Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Aldi Syarifullah
NIM 1113011000084
Skripsi ini mengkaji tentang kompetensi personal dan kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 3 Tangerang Selatan. Kompetensi personal
dan kompetensi sosial merupakan bagian dari profesionalisme guru yang tercantum
dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang standard
kualifikasi dan kompetensi guru. Guru Pendidikan Agama Islam wajib memiliki
kompetensi personal dan sosial yang baik untuk menunjang fungsi dan tugasnya
sebagai pendidik agar tercipta proses pembelajaran yang berkualitas dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pola
pendekatan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan kejadian-kejadian pada aktivitas sosial guru Pendidikan Agama
Islam, pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket),
observasi non-partisipan, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Teknis analisis
data selama berada di lapangan dengan tahapan: pertama, mereduksi data dengan
mencatat atau merekam data yang didapat selama di lapangan. Kedua, menyajikan
data dengan uraian deskriptif dan naratif. Ketiga, menyimpulkan data dengan
mengolah data yang didapat dan menarik kesimpulan secara garis besar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi personal dan kompetensi
sosial guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sudah cukup baik dengan persentase diatas
40% setiap indikator yang terkandung dalam kompetensi personal dan kompetensi
sosial guru. Upaya/usaha yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kompetensi
personal dan kompetensi sosial adalah dengan cara mengadakan workshop
pendidikan, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), pembinaan terhadap guru-
guru pada setiap rapat, dan lain sebagainya. Kesadaran diri pada setiap guru harus
didukung penuh oleh sekolah dengan memfasilitasi berbagai kegiatan untuk
menambah dan mengembangkan ilmunya sehingga tercipta inovasi-inovasi
pendidikan.
i
ABSTRACT
The results showed that the personal competence and competence of Islamic
Education (PAI) teachers are good enough with a percentage above 40% for each
indicator contained in the teacher's personal and social competence. Efforts made by
schools to improve personal and social competence by organizing educational
workshops, Subject Teachers' Conference (MGMP), coaching of teachers at each
meeting, and else. Self-awareness in every teacher must be fully supported by school
by facilitating various activities to add and develop their knowledge so as to create
educational innovations.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kesempatan dan kemampuan serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan sebaik-baiknya dan semoga bisa memberi manfaat bagi semua
kalangan. Shalawat teriring salam semoga tercurah dan terlimpah kepada makhluq
paling mulia, yakni Nabi Muhammad SAW., semoga syafaatnya selalu menyertai kita
semuanya, baik di dunia maupun kelak nanti di akhirat.
1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang selalu mendoakan penulis dan
selalu memberi dukungan kepada penulis agar dapat menyelesaikan studi dan
meraih sukses di masa depan.
2. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., Ketua Jurursan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Siti Khadijah, MA., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.
Semoga keberkahan, kesuksesan, serta kebahagiaan selalu menaungi dan
semoga Ibu selalu dalam lindungan-Nya.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat dari awal hingga akhir perkuliahan. Semoga ilmu yang Bapak/Ibu
diberikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.
iii
7. Staf Fakultas Ilmu Fakultas dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Agama
Islam yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat dan
administrasi lainnya.
8. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah membantu penulis menyediakan
serta memberikan pinjaman literatur yang penulis butuhkan.
9. Kepala Sekolah dan Tenaga Kependidikan SMPN 3 Tangerang Selatan yang
telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2013
terutama kelas C “APACHE” semoga kesuksesa dan kebahagiaan dunia akhir
kalian dapatkan. Terimakasih banyak telah memberi warna yang indah dalan
kehidupan, kebersamaan bersama kalian akan selalu penulis rindukan.
11. Kawan-kawan di LTTQ yang selalu memberi semangat untuk terus menghafal
al-Quran agar mendapat keberkahan ilmu dan keberkahan hidup dan yang pasti
Tasmi’-an di masjid fathullah akan selalu penulis rindukan.
12. Kawan-kawan di Keluarga Mahasiswa Islam Karawang (KMIK) Jakarta yang
merupakan second family di tanah rantau, terutama pasukan tahan lapar
(Basecamp KMIK) yang selalu memberi kekonyolan dan yang terpenting
memliki solidaritas yang tinggi. Salam Pangkal Perjuangan!!!
13. Sabahat panutan, Faiz, Mukhlis, dan Vjay serta Om Zoel yang selalu memberi
dukungan dan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
ini.
14. BPH terkece, Una dan Tum Zainal yang selalau menemani dalam situasi dan
kondisi apapun dan saling memberi dukungan dan semangat satu sama lain.
Demikian skripsi ini dibuat, penulis sudah melakukan yang terbaik untuk
penulisan skripsi ini dan pastilah masih memiliki kekurangan yang harus
dilengkapi. Harapan besar penulis semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis
iv
khususnya dan umumnya untuk semua orang yang membacanya. Saran dan kritik
sangat penulis harapkan untuk melengkapi dan kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
Aldi Syarifullah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………….. i
ABSTRACT ………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Teori
1. Profesionalisme Guru …………………………………………. 10
2. Kompetensi Guru ……………………………………………… 17
3. Pendidikan Agama Islam ……………………………………… 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………….. 27
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 92
B. Implikasi …………………………………………………………... 93
C. Saran ………………………………………………………………. 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………… 97
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai
nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia adalah
pendidikan. Oleh karena itu, hampir semua negara menempatkan variabel
pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks
pembangunan bangsa dan negara. Begitu pun juga Indonesia yang
menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini
dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alenia IV yang menegaskan
bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa.1 Cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah
melalui pendidikan.
Abad ke-21 yang ditandai dengan globalisasi teknologi dan
informasi telah membawa dampak yang luar biasa bagi peran guru dalam
proses pendidikan dan pembelajaran. Peran lama guru sebagai satu-satunya
sumber informasi dan sumber belajar, sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Guru harus menemukan peran-peran baru yang lebih kontekstual dan
relevan.2
Salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan
pendidikan adalah guru. Peran guru sangat menentukan keberhasilan belajar
peserta didik. Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
ditentukan oleh sinergitas antara kompetensi yang dimiliki guru dan
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Guru yang memiliki kompetensi
sebagai pendidik akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran
1
Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 5.
2
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya), (Jakarta: PT. Indeks Jakarta, 2011), h. 2
1
2
3
Zakiyah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. I, 1995), h. 197.
3
4
Ibid.
5
Jejen Musfah, Redesain Pendidikan Guru (Teori, Kebijakan, dan Praktek), (Jakarta:
Kencana, 2015), h. 48
4
6
Permendiknas No 16 Tahun 2007
7
Imam Tholkhah, Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Titian Pena, Cet.
I, 2008), h. 85.
5
8
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Forum Pelayanan al-
Qur’an, Cet. I, 2013), h. 420.
9
Ibid., h. 551
6
teknik dan taktik. Untuk itu para guru perlu meningkatkan wawasan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya dalam rangka
meningkatkan mutu lulusan yang dilakukan antara lain dengan
menyediakan waktu untuk merenung, membaca, meningkatkan
perhatian, kesabaran, ketelatenan dalam membimbing peserta didik
yang tertinggal atau yang memiliki motivasi dan kecerdasan yang
tinggi, meningkatkan simpati dan empati terhadap lingkungan
sosial, serta memiliki pergaulan yang luas dengan berbagai
kalangan yang relevan.10
10
Abudin Nata, Menuju Sukses Sertifikasi Guru & Dosen, (Jakarta: Faza Media, Cet. I,
2009), h. 21
11
https://m.detik.com/news/berita/d-4604239/ancam-beri-nilai-jelek-guru-privat-di-
tangerang-2-tahun-cabuli-murid
12
https://m.liputan6.com/news/read/3172318/akhir-kisah-guru-tendang-murid-di-tangerang
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang ada dalam latar belakang masalah di atas,
maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
13
https://www/google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2017/07/16/ 23005061/
ada-diskriminasi-terhadap-siswi-non-muslim-di-banyuwangi-bupati-anas-marah
8
C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi di atas, nampak
bahwa masalah-masalah tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun,
permasalahan tersebut masih sangat luas, maka perlu adanya pembatasan.
Masalah-masalah itu dibatasi pada Kompetensi Personal dan Kompetensi
Sosial Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 3 Tangerang
Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi personal guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
di SMPN 3 Tangerang Selatan?
2. Bagaimana kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SMPN 3 Tangerang Selatan?
3. Bagaimana upaya/usaha sekolah untuk meningkatkan kompetensi
personal guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 3 Tangerang
Selatan?
4. Bagaimana upaya/usaha sekolah untuk meningkatkan kompetensi
personal guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 3 Tangerang
Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
9
F. Manfaat Penelitian
1. Bersifat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal
b. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di
jurusan Pendidikan Agama Islam dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bersifat Praktis
a. Bagi Guru
Selalu berusaha meningkatkan kompetensi profesinya sampai
tercipta proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas
Pendidikan.
b. Bagi Sekolah
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terutama pemerintah
untuk menyelenggarakan kegiatan secara rutin untuk peningkatan
kompetensi guru.
c. Bagi Penulis
Berusaha mengimplementasikan kompetensi guru secara maksimal
serta menjadi bahan acuan untuk selalu meningkatkan kompetensi
diri.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kajian Teori
1. Profesionalime Guru
a. Pengertian Profesionalisme
Secara etimologi, profesi berasal dari kata profession yang
berarti pekerjaan. Professional artinya orang yang ahli atau tenaga
ahli. Professionalism artinya sifat professional. (John M. Echols dan
Hasaan Shadily, 1990: 449).1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu. Profesional
adalah sesuatu yang bersangkutan dengan profesi serta memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya. Profesionalisme adalah
mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi
atau orang yang professional.
Profesi adalah sebuah pekerjaan yang digeluti dengan penuh
pengabdiandan dedikasi dan dilandasi oleh keahlian atau
keterampilan tertentu. Menurut Sahertian, profesi pada hakikatnya
adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to Frofes) artinya
menyatakan bahwa seseorang mengabdikan dirinya pada suatu
jabatan atau pelayanan, karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu. Definisi ini memperlihatkan beberapa
pengertian: 1) profesi sebagai suatu
1
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional (Konsep, Strategi, dan aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 1-2
10
11
2
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya), (Jakarta: PT. Indeks Jakarta, 2011), h. 6
3
Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru dalam Arus Dinamika Pendidikan
Islam di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: UIN Jakarta, 2017), h. 216-217
12
4
Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007),h. 47-48
13
guru, baik itu guru di sekolah maupun di tempat lain. Dalam bahasa
Inggris, guru disebut juga teacher yang artinya pengajar.
Dalam permendiknas No. 74 Tahun 2008 tentang guru,
dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata yang dikutip
oleh Najib Sulhan dalam bukunya, mengatakan bahwa pendidikan
pada dasarnya adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik.
Pendidik atau yang biasa disebut guru memegang peranan kunci
bagi kelangsungan kegiatan pendidikan. Pendidikan tetap berjalan
tanpa kelas, tanpa gedung, atau dalam keadaan darurat serba minim
fasilitas. Namun tanpa guru proses pendidikan hampir tidak
mungkin bisa berjalan, guru menjadi suatu kebutuhan yang tak bisa
ditawar dalam pendidikan.5
Menurut Hadari Nawawi yang di kutip oleh Ramayulis
dalam bukunya, guru adalah orang-orang yang kerjanya mengajar
atau memberikan pelajaran di sekolah. Lebih khususnya diartikan
orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang
ikut bertanggung jawab dalam membentuk dan membimbing anak-
anak mencapai kedewasaan masing-masing, baik kedewasaan
jasmani maupun rohani.6
Peran utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada setiap
jenjang pendidikan formal. Peran guru tidak bisa digantikan oleh
apapun dan siapapun, karena kunci keberhasilan pelaksanaan
5
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, Sukses dan Bermanfaat, (Surabaya: Jaring
Pena, 2011), h. 1-3
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 105
14
7
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 137
15
8
Kunandar, Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 154-156
9
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 110-111
16
10
Jejen Musfah, Redesain Pendidikan Guru (Teori, Kebijakan, dan Praktek), (Jakarta:
Kencana, 2015), h. 55
11
UU No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan
12
Undang-undung No. 14 Tahun 2005 Pasal 8-9 tentang Guru dan Dosen
17
2. Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari Bahasa Inggris “competence” yang
berarti kecakapan dan kemampuan. Menurut KBBI, kompetensi adalah
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.
Kalau kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan, maka erat
kaitannya dengan kepemilikan pengetahuan, kecakapan atau
keterampilan guru.
13
Undang-undung No. 14 Tahun 2005 Pasal 7 ayat 1 tentang Guru dan Dosen
18
14
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2013), h.1
15
Kunandar, Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 51
16
Feralys Novauli M, “Kompetensi Guru Dalam Peningkatan Prestasi BelajarPada
SMPN Dalam Kota Banda Aceh”, Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 3, 2015, h. 48
19
17
Jejen Musfah, Redesain Pendidikan Guru (Teori, Kebijakan, dan Praktek), (Jakarta:
Kencana, 2015), h.
18
Dede Rosyada, Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru dalam Arus
Dinamika Pendidikan Islam di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: UIN Jakarta, 2017), h. 268
20
19
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru
21
b. Kompetensi Sosial
UU No 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 1 mengatakan
“Pendidikan dilaksanakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan oleh karena itu dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik mengedepankan sentuhan
sosial, dengan artian seorang profesional dalam melaksanakan tugas
harus dilandasi nilai-nilai kemanusiaan dan kesadaran dengan
memahami akan perbedaaan, melaksanakan kerjasama secara
harmonis dengan kawan sejawat, kepala sekolah dan pihak-pihak
terkait lainnya, membangun kerja tim yang kompak, melaksanakan
komonikasi yang efektif dengan seluruh warga sekolah, orang tua,
memiliki kemampuan memahami perubahan dan lain sebagainya.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.21
20
21
Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 77
22
22
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 52
23
Permendiknas No. 16 Tahun 2007
23
24
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Temaja Rosdakrya, 2011), h. 91-92
25
Akmal Hawi, Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 19
26
UU Sindiknas No.2 Tahun 1989
24
27
Zainuddin Ali, dkk., Pendidikan Agama Islam Kontemporer, (Jakarta: Yamiba, 2015),
h. 3
28
Muhammad Alim, op cit., h. 6
25
29
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h. 51
26
30
M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut; Dasar-dasar Ajaran Islam, (Tangerang
Selatan: Lentera Hati, 2018), hlm. 36
31
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2013), h. 25
32
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 52
27
33
M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut; Dasar-dasar Ajaran Islam, (Tangerang
Selatan: Lentera Hati, 2018), hlm. 105
34
Ibid., hlm. 106
28
35
Ibid., hlm. 109
29
METODOLOGI PENELITIAN
30
31
C. Metode Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuatu dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentuakan. Sedangkan penelitian adalah kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis
dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis untuk mengembangkan prisip-prinsip umum. Dengan demikian,
metode penelitian adalah suatu cara yang teratur dan tersusun serta terpikir
baik-baik untuk mengamati suatu hal yang menjadi bahan perhatian. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2016), cet ke-23, h. 15
32
2
Ibid., h. 199
33
Berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri 1
18
dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
2. Observasi Nonpartisipan
Dalam obervasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat langsung dan
hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisis,
dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan.3
Observasi dilakukan secara langsung (direct observation) yaitu
melalui pengamatan langsung ke lokasi penelitian seraya mencermati
hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian, selain itu dilakukan
dengan cara door to door ke dalam kelas untuk mengetahui gambaran
riil melalui pengamatan dengan memperhatiakan situasi dan kondisi.
3. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai Teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Penggalian data melalui
wawancara ini dilakukan terhadap beberapa kepala sekolah dan guru
sebaya untuk memperoleh data yang lebih banyak dan mendalam untuk
melengkapi data yang sudah ada.
Pada saat wawancara, penulis menggali data melalui pertanyaan-
pertanyaan yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu terkait dengan
kompetensi personal dan kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) dan upaya/usaha yang dilakukan sekolah untuk
meningkatkan kompetensi tersebut.
4. Teknik Dokumentasi
Supaya hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan lebih
kredibel, valid, dan dapat dipercaya kalau didukung dengan sejarah
3
Ibid., h. 205
36
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 329
5
Sugiyono, Opcit, h. 270
6
Ibid, h. 273
37
7
Ibid., h. 335
8
Ibid., h. 336
38
9
Ibid., h. 338
10
Ibid., h. 341
11
Ibid., h. 345
BAB IV
1 R. Soeharto 1977
1
Dokumentasi dari Staff Administrasi Sekolah
39
40
1. CI-BI Akselerasi
Adalah singkatan dari Cerdas Istimewa – Bakat Istimewa. Kelas ini
adalah kelas satuan pendidikan ketuntasan belajar selama 2 (dua)
tahun.
2. Bilingual
Adalah kelas berbasis reguler dengan mengutamakan komunikasi
berbahasa asing (bahasa Inggris)
3. Reguler
Adalah kelas biasa layaknya kelas umum dibeberapa sekolah lain.
2
https://metro.sindonews.com/read/1254455/171/koran-sindo-dukung-siswa-smpn-3-
kota-tangsel-speak-inggris-1509785749 21.43 01-10-2019
41
b. Misi
Adapun misi dari SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah:
1. Mewujudkan peningkatan kualitas/mutu lulusan
2. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk
SMA/SMK Negeri
3. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta
tanah air
4. Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan
penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat
ketauladanan dan keikhlasan
5. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.
Misi adalah segala sesuatu (strategi; tindakan) yang harus
dilakukan untuk mewujudkan Visi. Ada lima Misi yang menjadi
pedoman SMPN 3 Tangerang Selatan untuk mewujudkan Visi
diantaranya ada yang termasuk indikator kompetensi personal dan
sosial guru yaitu pertama, membina sikap percaya diri, semangat
gotong royong, dan cinta tanah air. Kedua, meningkatkan prestasi
kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta
dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan. Dan
ketiga, meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.
42
c. Tujuan
Adapun tujuan dari SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah:
1. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik
2. Meningkatkan pengetahhuan dan keterampilan yang sesuai
dengan minat dan bakat peserta didik
3. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta
didik
4. Mempesiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota
masyarakat yang mandiri dan berguna
5. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan
lebih lanjut
6. Meningkatkan pemahaman sekolah berwawasan lingkungan
sehat bagi seluruh komponen sekolah.3
Status
Jenis Kelamin
Tingkat Guru
No Jml Ket.
Pendidikan GT GTT Laki- Perempuan
laki
1 S3 / S2 8 1 2 7 9
2 S1 44 5 17 32 49
3 D-4 - - - - -
4 D3 2 1 3 - 3
5 D2 - - - - -
6 D1 - - - - -
7 SMA - - - - -
3
Dokumentasi dari Staff Administrasi Sekolah
4
Ibid
43
Total 54 7 22 39 61
Status Guru
Jumlah
No Mata Pelajaran
Guru
PNS GTT Bantu Honor
1 Pendidikan Agama 4 1 - - 3
2 Pendidikan 3 3 - - -
Kewarganegaraan
3 Matematika 7 6 - - 1
4 Bahasa Indonesia 8 8 - - -
5 Bahasa Inggris 7 6 - - 1
5
Ibid
44
8 Penjaskes 4 4 - - -
10 Prakarya 3 - - - 3
11 Muatan Lokal 3 3 - - -
12 BP / BK 3 2 - - 1
T o t a l 61 54 - - 7
4. Data Siswa
SMP Negeri 3 Tangsel memilik banyak siswa, yang terdiri dari
beberapa kelas beserta rombel. Berikut Data Jumlah Kelas, Rombel, dan
Siswa Tahun Pelajaran 2018/2019:6
Jumlah Siswa
Jumlah
No. Data Kelas
Rombel
Laki-laki Perempuan Jumlah
6
Ibid
45
4 Kelas VII 1 17 19 36
Billingual
5 Kelas VIII 1 17 23 40
Billingual
6 Kelas IX 1 18 22 40
Billingual
7
Ibid
46
B CB TB
A RUANG BELAJAR :
2 Ruang Perpustakaan 1 10 x 7 m
7 Ruang Keterampilan - -
8 Ruang Serbaguna/Aula 1 12 x 7 m
B RUANG KANTOR :
3 Ruang Guru 1 10 x 7 m
C RUANG PENUNJANG :
2 Ruang BP / BK 1 6x7m
3 Ruang U K S 1 8x7m
12 Rumah Penjaga - - -
D SARANA PENUNJANG :
a. Lapangan Futsal 1 12 x 22
b. Lapangan Basket 1 12 x 22
c. Lapangan Volley 1 14 x 7 m
d. Lapangan Badminton 1 12 x 6 m
3 Tempat Parkir 1 16 x 8 m `
6. Struktur Organisasi8
Kepala Sekolah : H. Maryono, SE., M.Pd
Wakil Kepala Sekolah
- Bidang Pengembangan Mutu
Sekolah : Hj. Neni Supriati, M.Pd
- Bidang Kurikulum dan
Pembelajaran : Drs. Sholeh Fathoni
- Bidang Hubungan
Masyarakat : Indah Pudji Rahayu, S.Pd., M.Si
- Bidang Kesiswaan : Drs, Junaidi
8
Ibid
49
9
Suyanto & Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Guru di Era Global), (Jakarta: Esesnsi Erlangga Grup, 2013), hlm. 16
51
10
Ibid., hlm. 29
52
11
guruppkn.com, 01/10/2019
53
12
Sosiologi.com, 01/10/2019
54
Selalu 11 73,3%
Sering 4 26,7%
Kadang-kadang 0 0%
Pernah 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 15 100%
13
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
14
Wawncara dengan Pak Ahmad Zarkasih selaku Guru PKN
55
15
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
16
Wawncara dengan Pak Ahmad Zarkasih selaku Guru PKN
59
17
M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut; Dasar-dasar Ajaran Islam, (Tangerang
Selatan: Lentera Hati, 2018), hlm. 36
60
Selalu 0 0%
Jumlah 60 100%
18
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
62
Jumlah 15 100%
Dari kata etos ini dikenal juga kata etika, etiket, yang hampir
mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan
dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut
terkandung gairah atau semangat yang sangat kuat untuk
mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan
berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sangat sempurna.19
Etos kerja yang baik akan sebanding lurus dengan kualitas
pembelajaran, sehingga prestasi siswa akan meningkat. Data
tersebut sudah sesuai dengan Misi Keempat SMPN 3 Tangerang
Selatan yaitu Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi
dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan
semangat ketauladanan dan keikhlasan.
Implementasi dari etos kerja yang baik dan tanggung jawab
yang tinggi adalah selalu bersemangat ketika menjalankan tugas.
19
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2002),
hlm. 15
63
20
Amna Emda, Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran, Lantanida
Journal, Vol. 5 No. 2 (2017) 93-196
65
21
Wawancara dengan Pak Rendra salah saru guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
66
Etos kerja yang baik dan tanggung jawab yang tinggi ketika
menjalankan tugas adalah bentuk rasa bangga menjadi seorang
guru. Sekitar 73,3% guru sebaya menyatakan bahwa guru
Pendidikan Agama Islam selalu menunjukan rasa bangga
menjadi guru.
22
edu.google.com
67
Kadang-kadang 1 1,7%
Sering 0 0%
Selalu 4 6,7%
Jumlah 60 100%
23
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
69
Sedikitnya ada sekitar sembilan kode etik yang harus ditaati oleh
guru Indonesia:
2) Kompetensi Sosial
a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
Secara istilah inklusif berarti berusaha menggunakan sudut
pandang orang lain/kelompok lain dalam memahami masalah.
Sikap inklusif cenderung memandang positif perbedaan yang
ada, sedangkan sikap eksklusif cenderung memandang negatif
perbedaan tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) objektif
adalah keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat
24
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
72
Kadang-kadang 0 0%
Pernah 0 0%
Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 15 100%
25
Wawancara dengan Pak Mustofa selaku guru Penjaskes
74
26
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20170717164312-20-228414/Menteri-pppa-
siswa-ditolak-sekolah-karena-diskriminasi-agama
75
27
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
28
Abdul Aziz, Komunikasi Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, IAIN
Tulungagung, Vol. 1 No.2 Juli 2017, h. 176
76
Jumlah 60 100%
29
Wawancara dengan Ibu Nita Marginingsih selaku Guru IPS
30
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
31
Ibid
79
32
Wawancara dengan Ibu Herlina selaku guru Bahasa Inggris
80
P17 = Guru PAI tidak aktif dalam kegiatan lain seperti; Rohis,
Pramuka, ataupun kegiatan ekstrakulikuler lainnya
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Tidak Pernah 41 68%
Pernah 7 12%
Kadang-kadang 3 5%
Sering 6 10%
Selalu 3 5%
Jumlah 60 100%
33
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
83
34
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
84
35
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
85
36
Wawancara dengan Pak Maryono selaku Kepala Sekolah
86
37
Anindhita Chumaida, Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI yang
Belum Tersertifikasi di MA Al-Hikmah Langkapan Srengat Blitar, IAIN Tulungagung, Vol. 2 No.4
November 2017, h. 477-479
90
38
m.republik.co.id 02.33 wib “Kemendikbud Alokasikan Dana Rp. 900 M untuk
Pelatihan Guru”
92
A. Kesimpulan
Setelah semua tahap penelitian dilakukan, pada akhirnya penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian yang didapat tentang Kompetensi
Personal dan Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SMPN 3 Tangerang Selatan. Kesimpulan dari penelitian ini dibuat untuk
menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah yang telah
dituliskan diawal, yakni sebagai berikut:
Kompetensi personal dan kompetensi sosial guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SMPN 3 Tangerang Selatan berada dalam kategori
cukup baik. Hampir semua persentase setiap indikator diatas 40%, baik dari
penilaian guru sebaya maupun siswa. Yang masuk kategori kurang baik
hanya satu indikator, yaitu, Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa (yang merupakan salah satu indikator
kompetensi personal), yang hanya menunjukan 33,3% pada penilaian guru
sebaya.
Kekurangan yang masih ada harus segera dilengkapi oleh guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan cara lebih banyak lagi mengikuti
MPGP, Diklat, dan lain sebagainya yang bisa meningkatkan kompetensi
guru agar menjalankan fungsi dan tugasnya lebih maksimal dan lebih
optimal. Kemudian, untuk indikator yang masuk kategori baik agar tetap
dipertahankan bahkan harus ditingkatkan dan dikembangkan demi
terciptanya pendidikan yang berkualit dan berkarakter.
Upaya sekolah untuk meningkatkan kompetensi personal dan sosial
guru Pendidikan Agama Islam adalah dengan cara pembinaan melalui
kegiatan rapat, membangun hubungan kesejawatan yang baik, aktif dalam
ekstrakulikuler, mengikutsertakan guru-guru dalam kegiatan Musyawarah
93
94
B. Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain:
1) Implikasi terhadap guru untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas
dirinya
2) Implikasi terhadap sekolah untuk selalu menyelenggarakan kegiatan
yang dapat meningkatkan kompetensi guru
3) Implikasi terhadap pemerintah agar lebih memperhatikan lagi
pendidikan di Indonesia terutama kesejahteran guru.
C. Saran
Berdasarkan penelitian tentang Kompetensi Personal dan Kompetensi
Sosial Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 3 Tangerang Selatan
yang telah penulis lakukan dengan berbagai tahap kesimpulan.
Terdapat beberapa saran yang ingin penulis sampaikan diantaranya:
1) Kepada seluruh guru-guru (terutama guru PAI) untuk selalu berusaha
meningkatkan kualitas dirinya dengan berbagai cara, seperti mengikuti
MGMP, Diklat, dan pelatihan lain yang dapat meningkatkan kompetensi
agar proses pendidikan lebih berkualitas, baik penyampaian materi
maupun penanaman nilai-nilai kebaikan kepada siswa
2) Mengikuti perkembangan zaman yang semakin canggih. Selain
mengusai bidang keilmuan, kuasai juga teknologi dan komunikasi.
3) Kepada sekolah untuk selalu konsisten dan komitmen dalam
meningkatkan kompetensi guru. Bangun koordinasi dan komunikasi
baik dengan pemerintah supaya bisa bekerjasama untuk kepentingan
pendidikan.
95
DAFTAR PUSTAKA
https://metro.sindonews.com/read/1254455/171/koran-sindo-dukung-siswa-smpn-
3-kota-tangsel-speak-inggris-1509785749 (diakses pada 01 Oktober 2019)
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
GURU SEBAYA
Nama : ________________________________________
Jabatan : ________________________________________
Lulusan : ________________________________________
Berilah tanda ceklis () pada bobot nilai alternatif jawaban yang merefleksikan
persepsi Bapak/Ibu pada setiap pernyataan.
Untuk jawaban Selalu (SL) diberi nilai 5, Sering (SR) diberi nilai 4, Kadang-kdang
(KD) diberi nilai 3, Pernah (P) diberi nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi nilai 1.
Alternatif Jawaban
No Daftar Pernyataan SL SR KD P TP
5 4 3 2 1
Guru PAI bertindak dan berucap sesuai dengan
1
norma agama yang dianut
Guru PAI bertindak dan berucap sesuai dengan
2
norma hukum yang berlaku
Guru PAI bertindak dan berucap sesuai dengan
3
norma sosial masyarakat
99
___________________________
(Nama Guru)
102
Lampiran 2
Nama : ________________________________________
Kelas : ________________________________________
Usia : ________________________________________
Berilah tanda ceklis () pada bobot nilai alternatif jawaban yang merefleksikan
persepsi Bapak/Ibu pada setiap pernyataan.
Untuk jawaban Selalu (SL) diberi nilai 5, Sering (SR) diberi nilai 4, Kadang-kdang
(KD) diberi nilai 3, Pernah (P) diberi nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi nilai 1.
Alternatif Jawaban
No Daftar Pernyataan SL SR KD P TP
5 4 3 2 1
Guru PAI memulai pembelajarn dengan
1
berdo’a Bersama
2 Saya memulai pembelajaran tepat waktu
Guru PAI menampilkan diri sebagai pribadi
3
yang jujur
Guru PAI menampilkan diri sebagai pribadi
4
yang berakhlak mulia
Guru PAI menampilkan diri sebagai pribadi
5
yang menjadi teladan bagi siswa
Guru PAI menampilkan diri sebagai sosok
6
yang berwibawa dan tegas
7 Guru PAI kurang semangat mengajar
103
___________________________
(Nama Siswa)
104
Lampiran 3
1. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus yang melanggar norma yang
berlaku?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
2. Apakah guru PAI sudah menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak
mulia dan sebagai teladan bagi siswa ataupun guru sebaya?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
3. Apakah guru PAI sudah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
kepada guru sebaya?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
4. Apakah guru PAI diskriminatif terhadap siswa maupun guru sebaya?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
5. Apakah guru PAI beradaptasi dengan efektif di sekolah maupun lingkungan
baru?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah seharusnya guru yang ideal dan
profesional?
105
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
7. Apa yang telah Bapak/Ibu lakukan terkait dengan peningkatan
profesionalitas guru?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
8. Apa saja upaya yang Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kompetensi
personal dan kompetensi sosial?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
9. Apa saja kegiatan atau pelatihan yang dilakukan sekolah untuk
meningkatkan kompetensi personal dan kompetensi sosial guru-guru?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
10. Apa saja faktor yang menghambat peningkatan kompetensi personal dan
kompetensi sosial guru-guru?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
11. Apa saja faktor yang mendukung peningkatan kompetensi personal dan
kompetensi sosial guru-guru?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
106
___________________________
(Nama Guru)
107
Lampiran 4
1. Apakah guru PAI pernah terlibat kasus yang melanggar norma yang
berlaku?
Jawab:
Bukan saja guru Pendidikan Agama Islam, Alhamdulillah semua guru sudah
sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Tidak ada satupun guru yang
melanggar norma apapun.
2. Apakah guru PAI sudah menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak
mulia dan sebagai teladan bagi siswa ataupun guru sebaya?
Jawab:
Karena sampai saat ini tidak ada satupun guru yang melanggar norma/aturan
yang berlaku di sekolah, maka saya menyimpulkan bahwa guru PAI sudah
menunjukan akhlaq yang baik dan itu akan menjadi tauladan untuk para
siswa.
3. Bagaimana sikap guru PAI ketika menghadapi suatu masalah yang
dihadapi?
Jawab:
Selama saya memimpin sekolah ini, saya melihat guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) memiliki sikap yang bijaksana dalam kondisi dan situasi
apapun, dan jika ada masalah pasti dimusyarahkan bareng-bareng.
4. Menurut Bapak, apakah guru PAI sudah menjalankan tugasnya dengan
baik?
Jawab:
Dari pengamatan saya selaku Kepala Sekolah, guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) sudah bertanggung jawab dan menjalankan tugasnya dengan
baik.
5. Prestasi apa yang pernah diraih oleh guru PAI? Sebagai bukti menjalankan
tugasnya dengan baik!
Jawab:
108
Guru Pendidikan Agama Islam melatih siswa ikut lomba Cerdas Cermat
PAI, dan meraih juara III tingkat Tangerang Selatan.
6. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh guru PAI untuk meningkatkan
kompetensinya?
Jawab:
Guru-guru di sekolah ini, tidak hanya guru PAI sering mengikuti pelatihan
guru untuk meningkatkan kompetensinya, contohnya seperti mengikuti
MGMP, PPG, dan lain sebagainya. Itu semua sudah difasilitasi oleh
sekolah.
7. Apakah guru PAI sudah beriskap inklusif, bertindak objektif, dan tidak
diskriminatif terhadap siswa maupun guru sebaya?
Jawab:
Kebetulan di sekolah ini ada sebagian siswa non-muslim dan sebagian besar
adalah muslim. Meski demikian, perbedaan agama itu tidak menjadi
persoalan bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI), semua siswa
memdapatkan hak dan kewajiban yang sama. Karena nilai-nilai toleransi
selalu kami implementasikan di lingkungan sekolah dengan cara saling
menghargai dan menghormati setiap perbedaan yang ada.
8. Apakah guru PAI sudah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
kepada siapapun?
Jawab:
Sampai saat ini, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sudah menjalin
komunikasi dengan baik kepada siapaun, baik kepada siswa, guru lainnya,
maupun kepada saya selaku kepala sekolah. Guru PAI juga terlibat
komunikasi dengan orangtua siswa secara tidak langsung, tetapi melalui
perantara wali kelas.
9. Apakah guru PAI aktif berkomunikasi dengan komunitas profesi untuk
meningkatakn kualitas pendidikan?
Jawab:
109
Lampiran 5
Nama Guru :
Hari/Tanggal :
Pukul :
Pilihan
No Aspek yang Diamati Jawaban
Ya Tidak
1 Guru PAI mengawali pembelajaran dengan do’a bersama
2 Guru PAI memulai pembelajaran tepat waktu
Guru PAI bertindak dan berucap sesuai dengan norma sosial
3
masyarakat
Guru PAI mematuhi semua peraturan yang diterapkan di
4
sekolah
5 Guru PAI menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur
Guru PAI menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak
6
mulia
Guru PAI menampilkan diri menjadi teladan bagi peserta
7
didik dan masyarakat sekolah
Emosi Guru PAI mudah terpancing jika kondisi tidak
8
sesuai denga keinginan saya
Guru PAI menampilkan diri sebagai sosok yang arif dan
9
bijaksana
Guru PAI kurang percaya diri dan kurang berani mengambil
10
keputusan
11 Guru PAI menggunakan metode ceramah dalam mengajar
Guru PAI kurang semangat mengajar, Jika saya
12
mendapatkan masalah
111
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8