebut mereka melakukan tindakan-tindakan yang
anarkis seperti terdapat aksi pembakaran ban, saling pukul sehingga
dipandang sangat kurang mencerminkan adanya nilai-nilai agama yang
selama ini mereka pelajari. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
pergeseran nilai-nilai ajaran Islam akhlak manusia, yang dapat membimbing
mahasiswa menjadi insan generasi Muslim yang berakhlaqul karimah.
Terdapat persamaan dalam penelitia ini yaitu tentang pengamalan atau
implementasi nilai-nilai agama Islam pada mahasiswa. Adapaun perbedaan
yaitu Siti Nurul Azizah fokus kepada nilai moral mahasiswa yang melakukan
demontrasi, sedangkan penulis lebih kepada interaksi sosial mahasiswa.

37
Siti Nurul Azizah yang berjudul “Implementasi Pendidikan Agama Islam Terhadap
Nilai-Nilai Moral Mahasiswa Demonstran (Studi Kasus Tentang Demonstrasi Di Fakultas
Tarbiyah Iain Sunan Ampel Surabaya), Pada Skripsi Iain Sunan Ampel Surabaya, 2011.
34

F. Kerangka Berfikir
Manusia sebagai makhluk sosial dalam menjalani hidup
kesehariannya pasti melakukan interaksi sosial bersama individu-individu
lain, dalam interaksi sosial pasti ada aturan tingkah laku. Tingkah laku
individu tersebut disebut akhlak yang mengandung nilai-nilai islami
terhadap membangun cara pandang, sikap dan pembentuk tingkah laku
manusia baik yang berasal dari dalam diri pribadi maupun dari luar diri
pribadi individu tersebut. Namun ternyata dalam menjalankan interaksi
sosialnya masih terdapat mahasiswa yang belum menamamkan nilai-nilai
agama Islam dalam kesehariannya.
Salah satu sumber penamaman nilai-nilai agama Islam bisa
diperankan oleh lembaga pendidikan formal. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai satuan pendidikan perguruan tinggi yang mempunyai ciri
khusus agama Islam harusmya mempunyai peranan terhadapan
pembangunan karakter dan penanaman nilai-nilai agama Islam untuk
masyarakat khususnya mahasiswa. Karena dengan ciri khusus kampus
Islam tersebut menjadikannya sebagai satu model dari sekian model
perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Dalam kaitannya dengan
implementasi nilai-nilai agama Islam terhadap interkasi sosial perlu di
diajarkan bidang studi Islam dan pembinaan karakter kepada mahasiswa.
Bidang studi Islam mengandung nilai-nilai atau norma agama dan akhlak
yang akan ikut membentuk cara berpikir, bersikap, dan berprilaku dalam
kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan individu dan sosial.
Lembaga pendidikan memerankan fungsi-fungsi pendidikan dalam
menurunkan nilai-nilai akhlak. Kemampuan dan style (gaya) yang
diperankan
35

Tabel 2.2 Kerangka Berfikir

Nilai-nilai Agama Islam

Faktor yang mendorong Kendala Dalam


mengimplementasikan Nilai-nilai Mengimplementasikan Nilai-nilai
Agama Islam Agama Islaam

Mahasiswa Mengimplementasi
Nilai-nilai Agama Islam dalam
Interaksi Sosial
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat yang dipilih dalam penelitian adalah Jurusan Pendidikan
IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Alasan penulis memilih Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Agar penelitian ini sesuai dengan yag ditetapkan, maka peneliti
membuat jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian

2019 2020
No Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Revisi

2 Penyusunan
Instrumen Penelitian
3 Pengujian Instrumen
Penelitian
4 Pengolahan data
penelitian
5 Penyusunan bab IV
dan bab V
6 Kelengkapan
lampiran
7 Sidang munqasah

8 Revisi skripsi

9 Wisuda

36
37

B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas,
langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat.
Metode penelitian berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih
mudah untuk dipecahkan dan dipahami.1 Metode penelitian mengemukakan
secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.2 Oleh karena itu, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif karena relevan dengan tujuan dari
penelitian yang akan menggambarkan bagaimana implementasi atau
penananaman nilai-nilai agama Islam oleh mahasiswa jurursan Pendidikan
IPS.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat terbuka dan
bersifat mendalam untuk memperoleh data yang diperlukan baik secara lisan
maupun tulisan dari perilaku manusia yang dideskripsikan, diinterpretasikan
dan dianalaisis bahkan bila memungkinkan dikembangkan menjadi teori
berdasarkan data-data yang diperoleh sehingga sesuai dengan tujuan penelitian
ini.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengutamakan pendekatan antar
manusia artinya selama proses penelitian, peneliti lebih banyak mengadakan
kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian
yaitu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya di Jurusan Pendidikan IPS.
Metode penelitian merupakan cara untuk mengemukakan kebenaran
dengan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dan diperoleh secara

1
Nyoman, Kutha Ratna, Teori, Metode, Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), h. 34.
2
Moleong dan Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), h. 3
38

sistematis. Menurut Sugiyono “Metode penelitian pada dasarnya merupakan


cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.3
Berdasarkan penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa terdapat
empat kata kunci yang mewakili pengertian dari metode penelitian, yaitu cara
ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Hal ini berarti penelitian tersebut dilakukan
dengan cara ilmiah dengan menemukan data-data yang membantu mencapai
tujuan dan kegunaan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Data yang diperoleh
oleh peneliti adalah data yang bisa dipertanggung jawabkan yaitu sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu dimana penulis mencoba mencari informasi perilaku keseharian
mahasiswa jurusan pendidikan IPS UIN Jakarta dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam kesehariannya. Berkenaan dengan metode deskriptif,
Moh. Nazir mengatakan bahwa: Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masyarakat sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif ialah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.4
Berdasarkan pendapat di atas metode deskriptif merupakan metode yang
memusatkan perhatian pada masalah aktual untuk memecahkan masalah
dengan menggambarkan semua peristiwa atau kejadian selama penelitian
berlangsung.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan subjek, variabel,


konsep, atau fenomena.5 Sedangkan pengertian sederhananya, populasi adalah

3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2006), h. 2.
4
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h.54.
5
Morissan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), Cet. 3, h.
109.
39

kumpulan dari seluruh unsur atau elmen atau unit pengamatan (observation
unit) yang akan diteliti.6 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dimana
prodi pendidikan IPS memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 532 mahasiswa
aktif.7

2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari
populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.8
Adapun dalam penelitain ini, sample yang akan diteliti yaitu mahasiswa
Pendidikan IPS dari konsentrasi sosiologi, ekonomi dan geografi. Teknik
pengambilan data untuk penelitian ini adalah teknik pusposive sampling, yaitu
teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
ini misalnya ketika melakukan penelitian tentang kualtias makanan maka
sample sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. 9 Pertimbangan
tertentu pada penelitian ini yaitu mahasiswa yang dianggap paling tahu tentang
apa yang peneliti harapkan. Sample yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 6 mahasiswa. Terdiri dari 2 (dua) mahasiswa konsentrasi sosiologi,
2 (dua) mahasiswa konsentrasi ekonomi dan 2 (dua) mahasiswa konsentrasi
geografi.

D. Sumber Data Penelitian


Untuk proses pengumpulan data, peneltiti mewawancarai mahasiswa
pendidkan IPS yang nantinya akan memberikan informasi dan keterangan yang
berkaitan dengan implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial
mahasiswa di jurusan pendidikan IPS. Pada penelitian ini peneliti

6
Abuzar Asra, Puguh Bodro Irawan, dan Agus Purwoto, Metode Penelitian Survei,
(Bogor: IN MEDIA, 2015), h. 70.
7
Buku Induk Prodi Tadris IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodelogi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 2011), Cet. II, h. 124.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung;Alfabeta,2012),
h. 85
40

membutuhkan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah
hasil dari pengumpulan informasi-informasi yang dilakukan secara langsung
melalui wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang di peroleh
untuk mendukung informasi yang dibutuhkan peneliti seperti dokumtasi
rakaman wawancara, foto saat penelitian dan juga surat-surat pendudukng
penelitian.
Adapun sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Spradley
sebagaimana yang dikutip Sugiyono di namakan “social situation” atau situasi
sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan
aktivitas (activity) yang beriteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut,
dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang
terjadi” didalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini dapat
mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada
pada tempat (place) tertentu.10
Jika disimpulkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Hasil observasi selama proses penelitian.
2. Wawancara kepada informan
3. Dokumentasi yang di peroleh selama proses pembelajaran.

Tabel 3.1
Sumber Data Penelitian Implementasi Nilai-niali agama Islam dalam
Interaksi sosial mahasiswa

Sumber Teknik Jumlah Instrumen


data
Mahasiswa  Observasi 6 Orang  Pedoman wawancara
Pendidikan  Wawancara Mahasiswa  Catatan dokumetasi
IPS  Dokumetasi

10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung;Alfabeta,2012), h. 215
41

Konsentaris
Sosiologi,
Ekonomi dan
Geografi

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah awal dari penelitian.
Karena tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data, adapun teknik
pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.
1. Observasi

Secara umum, observasi (observation) dapat dipahami sebagai suatu


tindakan manusia untuk menerima pengetahuan dari dunia luar dengan
menggunakan indra. Observasi juga dapat dimaknai dengan kemampuan untuk
memperhatikan, mencatat kejadian atau cara orang melihat sesuatu.11

Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara


langsung dilapangan untuk mendapatkan data penelitian dan tidak
mengabaikan kemungkinan sumber-sumber selain manusia seperti dokumen
dan catatan-catatan dengan tujuan untuk melengkapi data yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan mengamati proses
interaksi sosial mahasiswa lalu meneliti apakah menerapkan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksinya.

2. Wawancara

Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik


pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual. Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti menyiapkan
instrument wawancara yang disebut pedoman wawancara. Pedoman

11
Muh. Fitrah, Luthfiyah, Metodologi Penelitian; Peneltian Kualitatif, Tindakan kelas &
Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, 2017), h. 112
42

wawancara ini berisi sejumlah pertanyaan yang mencakup fakta, data,


pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan
dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.12

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah jenis wawancara kombinasi


dari wawancara terstruktur dan wawancara terbuka. Jadi, pertanyaan
wawancara sebelumnya telah di persiapkan dan di tentukan peneliti, tetapi
jawaban narasumber tidak dibatasi peneliti atau bersifat terbuka.

Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara dan


bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Dia Pula
berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan
diakhiri. Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintakan informasi oleh
pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.13

Adapun wawancara dilakukan peneliti dalam bentuk Tanya jawab


kepada mahasiswa Pendidikan IPS berjmulah 6 (enam) orang mahasiswa dari
konsentrasi sosiologi, ekonomi dan geografi.

3. Metode Dokumenter

Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang


digunakan dalam metode penelitian pendidikan. Pada intinya metode ini adalah
metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian,
bahan metode dokumenter memegang peranan yang amat penting dalam
pengumpulan data tentang latar belakang sejarah.14

F. Instrumen Penelitian
Menurut Nasution dalam Sugiyono, menyatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai

12
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 216
13
Burhan Bungin,” Penelitian Kualitatif ”, ( Jakarta: PT.Kencana,2009),hal.108, cet.3.
14
Ibid,hal.121, cet.3.
43

instrumen penelitian pertama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum


mempunyai bentuk yang pasti. Penelitian kualitatif pada awalnya dimana
permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang terjadi instrumen adalah
peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya akan dipelajari jelas, maka akan
dikembangkan suatu instrumen.15 Masalah, fokus penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih harus dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Kedaaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya yang
dapat mencapainya.16
Sebelumnya, agar mendapatkan instrumen penelitian yang lebih baik,
maka sebelum instrumen disusun, peneliti lebih dulu menyusun kisi-kisi
instrumen. Selanjutnya akan dijadikan acuan dalam menyusun instrumen
penelitian. Kisi-kisi instrument yang disusun peneliti, dibuat dalam bentuk
tabel sebagai beikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Penelitian
Fokus Pertanyaan Inforaman
Penelitian
Bagaimanakah 1. Apakah anda ketika bertemu dengan Mahasiswa
implementasi teman selalu mengucapkan salam Pendidikan
nilai-nilai (assalamualaikum)? IPS UIN
agama Islam 2. Dalam interaksi sosial apakah anda Syarif
dalam interaksi selalu menjunjung tinggi persamaan? Hidayatullah
sosial 3. Apakah anda menerapkan sikap adil Jakarta
mahasiswa terhadap sesama saat melakukan
interaksi sosial?
4. Apakah anda memiliki sikap rendah
hati ketika berinteraksi sosial?

15
Sugiyono, Pendekatan Kualitatif, ( Jakarta: Alfa Beta,2009), h. 223.
16
Ibid., h. 223
44

5. Apakah anda sering melakukan


Silaturahmi baik kepada keluarga,
teman maupun tetangga?
6. Apakah anda selalu menjaga tali
persaudaraan? Baik dengan
keluarga, teman maupun tetangga?
7. Ketika anda mempunyai janji,
apakah selalu menepatinya?
8. Apakah anda selalu menerapkan
sikap lapang dada dalam momen
apapun meskipun kurang
mengenakan?
9. Apa faktor yang mendorong
mahasiswa pendidikan IPS dalam
mengimplementasikan nilai-nilai
agama Islam dalam interaksi social
10. Apa saja kendala yang dialami dalam
mengimplementasikan nilai-nilai
agama Islam dalam interaksi sosila

Tabel 3.3
Kisi-kisi Observasi
No Hal yang diamati

1 Mengucapkan salam

2 Menjawab salam

3 Murah senyum

4 Berani meminta maaf bila melakukan kesalahan


45

5 Memilik sikap pemaaf

6 Terbiasa bersikap jujur

7 Bersikap adil

8 Melakukan silaturahmi

9 Menepati janji

10 Mendengarkan ketika orang lain berbicara

11 Berani mengingatkan temannya untuk berbuat baik

Langkah awal untuk memperoleh data, peneliti terlebih dahulu


melakukan observasi terhadap lingkungan fisik maupun budaya di kampus
guna mengenal lokasi dan subjek penelitian. Untuk memperoleh data yang
lengkap, peneliti mengamati dan mendatangi mahasiswa disetiap waktu
yang kosong perkuliahan selama satu minggu berturut-turut.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti diperoleh hasil observasi


bahwa mahasiswa belum sepenuhnya melaksanakan nilai-nilai agama Islam dalam
interaksi sosialnya dilingkungan kampus maupun diluar kampus. Kemampuan
mereka dalam melaksanakan nilai-nilai agama Islam seperti salam, berjabat tangan,
senyum, mengajak solat dan mengajarkan kebaikan. Beberapa mahasiswa pada saat
observasi mengungkapkan bahwa mereka dalam berinteraksi dengan teman-
temannya cenderung masih sungkan untuk memulai suatu interaksinya.
46

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data erat kaitan dengan metode pengumpulan data yaitu
melalui observasi dan wawancara, kemudian dari pengumpulan data yang
sudah dilakukan maka peneliti seharusnya memilih teknik analisis data yang
sesuai dengan objek penelitian.17

Teknik analisis data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:18
1. Pengumpulan data, peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Catatan lapangan
tersebut berkaitan dengan pertanyaan atau tujuan penelitian.
2. Reduksi data, yang dilakukan dengan merangkum. Memilih hal yang
pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah diredaksi dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas dan juga mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
3. Penyajian data, dilakukan dalam bentuk uraian secara singkat.
Selanjutnya dilakukan dengan teks naratif yang menceritakan secara
panjang lebar dalam temuan penelitian.
4. Menarik kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran
kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis.
Singkatnya, makna-makna yang muncul harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasn

17
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya ( Jakarta: Pranada Media Group, 2007) Edisi Pertama, cet 4., h 78
18
70Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2012), cet 17, h 249-252
47

H. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif maliputi uji credibility


(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas),
dan confirmability (obyektifitas).19

Untuk pengujian keabsahan data dalam Implementasi Nila-nilai Agama


Islam dalam Interaksi Sosial Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Pendidikan IPS).
Maka dilakukan beberapa tahap, diantaranya adalah:

1. Uji Credibility

Dalam Sugiyono uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data


penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.20

a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan diilakukan untuk menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang di teliti, serta memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
b. Meningkatkan ketekunan
Peneliti melakukan pengamatan penelitian secara lebih cermat
dengan meninkatkan ketekunan, maka peneliti akan melakukan
pengecekan kembali apakah data yang diperoleh benar atau masih salah
sehingga data yang didapatkan adalah data dengan hasil yang akurat

19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta CV:
2012), Cet 12, h. 270
20
Ibid. h.270
48

c. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap terhadap data itu.21
d. Diskusi dengan teman sejawat
Peneliti akan diskusi dengan teman atau orang lain yang dianggap
lebih memahami mengenai penelitian deskriptif kualitatif sehingga data
yang ditampilkan akan lebih valid
e. Analisis kasus negative
Jika peneliti dalam meneliti menemukan adanya ketidak sesuaian
pada data, maka analisis ini akan dilakukan guna mencari data yang
berbeda atau bertentangan dengan temuan sehingga data yang
ditemukan sudah dapat dipercaya.
f. Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada informan. Apabila data yang ditemukan telah disepakati
dari pihak informan, maka data tersebut dinyatakan valid. Tetapi jika
informan tidak menyetujui penelitian yang ditemukan, maka peneliti
harus merubah data penelitian sehingga berkesesuaian dengan pemberi
data atau informan.

2. Pengujian Transferability
Transferbility merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut di
ambil.22 Dalam pengujian transferbility peneliti akan membuat laporannya
dengan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Hal itu

21
Jejen Musfah, Tips Menulis Karya Ilmiah: Makalah, Penelitian, Skripsi, Tesis &
Disertasi, (Jakarta: Kencana, 2016), Cet 1, h. 67
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta CV:
2012), Cet 12, h. 276
49

dilakukan supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif


sehingga hasil penelitian dapat diterapkan.
3. Pengujian confirmability
Pengujian comfirmability disebut juga uji obyektivitas penelitian.
Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati oleh
banyak orang. Dalam pengujian confirmability hasil penelitian dikaitkan
dengan proses yang dilakukan.23

23
Ibid, h. 277
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Profil Jurusan Pendidikan IPS

Secara historis, eksistensi dan kiprah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta didasarkan atas gagasan dan keinginan umat Islam ”sebagai
mayoritas bangsa”untuk mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu dan
mencetak kader pemimpin Islam yang diperlukan bagi perjuangan dan
pembangunan bangsa Indonesia. Status UIN (sebagai universitas), sesungguhnya
merupakan kelanjutan sejarah dari awal pendiriannya yang berasal dari Sekolah
Tinggi Islam (STI), Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), Akademi
Dinas Ilmu Agama (ADIA), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) didirikan pada 1 Juni 1957 di Jakarta
dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan
ijazah pendidikan akademi (5 tahun) dan semi akademi (3 tahun) sehingga menjadi
ahli didik agama pada Sekolah Menengah Umum, Sekolah Kejuruan, dan Sekolah
Agama. Pada perkembangan selanjutnya, tahun 1960 berdasarkan PP No. II Tahun
1960 tanggal 24 Agustus 1960, ADIA bergabung dengan PTAIN (Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri) yang berada di Yogyakarta dalam wadah yang berbentuk
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jamiah al-Hukumiyah. Penggabungan itu
kemudian mengubah ADIA menjadi IAIN dengan 2 (dua) Fakultas, yakni Fakultas
Tarbiyah dengan dekan Prof. Dr. H. Mahmud Yunus dan Fakultas Adab dengan
dekan Prof. H. Bustami A. Ghani.

Mengingat perkembangan IAIN dengan cabang-cabangnya yang cepat


tersebar di seluruh Indonesia serta berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1963 bahwa IAIN yang telah memiliki 3 (tiga) Fakultas maka dianggap telah mampu
untuk berdiri sendiri. Oleh karenanya, berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1963 tanggal 25 Pebruari 1963 IAIN dipecah
menjadi 2 (dua), yakni IAIN yang berpusat di Yogyakarta menjadi IAIN Sunan

50
51

Kalijaga dan IAIN yang berpusat di Jakarta dengan nama IAIN al-Jamiah al-
Hukumiyah Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah berdiri secara mandiri, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki


4 (empat) Fakultas, yakni Fakultas Tarbiyah, Fakultas Adab, Fakultas Ushuluddin
dan Fakultas Syariah di Serang. Di samping itu IAIN Jakarta juga menjadi induk
lembaga perguruan tinggi Islam Bagian Barat yang mencakup wilayah Serang,
Cirebon, Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Jambi dan Palembang.

Pada perkembangan selanjutnya nama IAIN kemudian berubah menjadi


UIN. Perubahan IAIN menjadi UIN ini didasarkan pada Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 031 Tanggal 20 Mei 2002. Setelah perubahan status
IAIN menjadi UIN, maka jumlah fakultas yang ada tidak hanya berorientasi pada
pengembangan kajian ke-Islaman, melainkan juga mengintegrasikan kajian-kajian
ilmiah lain, seperti sains dan teknologi, ekonomi, sosial dan kedokteran.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sebagai salah satu fakultas di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak awal pendirian hingga kini telah
membuka berbagai jurusan/program studi (Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab,
dan Tadris) yang memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa untuk menjadi pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional baik
pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah bahkan beberapa di antaranya
mampu menjadi asisten dan/atau dosen pada beberapa perguruan tinggi.
Keberhasilan ini tentu harus disyukuri dengan terus berusaha memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperluas jaringan kerja (networking)
baik secara individual dengan para pakar/tokoh pendidikan maupun secara
kelembagaan dengan beberapa perguruan tinggi lokal dan regional.

Salah satu jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang secara historis didirikan pada tahun 1980. Pada saat itu, jurusan pendidikan IPS
masuk dalam kelompok Jurusan Tadris, yang secara keseluruhan terdiri dari bidang
Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Bahasa Inggris dan
52

Bahasa Indonesia. Jurusan Tadris Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial ini pernah
mengalami stagnasi penerimaan mahasiswa, sampai kemudian diaktifkan kembali
pada tahun 2001 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI, Nomor E/47A/2001 tentang
Penyelenggaraan Program Studi Pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan nama Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial.

Aktivasi Program Studi Pendidikan IPS ini didasari atas pemikiran dan fakta
tentang terjadinya kekurangan guru IPS di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Madrasah Aliyah (MA). Akibat kekurangan guru IPS pada lembaga pendidikan
tersebut, maka bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, baik Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan Sejarah, Pendidikan Geografi, Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan
Sosiologi/Antropologi diajarkan oleh guru yang bukan lulusan pendidikan bidang
Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut.

Penyebab, baik pada guru bidang IPS di MTs maupun MA adalah akibat
kekurangan jumlah guru untuk bidang keilmuan IPS tersebut. Kekurangan guru IPS
pada MTS dan MA sekitar 17.217 guru. Secara rinci, pada Madrasah Tsanawiyah
kekurangan guru berjumlah 10.699 guru dan Madrasah Aliyah adalah berjumlah
6.518 guru.

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal


42 ayat (1) bahwa pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi minimum yaitu S1
(D4) dan sertifikasi sesuai jenjang kewenangan mengajar yakni mengajar bidang
ilmu sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Tuntutan Undang-Undang
tersebut dijelaskan lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.

Untuk mengatasi dan memenuhi kekurangan guru Pendidikan


Kewarganegaraan, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Geografi, Pendidikan Ekonomi
dan Pendidikan Sosiologi/Antropologi pada MTs dan MA, maka Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
53

Hidayatullah Jakarta menerima mahasiswa kembali berdasarkan Surat Keputusan


Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI,
Nomor E/47A/2001 tentang Penyelenggaraan Program Studi Pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ilmu Pada tanggal 12 sampai dengan 14 Maret 2008 Program Studi


Penddikan IPS Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta diakreditasi. Hasil
akreditasi Program Studi Pendidikan IPS Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta sesuai Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor :
001/BAN-PT/Ak-XI/SI/IV/2008 tentang Status, Peringkat dan Hasil Akreditasi
Program Sarjana di Perguruan Tinggi memperoleh Hasil Nilai 336 (Peringkat B).
dan tepat pada tanggal 19 Juli 2014 sesuai dengan surat keputusan Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi Nomor: 211/SK/BAN-PT/Akred/S/VII/2014 Jurusan
Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta memperoleh Hasil Nilai 367 (Peringkat A).1

2. Visi dan Misi Jurusab Pendidikan IPS


a. Visi
Dalam proses penyusunan Visi Program Studi Tadris IPS mengacu pada Visi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Visi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Visi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu “Menjadi Universitas Kelas Dunia
dengan keunggulan integrasi keilmuan, keislaman, dan ke-Indonesiaan.”
Sedangkan Visi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yaitu ‘Menjadi LPTK
yang unggul, kompetitif, profesional di tingkat Asia Tenggara dengan
mengintegrasikan keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan”. Melalui berbagai
tahapan pengkajian kebutuhan penggunan lulusan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta berdasarkan visi UIN Syarif Hidayatullah dan

1
https://pips-fitk-uinjkt.com/tentang-ips/ di akses pada 14 Februari 2020
54

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, maka Visi Program Studi Tadris IPS
yaitu:
“Menjadi program studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial yang unggul,
kompetitif, profesional dalam pendidikan IPS, penelitian, dan pengabdian
masyarakat yang berwawasan ke-iIslam-an, kemanusiaan, dan ke-Indonesia-an
pada tahun 2025”.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan jenjang S1 Program Studi Tadris IPS untuk
mewujudkan calon guru IPS yang memiliki kompetensi pedagogik,
profesional, kepribadian, dan sosial, yang berwawasan ke-Islam-an,
kemanusiaan, dan ke- Indonesia-an dengan dukungan ICT
2) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan untuk kemajuan ilmu-ilmu
sosial dan pendidikan ilmu pengetahuan social
3) Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dengan menyebarluaskan hasil
kajian keilmuan dan inovasi bidang sosial dan pendidikan ilmu pengetahuan
sosial yang unggul, kompetitif dan profesional.
4) Menyelenggarakan pengelolaan program studi berbasis ICT dan menjalin
kerjasama dengan lembaga pendidikan dan organisasi profesi lainnya.2

B. Deskripsi Subjek Penelitian


Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 6 (enam) orang mahasiswa,
terdiri dari 2 (dua) mahasiswa konsenrasi ekonomi, 2 (dua) mahasiswa konsentrasi
geografi dan 2 (dua) mahasiswa konsentrasi sosiologi. Informasi mengenai
partisipan dijabarkan pada bab ini agar pembaca dan penguji dapat memahami
situasi dari hasil penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
teknik yang bermacam-macam, yaitu menggunakan teknik wawancara,
dokumentasi dan menggunakan pedoman observasi.
Partisipan IL adalah mahasiswa pendidikan IPS konsentrasi Ekonomi
berjenis kelamin perempuan, adapaun riwayat pendidikan partisipan sebelum

2
https://pips-fitk-uinjkt.com/visi-dan-misi/ diakses pada 14 Februaru 2020
55

masuk kuliah yaitu SDN Peninggilan 03 Ciledug, SMPN 11 Tangerang dan SMK
An-Nurmaniyah Ciledug.
Partisipan NNI adalah mahasiswa pendidikan IPS konsentrasi Ekonomi
berjenis kelamin perempuan, adapaun riwayat pendidikan partisipan sebelum
masuk kuliah yaitu SDN Kalisuren 01, SMPIT Darul Muttaqien dan MAN 2
bogor.
Partisipan MBH adalah mahasiswa pendidikan IPS konsentrasi Geografi
berjenis kelamin laki-laki, adapaun riwayat pendidikan partisipan sebelum masuk
kuliah yaitu SDN Bojong 02, MTs Mathla’ul Anwar Nurul Kamal dan MAN 1
Kota Bogor.
Partisipan FM adalah mahasiswa pendidikan IPS konsentrasi Geografi
berjenis kelamin perempuan, adapaun riwayat pendidikan partisipan sebelum
masuk kuliah yaitu SDN 01 Nyangkowek, SMPN 01 Parungkuda dan MAN 01
Kabupaten Sukabumi.
Partisipan AW adalah mahasiswa pendidikan IPS konsentrasi Sosiologi
berjenis kelamin laki-laki, adapaun riwayat pendidikan partisipan sebelum masuk
kuliah yaitu SDN 03 Bulakan, SMP 02 Belik dan SMA 01 Purbalingga.
Partisipan PYS adalah mahasiswa pendidikan IPS konsentrasi Sosiologi
berjenis kelamin perempuan, adapaun riwayat pendidikan partisipan sebelum
masuk kuliah yaitu MI Darul Hikmah, MTs Darul Hikmah dan SMAN 03
Tanggerang.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar
partisipan mempunyai latar belakang pendidikan sekolah umum.

C. Hasil Penelitian
Pada bagian pembahsan ini, peneliti akan memaparkan data hasil observasi
dan hasil penelitian terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu
bagaimana implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial mahasiswa.
Peneliti akan memamparkan jawaban partisipan pada saat diwawancarai yang
dilakukan oleh peneliti dan pada saat observasi. Pada wawancara pertanyaan dilakukan
kepada 6 (enam) mahasiswa. Wawancara tersebut dilakukan menggunakan teknik
56

purposive sampling. Hasil wawancara lalu peneliti buatkan transkip, kemudian


transkip tersebut peneliti olah dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan
menyimpulkan data. Data yang direduksi adalah informasi yang tidak berhubungan
dengan penelitian. Data yang disajikan dibuat menjadi beberapa bagian berdasarkan
pertanyaan wawancara. Baru setelah itu peneliti dapat menyimpulkan secara deskriptif
dan juga penelitian ini menjawab pertanyaan penelitian, dan bagaimana data tersebut
menjawab penelitian ini.
Dalam membuat paparan hasil supaya lebih mudah dibaca dan dimengerti,
maka peneliti membagi fokus pembahsan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Gambaran
implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial mahasiswa pendidikan
IPS; (2) Faktor-faktor yang mendorong mahsiswa dalam mengimplementasikan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksi sosil; (3) Kendala-kendala yang dialami mahasiswa
dalam melaksanakan nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial. Ketiga fokus
pembahsan tersebut merupakan inti pertanyaan dari penelitian yang peneliti uraikan
yaitu bagaimana implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial
mahasiswa. Berikut ini penjelasan hasilnya:
1. Gambaran implementasi nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial mahasiswa
pendidikan IPS
Peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dari tahap pra penelitian sampai tahap penelitian mengenai pelaksanaan nilai-nila
agama Islam dalam interaksi sosil mahasiswa. Peneliti melakukan wawancara
kepada mahasiswa pendidikan IPS yang telah dipilih berdasarkan teknis purposive
sampling.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mahasiswa dari jurusan
pendidikan IPS dapat diketahui bahwa mayoritas memiliki persepsi sama tentang
pengertian interaksi sosial, yaitu keadaan dimana setiap individu melakukan
hubungan timbal balik dengan individu, individu dengan kelompok maupun
kelompok dengan kelompok lainnya. Selanjutnya hasil penelitian bahwa
mahasiswa pendidikan IPS sudah sangat baik dalam melaksanakan nilai-nilai
agama Islam ketika interaksis sosial baik dilingkungan kampus maupun luar
kampus, mereka sadar akan hal-hal terpuji dan tercela dalam melakukan
57

tindakannya/interaksi dengan orang dilingkungan disekitarnya. Mereka dalam


melaksanakan nila-nilai agama Islam seperti memberikan salam, bertegur sapa,
berjabat tangan, senyum, mengingatkan dan atau mengajak solat, membedakan
jarak antara ikhwan dan akhwat, menjaga hijab khususnya untuk perempuan, serta
mengajarkan kebaikan. Berikut penjelasannya:

“Menurut saya interaksi sosial yang di lakukan di jurusan IPS sudah sangat baik, saya
sering melihat teman-teamn berdiskusi atau berkumpul bersama-sama dengan
harmonis. Untuk nilai-nilai agama Islam yang sering di laksanakan dalam interaksi
sosial baik di kampus maupun di luar kampus seperti menyapa dengan cara memberi
salam (Assalamualaikum wr.wb) sebelum berinteraksi”3

“Kalau saya lihat interaksi sosial yang di lakukan di jurusan Pendidikan IPS sudah
baik, meskipun IPS ini jurusan umum tapi sudah menerapkan nilai-nilai agama Islam
dalam interaksinya. Contohnya ketika kita masuk kelas harus baca qur’an terlebih
dahulu (salah satunya pas mata kuliah pak Iwan). Lalu ketika sudah masuk waktu solat
dan masih ada kelas biasanya kita izin untuk melaksanakan solat terlebih dahulu,
mahasiswa juga sudah menerapkan sopan dan santun khususnya terhadap dosen”4

“Secara umum interaksi di IPS masih wajar dan baik, mungkin karena faktor
lingkungan kampus UIN yang punya background Islam. Dalam pergaulan juga
mahasiswa mempunyai batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, dan kalau
sudah waktu solat biasanya juga sering saling mengingatkan untuk melaksanakan
solat.”5

“Untuk Pendidikan IPS interaksi sosial yang di lakukan cukup baik, ya meskipun
kalau saya amati masih ada yang jaga jarak sih, mungkin karena belum terlalu kenal
dekat juga. Dan untuk nilai-nilai agama Islam sering laksanakan dalam interaksi sosial
baik di kampus maupun di luar kampus seperti mengucapkan salam ketika bertemu,
menjaga jarak dengan laki-laki, selalu menjaga aurat seperti memakai hijab dan tidak
mekai pakaian ketat dan ketika ngobrol tidak asal ucap atau menggunakan kata-kata
kasar.”6

Dalam berinteraksi sosial mereka masih ada yang membeda-bedakan ketika


berinteraksi kepada orang yang mereka hadapi, dimana ketika mereka bertemu
dengan orang yang lebih tua lebih menunjukan sikap berbicara sopan santun, akan
ketika bertemu dengan teman sebaya mereka lebih sering menggunakan cara bicara
yang berlaku dalam bahasa pergaulan yang terkadang kasar. Berikut pendapat yang
dikemukakan informan inisial AW:

3
Wawancara dengan partisipan IL pada tanggal 04 MARET 2020
4
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
5
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
6
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
58

“Kalau interaksi dengan temen biasanya lebih santai dan dalam komunikasi juga
menggunakan bahasa keseharian yang tidak formal dan kadang agak kasar, tapi
kalau ke dosen ataupun senior yang tidak terlalu dekat biasanya beda agak
formal seperti kalau ketemu mengucapkan salam dulu, terus cium tangan, agak
sopan lah”.7
Namun secara kesulurahan berdasarkan penelitian yang peneliti dilakukan
interaksi yang dilakukan mahasiswa di jurusan pendidikan IPS sudah cukup baik,
dimana mahasiswa ketika bertemu saling bertegur sapa baik kepada temannya,
kakak tingkat, atau kepada dosen, walaupun sebagian ada yang tidak bertegur sapa,
tapi setidaknya mereka pasti akan saling tersenyum satu sama lainnya. Hal in
sejalan dengan beberapa informan yang mengatakan bahwa interaksi dijurusan
pendidkan IPS cukup baik, dimana dalam pergulannya dengan orang lain mereka
saling menghormati dan saling menyapa jika bertemu, walaupun suatu ketika tidak
saling menyapa karena belum saling mengenal lebih dekat. Namun, di jurusan
pendidikan IPS masih kurang penekanan dalam berinteraksi yang baik dengan
berlandaskan ajaran agama Islam yang harus diterapkan kepada mahasiswa. Karena
bagaimanapun mahasiswa pendidikan IPS merupakan calon pengajar dan harus
memiliki akhlak mulia.

Ada perbedaan pendapat dengan salah satu informan berinisial NNI,


bahawa menurutnya interaksi sosial dilingkungan pendidikan IPS masih ada yang
membeda-bedakan ketika berinteraksi sosial dan tergantung tipe individu tersebut,
masih ada yang membuat kelompok sendiri dan terlihat tertutup dalam melakukan
interaksi sesama teman lainnya yang tidak memiliki kesamaan dengannya, mereka
sepertinya masih belum merasakan kenyamanan yang terjalin dengan individu
lainnya dan belum memiliki rasa simpati yang mendalam terhadap lingkungan
sekitar. Sehingga dalam berinteraksi sosial mereka hanya merespon jika ada
stimulus dari orang lain, masih terlihat sungkan, dan kurang membiasakan
menerpakan etika yang baik dengan sesamanya, seperti membiaskan bertegur sapa
ketika bertemu dengan individu lainnya.

7
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
59

Selain itu informan yang lain inisial MBH mengungkapkan gambaran


interaksi sosial mahasiswa zaman sekarang dalam melaksanakan nilai-nilai agama
Islam masih jauh dari yang semestinya, karena masih banyak yang melibatkan
emosional seperti egois, rasa ingin menang, dan benar yang menimbulkan
terjadinya kesalahpahaman dan konflik, banyak yang terpengaruh oleh budaya
barat yang kurang baik yang masuk ke Indonesia.

“Sudah kurang memperhatikan nilai agama, pergaulan bebas seperti tidak ada
batasan dan cenderung meniru budaya barat yang kurang baik. Ada juga
beberapa mahasiswa yang egois dan ingin menang sendiri”.8
Namun mayoritas informan lainnya mengungkapkan tidak semua
dilingkungan kampus mahasiswa zaman sekarang buruk dalam interaksi sosialnya,
dan sudah banyak yang sudah tahu baik dan buruknya yang harus dilakukan sesuai
dengan ajaran agama Islam, sudah ada yang melaksanakan nilai-nilai agama Islam
dengan baik meskipun terkadang masih kurang stabil, sehingga hal tersebut hanya
perlu sering di ingatkakn dan dipelajari kembali.

Selanjutnya penjelasan gambaran umum implementasi nilai-nilai agama


Islam dari informan sebagai berikut:

a. Silaturahmi
Menjalin silaturahmi merupakan suatu yang sangat di anjurkan bagi
umat muslim sekalian. Bahkan silaturami ini bersifat global atau semua
manusia pasti memerlukan silaturahmi agar dapat saling mengenal satu
sama lain. Dalam Islam silaturahmi ini merupakan ibadah hablumminannas.
Banyak manfaat yang di dapat manusia dalam melakukan silaturahmi,
seperti lebih mengenal orang lain, dapat mempererat persaudaraan, atau
bahkan melapangkan rizki
Berdasarkan hasil wawancara, informan inisial FM mengungkapkan
bahwa silaturahmi itu penting, dan informan juga sering melakukan
silaturahmi kepada keluarga, teman, tetangga bahkan guru, karena

8
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
60

menurutnya silaturahmi dapat melapangkan rizki, merekatkan pertalian rasa


cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat,
handai taulan, tetangga, guru maupun yang lainnya.
Alhamdulillah saya sering silaturahmi, karena saya percaya dengan
memperbanyak silaturahmi kita akan di bukakan banyak pintu rizki,
mempererat tali persaudaraan, dan bentuk rasa cinta antar sesama.9

Iya cukup sering, karena kebetulan saya aktif di kepemudaan dan


saya orangnya suka ngumpul-ngumpul.10

Adapun informan inisial AW mengatakan untuk silaturahmi kepada


kerabat yang jaraknya jauh dilakukan dalam momen tertentu seperti hari
raya Idul Fitri:
Kalau silaturahmi sama saudara jauh saya jarang, paling dalam
momen tertentu saja seperti hari raya Idul Fitri.11

Selanjutnya Informan inisal NNI dan PYS mengatakan bahwa


mereka jarang melakukan silaturahmi:
Jujur kalau saya jarang silaturahmi, kecuali di ajak sama keluarga
atau teman.12

Iya melalukan, meskipun tidak terlalu sering juga.13

Dari pemaparan diatas menunjukan secara umum mahasiswa


pendidikan IPS sering melakukan silaturahmi, baik kepada keluarga, teman,
maupun guru mereka.

b. Persaudaraan
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, saling
membutuhkan untuk memenuhi keperluan dan meningkatkan taraf
hidupnya. Fitrah inilah yang ditegaskan oleh islam. Sebagai seorang muslim
diwajibkan untuk menjalin tali persaudaraan dengan muslim lainnya.

9
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
10
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
11
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
12
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
13
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
61

Dimana persaudaraan itu merupakan pertalian persahabatan yang serupa


dengan hubungan kekeluargaan, bahkan Islam mengibaratkan persaudaraan
dan tali persaudaraan ibarat sebuah bangunan. Rasul banyak memberikan
tuntunan bagaimana seharusnya umat menjaga persaudaraan. Umat Islam
tidak boleh saling menyakiti.
Informan mengungkapkan bahwa mereka memiliki semangat
persaudaraan, apalagi semangat persaudaraan antara sesama kaum beriman.
Akan tetapi dalam hal lain mereka tidak menutup diri untuk berinteraksi
dengan orang non-muslim, intinya adalah agar manusia tidak merendahkan
golongan lain. Karena pada hakikatnya persamaan yaitu pandangan bahwa
semua manusia sama harkat dan martabatnya. Tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama ataupun suku bangsa. Seperti yang ungkapkan oleh
informan inisial NNI dan PYS:
Iya saya sangat menjaga persaudaraan, bagi saya hidup itu tidak bisa
senidiri, artinya kita pasti saling membutuhkan satu sama lain,
termasuk dengan non-muslim juga. Kebetulan saya juga dulu punya
kenalan orang non-muslim dan kita saling menghormati satu sama
lain.14

Pastinya, apalagi dengan keluarga.15

Selanjutnya informan inisial MBH dan FM mengatakan tentang


pentingnya menjaga persaudaraan seperti halnya menjaga tali silaturahmi.

Iya pastinya, karena menjaga tali persaudaraan juga penting, sama


halnya seperti menjaga tali silaturahmi.16

Seperti yang dikatakan sebelumnya, saya selalu menjaga silaturahmi


apalagi tali persaudaraan.17

Jadi dapat kita simpulkan berdasarkan informasi informan di atas,


pada dasarnya mereka sangat menjaga tali persaudaraan. Hal itu karena

14
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
15
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
16
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
17
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
62

mereka sadar bahwa persaudaraan itu merupakan hal penting dan dapat
merekatkan pertalian persahabatan yang hampir serupa dengan hubungan
kekeluargaan.

c. Persamaan
Persamaan dalam Islam disebut alwusawa adalah sikap yang
memandang seimbang, sejajar, sama rata antar sesama manusia. Dalam
demokrasi Islam, almusawa berhimpitan dengan nilai assyura
(musyawarah) dan al'adalah (keadilan). Dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, persamaan merupakan prinsip untuk bersikap tidak
diskriminatif terhadap sesama manusia apapun latarbelakangnya. Prinsip
kemanusiaan adalah melebihi batas-batas primordial dan kepentingan.
Prinsip seperti inilah yang dianut Negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika.
Dalam hal persamaan, informan mengungkap bahwa mereka tidak
membeda-bedakan dalam interaksi sosialnya, karena bagi mereka
berpandangan bahwa semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin,
kebangsaan ataupun kesukuannya, dan lainnya adalah sama dalam harkat
dan martabat.
Pastinya, karena pada dasarnya manusia di mata Allah itu sama, lalu
mengapa kita harus memperlakukan berbeda.18

Untuk hal itu saya selalu berusaha semaksimal mungkin, karena bagi
saya semua orang mempunyai keistimewaan masing-masing dan
tidak ada yang saling mengungguli satu sama lainnya.19

Ya harus itu mah, kan ada istilah “duduk sama rendah berdiri sama
tinggi.20

Akan tetapi informan inisal IL dan PYS mempunyai pandangan


berbeda tentang persaamaan, dimana mereka mengatakan bahwa
adakalanya harus memperlakukan seseorang itu berbeda ketika berinteraksi.

18
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
19
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
20
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
63

Tergantung, kalau persamaan perlakuan itu pasti, tapi ada juga


momen ketika kita harus memperlakukan berbeda, seperti kepada
orang yang lebih dewasa dan kepada ada kecil atau kepada guru
kita.21

Saya kadang kalau berinteraksi suka melihat dulu dengan siapa saya
berinteraksisnya, jadi kalau dengan orang yang beda jenis kelamin
apalagi beda agama biasanya saya tidak terlalu terbuka orangnya.22

d. Adil
Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau
menegakkan keadilan pada setiap tindakan perbuatan yang dilakukan. Islam
sangat menjunjung tinggi keadilan dalam setiap aspek kehidupan, keadilan
merupakan ciri atau kunci ajaran Islam. Setiap kaum muslimin memperoleh
hak dan kewajiban yang sama.
Sebagai umat Islam yang beriman, kita dituntut untuk selalu
menegakan kebenaran karena Allah, kita tidak boleh berbohong atau
memihak pada salah satu pihak, karena itu termasuk perbuatan yang tidak
adil.
Seperti yang informan inisial MBH ungkapkan bahwa pada
dasarnya diaselalu memandang, menilai, atau menyikapi sesuatu atau
seseorang dengan seadil-adilnya.
Ya dalam melakukan segala sesuatu kepada orang lain kita harus adil
lah kepada semua, karena kita juga tidak mau kalau ada orang lain
yang tidak berbuat adil kepada kita.23

Hal sama juga di ungkapkan oleh informan inisial FM dan AW yang


mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk tidak berbuat adil kepada sesama.

Insya Allah. Karena tidak ada alasan untuk berbuat curang (tidak
adil) terhadap sesama.24

21
Wawancara dengan partisipan IL pada tanggal 04 Maret 2020
22
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
23
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 03 Maret 2020
24
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
64

Iya sebisa mungkin saya akan bebruat adil kepada siapun.25

Namun berbeda dengan informan inisial PYS dan IL yang


mengatakan bahwa terkadang mereka kesulitan dalam menerapkan sikap
adil.
Ya saya selalu berusaha untuk berbuat adil dalam segala bentuk
sikap dan tindakan, meskipun itu terkadang sulit.26

Sebisa mungkin saya menerapkannya, karena jujur itu tidak mudah,


kadang momen tertentu kita tidak selalu berdiri di tengah untuk
berbuat adil.27

e. Baik Sangka
Manusia dalam menjalani kehidupannya pasti bersinggungan
dengan manusia lainnya. Hampir tidak ada satu pun dari manusia yang bisa
hidup sendiri. Dia tetap akan membutuhkan manusia lain dalam berbagai
kesempatan.
Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga hubungan baik dengan
sesama. Istilahnya, ini biasa disebut hablumminannas. Salah satu sikap yang
diajarkan dalam hubungan dengan sesama ini adalah sikap berbaik sangka
atau husnuzan.
Husnuzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia,
merupakan sikap mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir,
ucapan dan perbuatan yang baik, diridai Allah SWT, dan bermanfaat. Sikap,
ucapan, dan perbuatan baik, sebagai perwujudan dari husnuzan itu
hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta
bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tahu bahwa teman,
tetangga adalah orang-orang yang selalu berdekatan dengan kita. Untuk itu
hendaknya saling berprasangka baik dan jangan saling mencurigai.
Selanjutnya berdasarkan hasil penjelasan para informan, mereka
mengatakan bahwa mereka selalu mempunyai sikap penuh baik sangka

25
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
26
Wawancara dengan partisipan IL pada tanggal 04 Maret 2020
27
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
65

kepada sesama manusia. Karena mereka tahu berdasarkan ajaran agama


tidak boleh mempunyai prasangka buruk kepada orang lain, sebab pada
hakikat aslinya bahwa manusia itu baik, karena diciptakan Allah SWT dan
dilahirkan atas fitrah atau kejadian asal yang suci. Sehingga manusia adalah
makhluk yang memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan.
Seperti yang di ungkapkan salah satu kutipan dari informan inisial IL dan
AW sebagai berikut:
Iya pasti, karena kita kan di larang untuk berburuk sangka kepada
orang lain, istilahnya itu jangan suudzon, tapi harus husnuzon.28

Harus dong, karena menurut saya dengan menerapkan sifat baik


sangka kepada orang lain itu bisa menimbulkan aura postif juga
kepada kita.29

Namun berbeda dengan informan IL dan AW, informan MBH dan


NNI mengatakan bahwa terkadang mereka suka berikap suudzon ketika
berinteraksi dengan orang yang baru mereka kenal.

Kadang-kadang, karena saya biasanya suka ada rasa curiga juga


kalau interaksi kepada orang yang baru di kenal.30

Kalau kepada semua orang kurang tau, kadang kalau ada orang
asing tidak dikenal saya spontan suka curiga gitu.31

f. Rendah Hati
Rendah hati adalah sikap atau perbuatan yang tidak
menyombongkan diri. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah diri
berarti minder atau tidak memiliki rasa percaya diri karena merasa
mempunyai kekurangan. Sikap rendah diri harus dihindari, sedangkan sikap
rendah hati harus kita biasakan
Dalam kehidupan sehari-hari, sudah tentu kita pernah bertemu
dengan orang yang rendah hati, baik di lingkungan tempat tinggal, di

28
Wawancara dengan partisipan IL pada tanggal 04 Maret 2020
29
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
30
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
31
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
66

kampus maupun di tempat lain. Orang yang rendah hati bisa dirasakan dari
cara dia berbicara, bersikap, dan berpendirian. Tentu hal ini akan membuat
kita merasa nyaman dan senang. Tidaklah mengherankan bila orang yang
rendah hati disukai oleh banyak orang dan memiliki banyak kawan.
Hal ini yang informan katakan, di mana dalam interaksi sosial
sehari-hari para informan berusaha untuk selalu bersikap rendah hati atau
tidak sombong, karena tidak sepantasnya manusia menyombongkan diri.

Sikap rendah hati pasti harus kita tanamkan, yang penting jangan
merendahkan diri.32

Harus punya dong pastinya.33 Ungkap informan inisial PYS

Mudah-mudahan saya selalu menjadi orang yang selalu rendah hati


kepada sesama tanpa terkecuali.34

Akan tetapi, tanpa di sadari informan terkadang mempsoting


kegiatan mereka ke media sosial yang mengakibatkan mereka bisa dianggap
riya atau ingin di lihat orang lain segala kegiatan ataupun segala hal yang
dimilikinya. Hal ini di ungkan oleh infrorman inisial NNI:
Iya saya rendah hati kok orangnya, tapi kadang-kadang kita suka
khilaf posting di media sosial kegiatan kita, nah orang lain ada yang
memandang itu sebuah bentuk kesombongan, tapi niat saya
awalnya bukan untuk sombong, hanya ingin posting aja.35

g. Tepat Janji
Dalam pergaulan kita sehari-hari, ada satu jenis bumbu pergaulan
yang disebut dengan janji. Menepati janji berarti berusaha untuk memenuhi
semua yang telah dijanjikan kepada orang lain di masa yang akan datang.
Orang yang menepati janji adalah orang yang dapat memenuhi semua yang
dijanjikannya. Lawan dari menepati janji adalah ingkar janji.

32
Wawancara dengan partisipan IL pada tanggal 04 Maret 2020
33
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
34
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
35
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
67

Menepati janji merupakan salah satu sifat terpuji yang menunjukkan


keluhuran budi manusia dan sekaligus menjadi hiasan yang dapat
mengantarkannya mencapai kesuksesan dari upaya yang dilakukan.
Menepati janji juga dapat menarik simpati dan penghormatan orang lain.
Rasulullah Saw tidak pernah mengingkari janji dalam hidupnya, sebaliknya
beliau selalu menepati janji-janji yang pernah dilontarkan. Kita pun sebagai
umat Nabi sudah selayaknya meneladani beliau dalam hal menepati janji ini
sehingga kita selalu dipercaya oleh orang-orang yang berhubungan dengan
kita.
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan informan, pada
saat mempunyai janji dengan orang lain, para informan mengungkapkan
bahwa mereka akan selalu menepatinya, karena mereka menganggap orang
akan di percaya berdasarkan ucapan dan ketepatan menepati janjinya. Akan
tetapi mereka mempunyai kebiasaan yaitu telat dalam hal datang kepada
acara atau kegiatannya. Hal ini sesuai yang diungkapkan informan inisial
FM:
Ya saya kalau sudah janji otomatis kita harus menepatinya,
meskipun kadang saya suka ngaret juga, contohnya kalau ada janji
acara, kumpul-kumpul atau kegiatan lainnya saya kadang suka
datang telat dari jam yang sudah di tentukan.

Informan lain inisial AW mengungkapkan: ya selalu berusaha


menepatinya, tapi terkadang saya tidak bisa menepatinya karena
tiba-tiba ada kegiatan lain yang lebih penting.36

Berbeda dengan informan inisial PYS dan NNI yang mengatakan


bahwa mereka terkadang suka lupa terhdap janji yang mereka buat, salah
satunya karena janji tersebut kurang terlalu penting.

Kadang-kadang, karena kalau janjinya kurang penting saya sering


lupa.37

36
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
37
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
68

Kadang-kadang, karena biasanya suka lupa juga sama janji.38


Ungkap informan inisial PYS.

Namun informan inisial MBH menegaskan tentang pentingnya


menepati sebuah janji, dimana dia mengatakan bahwa orang yang pertama
kali di pegang adalah ucapannya (janjinya).
Laki-laki itu yang dipegang ucapan dan janjinya, jadi saya sebagai
laki-laki ketika mempunyai janji pasti diniatkan untuk
menepatinya.39

h. Lapang dada
Lapang dada adalah perpaduan antara ikhlas, sabar dan tawakal.
Apapun yang terjadi tidak akan membuat hatinya sempit dan menyesal.
Setiap orang menghadapi masalah dalam hidupnya, terkadang terasa
berat terkadang ringan secara silih berganti. Begitu juga setiap orang
menjumpai saat-saat yang sangat membahagiakan namun dalam waktu yang
tidak lama berubah menjadi menyedihkan dan memberatkan. Dalam situasi
apapun agaknya lapang dada mampu menjadi penyeimbang sehingga
seseorang tidak terjerumus dalam kesombongan pada saat sedang
begembira dan tidak putus harapan pada saat sedang dilanda kesedihan.
Lapang dada juga sangat manjur untuk meredam sikap amarah
tatkala ada orang yang sedang mengkritik atau melakukan perbuatan yang
tidak menyenangkan.
Hasil wawancara dengan informan, mereka mengungkapkan bahwa
sikap lapang dada merupakan sikap yang harus di miliki oleh setiap orang,
dalam berinterkasi sosial kita harus selalu penuh kesediaan menghargai
pendapat dan pandangan orang lain. Jika hal itu tidak dilakukan maka yang
terjadi adalah akan sering terjadi konflik. Berikut pendapat informan inisial
PYS dan MBH:
Iya kak, karena kalau kita tidak mempunyai sikap lapang dada maka
akan sering terjadi masalah karena beda sikap dan padangan, kita
kadang harus mengalah dan menurunkan ego kita, contohnya ketika

38
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
39
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
69

ada rapat di sana sering terjadi adu argumen atau pendapat yang
berbeda.40

Ya kadang kita dalam menghadapi sesuatu harus dengan jiwa yang


besar.41

Namun sebagian besar informan mengungkapkan bahwa mereka


kesulitan ketika ingin selalu menerapkan sikap lapang dada, terlebih ketika
mendapakan perlakukan yang kurang mengenakan dari orang lain.

Tergangtung situasinya juga sih, kadang kesel juga kalau ada orang
berbuat seenaknya sama kita.42

Tergantung momen tidak mengenakannya seperti apa, kalau sudah


kelewatan ya pasti kesal juga, manusiawi itu.43

Sebisa mungkin iya, meskipun itu kadang sulit ketika kita


mendapatkan hal yang kurang mengenakan.44

2. Faktor-faktor yang mendorong mahasiswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai


agama Islam dalam interaksis sosial
Karakteristik mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi karena mereka masih
menunjukan sikap sopan santun dalam berinteraksi sosial dilingkungannya, terutama
terhadap orang yang lebih tua. Hal tersebut dapat dilihat dari para mahaiswa yang
mencium tangan dosen apabila sedang berpapasan.
Selain itu mahasiswa dalam kesehariannya dikampus, ketika tidak ada
jadwal perkuliahan mereka mengisi dengan kegiatan organisasi di himpunan jurusan
atau kegiaatan kampus lainnya.
Suasana kampus pada saat perkuliahan dapat dikatakan cukup kondusif,
dimana setiap mahasiswa ada jadwal perkuliahan langsung masuk ke kelas masing-
masing untuk mendapatkan pelajaran dari dosen. Mahasiswa dalam kesehariannya

40
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
41
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
42
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
43
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
44
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
70

dengan teman-temannya dalam berinteraksi menunjukan hal yang positif kepada


sesamanya.
Hasil wawancara dengan informan dari jurusan pendidikan IPS dalam
menhimplementasikan nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial terdapat faktor-
faktor yang dapat mendorong terbentuknya kepribadian seorang mahasiswa dalam
mempengaruhi tindakannya didalam berinteraksi dengan orang disekitarnya.
Mayoritas para informan menjelaskan bahwa faktor tersebut di penagruhi oleh
keluarga.
Menurut wawancara yang peneliti lakukan dengan informan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mendorong mereka dalam mengimplementasikan nilai-nilai
agama Islam dalam interaksi sosial, diantaranya adalah faktor diri sendiri, keluarga,
teman, lingkungan masyarakat, dan faktor lingkungan pendidikan.
Faktor pendorong dalam melaksanakan nilai-nilai agama Islam dalam
interaksi timbul atas dorongan dari keluarga yang senantiasa mengajarkan dan
menanamkan nilai-nilai agama Islam dan keluarga merupakan media pertama kali
yang mengajarakan agama dan menjadi faktor yang sangat berpengaruh untuk
mendorong tindakan-tindakan untuk melaksanakan interaksi sosial. Dorongan dari
keluarga itulah yang senantias mengajarkan dan menanamkan ajaran agama terutama
mengenai nilai-nilai agama Islam ketiak berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita.
Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh informan inisial FM:
Yang paling utama pastinya faktor keluarga, karena dari lingkungan
keluargalah saya pertama kali di ajarkan tentang agama. Orang tua juga
selalu mengarahkan saya supaya baik dalam berperilaku.45

Sejalan dengan informan FM, informan inisial AW dan PYS juga


mengatakan yang sama bahwa keluarga mempunyai faktor penting dalam mendorong
mereka untuk melaksanakan nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosial.
Faktor keluarga dan juga lingkungan.46
Pastinya yang utama dari keluarga, yaitu bapak ibu kita.47

45
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
46
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
47
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
71

Selain itu, informan juga mengemukakan adanya faktor pendorong dari


lingkungan teman terdekat yang selalu mengingatkan dan mengajak untuk berbuat
baik dalam segala tingkah laku kita, seperti dalam berinteraksi harus saling
menghormati khususnya menghormati kepada yang lebih tua.
Faktor lingkungan dan teman-teman kita sangat berpengaruh sehingga
menurut saya itu yang paling dominan.48

Selanjutnya informan mengungkapkan pada prosesnya dalam


melaksanakan nilai-nilai agama Islam pasti adanya proses meniru sikap dan perilaku
orang lain yang mereka dianggap baik, karena menurutnya hal tersebut dapat
menimbulkan sikap yang positif bagi diri sendiri, akan tetapi informan
mengungkapkan dalam hal meniru tindakannya tidak secara menyeluruh dan persis
hanya mengambil hal positif.
Iya ada, seperti pas masuk waktu sholat fardu lalu lihat orang lain atau teman
kita langsung bergegas untuk sholat di awal waktu, saya juga ikutan untuk
sholat di awal waktu juga.
Tidak semuanya saya tiru. 49

Ada. Tidak secara menyeluruh, jika itu baik dan bisa sejalur dengan diri saya
maka saya tiru.50
Kalau meniru ada, tapi tidak sepenuhnya juga kita tiru juga sih, sebagian
saja yang saya tiru.51

Beberapa informan mengatakan bahwa dalam melaksanakan nilai-nilai


agama Islam dalam berinteraksi sosial dengan orang lain terdapat pengaruh dari
lingkungan masyarakat, dimana selalu mengingatkan untuk selalu melakukan
kebaikan dengan sesamanya, seperti menunjukan sikap sopan, santun, dan saling
tolong menolong. Hal tersebut akan membuat kita ketika melakukan interaksi sosial
di lingkungan masyarakat merasa lebih nyaman dan dapat bermanfaat bagi semua
orang.
Kalau saya faktor lingkungan dan teman-teman sangat berpengaruh
sehingga menurut saya itu yang paling dominan.52

48
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
49
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
50
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
51
Wawancara dengan partisipan PYS pada tanggal 04 Maret 2020
52
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
72

Informan juga mengatakan bahwa mereka memiliki rasa simpati terhadap


orang lain di sekitranya yang terkena musibah, karena menurutnya sebagai makhluk
sosial kita dalam hidup ini harus mengerti terhadap keadaan orang lain sehingga kita
tidak menjadi pribadi yang hanya sibuk dengan kepentingan pribadi tanpa memahami
orang lain, apalagi mempunyai gelar mahasiswa yang merupakan agen of change dan
generasi penerus bangsa tentu harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan
harus memiliki rasa dan sikap simpati terhadap orang lain yang memiliki kekurangan
atau musibah.
Ya pasti, karena manusia mempunyai hati yang bisa merasakan hal
tersebut.53

Informan NNI menambahkan:

Kalau simpati pasti ada, contohnya kalau melihat orang lain yang memiliki
nasib yang kurang baik pasti di situ timbul rasa simpati.54

Tentu. Karena setiap orang pasti memiliki rasa simpati ketika melihat orang
lain kena musibah.55

saya yakin semua orang pasti memiliki rasa simpati terhadap orang yang
lagi terkena musibah, termasuk saya juga 56

Dari penjelasan informan tersebut diatas dapat dilihat bahwa mereka dalam
mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam dalam interaksi sosialnya mendapatkan
pengaruh yang paling dominan dari keluarganya, dan mereka memiliki rasa simpati
terhadap orang lain yang ada di sekitarnya yang terkena musibah.

3. Kendala yang Dialami Mahaiswa Dalam Mengimplentasikan Nilai-nilai Agama Islam


dalm InteraksiSsoial
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan bahwa secara umum adanya
kendala yang dialami terhadap interaksi sosial mahasiswa dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interkasi sosial keseharainnya. Seperti rasa canggung karena

53
Wawancara dengan partisipan FM pada tanggal 03 Maret 2020
54
Wawancara dengan partisipan NNI pada tanggal 05 Maret 2020
55
Wawancara dengan partisipan MBH pada tanggal 03 Maret 2020
56
Wawancara dengan partisipan AW pada tanggal 05 Maret 2020
73

adanya respon yang berbeda dari setiap individu ketika akan melaksanakan nilai-nilai
agama Islam dalam kesehariannya, hal ini tergantung dari karakteristik dari setiap
individunya. Selain itu kurangnya pengetahuan mereka tentang nilai-nilai agama Islam
yang harus diterapkan menjadi kendala tersendiri bagi mahasiswa.
Lebih lanjut lagi adanya perasaan canggung ini di tunjukan mahasiswa
dalam berbagai bentuk, seperti berbicara seperlunya, cenderung bersifat pasif dan
fokus dengan gadjet yang dimilikinya daripada berinteraksi langsung secara nyata
dengan lingkungannya, sehingga yang terjadi adalah tidak terlalu banyak interaksi
yang mereka lakukan dengan orang di disekitarnya.
Penelitian juga mengungkap bahwa masih ada mahasiswa dalam
berinteraksi sosial dengan teman-temannya yang tidak sepenuhnya menerapkan nilai-
nilai agama Islam, mereka hanya sekedar saling sapa biasa, berkata/berbicara kasar,
berperilaku yang kurang baik, memiliki sifat antipasti dan tidak menunjukan pribadi
yang posiitif. Hal ini mungkin karena mahasiswa kurang mendapatkan pembelajaran
agama Islam lebih mendalam.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan nilai-nilai
agama Islam mengarah pada proses interaksi yang berbeda-beda. Interaksi yang
berbeda-beda tersebut mengakibatkan terjadinya kendala dalam penerapan nilai-nilai
agama Islam yang ditunjukan dengan adanya sikap canggung dan pola pikir yang
berbeda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengaruh perkembangan zaman dan perkembangan sosial yang sangat cepat
mengakibatkan adanya dorongan untuk melakukan adaptasi dilingkungan yang
baru, terutama bagi para pendatang. Tidak bisa dihindari, tingkah laku mahasiswa
mengalami ketidaktentuan seiring mereka mencari identitas diri. Hal ini terkadang
mengalami pertentangan nilai-nilai dalam dirinya, tentunya ini merupakan masa
yang sulit untuk menanamkan kesaradaran dalam beragama.
Pelaksanaan nilai-nilai agama Islam merupakan bagian dari ajaran agama
Islam yang digunakan oleh setiap umat muslim dalam kebidupannya. Sebagai
sebuah pengajaran untuk setiap individu dalam membentuk kepribadian yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Tampak dari melaksanakan nilai-nilai
agama Islam dapat mencerminkan seorang individu terlihat baik dalam
berinteraksi sosial dan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, mereka
mampu menjalin hubungan interaksi sosial yang baik dengan orang lain.
Kecerdasan emosional yang timbul dari pribadi setiap individu yang baik dalam
melaksanakan nilaip-nilai agama Islam membuat individu lebih luwes dan
terampil dalam bergaul sehingga individu-individu tersebut tidak mengalami
kesulitan dalam berinteraksi.
Adapaun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jurusan Pendidikan
IPS, maka dapat simpulkan bahwa gambaran pelaksanaan nilai-nilai agama Islam
dalam interaksi sosial di jurusan Pendidikan IPS saat ini sudah cukup baik
meskipun masih belum sepenuhnya dilakukan, mereka masih harus perlu
mempelajari dan membiasakan diri dalam interaksi sosialnya.
Interaksi sosial adalah salah satu cara yang dilakukan untuk melakukan
hubungan dengan orang lain baik dilingkungan kampus maupun di luar kampus.
Interaksi sosial bukan hanya digunakan untuk saling komunikasi, akan tetapi bisa
mempermudah kita dalam melakukan kerjasama maupun persaingan.
Mahasiswa pendidikan IPS dalam kesehariannya tidak terlepas dari rutinitas
seperti pembelajaran perkuliahan, organisasi maupun kegiatan lainnya, hal itu

74
75

terlihat dengan seringnya melakukan hubungan dengan orang lain dengan


bekerjasama maupun persaingan.
Intensitas dalam melakukan interaksi sosial juga dapat dikatakan cukup
baik, karena sebagai makhluk sosial kita selalu ingin melakukan interaksi dengan
orang lain dalam kehidupan sehai-hari.
Interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia didasari oleh
beberapa faktor, yang mana faktor tersebut menyebabkan individu saling
memperngaruhi dan terkait satu sama lain. Adapun faktor utama yang mendorong
mahasiswa pendidikan IPS dalam mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam
adalah mayoritas mengatakan bahwa faktor keluarga, orang tua memiliki peranan
penting terutama dalam mencegah mauupun mengawasi berbagai permasalahn
hyang muncul akibat dampak negatif dari pergaulan bebas yang jauh dari ajaran
agama Islam.
Selanjutnya terkait kendala yang dialami dalam mengimplementasikan
nilai-nilai agama Islam mengarah pada proses interaksi yang berbeda-beda,
perbedaan tersebut dipengaruhi oleh rujukan nilai yang membentuk pola pikir
keduanya. Interaksi yang berbeda-beda tersebut pada akhirnya mengakibatklan
terjadikan kendala dalam penerapan nilai-nilai agama Islam yang ditunjukan
dengan adanya sikap canggung dan pola fikir yang berbeda.
Mahasiswa melakukan upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai
agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya dimulai dari hal terkecil seperti
saling bertegur sapa, mengucapkan salam, senyum, berkata jujur, perilaku sopan
santun yang dapat dilakukan dan memberikan dampak perubahan yang baik dalam
melakukan interkasi sosial. Mereka juga sangat menjaga tali silaturahmi,
persaudaraan, menerapkan sikap adil, baik sangka, selalu rendah hati, dan lapang
dada.

B. Implikasi
Implikasi yang di peroleh dari Implementasi nilai-nilai agama Islam dalam
interaksi sosial yaitu memberikan penyadaran bagi mahasiswa terkait peran agama
dan interaksi sosial bagi remaja khususnya mahasiswa, karena peran agama dalam
76

interaksi sosial sangat penting bagi perkembangan moral individu sebagai wujud
kongkrit interaksi yang baik sesama makhluk sosial.

C. Saran
Setelah menyusun penelitian ini, penulis berharap agar:
1. Bagi lembaga kampus
Peneliti mengharapkan dapat membuat pembinaan karakter melalui
kegiatan keagamaan supaya mahasiswa terbiasa untuk bersikap sesuai dengan
nilai dan norma, sopan santun dalam kesehariannya
2. Bagi mahasiswa
Harus selalu menerapkan nilai-nilai agama Islam dalam interkasi sosialnya,
memiliki tingkah laku yang baik serta, bersikap jujur dan sopan santun.
3. Bagi Keluarga
Keluarga memiliki peranan penting dalam pengawasan, sehingga tidak
boleh sepenuhnya melepskan tanggungjawab terhadap anak-naknya kepada
kampus.
4. Bagi Penelitian selanjutnya
Diharapkan menambah literatur agar penelitian lebih mendalam dalam
memahami detail tentang bagaimana implementasi nilai-nilai agama Islam
dalam interaksi sosial mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. Sosiologi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012.

Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan


Kepribadian Muslim). Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

-----. 2011.

Fitrah, Muh. Luthfiyah. Metodologi Penelitian; Peneltian Kualitatif, Tindakan


kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak, 2017.

Jejen Musfah, Tips Menulis Karya Ilmiah: Makalah, Penelitian, Skripsi, Tesis &
Disertasi. Jakarta: Kencana, 2016. Cet 1.

Moleong dan Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2003.

MGMP Sosiologi. Bahan Ajar Sosiologi Berdasarkan KTSP SMA Kelas X Semester
Ganjil. Lamongan : Karya Pustaka Mandiri, 2009

Nurdin, M. Amin Nurdin, Ahmad Abrori. mengerti sosiologi (pengantar:


memahami konsep-konsep sosiologi), Jakarta: UIN JAKARTA PRESS,
2006.

Nata, Abuddin Akhlak. Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Nyoman, Kutha Ratna. Teori, Metode, Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2007.

Rahman, M. Taufiq. Glosari Teori Sosial. Bandung: Ibnu Sina Press 2011.

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : PT.


Raja Grafindo Persada 2003.

77
78

Setiadi, Elly M, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Bandung: Kencana Prenda Media Group, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2006.

------------. 2012. Cet. 17.

------------. Pendekatan Kualitatif. Jakarta: Alfa Beta, 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010.

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT.Kencana, 2009.

----------------. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan


Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Pranada Media Group, 2007. Edisi Pertama,
cet 4.

Rini Setyaningsih, dalam jurnal “Kebijakan Internalisasi Nilai-Nilai Islam Dalam


Pembentukan Kultur Religius Mahasiswa. Vol. 12, 2017

Ali Muhtadi, dalam jurnal “Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam Dalam


Pembentukan Sikap Dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu
Luqman Al-Hakim Yogyakarta”.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Profil Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, di akses dari https://pips-fitk-uinjkt.com/tentang-ips/
pada 14 Februari 2020.

Visi Misi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, di akses dari https://pips-fitk-uinjkt.com/visi-dan-
misi/ pada 14 Februari 2020
79

Via Purwawi Siregar, “Syariah.” Di akses dari


http://viapurwawisesasiregar.com/2014/01/makalah-tentang-syariah.html/
d pada tanggal 27 Oktober 2019

Suhendar, “Akhlak”. Di akses dari http://suhendraaw.com/2015/05/makalah-


tentang-akhlak.html/ pada 27 Oktober 2019

Diyo-Experience. “Makalah Tentang Interaksi Sosial”. Di akses dari http://diyo-


experience.com/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html/ diakses 12
Januari 2019

Agustin dalam makalah “Peran Mahasiwa dalam Kepemimpinan Nasional”. Di


akses dari http://seaagustin.com/2015/04/makalah-peran-mahasiswa-
dalam.html/ pada 13 Mei 2019.
80

Lampiran 1 Foto Penelitian


81

Lampiran 2

TRANSKIP WAWANCARA

ILFILAILI

(Mahasiswa Jurusan Pendidikam IPS/Ekonomi)

11. Menurut anda, apa pengertian interaksi sosial itu?


Jawaban: Hubungan timbal dengan orang lain, baik secara individu, maupun
dengan kelompok.

12. Menurut pengamatan anda, bagaimana interaksi sosial yang di lakukan di


jurusan anda (Pendidikan IPS)?
Jawaban:Sangat baik, saya sering melihat teman-teman berdiskusi atau
berkumpul bersama-sama dengan harmonis.

13. Bagaimana interaksi sosial yang anda lakukan dengan orang lain di dalam dan
luar kampus?
Jawaban: Menyapa, salaman dan ngobrol-ngobrol dengan sewajarnya.

14. Dalam interaksi sosial dengan sekitar anda, apakah anda melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksinya?
Jawaban: Iya melakukan.

15. Nilai-nilai agama Islam seperti apasaja yang anda laksanakan dalam interaksi
sosial baik di kampus maupun di luar kampus?
Jawaban: Menyapa dengan cara memberi salam (Assalamualaikum wr.wb)
sebelum berinteraksi

16. Menurut anda interaksi sosial mahasiswa zaman sekarang seperti apa dalam
melaksanakan nilai-nilai agama Islam di lingkungan kampus?
82

Jawaban: Paling kebanyakan hanya sekedar menyapa dengan memberi salam

17. Apakah anda sering melakukan Silaturahmi baik kepada keluarga, teman
maupun tetangga?
Jawaban: alhamdulillah, paling sering saya silaturahmi dengan keluarga, kalau
sama teman paling pas ketemu di kampus.

18. Apakah anda selalu menjaga tali persaudaraan? Baik dengan keluarga, teman
maupun tetangga?
Jawaban: Ya pasti, tapi kadamg-kadang agak susah kalau ketemu orang yang
tidak satu frekuensi sama kita.

19. Dalam interaksi sosial apakah anda selalu menjunjung tinggi persamaan?
Jawaban: Tergantung, kalau persamaan perlakuan itu pasti, tapi ada juga
momen ketika kita harus memperlakukan berbeda, seperti kepada orang yang
lebih dewasa dan kepada ada kecil atau kepada guru kita.

20. Apakah anda menerapkan sikap adil terhadap sesama saat melakukan interaksi
sosial?
Jawaban: ya saya selalu berusaha untuk berbuat adil dalam segala bentuk sikap
dan tindakan.

21. Apakah anda selalu bersikap baik sangka kepada semua orang yang anda temui
ketika melakukan interaksi sosial?
Jawaban: Iya pasti, karena kita kan di larang untuk berburuk sangka kepada
orang lain, istilahnya itu jangan suudzon, tapi harus husnuzon.

22. Apakah anda memiliki sikap rendah hati?


Jawaban: Sikap rendah hati pasti, yang penting jangan merendahkan diri

23. Ketika anda mempunyai janji, apakah selalu menepatinya?


83

Jawaban: Sebisa mungkin untuk selalu bisa menepatinya

24. Apakah anda selalu menerapkan sikap lapang dada dalam momen apapun
meskipun kurang mengenakan?
Jawaban: kalau selalu sih enggak, kadang kita ada jengkel atau keselnya juga
kepada seseorang.

25. Faktor apa saja yang mendorong anda untuk melaksanakan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Faktor diri pribadi dan lingkungan

26. Dalam melaksanakan nilai-nilai agama islam, adakah proses tidakan meniru
sikap dan perilaku orang lain? Kalau ada, secara menyulur atau tidak?
Jawaban: Ada, tetapi tidak secara menyeluruh.

27. Didalam interaksi sosial, apakah anda memiliki rasa simpati terhadap orang
lain?
Jawaban: Iya pasti

28. Menurut anda, kendala apa saja yang sering di alami dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Kendalanya ada teman yang kita ajak interaksi dan lingkungan atau
orang yang tidak mengamalkan nilai-nilai Islam dalam interaksi sosialnya

29. Seberapa sering anda mengalami kendala tersebut?


Jawaban: Cukup sering.

30. Apakah anda dalam berinteraksi melakukan kerjasama dengan orang lain?
Jika ada, kerjasama seperti apa? Dan adakah kendala dalam kerjasama dengan
orang lain tersebut?
Jawaban: Ada, seperti mengerjakan tugas bareng.
84

31. Didalam interaksi sosial apakah anda pernah mengalami konflik dengan orang
lain?
Jika ya, konflik seperti apa?
Jawaban: Iya pernah, seperti adanya salah paham
85

Lampiran 3

TRANSKIP WAWANCARA

NARISA NUR ISTIKAROTULLAILA

(Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS/Ekonomi)

1. Menurut anda, apa pengertian interaksi sosial itu?


Jawaban: Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dengan
individu, invidu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

2. Menurut pengamatan anda, bagaimana interaksi sosial yang di lakukan di


jurusan anda (Pendidikan IPS)?
Jawaban: interaksinya baik, tapi kadang masih ada sebagian yang cuek juga
ketika kita sapa pas ketemu, dan ada juga kalau berteman pilih-pilih seperti
punya geng/kelompok sendiri-sendiri.

3. Bagaimana interaksi sosial yang anda lakukan dengan orang lain di dalam dan
luar kampus?
Jawaban: Saya biasanya kalau sama orang sudah dekat apalagi sesama
perempuan lebih welcome atau terbuka, tapi kalau yang baru kenal atau belum
dekat biasanya seperlunya aja.

4. Dalam interaksi sosial dengan sekitar anda, apakah anda melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksinya?
Jawaban: Insya Allah SWT sudah, karena kita sebagai Islam tentu perilaku kita
juga harus mencerminkan nilai-nilai Islam juga.

5. Nilai-nilai agama Islam seperti apasaja yang anda laksanakan dalam interaksi
sosial baik di kampus maupun di luar kampus?
Jawaban: Kalau ketemu dengan teman mengucapkan salam, menepati janji.
86

6. Menurut anda interaksi sosial mahasiswa zaman sekarang seperti apa dalam
melaksanakan nilai-nilai agama Islam di lingkungan kampus?
Jawaban: Karena berada di lingkungan Kampus yang backgroundnya Islami
saya melihat mahasiswanya sudah baik dalam menerapkan nilai-nilai agama
Islam dalam kesehariannya dan alhamdulillah saya juga terbawa untuk
melaksanakan nilai-nilai agama Islam itu sendiri.

7. Apakah anda sering melakukan Silaturahmi baik kepada keluarga, teman


maupun tetangga?
Jawaban: iya melalukan, meskipun tidak terlalu sering juga.

8. Apakah anda selalu menjaga tali persaudaraan? Baik dengan keluarga, teman
maupun tetangga?
Jawaban: Iya saya sangat menjaga persaudaraan, bagi saya hidup itu tidak bisa
senidiri, artinya kita pasti saling membutuhkan satu sama lain, termasuk dengan
non-muslim juga. Kebetulan saya juga dulu punya kenalan orang non-muslim
dan kita saling menghormati satu sama lain.

9. Dalam interaksi sosial apakah anda selalu menjunjung tinggi persamaan?


Jawaban: Kadang-kadang saja, karena menurut saya dalam berinteraksi
kadang kita harus mempunyai batasan.

10. Apakah anda menerapkan sifat adil terhadap sesama saat melakukan interaksi
sosial?
Jawaban: Iya saya selalu berusaha untuk berbuat seadil mungkin.

11. Apakah anda selalu menerapkan sifat baik sangka kepada semua orang ketika
melakukan interaksi sosial?
Jawaban: keseringan iya, tapi kadang harus ada rasa curiga juga kalau interaksi
kepada orang yang baru di kenal.
87

12. Apakah anda memiliki sikap rendah hati?


Jawaban: Iya saya rendah hati kok orangnya, tapi kadang-kadang kita suka
khilaf posting di media sosial kegiatan kita, nah orang lain ada yang
memandang itu sebuah bentuk kesombongan, tapi niat saya awalnya bukan
untuk sombong, hanya ingin posting aja.

13. Ketika anda mempunyai janji, apakah selalu menepatinya?


Jawaban: kadang-kadang, karena kalau janjinya kurang penting saya sering
lupa

14. Apakah anda selalu menerapkan sikap lapang dada dalam momen apapun
meskipun kurang mengenakan?
Jawaban: tergangtung situasinya juga sih, kadang kesel juga kalau ada orang
berbuat seenaknya sama kita.

15. Faktor apa saja yang mendorong anda untuk melaksanakan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Dari keluarga dan lingkungan teman-teman kita.

16. Dalam melaksanakan nilai-nilai agama islam, adakah proses tidakan meniru
sikap dan perilaku orang lain? Kalau ada, secara menyulur atau tidak?
Jawaban: iya ada, seperti pas masuk waktu sholat fardu lalu lihat orang lain
atau teman kita langsung bergegas untuk sholat di awal waktu, saya juga ikutan
untuk sholat di awal waktu juga.
Tidak semuanya saya tiru.

17. Didalam interaksi sosial, apakah anda memiliki rasa simpati terhadap orang
lain?
Jawaban: Kalau simpati pasti ada, contohnya kalau melihat orang lain yang
memiliki nasib yang kurang baik pasti di situ timbul rasa simpati.
88

18. Menurut anda, kendala apa saja yang sering di alami dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Untuk kendala biasanya respon/timbal balik dari orang yang di ajak
interaksi sama kita. Contohnya ketika kita menerapkan salam, senyum atau
menyapa eh dianya malah cuek, cemberut atau memasang muka yang tidak
mengenakan seolah-olah punya masalah sama kita.

19. Seberapa sering anda mengalami kendala tersebut?


Jawaban: kadang-kadang saja, tidak terlalu sering juga.

20. Apakah anda dalam berinteraksi melakukan kerjasama dengan orang lain?
Jika ada, kerjasama seperti apa? Dan adakah kendala dalam kerjasama dengan
orang lain tersebut?
Jawaban: Kerjasama pasti ada. Contohnya kalau kita mau mengadakan diskusi
atau kajian pasti di situ memerlukan kerjasama, ada yang menyiapkan papan
tulis, spidol, print dan fotocopy bahan diskusi dan lainnya.
Untuk kendala biasanya suka saling mengandalkan.

21. Didalam interaksi sosial apakah anda pernah mengalami konflik dengan orang
lain?
Jika ya, konflik seperti apa?
Jawaban: Pernah. Keseringan karena miskomunikasi dan beda pendapat.
89

Lampiran 4

TRANSKIP WAWANCARA
Faridah Mus’idah

(Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS/Geografi)

1. Menurut anda, apa pengertian interaksi sosial itu?


Jawaban: Adanya komunikasi antar individu dengan individu, individu dengan
kelompok atau kelompok dengan kelompok.

2. Menurut pengamatan anda, bagaimana interaksi sosial yang di lakukan di


jurusan anda (Pendidikan IPS)?
Jawaban: Sudah sangat baik, meskipun IPS ini jurusan umum tapi sudah
menerapkan nilai-nilai agama Islam dalam interaksinya. Contohnya ketika kita
masuk kelas harus baca qur’an terlebih dahulu (salah satunya pas mata kuliah
pak Iwan). Lalu ketika sudah masuk waktu solat dan masih ada kelas biasanya
kita izin untuk melaksanakan solat terlebih dahulu, mahasiswa juga sudah
menerapkan sopan dan santun khususnya terhadap dosen.

3. Bagaimana interaksi sosial yang anda lakukan dengan orang lain di dalam dan
luar kampus?
Jawaban: Saya bukan orang ekstrovert, hanya saja jika bertemu sesama
mahasiswa atau orang lain di luar kampus, mungkin hanya tersenyum. Berbeda
jika dengan kenalan atau teman dekat, saya akan menyapa terlebih dahulu,
kecuali untuk orang- orang tertentu.

4. Dalam interaksi sosial dengan sekitar anda, apakah anda melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksinya?
Jawaban: In sya Allah SWT saya terapkan, seperti kalau ketemu mengucapkan
salam, atau minimal ketika berpapasan kita senyum dan menunjukan sopan
santun kita terhadap orang yang ada di lingkugan kita, khususnya kalau di
kampus kepada dosen.
90

5. Nilai-nilai agama Islam seperti apasaja yang anda laksanakan dalam interaksi
sosial baik di kampus maupun di luar kampus?
Jawaban: Ya seperti jawaban sebelumnya, mengucapkan salam, ketika
berpapasan kita senyum dan menunjukan sopan santun kita terhadap orang yang
ada di lingkugan kita, khususnya kalau di kampus kepada dosen, Dan kalau
sudah waktu solat biasanya saya juga mengingatkan kepada teman-teman untuk
melaksanakan solat, tapi itu saya lakukan kepada teman saya yang sudah dekat
saja sih, kalau yang belum dekat sungkan.

6. Menurut anda interaksi sosial mahasiswa zaman sekarang seperti apa dalam
melaksanakan nilai-nilai agama Islam di lingkungan kampus?
Jawaban: Sebenernya jika melihat realita lebih cenderung individualistik dan
kurang peduli sekitar. Tapi, alhamdulillah di UIN situasi seperti ini tidak terlalu
mencolok sekali.

7. Apakah anda sering melakukan Silaturahmi baik kepada keluarga, teman


maupun tetangga?
Jawaban: Alhamdulillah saya sering silaturahmi, karena saya percaya dengan
memperbanyak silaturahmi kita akan di bukakan banyak pintu rizki,
mempererat tali persaudaraan, dan bentuk rasa cinta antar sesama.

8. Apakah anda selalu menjaga tali persaudaraan? Baik dengan keluarga, teman
maupun tetangga?
Jawaban: iya pastinya, karena menjaga tali persaudaraan juga penting, sama
halnya seperti menjaga tali silaturahmi.

9. Dalam interaksi sosial apakah anda selalu menjunjung tinggi persamaan?


Jawaban: untuk hal itu saya selalu berusaha semaksimal mungkin, karena bagi
saya semua orang mempunyai keistimewaan masing-masing dan tidak ada yang
saling mengungguli satu sama lainnya.
91

10. Apakah anda menerapkan sifat adil terhadap sesama saat melakukan interaksi
sosial?
Jawaban: Insya Allah SWT. Karena tidak ada alasan untuk berbuat curang
terhadap sesama.

11. Apakah anda selalu menerapkan sifat baik sangka kepada semua orang ketika
melakukan interaksi sosial?
Jawaban: Positif thinking selalu saya lakukan kepada siapapun, meskipun
terkadang orang lain suka berbuat sebaliknya kepada kita.

12. Apakah anda memiliki sikap rendah hati?


Jawaban: kalau menurut diri pribadi saya sih punya, gtapi kurang tahu orang
lain menilain saya bagaimana.

13. Ketika anda mempunyai janji, apakah selalu menepatinya?


Jawaban: Ya saya kalau sudah janji otomatis kita harus menepatinya,
meskipun kadang saya suka ngaret juga, contohnya kalau ada janji acara,
kumpul-kumpul atau kegiatan lainnya saya kadang suka datang telat dari jam
yang sudah di tentukan.

14. Apakah anda selalu menerapkan sikap lapang dada dalam momen apapun
meskipun kurang mengenakan?
Jawaban: Tergantung momen tidak mengenakannya seperti apa, kalau sudah
kelewatan ya pasti kesal juga, manusiawi itu.
15. Faktor apa saja yang mendorong anda untuk melaksanakan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Yang paling utama faktor keluarga dan sekolah, karena saya juga
pernah mondok/pesantren.
92

16. Dalam melaksanakan nilai-nilai agama Islam, adakah proses tidakan meniru
sikap dan perilaku orang lain? Kalau ada, secara menyulur atau tidak?
Jawaban: Ada. Tidak secara menyeluruh, jika itu baik dan bisa sejalur dengan
diri saya maka saya tiru.

17. Didalam interaksi sosial, apakah anda memiliki rasa simpati terhadap orang
lain?
Jawaban: Ya pasti, karena manusia mempunyai hati yang bisa merasakan hal
tersebut.

18. Menurut anda, kendala apa saja yang sering di alami dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Paling dari orang yang kita ajak interaksi itu sendiri. Terus kendala
lain ketika kita tinggal di kota besar metropolitan kita harus benar-benar
menerapkan sikap toleransi, ketika kita ketemu non Islam. Biasanya lebih
meminimalisir menonjolkan keislaman, karena lebih mengutaman toleransinya
supaya tidak tersinggung.\

19. Seberapa sering anda mengalami kendala tersebut?


Jawaban: Tidak terlalu sering

20. Apakah anda dalam berinteraksi melakukan kerjasama dengan orang lain?
Jika ada, kerjasama seperti apa? Dan adakah kendala dalam kerjasama dengan
orang lain tersebut?
Jawaban: Iya. Salah satunya, mungkin mengadakan event seminar atau
workshop dengan komunitas tertentu. Terkait kendala pasti Ada saja, contohnya
dari proses menyatukan tujuan, ide/gagasan dari event yg dicetuskan.

21. Didalam interaksi sosial apakah anda pernah mengalami konflik dengan orang
lain?
Jika ya, konflik seperti apa?
93

Jawaban: Pernah dan pasti saja terjadi.


Ketidaksesuaian pendapat terlebih banyaknya terjadi karena miscomunicasion.
94

Lampiran 5

TRANSKIP WAWANCARA

MUHAMMAD BAHRUL HIDAYAT

(Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS/Geografi)

1. Menurut anda, apa pengertian interaksi sosial itu?


Jawaban: Interaksi yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya
untuk suatu tujuan sosial.

2. Menurut pengamatan anda, bagaimana interaksi sosial yang di lakukan di


jurusan anda (Pendidikan IPS)?
Jawaban: Secara umum interaksi di IPS masih wajar dan baik.

3. Bagaimana interaksi sosial yang anda lakukan dengan orang lain di dalam dan
luar kampus?
Jawaban: Saya berinteraksi sesuai dengan kebutuhan saja, karena saya
cenderung kurang bersosialisasi.

4. Dalam interaksi sosial dengan sekitar anda, apakah anda melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksinya?
Jawaban: Tentu saya melaksanakan.

5. Nilai-nilai agama Islam seperti apasaja yang anda laksanakan dalam interaksi
sosial baik di kampus maupun di luar kampus?
Jawaban: Tidak melakukan pergaulan bebas serta mempunyai batasan dalam
berinteraksi dengan lawan jenis.

6. Menurut anda interaksi sosial mahasiswa zaman sekarang seperti apa dalam
melaksanakan nilai-nilai agama Islam di lingkungan kampus?
95

Jawaban: Sudah kurang memperhatikan nilai agama, pergaulan bebas seperti


tidak ada batasan dan cenderung meniru budaya barat yang kurang baik. Ada
juga beberapa mahasiswa yang egois dan ingin menang sendiri.

7. Apakah anda sering melakukan Silaturahmi baik kepada keluarga, teman


maupun tetangga?
Jawaban: Iya cukup sering, karena kebetulan saya aktif di kepemudaan dan
saya orangnya suka ngumpul-ngumpul.

8. Apakah anda selalu menjaga tali persaudaraan? Baik dengan keluarga, teman
maupun tetangga?
Jawaban: Seperti yang dikatakan sebelumnya, saya selalu menjaga silaturahmi
apalagi tali persaudaraan.

9. Dalam interaksi sosial apakah anda selalu menjunjung tinggi persamaan?


Jawaban: Ya harus itu mah, kan ada istilah “duduk sama rendah berdiri sama
tinggi”.

10. Apakah anda menerapkan sifat adil terhadap sesama saat melakukan interaksi
sosial?
Jawaban: Ya dalam melakukan segala sesuatu kepada orang lain kita harus adil
lah kepada semua, karena kita juga tidak mau kalau ada orang lain yang tidak
berbuat adil kepada kita.

11. Apakah anda selalu menerapkan sifat baik sangka kepada semua orang ketika
melakukan interaksi sosial?
Jawaban: kalau kepada semua orang kurang tau, kadang kalau ada orang asing
tidak dikenal saya spontan suka curiga gitu.

12. Apakah anda memiliki sikap rendah hati?


96

Jawaban: Mudah-mudahan saya selalu menjadi orang yang selalu rendah hati
kepada sesama tanpa terkecuali.

13. Ketika anda mempunyai janji, apakah selalu menepatinya?


Jawaban: Laki-laki itu yang dipegang ucapan dan janjinya, jadi saya sebagai
laki-laki ketika mempunyai janji pasti diniatkan untuk menepatinya.

14. Apakah anda selalu menerapkan sikap lapang dada dalam momen apapun
meskipun kurang mengenakan?
Jawaban: Ya kadang kita dalam menghadapi sesuatu harus dengan jiwa yang
besar

15. Faktor apa saja yang mendorong anda untuk melaksanakan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Kesadaran diri sendiri dan faktor dorongan dari keluarga.

16. Dalam melaksanakan nilai-nilai agama islam, adakah proses tidakan meniru
sikap dan perilaku orang lain? Kalau ada, secara menyulur atau tidak?
Jawaban: Ada, tidak secara menyeluruh, hanya sebagian saja saya tiru.

17. Didalam interaksi sosial, apakah anda memiliki rasa simpati terhadap orang
lain?
Jawaban: Tentu. Karena setiap orang pasti memiliki rasa simpati.

18. Menurut anda, kendala apa saja yang sering di alami dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: kendala dari lawan interaksi kita, terkadang lawan interaksi merasa
kurang nyaman dalam penerapan nilai agama dalam interaksi.

19. Seberapa sering anda mengalami kendala tersebut?


97

Jawaban: Sering sekali

20. Apakah anda dalam berinteraksi melakukan kerjasama dengan orang lain?
Jika ada, kerjasama seperti apa? Dan adakah kendala dalam kerjasama dengan
orang lain tersebut?
Jawaban: Tentu ada, apalagi interaksi dalam sebuah organisasi. Kebetulan saya
pernah aktif dalam organisasi di kampus. Kendala pasti ada juga, tidak mungkin
lurus-lurus terus.

21. Didalam interaksi sosial apakah anda pernah mengalami konflik dengan orang
lain?
Jika ya, konflik seperti apa?
Jawaban: Sering, terutama masalah konflik dari perbedaan pendapat dan
pandangan.
98

Lampiran 6

TRANSKIP WAWANCARA

ARI WIDIANTO
(Mahasiswa Jurusan Pendidkan IPS / Sosiologi)

1. Menurut anda, apa pengertian interaksi sosial itu?


Jawaban: Hubungan timbal balik, bisa antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.

2. Menurut pengamatan anda, bagaimana interaksi sosial yang di lakukan di


jurusan anda (Pendidikan IPS)?
Jawaban: Interaksinya baik
3. Bagaimana interaksi sosial yang anda lakukan dengan orang lain di dalam dan
luar kampus?
Jawaban: Kalau interaksi dengan temen biasanya lebih santai dan dalam
komunikasi juga menggunakan bahasa keseharian yang tidak formal dan
kadang agak kasar, tapi kalau ke dosen ataupun senior yang tidak terlalu dekat
biasanya beda agak formal seperti kalau ketemu mengucapkan salam dulu, terus
cium tangan, agak sopan lah.

4. Dalam interaksi sosial dengan sekitar anda, apakah anda melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksinya?
Jawaban: Melaksanakan meskipun belum sepenuhnya.

5. Nilai-nilai agama Islam seperti apasaja yang anda laksanakan dalam interaksi
sosial baik di kampus maupun di luar kampus?
Jawaban: Kalau ketemu mengucapkan salam, sama dosen salim cium tangan.

6. Menurut anda interaksi sosial mahasiswa zaman sekarang seperti apa dalam
melaksanakan nilai-nilai agama Islam di lingkungan kampus?
99

Jawaban: Kalau untuk mahasiswa UIN sepengatuan saya sudah baik, mungkin
karena Faktor kampus yang mempunyai background agama Islam juga, seperti
perempuannya memakai kerudung, terus pakaiannya juga tidak ketat atau
menonjolkan aurat.

7. Apakah anda sering melakukan Silaturahmi baik kepada keluarga, teman


maupun tetangga?
Jawaban: Kalaju sama saudara jauh saya jarang, paling dalam moment tertentu
saja.

8. Apakah anda selalu menjaga tali persaudaraan? Baik dengan keluarga, teman
maupun tetangga?
Jawaban: sebisa mungkin saya melakukannya.

9. Dalam interaksi sosial apakah anda selalu menjunjung tinggi persamaan?


Jawaban: Pastinya, karena pada dasarnya manusia di mata Allah SWT itu
sama, lalu mengapa kita harus memperlakukan berbeda.

10. Apakah anda menerapkan sifat adil terhadap sesama saat melakukan interaksi
sosial?
Jawaban: iya sebisa mungkin saya akan bebruat adil kepada siapun.

11. Apakah anda selalu menerapkan sifat baik sangka kepada semua orang ketika
melakukan interaksi sosial?
Jawaban: harus dong, karena menurut saya dengan menerapkan sifat baik
sangka kepada orang lain itu bisa menimbulkan aura postif juga kepada kita.

12. Apakah anda memiliki sikap rendah hati?


Jawaban: kurang tahu sih kalau ini, biar orang lain yang menilai.

13. Ketika anda mempunyai janji, apakah selalu menepatinya?


100

Jawaban: ya selalu berusaha menepatinya, tapi terkadang saya tidak bisa


menepatinya karena tiba-tiba ada kegiatan lain yang lebih penting.

14. Apakah anda selalu menerapkan sikap lapang dada dalam momen apapun
meskipun kurang mengenakan?
Jawaban: sebisa mungkin iya, meskipun itu kadang sulit ketika kita
mendapatkan hal yang kurang mengenakan.

15. Faktor apa saja yang mendorong anda untuk melaksanakan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Faktor keluarga dan juga lingkungan.

16. Dalam melaksanakan nilai-nilai agama islam, adakah proses tidakan meniru
sikap dan perilaku orang lain? Kalau ada, secara menyulur atau tidak?
Jawaban: Ada, tapi hanya sebagian saja

17. Didalam interaksi sosial, apakah anda memiliki rasa simpati terhadap orang
lain?
Jawaban: saya yakin semua orang pasti memiliki rasa simpati terhadap orang
lain, termasuk saya juga.

18. Menurut anda, kendala apa saja yang sering di alami dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: ketika berinteraksi dan saya menerapkan salam, sapa, senyum,
kadang ada yang bilang sok alim.

19. Seberapa sering anda mengalami kendala tersebut?


Jawaban: Kadang-kadang saja.

20. Apakah anda dalam berinteraksi melakukan kerjasama dengan orang lain?
101

Jika ada, kerjasama seperti apa? Dan adakah kendala dalam kerjasama dengan
orang lain tersebut?
Jawaban: Iya. Seperti kalau ada kegiatan sosial atau tugas kelompok pasti di
situ ada kerja sama. Kendala pasti ada, tinggal pintar-pintar kita mengatasinya
aja.

21. Didalam interaksi sosial apakah anda pernah mengalami konflik dengan orang
lain?
Jika ya, konflik seperti apa?
Jawaban: Pernah meskipun tidak sering. Paling salah paham aja sih, atau beda
pendapat yang mengharuskan kita debat dulu dan kadang ada yang baperan.
102

Lampiran 7

TRANSKIP WAWANCARA

PUTRI YULINDA SARI

(Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS/Sosiologi)

1. Menurut anda, apa pengertian interaksi sosial itu?


Jawaban: Sosialisasi antar manusia baik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

2. Menurut pengamatan anda, bagaimana interaksi sosial yang di lakukan di


jurusan anda (Pendidikan IPS)?
Jawaban: normal dan baik, ya meskipun kalau saya amati masih ada yang jaga
jarak sih, mungkin karena belum terlalu kenal dekat juga.

3. Bagaimana interaksi sosial yang anda lakukan dengan orang lain di dalam dan
luar kampus?
Jawaban: Dalam interakis saya biasanya akan lebih terbuka kepada orang yang
sudah kenal dekat.

4. Dalam interaksi sosial dengan sekitar anda, apakah anda melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksinya?
Jawaban: Insya Allah SWT sudah, karena sebagai muslim kita harus
menjalankan nilai-nilai Islam itu sendiri, ya meskipun saya akui belum
maksimal juga.

5. Nilai-nilai agama Islam seperti apasaja yang anda laksanakan dalam interaksi
sosial baik di kampus maupun di luar kampus?
Jawaban: mengucapkan salam ketika bertemu, menjaga jarak dengan laki-laki,
ketika ngobrol tidak asal ucap atau menggunakan kata-kata kasar.
103

6. Menurut anda interaksi sosial mahasiswa zaman sekarang seperti apa dalam
melaksanakan nilai-nilai agama Islam di lingkungan kampus?
Jawaban: Sepertinya kalau untuk di lingkugan UIN mayoritas sudah baik
bagus dalam menerapkan nilai-nilai agama Islam dalam interaksinya.

7. Apakah anda sering melakukan Silaturahmi baik kepada keluarga, teman


maupun tetangga?
Jawaban: Iya lumayan cukup sering, tapi tidak tiap hari juga.

8. Apakah anda selalu menjaga tali persaudaraan? Baik dengan keluarga, teman
maupun tetangga?
Jawaban: Pastinya, apalagi dengan keluarga.

9. Dalam interaksi sosial apakah anda selalu menjunjung tinggi persamaan?


Jawaban: Saya kadang kalau berinteraksi suka melihat dulu dengan siapa saya
berinteraksisnya, jadi kalau dengan orang yang beda jenis kelamin apalagi beda
agama biasanya saya tidak terlalu terbuka orangnya.

10. Apakah anda menerapkan sifat adil terhadap sesama saat melakukan interaksi
sosial?
Jawaban: Sebisa mungkin saya menerapkannya, karena jujur itu tidak mudah,
kadang moment tertentu kita tidak selalu berdiri di tengah untuk berbuat adil.

11. Apakah anda selalu menerapkan sifat baik sangka kepada semua orang ketika
melakukan interaksi sosial?
Jawaban: Insya Allah SWT, karena ngapain juga kita berburuk sangka iya gak.

12. Apakah anda memiliki sikap rendah hati?


Jawaban: Harus punya dong pastinya.
13. Ketika anda mempunyai janji, apakah selalu menepatinya?
Jawaban: kadang-kadang, karena biasanya suka lupa juga sama janji.
104

14. Apakah anda selalu menerapkan sikap lapang dada dalam momen apapun
meskipun kurang mengenakan?
Jawaban: Iya kak, karena kalau kita tidak mempunyai sikap lapang dada maka
akan sering terjadi masalah karena beda sikap dan padangan, kita kadang harus
mengalah dan menurunkan ego kita, contohnya ketika ada rapat di sana sering
terjadi adu argumen atau pendapat yang berbeda.

15. Faktor apa saja yang mendorong anda untuk melaksanakan nilai-nilai agama
Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Pastinya yang utama dari keluarga, yaitu bapak ibu kita.

16. Dalam melaksanakan nilai-nilai agama Islam, adakah proses tidakan meniru
sikap dan perilaku orang lain? Kalau ada, secara menyulur atau tidak?
Jawaban: kalau meniru ada, tapi tidak sepenuhnya juga kita tiru juga sih,
sebagian saja.

17. Didalam interaksi sosial, apakah anda memiliki rasa simpati terhadap orang
lain?
Jawaban: Past punya kak.

18. Menurut anda, kendala apa saja yang sering di alami dalam melaksanakan nilai-
nilai agama Islam dalam interaksi sosial?
Jawaban: Feedback atau timbal balik dari yang di ajak interaksi.

19. Seberapa sering anda mengalami kendala tersebut?


Jawaban: tidak terlalu sering juga, kadang-kadang saja.

20. Apakah anda dalam berinteraksi melakukan kerjasama dengan orang lain?
Jika ada, kerjasama seperti apa? Dan adakah kendala dalam kerjasama dengan
orang lain tersebut?
105

Jawaban: Ya kalau kerjasama pasti ada, kalau di kampus kita mengerjakan


tugas bareng-bareng ke perpus. Kendalanya paling kadang kurang kompak,
karena suka ada yang punya kesibukan yang lain dari masing-masing kita.

21. Didalam interaksi sosial apakah anda pernah mengalami konflik dengan orang
lain?
Jika ya, konflik seperti apa?
Jawaban: Pernah, Kebanyakan salah paham dan beda pendapat sih.

Anda mungkin juga menyukai