Anda di halaman 1dari 106

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNIG


(CTL) POKOK BAHASAN PERUBAHAN SOSIAL (EVOLUSI
PARAREL) PADA SISWA KELAS X SMA
MUHAMMADIYAH KALOSI
KAB. ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Sosiologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

IRFAN ASIZ
10538 1423 09

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2014
ABSTRAK

IRFAN ASIZ. 2014, Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Penerapan


Model Pembelajaran Contextual Teacing and Learnig (CTL) Pokok Bahasan
Perubahan Sosial (Evolusi Pararel) pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah
Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh :
1. Sulfasyah, M.A.,Ph.d dan
2. Muhammad Nawir, S.Ag.,M.Pd.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Action Research
Classroom) yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Kalosi kecamatan Alla
Kabupaten Enrekang dan bertujuan untuk Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi
Melalui Model Pembelajaran Contextual Teacing and Learnig (CTL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Perubahan Sosial (Evolusi
Pararel) pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla
Kabupaten Enrekang Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Pendekatan
Kontekstual (CTL). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang berjumlah 30
orang siswa yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 19 orang perempuan pada
tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan dua siklus, setiap siklus melalui
4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan lembar observasi kegiatan selama pembelajaran
berlangsung dan tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis
kuantitatif digunakan analisis deskritif yaitu skor rata-rata dan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan adanya tingkat hasil belajar siswa terhadap
materi pelajaran sosiologi. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah
62 dan skor rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 77,5. Pada siklus I hasil
belajar siswa berada pada kategori sangat rendah dan pada siklus II berada pada
kategori sangat tinggi. Hal ini berarti hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran
meningkat dari kategori tidak tuntas menjadi tuntas. Dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan
Alla Kabupaten Enrekang selama diterapkan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learnig (CTL) mengalami peningkatan.

Kata Kunci:Perubahan Sosial, Contextual Teacing And Learnig,Pervasi

vi
Motto dan Persembahan

Jangan Merasa cukup dengan apa yang dmiliki,tapi tetaplah


bersnyukur dengan apa yang kita miliki.sesungguhnya
kepintaran,kecerdasan hanyalah hal yang relatif.yakinlah kamu
pasti bisa dengan bekal doa dan usaha.bukankah Allah yang
maha kuasa tidak memberikan ujian di luar kemampuan
manusia.awalilah hari- harimu dengan senyuman dan semangat,
katakan pada dunia bahwa apapun yang terjadi hari ini aku
takkan menyerah karena hari esok pasti lebih baik dan
ketahuilah bahwa kesuksesan adalah hak semua orang.

Kupersembahkan Skripsi ini untuk Ayahanda dan


Ibunda tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih
sayangnya dan mendoakanku, kepada saudara-saudaraku,
keluarga besarku, serta sahabat-sahabatku yang juga
senantiasa memberikan semangat dan motivasi demi
keberhasilanku.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah fuji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Model Pembelajaran

Contextual Teacing and Learnig (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Sosiologi Pokok Bahasan Perubahan Sosial pada Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang” ini sebagai salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dari awal hingga akhir penyusunan ini, penulis tidak luput dari berbagai

hambatan dan tantangan. Namun, semuanya itu dapat diatasi dengan baik berkat

petunjuk oleh Allah Swt, yang disertai dengan kesabaran, ketabahan, ketekunan,

dan kerja keras penulis.

Dari awal penulisan skripsi ini berbagai pihak memberikan bantuannya,

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ke dua

orang tua tercinta Asiz Tambaru dan Hanak Djarak atas doa dan kasih sayangnya

yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis.

viii
ix

Selanjutnya Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis

sampaikan kepada:

Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. H. Nursalam, M.Si. Ketua Jurusan

Pendidikan Sosiologi dan bapak Muhammad Akhir, S.Pd, M.Pd sebagai sekretaris

prodi Pendidikan Sosiologi yang telah memberikan arahan dan dukungannya.

Sulfasyah, M.A., Ph.d Pembimbing I dan Muhammad Nawir, S.Ag., M.Pd

Pembimbing II yang telah meluangkan waktu membimbing dan memberi

petunjuk kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

Para dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi pada khususnya dan seluruh

Dosen serta staf akademik FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar pada

umumnya yang telah banyak memberikan ilmunya sebagai bekal masa depan

yang sangat berguna bagi penulis dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Drs. H. Sampe Lemang, M.Pd Kepala SMA

Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang telah memberi

izin dan memberi arahan kepada kami selama melakukan penelitian di sekolah.

Saudara-saudaraku serta semua keluarga besarku yang telah memberikan

segala macam fasilitas, kasih sayang, pengorbanan, kepercayaan dan dukungan,

doa, serta nasehatnya. Terima kasih atas segala yang diberikan kepada penulis.

Sahabat-sahabat terdekatku terkhusus yang juga banyak memberikan dukungan

baik materi maupun moril kepada penulis.

ix
x

Semua pihak yang telah banyak membantu, yang penulis tidak dapat sebutkan

satu persatu hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Kiranya Allah Swt,

yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada kami.

Sebagai manusia biasa, disadari pula bahwa apa yang tertuang dalam skripsi

ini belumlah sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran yang konstruktif dari berbagi pihak

sehingga penulis dapat berkarya lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Harapan dan do’a penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembinaan dan pengembangan pengajaran sosiologi di sekolah.

Akhir kata, semoga Allah Swt senantiasa tetap melindungi dan memberkati

kita semua, Amin.

Makassar, Maret 2014

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................. iv

SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Masalah Penelitian.............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka .................................................................................... 9

1. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................... 9


2. Belajar Dan Hasil Belajar............................................................ 10
3. Teori-teori Belajar ....................................................................... 13
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar....................... 18
5. Perubahan Sosial ......................................................................... 20
6. Evolusi Pararel............................................................................. 21
7. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning .......... 24

xi
B. Kerangka Pikir.................................................................................... 27

C. Hipotesis Tindakan ............................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 31

B. Waktu, dan Tempat Penelitian ........................................................... 31

C. Subjek Penelitian............................................................. ................... 31

D. Faktor yang Diselidiki ........................................................................ 31

E. Prosedur Penelitian................................................................ ............. 32

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35

G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 35

H. Indikator Keberhasilan ....................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian................................................................................... 37

1. Paparan Data Siklus Pertama....................................................... 37


2. Paparan Data Siklus Kedua ......................................................... 44
B. Pembahasan ........................................................................................ 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................................................. 62

B. Saran ................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangannya. Oleh karena itu, perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan

perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa

depan.

Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan idealnya harus

mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain,

sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses

edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan

mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik),

dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

baik/ lebih maju), tercapainya hal ini sangat ditentukan oleh metode pembelajaran

di sekolah.

Suatu pengajaran yang hanya mengutamakan prinsip individual tidak akan

memberikan hasil yang maksimal dan tentunya tidak akan menguntungkan siswa.

Kehidupan dan keberhasilan pembelajaran sebagian besar siswa dipengaruhi oleh

orang lain termasuk teman-temannya. Di mana ada orang hidup bersama-sama,

tentu di sana ada kontak sosial. Hubungan sosial antara sesama manusia

1
2

merupakan suatu keharusan, sebab dengan kontak sosial orang akan dapat

mengembangkan kepribadiannya dengan lebih sempurna. Dengan kegiatan-

kegiatan ini maka dalam setiap kegiatan mengajar guru dituntut agar sanggup

menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama diantara para siswa

dalam mewujudkan materi pelajaran supaya dapat diserap lebih efektif dan

efisien.

Arends, (dalam Trianto, 2009: 7),Guru dituntut mampu menggeser

penekanan kegiatan pembelajaran dari “apa bahan yang akan dipelajari siswa “ke”

bagaimana membelajarkan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar

siswa. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang

mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan

diaplikasikan pada situasi baru, hal ini disebabkan karena dalam mengajar guru

selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang

bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan

masalah, tapi jarang mengajarkan siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke

pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun

struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.

Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi

dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Piaget

mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang,

melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung


3

pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya.

(Oemar Hamalik, 2001), Proses pembelajaran meliputi interaksi guru dan

siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut

berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh,

keaktifan antara guru dan siswa seimbang. Perolehan hasil belajar sangat

ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program

pendidikan dilaksanankan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah lepas

dari masalah. Masalah pembelajaran pada umumnya terjadi di kelas, kelas dalam

hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di

suatu ruangan dalam melaksanakan pembelajaran. Kelas dalam arti luas

mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan

implementasi kurikulum serta evaluasinya.

Dengan melihat kondisi yang ada di lingkungan SMA Muhammadiyah

Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang yang pada dasarnya tidak ada

masalah dalam sarana belajar, namun dalam proses pembelajaran terdapat

masalah-masalah yang sangat perlu kiranya dicarikan solusi-solusi demi

peningkatan hasil belajar siswa. Masalah-masalah yang dimaksud antara lain,

keadaan siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran sosiologi, proses

pembelajaran yang sifatnya monoton dengan siswa yang cenderung pasif dan

gurunya yang aktif yakni hanya melalui metode ceramah saja tentu sangat sulit

untuk meningkatkan aktifitas, kreatifitas dan hasil belajar siswa.


4

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 20 bulan juni tahun

ajaran 2012-2013 di SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten

Enrekang, dalam penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran sosiologi pada

siswa kelas X dengan jumlah 30 siswa, masih mendominasi kegiatan guru sehari-

hari. Peserta didik kegiatannya berulang-ulang disekitar mendengar,

memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang diperintahkan. Bahkan pada

saat guru menjelaskan banyak diantara siswa yang bermain-main. Informasi lain

yang didapatkan dari guru bidang studi ssiologi adalah hasil belajar sosiologi

lebih dari 20 % siswa kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla

Kabupaten Enrekang, masih tergolong rendah yaitu rata-rata 54.

Secara umum, rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan oleh proses

belajar mengajar yang kurang efektif dan tidak temotivasi, sehingga pengetahuan

yang dimiliki siswa masih dalam tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan

pendapat Ruslan dalam (Sanjaya wina, 1991: 3) yang menyatakan bahwa pada

dasarnya rendahnya mutu pendidikan nasional tidak terlepas dari rendahnya mutu

proses belajar mengajar.

Pada umumnya pengajaran sosiologi di sekolah khususnya di SMA

Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang sampai saat ini

masih konvensional yaitu guru aktif menjelaskan materi pelajaran sedangkan

siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru.

Oleh karena itu sangat perlu kiranya dicarikan solusi terutama metode-metode

mengajar yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan

pengamatan peneliti di SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten


5

Enrekang, tampak bahwa para siswa memang “kurang bergairah” dalam belajar

sosiologi selain disebabkan karena kajian sosiologi yang dianggap bertele-tele

yang lebih adalah dikarenakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terlalu

monoton dan siswa tidak begitu dilibatkan dalam proses pembelajaran. Akibatnya

yaitu mereka kurang kreatif dan daya untuk menyerap pelajaran dengan baik

sangat kurang sehingga hasil belajarnya pun kurang memuaskan. Dari 30 jumlah

siswa, hanya 6 orang yang hasil belajarnya memenuhi KKM adalah 70. Rata-rata

dari siswa hanya dapat mencapai nilai 65, sedangkan standar KKM adalah 70.

Pembelajaran sosiologi di sekolah terbilang rumit dan susah untuk

dipahami siswa, sehingga metode pembelajaran konvensional harus diganti

dengan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan situasional dengan kondisi

siswa. Pembelajaran sosiologi di sekolah juga dimaksudkan untuk memberikan

motivasi tersendiri kepada siswa untuk belajar dan lebih memahami tentang

bagaimana pembentukan kepribadian sebagai hasil dari sosialisasi.

Dari kompleksitas permasalahan tersebut penulis berusaha mencari

pemecahan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran

sosiologi, penulis berusaha mengadakan perbaikan pembelajaran untuk

memperoleh hasil yang maksimal. Perbaikan pembelajaran yang dimaksud adalah

penerapan model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Model pembelajaran yang

dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa dalam kreatif

dan aktif dalam proses pembelajaran yaitu model dan metode pembelajaran yang

tidak bersifat monoton dan siswa berperan serta dalam proses belajar mengajar.
6

Dengan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) diharapkan para siswa lebih aktif dalam belajarnya sehingga hasil

belajar sosiologi merekapun dapat ditingkatkan. Berdasarkan hal-hal tersebut di

atas dalam penelitian tindakan kelas ini dicoba untuk menerapkan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam rangka meningkatkan

hasil belajar sosiologi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi

Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Dengan metode ini diharapkan akan terjadi

interaksi yang menyenangkan pada siswa, maupun interaksi antara siswa dan guru

sehingga mereka bisa lebih bergairah dan antusisas dalam mengikuti pelajaran

sosiologi yang akan bermuara pada peningkatan penguasaan konsep-konsep

sosiologi dan peningkatan hasil belajar sosiologi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut : ” Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Melalui

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pokok

Bahasan Perubahan Sosial( Evolusi Vararel) Pada Siswa Kelas X SMA

Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang”.

B. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran bidang

studi sosiologi, terungkap bahwa siswa yang belum mencapai hasil belajar yang

sesuai dengan KKM yang telah ditentukan karena masih menggunakan model

ceramah sehingga siswa belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.


7

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan uraian diatas nampak antara kesenjangan antara kondisi dan

harapan, kesenjangan pokok peneliti yakni pada kondisi awal masih menggunakan

model ceramah sehingga siswa belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,

sedangkan kondisi akhir peneliti harus menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL).

3. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang diatas maka masalah yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah : Bagaimana meningkatkan hasil belajar sosiologi

melalaui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) pada

pokok bahasan perubahan sosial (Evolusi Vararel) pada siswa kelas X SMA

Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Model Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning(CTL) Pada Pokok Bahasan Perubahan Sosial (Evolusi

Vararel) Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla

Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan

ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar

siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.


8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa

dengan perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses

pembelajaran.

b. Bagi guru hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa untuk

mengarahkan perhatiannya dalam proses belajar, sebab mereka akan

belajar dengan senang dan gembira, sehingga diharapkan hasil belajar

sosiologi siswa akan meningkat.

c. Bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi

pelajaran.

d. Bagi peneliti yaitu memberikan informasi mengenai manfaat

pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan

peran serta siswa dalam proses belajar mengajar.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning(CTL) pada mata pelajaran sosiologi telah dilakukan oleh peneliti

terdahulu yaitu ;Rudi Salam (2011) dengan Judul Implementasi Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Sosiologi Melalui Model Pembelajaran (CTL) Pada Pokok Bahasan

Perubahan Sosial (Evolusi Vararel) Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah

Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang, menyimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran CTL menunjukkan hasil belajar sosiologi siswa kelas X

SMA Muhammadiyah Kalosi Enrekang berada pada kategori sedang, pada siklus

I, dan pada siklus ke II mengalami perubahan kategori menjadi meningkat antara

70,5 menjadi 80,1.Ibrahim (2010) dengan judul penerapan pembelajaran melalui

metode Contextual Teaching and Learning(CTL) terhadap hasil belajar sosiologi

pada sub pokok bahasan konflik sosial siswa kelas X SMA Makassar mulya,

menyimpulkan bahwa pada siklus I penerapan pembelajaran Contextual Teaching

and Learning pada mata pelajaran sosiologi dengan materi konflik sosial dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa XI SMA Makassar Mulya Kota

Makassar sebesar 56, 68% dan pada siklus II minat dan hasil belajar siswa

meningkat sebesar 75,08%. Syarifuddin (2010) dengan judul penerapan model

9
10

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan

hasil belajar sosiologi siswa kelas X Madrasah Aliah Muhammadiyah Limbung

Bu’ne kabupaten Gowa, menyimpulkan bahwa pada siklus I penerapan

pembelajaran Contextual model (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi

siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung Bu’ne kabupaten

Gowa sebesar 49,25% dan pada siklus ke II hasil belajar sosiologi siswa kelas X

meningkat menjadi 75,08%.

2. Belajar dan Hasil Belajar

Menurut Djamarah (2002: 13), Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh perubahan tingka laku sebagai hasil dari pengamatan

individu dalam interaksi dengan lingungan yang menyangkut kongitif, efektif dan

psikomotorik.

Belajar dapat pula diartikan secara luas dan secara sempit. Secara luas,

belajar diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju perkembangan pribadi

seutuhnya. Secara sempit, belajar diartikan sebagai penguasaan materi pelajaran

yang menyangkut penguasaan suatu keterampilan,sikap,pengetahuan baik melalui

sekolah maupun tidak melalui sekolah yang diperoleh secara tidak sengaja.

Belajar dalam arti sempit ini siswa menyiapkan bahan yang dipelajarinya dan

menyimpan kesan-kesan itu sebaiknya,dan memperoleh kesan-kesan itu sebaik

mungkin jika diperlukan.jadi,dalam mempelajari suatu mata pelajaran hendaknya

siswa melakukan aktifitas-aktifitas fisis maupun psikis untuk dapat memahami isi

pelajaran,untuk menguasai keterampilan yang diperlukan dan untuk dapat


11

menghayati nilai- nilai yang terkandung didalamnya,sehingga yang sedang

dihadapi atau yang mungkin dihadapi nanti.

Dari pengertian belajar yang dikemukakan diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa belajar itu merupakan usaha secara sadar yang dilakukan

oleh seseorang agar pada dirinya terjadi perubahan-perubahan, baik pengetahuan,

sikap dan nilai-nilai moral yang membentuk pribadi seseorang sebagai hasil

interaksi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya, pada dasarnya belajar

bermuara pada pencapaian hasil yang maksimal. Dalam kehidupan belajar

disekolah tentu ini tidak lain daripada prestasi belajar.

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan

keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan

pelajaran. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat dijadikan indikator untuk

mengetahui tentang kemampuan,kesanggupan,penguasaan tentang pengetahuan

(materi pelajaran).Keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki oleh siswa

dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Horward kingsley: membagi tiga macam hasil belajar, yakni : a)

keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita,

yang mana masing-masing hasil belajar itu dapat di capai dengan bahan yang

terdapat pada kurikulum. Sedangkan Gagne mengkategorikan hasil belajar jadi

lima, yakni :

a) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik.


12

b) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempersentasekan konsep

dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kongitif bersifat khas.

c) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kongitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi pengguna konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

d) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

e) Sikap ,adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut.

Namun dalam sistem pendidikan nasional hasil belajar disederhanakan

dan dibagi dalam tiga hal sepertinya dikemukakan oleh Bloom,yaitu ranah

kognitif,ranah afektif,dan ranah psikomotoris.

( Nana sudjana: 1989 :3) mengatakan bahwa “hasil belajar siswa pada
hakekatnya adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi pembelajaran.Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian Yang luas mencakup bidang
kognitif,efektif, dan psikomor”

Hasil belajar siswa menggambarkan pencapaian atau penguasaan

kompetensi oleh siswa yang telah ditetapkan,yang mana hal tersebut dinilai oleh

guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan setelah menyelesaikan

satu rangkaian kompetensi dasar. Jadi hasil belajar siswa diperoleh pada saat

proses pembelajaran dan setelah proses pembelajaran.


13

Jika dipandang dari orientasi kurikulum berbasis kompetensi yakni

proses pembelajaran yang bermakna dan pengalaman yang dialami oleh siswa.

Pengalaman yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran dan penilaian

terhadap hasil belajarnya merupakan momen paling penting bagi dirinya. Karena

itu dapat mereka jadikan dasar untuk melakukan refleksi untuk memperbaiki dan

menungkatkan prestasi belajarnya dan meningkatkan penguasaannya terhadap

kompetensi yang dikehendaki. Hal itupun sangat berguna bagi seorang guru dapat

mengevaluasi strategi dan model pembelajaran yang digunakan serta mengetahui

karakteristik setiap siswanya,sehingga dapat memperbaikinya.

Proses belajar adalah proses yang menentukan tercapainya hasil belajar

memadai yang dapat tercapai dalam melaksanakan kegiatan belajar yang memadai

pula. Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dengan siswa yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini

bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran melainkan sikap dan

perilaku pada diri siswa yang sedang belajar.

3. Teori-teori Belajar

Untuk memudahkan pemahaman mengenai belajar, maka diawali dengan

mengemukakan definisi belajar dari ahli pendidikan:

1. Menurut George J. Mouly (dalam Trianto, 2009: 9), bahwa Belajar pada

dasarnya adalah proses perubahan perilaku seseorang berkat adanya

pengalaman.
14

2. Menurut Garry dan Kingsley (dalam Trianto, 2009: 9), mengatakan bahwa

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orasional melalui

pengalaman dan latihan-latihan.

3. (Slameto,2000:2) mengatakan bahawa “Belajar adalah suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya“

4. Menurut Witharington “belajar merupakam perubahan kepribadian yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yang baru yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

5. Morgan (Suprijono,2011 :2) Memberikan pengertian tentang belajar, yaitu

belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil

dari pengalaman.

6. Darmadji (1007: 24) belajar adalah salah satu teori proses belajar yaitu

teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi.

Bila dianalisis pengertian belajar tersebut di atas mengandung unsur-

unsur yang sama, yaitu :

a) Belajar itu merupakan suatu kegiatan yang disadari dan mempunyai tujuan,

b) Proses belajar itu mengakibatkan perubahan tingkah laku,dan perubahan itu

disebabkan oleh pengalaman atau latihan-latihan,dan bukan disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan,dan

c) Perubahan tingkah laku dalam belajar sifatnya menetap.


15

Belajar dapat pula diartikan secara luas dan secara sempit.secara luas,

belajar diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju perkembangan pribadi

seutuhnya. Secara sempit, belajar diartikan sebagai penguasaan materi pelajaran

yang menyangkut penguasaan suatu keterampilan,sikap,pengetahuan baik melalui

sekolah maupun tidak melalui sekolah yang diperoleh secara tidak sengaja.

Belajar dalam arti sempit ini siswa menyiapkan bahan yang dipelajarinya dan

menyimpan kesan-kesan itu sebaiknya,dan memperoleh kesan-kesan itu sebaik

mungkin jika diperlukan.jadi,dalam mempelajari suatu mata pelajaran hendaknya

siswa melakukan aktifitas-aktifitas fisis maupun psikis untuk dapat memahami isi

pelajaran,untuk menguasai keterampilan yang diperlukan dan untuk dapat

menghayati nilai- nilai yang terkandung didalamnya,sehingga yang sedang

dihadapi atau yang mungkin dihadapi nanti.

pengertian belajar yang dikemukakan diatas,penulis dapat menyimpulkan

bahwa belajar itu merupakan usaha secara sadar yang dilakukan oleh seseorang

agar pada dirinya terjadi perubahan-perubahan,baik pengetahuan,sikap dan nilai-

nilai moral yang membentuk pribadi seseorang sebagai hasil interaksi terhadap

lingkungan dan masyarakat sekitarnya,pada dasarnya belajar bermuara pada

pencapaian hasil yang maksimal. Dalam kehidupan belajar disekolah tentu ini

tidak lain daripada prestasi belajar.

Secara Etimologis (asal kata) sosiologi berasal dari kata socious dan

logos. Socious dari bahasa latin yang artinya teman, sedangkan logos dari bahasa

yunani yang artinya kata perkataan atau pembicaraan. Pengertian tersebut

diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau


16

masyarakat. Sebagai mata pelajaran sosiologi adalah suatu ilmu yang di terapkan

pada jenjang pendidikan SMA merupakan cabang dari ilmu sosial yang

memerlukan obyek kajian dan ruang lingkup. Obyek kajian sosiologi adalah

masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang

timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Ruang lingkup sosiologi

adalah keseluruhan tempat tingggal suatu masyarakat beserta hasil budaya yang

dimiliki.

(Depdiknas 2001:8) sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian

dasar yaitu sosiologi sebagai ilmu dan sosiologi sebagai metode. Sosiologi

sebagai ilmu merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat yang

tersusun secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sosiologi sebagai

metode, merupakan sebuah cara berfikir untuk mengungkapkan realitis sosial

yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

a) Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi

(Depdiknas 2001:9) pengajaran mata pelajaran sosiologi di Sekolah

Menengah Atas dan Madrasah Aliah Negri (SMA/MAN) berfungsi untuk

meningkatkan kemampuan berfikir, berperilaku dan berinteraksi dalam

keragaman realitas sosial dan budaya berdasarkan etika.

(Depdiknas 2001:9) tujuan mata pelajaran sosiologi Sekolah Menengah

Atas (SMA) pada dasarnya mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan

bersifat praktis. Secara kognitif pengajaran mata pelajaran sosiologi dimaksud


17

untuk memberikan pengetahuan dasar sosiologi agar siswa mampu memahami

dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan

dan masyarakat sebagai suatu sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat praktis

di maksudkan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa yang

rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayan

situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari.

b) Karakteristik dan Struktur Mata Pelajaran Sosiologi

Setiap mata pelajaran, tentunya memiliki karakteristik dan struktur

keilmuan tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran yang lain.

Adapun karakteristik mata pelajaran sosiologi adalah sebagai berikut:

a. Sosiologi merupakan disiplin intelektual mengenai pengembangan

pengetahuan yang sistematis dan terandalkan tentang hubungan sosial pada

umumnya dan tentang produk hubungan tersebut.

b. Materi sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi perilaku dan interaksi

kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhan serta menganalisis pengaruh

kegiatan kelompok dan pengaruhnya.

c. Tema-tema esensial dalam sosiologi dipilih dan bersumber dan serta

merupakan kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan peneliti

kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku

bangsa, komunitas dan pemerintahan, serta berbagai organisasi sosial, agama,

poitik, bisnis dan organisasi lainnya.


18

d. Materi sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga pengetahuan ilmiah

dengan pengembangan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan

lagi pada spekulasi di belakang meja atau observasi impresionistis.

c) Struktur keilmuan materi pelajaran sosiologi.

(Depdiknas 2003: 2) struktur keilmuan materi pelajaran sosiologi yaitu:

(a) Sosiologi sebagai ilmu tentang perilaku sosial dalam masyarakat, (b) interaksi

sosial dalam dinamika sosial budaya, (c) sosiolisasai dan pembentukan

kepribadian, (d) perilaku menyimpang dan pengendalian sosial, (e) konflik dan

integrasi sosial, (f) diferensiasi dan stratifikasi sosial, (g) konsekuensi bentuk

struktur sosial terhadap konflik dan integrasi sosial, (h) dinamika sosial dan

kebudayaan, (i) mobilitas sosial, dan (j) perubahan sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa belajar sosiologi

pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan mental dalam memahami konsep-

konsep dan dan realitas sosial dalam materi pelajaran sosiologi sehingga terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni

faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor dari luar diri atau faktor lingkungan.

Seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa “ Hasil belajar siswa di sekolah 70

persen dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 persen di pengaruhi oleh

lingkungan”.
19

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya motivasi belajar,minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar,ketekunan,sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak

menarik perhatian para ahli pendidikan. Untuk itu, seberapa jauh

kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar

siswa.adanya pengaruh dari dalam siswa ,merupakan hal yang logis dan

wajar,sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu

yang diniati dan di sadarinya.siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan

untuk belajar dan berprestasi.ia harus berusaha mengerahkan segala daya dan

upaya untuk dapat mencapainya.

Sungguh demikian, hasil yang dapat airaih masih juga bergantung dari

lingkungan. Artinya, ada dua faktor lain yang berada diluar dirinya yang dapat

menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang di capai. Salah satu

lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah,

ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi

rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan

pengajaran.hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam mencapai tujuan

pengajaran.oleh sebab itu,hasil belajar siswa disekolah di pengaruhi oleh

kemampuan siswa dnan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan

teoribelajar disekolah dari Bloom yang mengatakan ada tiga variabel utama dalam

teori belajar di sekolah,yakni karakteristik individu, kualitas pengajaran dan hasil

belajar.
20

5. Gunanya mengetahui Perubahan Sosial

Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Maclver: perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan

dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan

sosial.

Gillin dan Gillin, mengatakan perubahan sosial sebagai fariasi dari cara-

cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi

geografis, kebudayaan,materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena

adanya difusi.

Perubahan sosial dapat di bayangkan sebagai perubahan yang terjadi

didalam atau mencakup sistem sosial. Sejalan dengan hal tersebut, Kingslay Davis

(Soekarno, 2007:262), mengemukakan bahwa:

Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur

dan fungsi masyarakat misalnya; timbulnya pengorganisasian buruh dalam

masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan

antara buruh dalam majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan

dalam organisasi ekonomi dan politik.

Selanjutnya Tambe (2010: 75) berpendapat bahwa inti perubahan sosial

ialah faktor dinamika manusianya yang kreatif. Anggota masyarakat harus

bersikap terbuka bahkan ia secara kreatif menciptkan kondisi perubahan, terutama

dibidang ekonomi dan pola hidup sehari-hari. Perubahan sosial bersifat berarti
21

melibatkan segala aspek kehidupan dan kadang di selingi gejolak konflik berupa

proses perubahannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahww

perubahan sosial terjdi karena dengan masyarakat dalam menyesuaikan diri

terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembngan masyarakat pada

waktu tertentu.

6. Evolusi Vararel

Evolsi Vararel (Harries, 1968) adalah peristiwa terjadi apabila dua atau

lebih masyarakat berkembang dengan cara yang sama dan pada tingkat yang pada

dasarnya sama. Sebagai contoh mulai sekitar 10.000 tahun yang lalu komunitas-

komunitas manusia diberbagai wilayah dunia secara idependen mulai memelihara

tanaman dan binatang serta menopang hidup mereka lebih dengan bertani dari

pada meramu dann berburu.

Penerapan pertanian dalam berbagai komunitas ini menimbulkan

perubahan-perubahan yang sangat serupa dalam seluruh pola sosiokulturalnya.

Evolsi konvergen terjadi ketika berbagai masyarakat yang semula berbbeda

berkembang degan cara yang membuat mereka semakin serupa. Amerika serikat

dan Jepang, telah berkembang telah mengikuti garis Konvergen dalam seratus

tahun yang lalu. Evolusi Divergen terjadi ketika berbagai masyarakat yang semula

sama berkembang yang mengikuti garis yang semakin berbeda. Ontoh yang

paling baik dalam gejalah ini adalah hasil dari perbandingan antara Jepang dan

Indonesia (Gerszt ,1963). Kedua masyarakat ini sangat serupa pada awal abad

xvii, tetapi sekarang sangat berbeda : Jepang adalah bangsa industrial modern
22

denga standar hidup yang tinggi, sementara Indonesia adalah Negara miskin dan

terbelakang.

Lee, Richard B, Kung San : Men, Women and Work in a Foraging

Sociaty. Sebuah kajian yang komprehensif tentang masyarakat pemburu dan

peramu ,dengan focus utama kehidupan ekonomi. Perhatian yang serius diberikan

kepada teknologi, peranan kerja lelaki da perempuan, pola pemilikan ,dan

berbagai perubahan ekonomi mutakhir yang terjadi akaiat mereka dengan

masyarakat yang lebih maju.

Evolusi sosiokultural adalah sebuah hasil adaptif terhadap berbagai

kondisi yang sedang berubah. Masyarakat yang berkembang untuk memenuhi

berbagai permintaan dan kebutuhan baru. Kebanyakan masyarakat manusia dalam

kadar tertentu ditandai stabilitas ataupun traspormasi evolusioner. Namun dalam

beberapa kasus, suatu masyarakat dapat mengalami suatu perubahan devolusioner.

Ia dapat berubah meyerut kebentuk yang mempunyai karakter tahap evolusioer

yang sebelumnya. Ilstrasi yang sangat baik untuk kejadian seperti ini dapat

diperoleh dari deskripsi tentang suku Ik di Uganda yang dibuat oleh Colin Turbull

(1972). Suku Ik adalah masyarakat pemburu dan peramu yang telah mengalami

penderitaan ekonomi ketika tradisi berburu yang masi hidup beralih ke pertanian

yang diprogramkan oleh pemerintah Uganda.

Masyarakat pemburuh dan peramu Sekitar 99 % dari perjalan hidupnya

,ummat manusia menopang hidup mereka sepenuhnya dengan berburuh binatang

liar dan meramu hasil dari tanaman liar. Monopoli dari cara hidup berburuh dan

meramu dalam kehidupan manusia tidak berakhir sampai 10.000 tahun yang lalu,
23

ketika sebagian masyarakat mulai menopang hidupnya dengan pertanian. Dalam

waktu 10.000.

Masyarakat berburuh dan meramu ,holtikultural dan kadang-kadang

pastoral sering dinamakan secara kolektif seagai masyarakat primitif.

Walaupun sebagian ilmuan social menolak istilah ini, karena terasa

merendahkan, tidak ada alasan untuk mengguakannya demi kemudahan.

Istilah ini hanya merujuk kepada tinngkat perkembangan teknologis, da

pemakaiaannya tidak berarti seagai pembenaran atas peremehan cultural.

Para pemuru-peramu umumya meggatungkan diri kepada pengumpulan

sebagia besar makanan mereka (Service, 1966; Lee, 1968). Richard Lee (1968)

memperkirakan bahwa masarakat pemburu-peramu kotemporer memperoleh

hampir 65% makanan mereka dari megumplkan berbagai jenis makanan dan dia

percaya bahwa gambaran ini bbanak kesamaannya dari berbagai aktifitas

subsitensi masyarakat pemburu-peramu masa prasejarah. Namun biasanya leih

banyak waktu yang dihabiskan untuk aktifitas beruruh ,dan daging adalah

makanan yang jauh lebih tinggi.

Tipe masyarakat pemburu dan peramu ; tidak terstratifikasi, biasanya

ketidaksamaan prestise tidak terjadi. Ketidaksamaan yang berbasis umur, jenis

kelamin ,karakteristik personal seperti keeranian dan keterampilan dalam berburu,

sedikit terjadi, tetapi hal ini terjadi pada ketidaksamaan prestise dan pengaruh.

Ketidaksamaan umum terjadi pada seluruh masyarakat.


24

7. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL)

Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) mengatakan pembelajaran kontekstual

adalah sebuah system yang meragsang otak untuk menyusun pola-pola yang

mewujudkan makna. Lebih lanjut Elanie mengatakan bahwa pembelajaran

kontekstual adalah suatu system pembelajaran yang cocok dengan otak akan

menghasilkan maka dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks

dari kehidupan sehari-hari. Jadi ,pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk

membuat siswa aktif dalam memompa kemampua diri tanpa merugi dari segi

manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan

meningkatkannya dengan dunia nyata.

Denga demikian, inti dari pendekatan kontextual teaching and learning

(CTL) adalah keterkaitan setiap materi atau topic pembelajaran dengan kehidupan

nyata. Untuk mengaitkanya bisa dilakukan berbagai cara, selain karna memang

materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, jugabisa

disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain

sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait

atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata, ( Elaine, 2008 ).

(Nurhadi, 2002). Pembelajaran Kontekstual (contekstual teaching and

learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru dapat mengaitkan

anatara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang demikiannya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Untuk memperkuat yang dimilikinya pengalaman belajar yang


25

aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan

mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengaran yang pasif

sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang telah disampaikan guru.

Sementara itu , Howey R, Keneth, (2001) CTL adalah pembelajaran yang

memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman

dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan diluar sekolah

untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-

sendiri maupun bersama-sama.

Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa

untuk melihat makna materi dalam akademik yang mereka pelajari dengan jalan

menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu

dengan konteks pribadi,sosial, dan budaya.

Menurut (Johnson B. Elaine, 2002). Komponen-komponen atau cirri khas

utama CTL ada tujuh sebagai berikut:

1. Konstruktivisme, merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam

CTL, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

2. Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya

menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan

keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan

bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta,

tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.


26

3. Bertanya, merupakan karakteristik dari CTL, kemampuan bertanya

dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu bertanya

merupakan strategi utama dalam CTL.

4. Masyarakat belajar, adalah membiasakan siswa untuk melakukan

kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman

belajarnya.

5. Pemodelan, perkembangan ilmu pengetahuan, rumitnya

permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang

semakin berkembang dan beranekaragam, telah berdampak pada

guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit

dipenuhi.

6. Refleksi, adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau

baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adaalah berfikir

kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.

7. Penilaian sebenarnya, tahap akhir dari pembelajaran kontekstual

adalah melakukan penilaian.

Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam

pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan

dimilikinya.
27

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang

diajarkan.

3. Mengembangkan sikap ingin tahu siswa melalaui memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok

berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,

model, bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Melakukan pembelajaran secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang

sebenarnya pada setiap siswa.

B. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen yang diharapkan

sebagai hasil belajar, yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Keberhasilan

siswa dalam pendidikan sering diukur lewat pengetahuan yang dimiliki. Hal

tersebut sangat erat kaitannya dengan hasil belajar yang dicapai.

Proses belajar mengajar bukanlah hal yang sederhana karena siswa tak

sekedar menyerap informasi dari guru tapi melibatkan berbagai kegiatan maupun

tindakan yang harus dilaksankan terutama bila diinginkan hasil belajar yang

lebih baik. Oleh karena itu guru yang menjadi komponen utama dalam proses

belajar mengajar sebagai pendidik dan pengajar bertanggung jawab dalam

merencanakan pola pengajaran yang sistematik dan terarah.


28

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang perlu mendapat perhatian

khusus untuk mengembangkan dan diterapkan kepada peserta didik. Hal ini

dilakukan karena sosiologi mempunyai peranan yang penting dalam upaya

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk dapat meningkatkan hasil

belajar sosiologi siswa, maka di gunakanlah suatu metode pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran “Contextual Teaching and Learning”. Model

pengajaran ini berusaha melibatkan semua siswa dalam proses belajar mengajar

untuk bisa aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan penggubahan

suasana mengajar yang masih bersifat tradisional ke suasana yang lebih meriah

diharapkan bisa membangkitkan daya minat belajar siswa sehingga prestasi

belajar mereka secara tidak langsung akan meningkat, khususnya pada mata

pelajaran sosiologi.

Dalam proses belajar mengajar dalam penelitian ini bertujuan untuk dapat

mengetahui bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diajar dengan

menggunakan model pembelajaran “Contextual Teaching and Learning” ( CTL ).


29

Bagan Kerangka Pikir

1. Guru masih
Kondisi Awal menggunakan model
pembelajaran
konvensional
2. Siswa kurang aktif
mengikuti pelajaran
3. Hasil belajar siswa
rendah

Tindakan Pendekatan model

“contextual teaching and


learning”

Siklus I Siklus II

Kondisi akhir
Hasil belajar meningkat
Di harapkan meningkat

C. Pada pelaksanaan penelitian Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi

Kecamatan Alla Kabupaten Enrekan, pada kondisi awal akan dilakukan

observasi, setelah observasi berjalan guru masih menggunakan model-model

pembelajaran konvesional siswa kurang aktif mengikuti pelajaran dan hasil

belajar siswa dalam kategori rendah. Pada kondisi tindakan penelitian disini
30

kami menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

karena dapat merangsang otak siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

dalam proses penelitian berlangsung dilakukan dua tahap siklus yaitu siklus I

mendapatkan nilai dengan rata-rata 61,43 dikarenakan masih awam dalam

model pembelajaran yang baru. Setelah lanjut pada siklus II siswa

mendapatkan nilai dengan rata-rata 81,01 dikarenakan siswa suda paham

dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada kondisi akhir disini

diharapkan hasil penelitian meningkat karena siklus II suda masuk dalam

kategori tuntas dengan nilai rata-rata siswa yaitu 81,01.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: penerapan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar

sosiologi siswa kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten

Enrekang yaitu nilai KKM 70 keatas.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Researcah),dalam pelaksanaanya dilakukan secara bersiklus, dimana setiap siklus

terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan evaluasi serta refleksi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2014

(semester genap). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Kalosi

Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian siswa kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan

Alla Kabupaten Enrekang, yang berjumlah 30 orang siswa,terdiri dari 14 orang

siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

D. Faktor Yang Diselidiki

Faktor yang menjadi perhatian untuk diselidiki adalah :

1. Faktor keaktifan siswa, yaitu dengan memantau aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran ditandai dengan :

a. Kehadiran siswa,

b. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok,

c. Siswa yang bertanya kepada guru dan teman,

d. Siswa yang menawarkan ide/menjawab pertanyaan.

31
32

2. Faktor hasil belajar siswa, yaitu akan diselidiki hasil belajar sosiologi siswa

melalui tes lisan atau ujian. Untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami

materi pembelajaran yang telah disajikan melalui tes lisan atau ujian.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus

dilaksanakan empat kali pertemuan, seperti yang telah didesain dalam faktor-

faktor yang di selidiki. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini

dapat dijabarkan sebaggai berikut :

REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS II PELAKSANAAN

PENGAMATAN

Gambar umum desain penelitian. (arikunto, S dkk. 2009)


33

1. Gambaran Umum Siklus I

a) Tahap Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adlah

sebagai berikut :

1) Menelaah Kurikulum SMA Kelas X semester II mata pelajaran sosiologi.

2) Melakukan konsultasi dengan dengan guru pembimbing mengenai rencana

teknis penelitian.

3) Membuat perangkat pembelajaran untuk setiap pertemuan, yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar dan LKS.

4) Membuat lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengamati kondisi

pembelajaran di kelas ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.

5) Membuat alat bantu pengajaran yang diperlukan.

6) Membuat angket untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

7) Mendesain alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal.

b) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan 4 kali pertemuan yaitu: 3 X Pertemuan

untuk penyajian materi ajar dan satu kali untuk tes. Pelaksanaan tindakan tiap

siklus dalam penelitiian ini, mengikuti langkah sebagai berikut :

1) Melaksanakan tindakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah disiapkan, yaitu Contextual Teaching and Learning (CTL).


34

2) Memantau keaktifan siswa

3) Mengevaluasi hasil pemantauan dan melaksanakan tes pada akhir siklus I,

untuk mengavaluasi tingkat hasil belajar siswa.

4) Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.

c) Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada prinsipnya tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung,

adapun kegiatan yang dilakukan yaitu :

1) Mengamati setiap kegiatan siswa melalui lembar observasi.

2) Pengumpulan data melalui tes.

3) Melakukan evaluasi terhadap data yang ada.

d) Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi, selanjutnya

dikumpulkan dan dianalisis. Refleksi yang dimaksudkan adalah pengkajian

terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara. Hasil analisis

data yang dilaksanakan pada tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk

menentukan tindakan pada siklus berikutnya dalam rangka pencapaian tujuan

akhir. Untuk itu, refleksi dalam penelitian ini akan dilakukan setiap akhir tindakan

dan setiap akhir siklus.

2. Gambaran Umum siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama dengan

perencanaan dan pelaksanaan dalam siklus I, namun pada beberapa langkah


35

kemungkinan dilakukan perbaikan dan penyempurnanaan atau penambahan

tindakan sesuai deengan kenyataan yang ditemukan dilapangan. Adapun rincian

kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil refleksi siklus I, yaitu

dengan memberikan penekanan yang lebih tentang kerja sama siswa dalam

kelompoknya.

b. Melaksanakan tindakan siklus II

c. Siswa diberi tes lisan atau tulisan Essay

d. Analisis hasil pemantauan siklus II

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data mengenai peningkatan hasil belajar siswa diambil dengan memberikan

tes tulisan essay kepada siswa disetiap akhir siklus.

2. Data tentang aktivitas belajar mengajar diambil pada saat dilakukannya

tindakan dengan menggunakan lembar observasi.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk

analisis secara kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan

persentase. Kemudian nilai tersebut di kategorikan dengan menggunakan

kategorisasi skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan

oleh Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai berikut :


36

Tabel 2 : Tehnik Kategorisasi Standar

No Nilai Kategori

1 0-44 Sangat Rendah

2 45-59 Rendah

3 60-69 Sedang

4 70-84 Tinggi

5 85-100 Sangat Tinggi

Sedangkan analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan

yang terjadi pada setiap siklus dengan melakukan penilaian secara verbal

(aktivitas yang teramati)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pelaksanaan pada penelitian ini adalah setelah

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran

sosiologi maka interaksi sosial, kehadiran, keaktifan, keberanian, dan rasa percaya

diri siswa selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan dan

nilai rata-rata kelas meningkat sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 65

keatas apabila 85% siswa dari kelas X mendapat nilai 70 keatas, maka dikatakan

bahwa tercapai ketuntasan belajar secara klasikal atau ketuntasan kelas.


37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil-hasil penelitian yang diperoleh setelah

diterapkan model pembelajaran CTL. Adapun yang dianalisis adalah hasil tes

siklus I dan siklus II serta data perubahan aktivitas guru dan murid secara umum,

yang dikumpulkan melalui pengamatan selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran yang dicatat dalam observasi.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian diuraikan secara deskriptif dalam tahapan yang berupa

siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di

kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus

sebagaimana pemaparan berikut ini:

1. Paparan Data Siklus Pertama

a. Tahap Perencanaan

1. Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang ingin

disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran

CTL.

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan model

pembelajaran CTL.

37
38

3. Menentukan referensi penunjang yang relevan dengan kompetensi

dasar.

4. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

5. Membuat instrumen penelitian yang digunakan dalam siklus PTK

6. Menyusun alat evaluasi

b. Tahap Pelaksanaan

Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama

4 kali pertemuan termasuk pemberian tes siklus dengan lama waktu setiap

pertemuan adalah 2 jam pelajaran. Pertemuan pertama sampai ketiga diisi

dengan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

CTL, untuk pertemuan keempat diisi dengan pemberian tes evaluasi (tes

siklus I). Secara umum tindakan dilakukan untuk setiap pertemuan pada

siklus I ini adalah:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan materi secara

garis besar dengan mengaitkan kehidupan nyata dan mendorong siswa

untuk memberikan contoh di kehidupan nyata yang berkaitan dengan

materi pelajaran.

2. Guru membentuk beberapa kelompok kecil yang anggotanya

heterogen

3. Memberikan LKS yang berisikan beberapa soal dan diselesaikan

dengan kelompok masing-masing. siswa melakukan pengamatan

terhadap lingkungan sekitar untuk menemukan jawaban pada LKS.


39

4. Selama proses belajar kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap

diawasi, dikontrol dan diarahkan, serta diberi bimbingan secara

langsung pada kelompok yang mengalami kesulitan.

5. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya yang

ditunjuk secara acak dan kelompok lain memberi

tanggapan/pertanyaan.

6. Guru membimbing diskusi kelas dan mengarahkan siswa pada

jawaban yang benar dengan cara tanya jawab.

7. Guru memberi penghargaan atas hasil kerja siswa baik secara

individual maupun kelompok.

8. Membantu siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru

dipelajari dan mengaitkan dengan materi sebelumnya.

9. Memberikan tugas/pekerjaan rumah kepada siswa.

10. Memberikan evaluasi pada akhir siklus I.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

1. Hasil Observasi

Data aktivitas siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil

observasi selama proses pembelajaran di setiap pertemuan

berdasarkan indikator dalam lembar observasi. Adapun deskripsi

aktivitas siswa pada pada siklus I sebagaimana langkah- langkah

pembelajaran CTL dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:


40

Tabel 4.1: Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

No Komponen yang diamati Kategori

B C K

1 Siswa menemukan,bekerja sendiri dan √


mengkontruksi keterampilan barunya

2 Siswa menemukan sendiri inti materi √


yang di pelajari

3 Siswa yang bertanya materi yang belum √


dimengerti

4 Siswa bekerja sama dalam bentuk √


kelompok

5 Siswa yang bertanya tentang CTL √

6 Siswa membuat kesimpulan sendiri √


tentang pembelajaran yang diterima.

7 Memanfaatkan sumber/alat/bahan √
pembelajaran yang ada

Selain aktivitas siswa, aktivitas guru pada siklus I diperoleh

melalui hasil observasi selama proses pembelajaran di setiap pertemuan

berdasarkan indikator dalam lembar observasi aktivitas guru. Adapun

deskripsi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
41

Tabel 4.2: Deskripsi Aktivitas Guru pada Siklus I

Keterangan
No Pengamatan Ya Tidak

1 Mengembangkan pemikiran untuk belajar lebih √


bermakna dengan cara mandiri

2 Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri √


untuk semua topic

3 Kembangkan sifat ingin tahu murid dengan √


bartanya.

4 Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam √


kelompok-kelompok);

5 Menghadirkan model sebagai contoh √


pembelajaran

6 Melakukan refleksi di akhir pertemuan √

7 Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan √


berbagai cara

2. Hasil Evaluasi

Evaluasi siklus I dilaksanakan pada akhir siklus setelah 3

pertemuan. Berdasarkan hasil analisis sebagaimana tercantum pada

lampiran D, maka deskripsi hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.3

sebagai berikut:

Tabel 4.3: Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Siklus 1

Statistik Nilai Statistik


Skor Rata-rata 62
Skor Terendah 40
Skor Tertinggi 85
Rentang Skor 40
sumber:Lampiran D
42

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa

kelas X.F SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang setelah

pemberian tindakan pada siklus I sebesar 62. Skor yang dicapai siswa

tersebar dengan skor tertinggi 85 dan skor terendah 40 dengan rentang

skor 40. Jika skor tes hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5

kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai

berikut:

Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa
Kelas X Pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-44 Sangat rendah 4 13,33


45-59 Rendah 9 30
60-69 Sedang 7 23,33
70-84 Tinggi 9 30
85-100 Sangat tinggi 1 3,33
Sumber:lampiran D

Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5 menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa kelas X.F SMA Muhammadiyah kalosi setelah dilakukan tindakan

pada siklus I berada dalam kategori sangat rendah dengan skor rata-rata

62. Perolehan skor untuk siklus I adalah 85 untuk skor tertinggi dan 40

untuk skor terendah dari skor. Kemudian, persentase ketuntasan belajar

siswa setelah tindakan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel

4.5 berikut ini:


43

Tabel 4.5: Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas X.f


Pada Siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase

Tidak Tuntas 0 - 69 20 66,67

Tuntas 70 - 100 10 33,33

Jumlah 30 100

Sumber:Lampiran D

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa secara individu 10 siswa

termasuk dalam kategori tuntas atau 33,33% dan 20 siswa termasuk dalam

kategori tidak tuntas atau 66,67%. Artinya, terdapat 20 siswa memerlukan

perbaikan dan hal ini akan diusahakan pada pembelajaran siklus II.

d. Tahap Refleksi

Berdasarakan hasil observasi dan evaluasi diperoleh informasi

bahwa sebagian besar siswa belum dapat mengikuti pembelajaran dengan

baik dan aktivitas guru belum maksimal. Pada siklus I belum mencapai

yang memuaskan dikarenakan alasan-alasan berikut:

1. Skor rata-rata dan persentase ketuntasan hasil belajar sangat rendah.

2. Masih banyak siswa yang kurang aktif, baik dalam mengajukan

pendapat/pertanyaan kepada guru atau siswa lain maupun pada saat

kerja kelompok.

3. Siswa yang meminta bimbingan pada guru atau siswa lain apabila

tidak memahami materi masih kurang.


44

4. Siswa yang mengajukan diri mengerjakan soal atau mempresentasikan

hasil diskusi sebagai perwakilan kelompok masih didomonasi oleh

siswa yang pintar.

5. Kurang antusiasnya siswa dalam mencatat materi atau hasil

pembahasan.

6. Siswa yang memanfaatkan sumber/alat/bahan pembelajaran masih

kurang.

7. Siswa kurang perhatian dalam menyelesaikan pekerjaan rumah

dengan berbagai alasan yang mereka berikan.

e. Keputusan

Karena hasil belajar siswa pada siklus I belum menunjukkan hasil

yang optimal dan belum meratanya pemahaman siswa terhadap penerapan

pembelajaran CTL, maka berdasarkan acuan ini penelitian tindakan kelas

dilanjut pada siklus II dengan berbagai perbaikan yang akan dilakukan

berdasarkan refleksi pada siklus I.

2. Paparan Data Siklus Kedua

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini akan sama dengan tahapan perencanaan pada siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Perubahan pada siklus II berdasarkan tahap refleksi siklus I, sehingga

diadakan perbaikan tindakan. Secara umum tindakan yang dilakukan untuk

setiap pertemuan pada siklus II adalah:


45

1. Memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan materi secara garis

besar dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

Mendorong siswa untuk mengaitkan materi dengan kehidupan sehri-hari

3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan

pendapat/pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

4. Mengelompokkan siswa sesuai dengan klasifikasi yang didapat dari hasil

tes siklus I.

5. Membagikan LKS yang berisi masalah yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari dan diselesaikan secara berkelompok. Siswa melakukan

pengamatan terhadap lingkungan sekitar untuk menemukan jawaban pada

LKS.

6. Selama proses belajar kelompok berlangsung, guru membimbing secara

langsung pada kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan.

7. Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusinya yang

ditunjuk secara acak dan kelompok lain memberi tanggapan/pertanyaan.

8. Guru membimbing diskusi kelas dan mengarahkan siswa pada

jawaban yang benar dengan cara tanya jawab.

9. Guru memberikan umpan balik positif terhadap jawaban dan tanggapan

siswa.

10. Memberikan penghargaan atas hasil kerja siswa baik secara individu

maupun kelompok.
46

11. Membantu siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari

dan mengaitkan dengan materi sebelumnya.

12. Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas individu untuk menjadi

bahan latihan siswa.

13. Guru memberikan evaluasi setelah 3 kali pertemuan.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

1. Hasil Observasi

Data aktivitas siswa pada siklus II diperoleh melalui hasil observasi

selama proses pembelajaran di setiap pertemuan berdasarkan indikator dalam

lembar observasi. Adapun deskripsi aktivitas siswa pada pada siklus II dapat

dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6: Deskripsi Aktivitas Siswa pada Siklus II


Kategori
No Komponen yang diamati
B C K
Siswa menemukan,bekerja sendiri dan
1 √
mengkontruksi keterampilan barunya
Siswa menemukan sendiri inti materi yang di
2 √
pelajari
3 Siswa yang bertanya materi yang belum dimengerti √
4 Siswa bekerja sama dalam bentuk kelompok √
5 Siswa yang bertanya tentang CTL √
Siswa membuat kesimpulan sendiri tentang
6 √
pembelajaran yang diterima.
Memanfaatkan sumber/alat/bahan pembelajaran
7 √
yang ada

Selain aktivitas siswa, aktivitas guru pada siklus II diperoleh

melalui hasil observasi selama proses pembelajaran di setiap pertemuan


47

berdasarkan indikator dalam lembar observasi aktivitas guru. Adapun

deskripsi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada rabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7: Deskripsi Aktivitas Guru pada Siklus II


Keterangan
No Pengamatan Ya Tidak
1 Mengembangkan pemikiran untuk belajar lebih √
bermakna dengan cara mandiri
2 Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri √
untuk semua topic
3 Kembangkan sifat ingin tahu murid dengan √
bartanya.
4 Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam √
kelompok-kelompok);
5 Menghadirkan model sebagai contoh √
pembelajaran
6 Melakukan refleksi di akhir pertemuan √
7 Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan √
berbagai cara

2. Hasil Evaluasi

Evaluasi siklus II dilaksanakan pada akhir siklus setelah 3 pertemuan.

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana tercantum pada lampiran C, maka

deskripsi hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8: Statistik Skor Hasil Belajar siswa Kelas X pada Siklus II

Statistik Nilai Statistik

Skor Rata-rata 81,1

Skor Terendah 60

Skor Tertinggi 95

Rentang Skor 35

Sumber: Lampiran D
48

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa Kelas

X.F SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang setelah pemberian

tindakan pada siklus II sebesar 81,1. Skor yang dicapai siswa tersebar dengan

skor tertinggi 95 dan skor terendah 60 dengan rentang skor 35. Jika skor tes

hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka diperoleh

distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa

Kelas X.f Pada Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)

0-44 Sangat rendah - -

45-59 Rendah 1 3,33

60-69 Sedang 4 13,33

70-84 Tinggi 9 30

Sangat tinggi 16 53,33


85-100

Sumber: Lampiran D

Berdasarkan tabel 4.8 dan 4.9 bahwa Hasil Belajar Sosiologi siswa

Kelas X-F SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang setelah

dilakukan tindakan pada siklus II berada dalam kategori sangat tinggi

dengan skor rata-rata 80,1. Perolehan skor untuk siklus II adalah 95 untuk

skor tertinggi dan 60 untuk skor terendah. Kemudian, persentase ketuntasan


49

belajar siswa setelah tindakan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada

tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 : Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Sosiologi siswa Kelas X-F

SMA Muhammadiyah kalosi Kabupaten Enrekang pada siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase

Tidak Tuntas 0 - 69 5 16,66%

Tuntas 70 - 100 25 83,33%

Jumlah 30 100%

Sumber: Lampiran D

Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara individu 25 siswa

termasuk dalam kategori tuntas atau 83,33% dan 5 murid termasuk dalam

kategori tidak tuntas atau 16,66%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari

penelitian pada siklus II mengalami peningkatan.

Tabel 4.11 Perbandingan hasil belajar sosiologi siswa kelas X SMA

Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang pada tiap siklus

Nilai perolehan dari 30 siswa


Ketuntasan

Siklus Skor Skor Skor Rentang Tidak


Tuntas
tertinggi terendah Rata-rata Skor Tuntas
I 85 40 61,43 41 10 20
II 95 60 81,01 35 25 5
50

Berdasarkan tabel 4.11 di atas terjadinya peningkatan hasil belajar sosiologi

siswa selama berlangsungnya penelitian dari siklus I sampai siklus II.

d. Tahap Refleksi

Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan pada siklus II

ini mengalami peningkatan dibanding siklus I. Hal ini terlihat pada aktivitas

guru maupun siswa meningkat dan hasil belajar serta persentase ketuntasan

siswa juga mengalami peningkatan dengan alasan sebagai berikut:

1. Berdasarkan dari observasi aktivitas siswa sesuai pada tahap observasi di

atas, dapat dilihat bahwa siswa mulai memahami maksud dari model

pembelajaran CTL. Sehingga suasana berubah menjadi lebih baik,

terlihat bahwa siswa lebih aktif.

2. Berdasarkan dari hasil observasi aktivitas guru sesuai pada tahap

observasi di atas, guru lebih menguasai kelas dengan menggunakan model

pembelajaran CTL. Sehingga pengelolaan kelas dan penerapan

pembelajaran CTL dapat berjalan dengan baik. Namun, pemanfaatan

waktu masih menjadi kendala seperti keterlambatan peneliti memasuki

kelas pada saat jam pelajaran yang disebabkan pergantian antara

pelajaran yang satu dengan yang lain masih mengalami keterlambatan.

3. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II, telah menunjukkan peningkatan

hasil belajar siswa yang memuaskan karena persentase ketuntasan dalam

kegiatan pembelajaran semakin meningkat yaitu dari 10 orang atau

33,66% pada siklus I menjadi 25 orang atau 83,33% pada siklus II. Selain
51

itu, skor rata-rata pada siklus I mencapai 62 mengalami peningkatan

menjadi 77,5 pada siklus II.

4. Keputusan

Berdasarkan hasil refleksi kegiatan pada siklus II, terjadi

peningkatan dibanding siklus I. Hal ini terlihat pada aktivitas guru maupun

siswa meningkat, skor rata-rata dan persentase ketuntasan hasil belajar

siswa juga mengalami peningkatan. Dengan demikian, melalui model

pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran sosiologi.

B. Pembahasan

Pada bagian ini membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi

pada siswa Kelas X SMA Muhammadiyah kalosi Kabupaten Enrekang selama

diterapkannya model pembelajaran Contextual Theaching and Learning(CTL)

pada materi perubahan sosial. Pembahasan yang dimaksud merupakan data yang

diperoleh oleh peneliti pada setiap pertemuan selama proses pembelajaran

berlangsung dari tiap siklus. Adapun perubahan –perubahan tersebut sebagai

berikut:

1. Siswa menemukan, bekerja sendiri dan mengkontruksi keterampilan barunya,

mengalami perubahan pada siklus I berada pada kategori C (cukup)

meningkat menjadi kategori B (baik) pada siklus II


52

2. Siswa menemukan sendiri inti materi yang di pelajari, juga mengalami

perubahan pada siklus I berada pada kategori C (cukup) meningkat menjadi

kategori B (baik) pada siklus II

3. Siswa yang bertanya materi yang belum dimengerti,mengalami perubahan

pada siklus I berada pada kategori C (cukup) meningkat menjadi kategori B

(baik) pada siklus II.

4. Siswa bekerja sama dalam bentuk kelompok, tetap pada kategori B (baik)

5. Siswa yang bertanya tentang CTL, mengalami perubahan pada siklus I berada

pada kategori C (cukup) meningkat menjadi kategori kategori B (baik) pada

siklus II.

6. Siswa membuat kesimpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterima,

mengalami perubahan pada siklus I berada pada kategori K (kurang)

meningkat menjadi kategori C (cukup) pada siklus II.

7. Memanfaatkan sumber/alat/bahan pembelajaran yang ada, juga mengalami

perubahan pada siklus I berada pada kategori K (kurang) meningkat menjadi

kategori C (cukup) pada siklus II.

Pada siklus I selama kegiatan pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa

siswa sedikit termotivasi untuk mengikuti pembelajaran karena model

pembelajaran yang diberikan tergolong baru dan unik menurut pandangan mereka,

meski siswa merasa canggung dengan model pembelajaran yang diberikan.

Sehingga seolah-olah siklus I ini orientasinya siswa mengenali model

pembelajaran yang diterapkan dan guru mengenal karakter individu dan karakter
53

kelas siswa. Setelah diadakan refleksi pada siklus I, maka dilakukan kegiatan

perbaikan demi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II, terlihat bahwa

motivasi siswa sudah meningkat.

A. Pada Siswa

Terjadinya peningkatan hasil belajar sosiologi siswa selama berlangsungnya

penelitian dari siklus I sampai siklus II, pembahasan yang dimaksud merupakan

data yang diperoleh oleh peneliti pada setiap pertemuan selama proses

pembelajaran berlangsung dari siklus I sampai siklus II. Adapun perubahan –

perubahan tersebut sebagai berikut:

1. Persentase kehadiran siswa pada siklus I sebesar 93,37% pada siklus II

meningkat menjadi 96,87%.

2. Menyimak penjelasan guru atau pengarahan guru pada siklus I sebesar 87,5%

pada siklus II meningkat menjadi 96,62%.

3. Presentase siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses

pembelajaran (main-main, ribut, dll) pada saat pembelajaran berlangsung pada

siklus I sebesar 12,75% pada siklus II menurun menjadi 6,25%.

4. Siswa yang aktif dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 46,67% pada siklus

II meningkat menjadi 75%.

5. Siswa yang mampu mempresentasekan materi diskusi dan berbicara dengan

benar di depan kelas pada siklus I sebesar 18,75% pada siklus II meningkat

menjadi 71%.

6. Siswa yang mengajukan tanggapan pada siklus I sebesar 25% pada siklus II

meningkat menjadi 71,87%.


54

7. Siswa yang masih perlu bimbingan guru pada siklus I sebesar 25% pada siklus

II menurun menjadi 15,62%.

8. Siswa yang pasif pada siklus I sebesar 21,87% pada siklus II menurun menjadi

9,37%

Hal ini juga sempat diamati oleh peneliti pada siklus II adalah suasana

belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara anggota

kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran

denga lebih baik, dan siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu

oleh siswa lain.

Peningkatan baik keaktifan, kehadiran maupun hasil belajar siswa pada

siklus II, terjadi setelah diadakan perbaikan-perbaikan yang dianggap tidak

terlaksana secara maksimal pada siklus sebelumnya yang diperoleh pada hasil

observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun perbaikan yang

sempat terlaksana adalah jika pada siklus I hanya siswa tingkat kecerdasan di atas

rata-rata yang aktif dalam proses pembelajaran maka pada siklus II dilakukan

pendekatan-pendekatan kepada siswa yang tingkat kecerdasan di bawah rata-rata

untuk mendapatkan bimbingan secara langsung agar mereka lebih aktif dan dapat

melibatkan diri dalam proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran

yang diterapkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pada siklus II pelaksanaan proses

pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Contextual Teaching

and Learning berjalan lebih baik lagi dibandingkan dengan siklus sebelumnya, ini

menunjukkan bahwa perubahan sikap siswa dari siklus I ke siklus II selalu


55

mengarah pada hal-hal yang telah direncanakan sesuai dengan langkah yang telah

disiapkan pada prosedur penelitian.

Ketimbang dengan hasil obsevasi penelitian pada tanggal 17-20 bulan juni

tahun ajaran 2012-2013 di SMA Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla

Kabupaten Enrekang, dalam penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran

sosiologi pada siswa kelas X dengan jumlah 30 siswa, masih mendominasi

kegiatan guru sehari-hari. Peserta didik kegiatannya berulang-ulang disekitar

mendengarkan, memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang

diperintahkan oleh guru. Bahkan pada saat guru menjelaskan banyak diantara

siswa yang bermain-main. Informasi lain yang didapatkan dari guru bidang studi

sosiologi adalah hasil belajar sosiologi lebih dari 20 % siswa kelas X SMA

Muhammadiyah Kalosi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang, masih tergolong

rendah yaitu rata-rata 54, sedangkan standar KKM Adalah 70.

Secara umum, rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan oleh proses

belajar mengajar yang kurang efektif dan tidak temotivasi, sehingga pengetahuan

yang dimiliki siswa masih dalam tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan

pendapat Ruslan dalam (Sanjaya wina, 1991: 3) yang menyatakan bahwa pada

dasarnya rendahnya mutu pendidikan nasional tidak terlepas dari rendahnya mutu

proses belajar mengajar.

B. Pada Guru

Selain peningkatan siswa, peningkatan juga terjadi pada aktivitas guru

selama diterapkannya model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

sebagai berikut:
56

a. Pengembangkan pemikiran untuk belajar lebih bermakna dengan cara mandiri

tetap.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik berubah

dari siklus I Tidak (tidak terlaksana) menjadi Ya (terlaksana) pada siklus II.

c. pengembangan sifat ingin tahu siswa dengan bartanya juga mengalami

perubahan dari siklus I Tidak (tidak terlaksana) menjadi Ya (terlaksana)

padsa siklus II.

d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

mengalami perubahan dari tidak terlaksana pada siklus I menjadi terlaksana

pada siklus II .

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, berubah dari siklus I

Tidak (tidak terlaksana) menjadi Ya (terlaksana) padsa siklus II.

f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan dan penilaian yang sebenarnya dengan

berbagai cara tetap terlaksana pada setiap siklus

3. Penutup

Frekuensi membantu siswa menarik kesimpulan dan pemberian pekerjaan

rumah (PR) tetap terlaksana pada siklus I dan siklus II, frekuensi menyampaikan

materi untuk pertemuan berikutnya meningkat yaitu tidak terlaksana pada siklus I

menjadi terlaksana pada siklus II.

Di samping adanya peningkatan penguasaan materi pelajaran Sosiologi

siswa dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran

CTL, juga ditemukan hal-hal lain diantaranya:

a. Keaktifan
57

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama dua siklus pengajaran

melalui proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran CTL,

terlihat adanya peningkatan hasil belajar juga adanya keaktifan siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar dengan penerapanpembelajaran CTL. Hal ini

dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa aktif pada saat proses belajar

berlangsung.

Terjadinya persentase rata-rata peningkatan keaktifan siswa, kehadiran

siswa mengikuti proses pembelajaran menunjukkan bahwa siswa memiliki

perhatian dan antusias yang besar untuk belajar mata pelajaran sosiologi,

khususnya dalam penelitian ini. Dengan menerapkan model pembelajaran CTL

siswa lebih aktif karena dalam proses pembelajaran siswa yang mengkontruksi

sendiri dan menemukan sendiri pengetahuan mereka di mana sebelumnya guru

terlebih dahulu memberikan pemodelan terhadap cara menyelesaikan masalah.

Dalam proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan sendiri dan menentukan strategi sendiri dalam memecahkan

masalah dengan menghubungkan materi dengan dunia nyata siswa, sehingga

siswa merasa tertarik dan menganggap bahwa ternyata sosiologi ternyata

berhubungan dengan kehidupan kita dan sangat bermanfaat untuk dipelajari.

Dengan itu, keaktifan siswa sangat terlihat baik dalam kerja kelompok maupun

pada saat guru menjelaskan materi.

b. Motivasi dan minat belajar


58

Selama penelitian dilaksanakan motivasi dan minat belajar siswa terhadap

pembelajaran sosiologi semakin meningkat, hal ini dilihat semakin kurangnya

siswa yang melakukan kegiatan lain selama pembahasan materi berlangsung.

Bahkan siswa berlomba untuk naik ke papan tulis mengerjakan soal yang

diberikan. Mereka merasa senang belajar sosiologi dengan model pembelajaran

yang diterapkan serta sangat menarik karena menyangkut kehidupan sehari-hari

sesuai dengan kemampuan awal siswa.

c. Percaya diri

Demikian juga halnya dengan rasa percaya diri siswa meningkat selama

mengikuti dua siklus dalam proses belajar mengajar dengan penerapan

pendekatan kontekstual. Pada umumnya siswa mempunyai pendapat bahwa

mereka tidak yakin dapat menyelesaikan tugas-tugas dan memperoleh hasil

yang maksimal dalam mempelajari matematika. Akan tetapi dengan danya

dorongan dan motivasi selama pelaksanaan tindakan pandangan siswa yang

demikian semakin berkurang. Hal ini bisa terlihat dari jawaban-jawaban soal

yang diberikan baik sebagai tugas di rumah, latihan, maupun keinginan siswa

untuk menyelesaikan soal di papan tulis dan juga dalam mengerjakan soal tes,

yang keseluruhan itu menunjukkan adanya peningkatan percaya siswa untuk

memberikan jawaban soal yang benar.

d. Interakasi siswa dengan siswa, siswa dengan guru.

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama dua siklus pengajaran

melalui proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran CTL terlihat


59

bahwa dengan diberikannya kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan

tanggapan atas jawaban temannya, dan memberi kesempatan membantu

temannya yang masih kurang, maka tercipta interkasi antara siswa dengan

siswa lainnya. Sedangkan kepercayaan diri yang sudah dimiliki oleh siswa

menimbulkan keberanian untuk bertanya pada hal-hal yang kurang dimengerti.

Oleh karena itu, kondisi ini menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa.

a. Tindakan Pada Siklu I

Peneliti membuat desain pembelajaran sosiologi melalui penerapan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Peneliti mendeskripsikan

hal-hal yang dipelajari di kelas X SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten

Enrekang semester genap. setelah itu peneliti meminta saran dan masukan kepada

guru mata pelajaran sosiologi baik yang berkaitan dengan sumber belajar, waktu,

media pembelajaran, evaluasi maupun cara memanfaatkan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning ( CTL ) di kelas.

Setelah membuka pelajaran, peneliti mambangkitkan motivasi siswa untuk

mengikuti proses pembelajaran, kemudian peneliti mengemukakan tujuan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Kegiatan pembelajaran

ini berlangsung selama empat kali pertemuan, 2 x 45 menit setiap kali

peretemuan. Peristiwa yang terjadi pada awal pertemuan peneliti berusaha untuk

membangkitkan semangat dan minat belajar siswa dengan mengajukan pertanyaan

tentang pelajaran sosiologi penerapan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL), beberapa orang siswa memberikan respon namun sebagian besar

hanya diam.
60

Siswa diam diakibatkan oleh rasa malu, kurang percaya diri, dan takut

untuk mengemukakan pendapatnya. Siswa terkesan takut melakukan kesalahan,

dan sebagiannya, ditambah lagi memang karena tidak memahami hal yang

ditanyakan, hal itu diamati oleh peneliti sebagai laporan proses pengajaran

sosiologi dengan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL).

Saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung, sebagian siswa

menunjukkan keingininan mereka untuk mengikuti proses pembelajaran sosiologi

berdasarkan rasa peracaya diri mereka, namun semuanya berjalan tidak

sepenuhnya efektif dikarenakan masih ada sebagian besar siswa yang kurang

termotivasi mengikuti proses pembelajaran, akibatnya siswa jadi acuh tak acuh

dan tidak berminat mengikuti proses pembelajaran secara seksama.

b. Tindakan Pada Siklus II

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), merupakan teknik

yang dilakukan oleh peneliti agar dapat mengarahkan siswa untuk belajar

sosiologi secara efektif, disamping itu mereka juga belajar bekerja sama secara

menyenangkan kepada sesama siswa, mereka dilatih untuk membangun interaksi

dan bisa menciptakan persahabatan, kepekaan sosial dan toleransi baik kepada

sesama siswa maupun kepada guru. Melalui kegiatan ini siswa terlatih untuk terus

memacu diri dan mengembangkan potensi yang terpendam dalam dirinya baik

secara individu maupun secara kelompok.

Pada materi pokok “Perubahan Sosial” peneliti membuat skenario

pembelajaran mengenai materi yang akan diajarkan. Materi tersebut diharapkan


61

mampu membuka cakrawala pikir siswa terhapap sesuatu yang sifatnya nyata

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning dalam pelajaran sosiologi, tujuan dari pengajaran tersebut

memprioritaskan terbagunnya ide dan gagasan baru melalui pengalaman nyata

yang dipersentasikan secara lisan melalui pembelajaran Contextual Teaching and

Learning ( CTL ).

Pada proses pembelajaran tersebut, hasil yang dapat disimpulkan oleh

peneliti adalah sebagian besar siswa senang pelajaran sosiologi, sehingga siswa

merasa bahwa sosiologi adalah pelajaran yang sangat penting untuk dikuasai

karena berguna bagi kehidupan sehari-hari. Adapun siswa yang beranggapan

bahwa belajar sosiologi dapat mengasah otak dan melatih siswa untuk berpikir

memecahkan masalah karena peneliti menerapkan sistem pembelajaran contextual

teaching and learning pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah kalosi Kabupaten

Enrekang.
62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran CTL pada Siswa Kelas X-f SMA Muhammadiyah

Kalosi Kabupaten Enrekang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran sosiologi pokok bahasan perubahan sosial, baik dari segi proses

maupun hasil. Hal ini didukung oleh data hasil penelitian sebagai berikut:

1. Berisi tentang proses hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi

mengalami peningkatan. Hal ini, ditandai dengan meningkatnya persentase

aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa disetiap

siklus.

2. Berisi tentang proses hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi

menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada skor rata-rata dan

persentase ketuntasan hasil belajar pada Siswa Kelas X-F SMA

Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang sebelum penerapan model

pembelajaran CTL yaitu 62 pada kategori rendah dengan komposisi 10 siswa

yang tuntas atau 33,33% dan 20 siswa yang tidak tuntas atau 66,67%

mengalami peningkatan setiap siklus. Pada siklus I skor rata-rata 62 berada

dalam kategori sangat rendah dengan komposisi 10 siswa yang tuntas atau

33,33% dan 20 siswa tidak tuntas atau 66,67% .

62
63

Pada siklus II skor rata rata 81,1 berada pada kategori sangat tinggi dengan

komposisi 25 siswa yang tuntas atau 83,33% dan 5 siswa yang tidak tuntas atau

16,66%.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian dan kesimpulan di

atas, maka diajukan beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penulis

dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, antara lain:

1. Diharapkan kepada guru khususnya guru mata pelajaran sosiologi, agar

menerapkan model pembelajaran CTL sejak dini untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal sosiologi.

2. Setiap guru hendaknya selalu mencoba untuk berinovasi, berimprovisasi

dan berkreasi dalam rangka peningkatan hasil pembelajaran, baik kualitas

proses maupun hasil.

3. Guru sebaiknya mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa dapat

belajar dengan suasana yang menyenangkan dan motivasi untuk belajar

tinggi.

4. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk memberikan pelatihan khusus

kepada guru bidang studi mengenai model mengajar yang sesuai dengan

kondisi sekolah. Sehingga setiap guru pada semua jenjang pendidikan

dapat memberikan yang terbaik kepada siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. 2001. Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi Dalam


Peningkatan Kualitas dan Efektivitas Pembelajaran. Bandung : UPI

Arends (dalam Trianto, 2009: 7) penyelesain masalah dalm proses belajar siswa
dan peningkatan mutu belajar siswa
Agung, Haryono. 2001. Pembelajaran Mandiri. SEAMOLEC.

Departemen Pendidikan Nasional.2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah. Buku 1. Jakarta: Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen.
Djamarah (2002: 13) tentang pengertian belajar “serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh perubahan tingkah laku”
Fridal, Ernestine. Women and Man: An Antrhopologist’s View.New York: Holt,
Rinehart and Winston, 1975. Sebuah buku yang singkat tetapi imformatif
yang menyelediki relasi-relasi antara jenis kelamin dalam masyarakat
pemburu dan peramu dengan masyarakat hortikultural.

Hartina, 2008: 12. Proses pembelajaran. Yogyakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Heinich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. 1996. Intructional Teaching For
teaching and Learning: Designing Intruction, Integrating Computers and
Using Media, 3rd editan. Upper Saddle River, NJ.: Merril Prentice Hall.
London: Routledge.

(Howard Kingsley), dalam pembagian hasil belajar


Howey, Kenneth R. (2004). Contextual Teaching and Learning Teaching For
Understanding Trough Integration Of Academic and Teaching Education.

Johnson. B. Elaine. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin


Press. Inc.
Kay, A. & Rumble, G. 1981. Distance Teaching For Higher and Adult Education.
London : Croom Helm.

Lee, Richadr B, Kung San. Men Women and Work in a Foraging Sociaty. Sebuah
kajian tentang masyarakat pemburu dan peramu dengan fokus utama
ekonomi. www.makro sosiologi. Com.

Marshall Sahlins and Elman 1960. “ Evolution: specifik and general.” Service
(esd), Evolution and Culture. Ann Arbor: Univercity of Michigan Press.
(Nana Sudjana: 1989 :3) tentang pengertian hasil belajar siswa”
(Omar Hamalik,2001). Dalam implementasi kurikulum serta evaluasi dalam
belajar mengajar.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2008, Teori Sosiologi; Dari sosiologi
Klasik Samoai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, Kreasi
Wacana, Yogyakarta.
Sahlins, Marshall. 1985. Social Stratification in polynesia. Seeatle: University of
Washington Press.
Slametto. 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineke Cipta.
Soekanto,soerjono. 2001:25.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : PT.Sinar
Baru Algasindo.
Tambe (2010): 75). Inti perubahan sosial

Tim penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2012. Pedoman penulisan skripsi.


Makassar: panrita pers

Trianto,2009:7 Peningkatan Mutu Pendidikan.Jakarta:Rineke Cipta.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional.


Daftar Lampiran
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

B. Instrumen/Soal & kunci jawaban Tes Siklus

C. Rubrik Penilaian

D. Daftar Nilai hasil Evaluasi siklus I & II

E. Lembar Kehadiran Siswa

F. foto kegiatan

G. Persuratan

H. Riwayat hidup
SILABUS

Sekolah : SMA Muhammadiyah Kalosi Enrekang


Mata pelajaran : IPS SOSIOLOGI
Kelas /Semester : X-F/ Genap
Semester : II Genap
Standar kompetensi : Memahami perubahan sosial dalam masyarakat

Materi Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber/


NO Kompetensi dasar Indikator
pokok/Pembelajaran Pembelajaran Meteode Bentuk waktu Bahan/Alat
1.1 Mendeskripsikan Perubahan sosial -Guru Mendeskripsikan Tugas Uraian 2 jam Buku Paket
perubahan sosial dalam masyarakat. mengembangakn pengertian individu Perfoman pelajaran Sosiologi SMA
dalam masyarakat. pemikiran siswa perubahan sosial Muhammadiyah
tentang pengertian Kalosi kelas X
perubahan sosial
-Secara individu
menjelaskan
tentang pengertian
perubahan sosial
dalam masyarakat.

1.2 Mendeskripsikan Ciri-ciri Perubahan -siswa melakukan Mengidentifikasi Tugas Uraian 4 jam Buku Paket
tentang ciri-ciri sosial dalam masyarakat belajar dari ciri-ciri Kelompok performan pelajaran Sosiologi SMA
dari perubahan masyarakat. yaitu dengan saling perubahan sosial Muhammadiyah
sosial. tanya jawab tentang Kalosi kelas X
ciri-ciri dari
perubahan sosial
dalam masyarakat.
-Secara individu
mampu memahami
ciri-ciri dari
perubahan sosial
dalam masyarakat.

1.3 Mendeskripsikan Bentuk-bentuk -guru Memahami Uraian 4 jam Buku Paket


Tanya
bentuk-bentuk perubahan sosial. mengembangkan tentang bentuk- jawab performan pelajaran Sosiologi SMA
perubahan sosial sifat ingin tahu bentuk Muhammadiyah
dalam masyarakat siswa dengan perubahan sosial Kalosi kelas X
memunculkan dalam
pertanyaan- masyarakat.
petanyaantentang
perubahan sosial.
Yang ada dalam
masyarakat.

Mengetahui

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Kalosi Guru Mata Pelajaran

Drs. H. Sampe Lemang, M.Pd Andriani , S.Pd

NBM: 808 253 NIP:


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RPP SIKLUS I

Mata Pelajaran : IPS SOSIOLOGI


Satuan Pendidikan : SMA Muhammadiyah Kalosi Enrekang
Kelas/Semester : X-F/ Semester II
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit (4 x pertemuan )
A. Standar Kompetensi

Memahami dampak perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat sebagai suatu dinamika
sosial.

B. Kompetensi Dasar

Menjelaskan dan memahami proses perubahan sosial

C. Indikator

1. Mendeskripsikan pengertian perubahan sosial

2. Mengidentifikasi ciri-ciri perubahan sosial

D. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah pembelajaran berlangsung siswa diharapkan mampu mendeskripsikan pengertian


perubahan sosial

2. Siswa mampu menjelaskan dan memahami bentuk-bentuk perubahan sosial

E. Materi Ajar

a. Pengertian Perubahan sosial

Perubahan sosial adalah sebuah keniscayaan dalam suatu masyarakat karena ruh dan nafas
sosiologi sendiri adalah perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat yang begitu sangat
dinamis yang terjadi baik secara evolusi maupun revolusi.ada berbagai definisi yang
dikemukakan para pakar sosiologi mengenai perubahan sosial.

antara lain sebagai berikut :

a. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berfikir
dan dalam perilaku pada waktu tertentu (John J. Macionis)

b. Perubahan sosial adalah perubahan penting dari pola-pola perilaku dan interaksi sosial
(struktur sosial). (Wilbert E. Moore)

c. Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. (Kingsley Davis)

Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa hakikat dari perubahan
sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

b. Ciri-ciri Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat memiliki beberapa ciri, antara lain
sebagai berikut :

1. Setiap masyarakat mengalami perubahan, baik secara lambat maupun cepat sehingga
tidak ada masyarakat yang bersifat statis.

2. Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan akan diikuti oleh
perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan sosial terjadi dalam bidang material dan immaterial karena keduanya
memiliki hubungan timbal balik.

4. Perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yang bersifat


sementara karena berada dalam proses penyesuain diri.
F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model : “Contextual Teaching and Learning” (CTL)

2. Metode : Konstruktivisme, Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan.

G. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan 1

1. Kegiatan awal

 Salam dan doa


 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
Pertemuan II

1. Kegiatan awal
 Salam dan doa
 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
Pertemuan III

1. Kegiatan awal

 Salam dan doa


 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
Pertemuan IV

1. Kegiatan awal

 Salam dan doa


 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
H. Alat dan sumber beelajar

 Sumber belajar ; Buku paket sosiologi kelas X-F. Penerbit Erlangga,Fritz Damanik.

 Alat, papan tulis,

 spidol dan penghapus.

I. Penilaian

INSTRUMEN SOAL

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan perubahan sosial.?


2. Sebutkan beberapa ciri-ciri perubahan sosial.?
3. Tuliskan tiga bentuk-bentuk perubahan sosial yang anda ketahui.?
4. Jelaskan pengaruh pendidikan terhadap perubahan social.?
5. Sebutkan faktor-faktor penghambat perubahan social.?
6. Setujukah anda bahwa konflik dapat mendorong terjadinya perubahan social? Berikan
alas an dan contohnya.!
7. Mengapa perubahan social banyak mengalami penolakan dari warga masyarakat.?

INSTRUMEN KUNCI JAWABAN

1. Perubahn sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dalam
masyarakat.
Perubahan social adalah perubahan dalam strategi struktur social dan hubungan social.
2. Ciri-ciri perubahan social
 Setiap masyarakat mengalami perubahan baik secra lambat maupun cepat
sehingga tidak ada masyarakat yang bersifat statis.
 Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemsyarakatan akan didikuti oleh
perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.
 Perubahan sosial yang terjadi dalam bidang material dan inmaterial karna
keduanya memilikihubungan timbal balik.
 Perubahan sosialyang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yangbersifat
sementara karna berada dalam proses penyesuaian diri.
3. Bentuk-bentuk perubahan sosial.:
 Perubahan yang lambat dan perubahan yang cepat.
 Perubahan yang berpengaruh kecil dan perubahan yang berpengaruh besar.
 Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan.
4. Pengaruh pendidikan terhadap perubahan social yaitu karna pendidikan merupakan
modal utama untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Dengan pendidikan
generasi muda dibekali kemampuan berfikir lebih maju dan kreatif, memiliki
keterampilan untuk dapat mengembangkan berbagai cara berbuat dan ditanamkan nilai
dan sikap yang mengarah pada kemajuan.
5. Faktor-faktor penghambat perubahan social.:
 Keterisolasian masyrakat
 Ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
 Sikap mengagungkan tradisi
 Ketakutan pada perubahan
 Prasangka buruk terhadap pengaruh luar serta nilai-nilai social
6. Setujuh,; Berdasarkan konsep dilektika social dari Hegel, Karl Marx menjelaskan proses
perubahan social sebagai akibat adanya konflik antarkelas social, perbedaan pandangan,
aliran politik, kesenjangan ekonomi, perbedaan keyakinan, perbedaan kepentingan,
hingga perbedaan kebudayaan dapat mengakibatkan timbuknya konflik dimasyarakat.
Setiap konflik yang pecah akan menyebabkan perubahan-perubahan tertentu dalam
tatanan masyarakat.
7. Perubahan social banyak mengalami penolakan dari masyarakat karna: Didalam
masyarakat terdapat sikap senang ato tidak senang terhadap sesuatu, Sikap seperti itu
mempengaruhi diterima atau ditolaknya suatu perubahan. Bahkan perubahan social dabat
juga ditolak oleh masyarakat apabila dipaksakan pihak lain, tidak dipahami serta dinilai
sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk.
JumlahPerolehanSkor
NP = x100%
SkorMaksimum

a.) Tehnik : Tugas individu

b.) Bentuk instrument : Pertanyaan tertulis uraian

c.) Prosedur penilaian :

 Keaktifan dalam proses pembelajaran dalam kelas


 Kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal-soal latihan.

Tingkatan
NO
Aspek penilaian Tidak
Baik Kurang baik
baik
1 Kemampuan siswa menjawab
soal
2 Kemampauan siswa
menjelaskan kembali meteri
pelajaran.
3 Sikap dan tingkah laku siswa
dalam kelas.
4 Keaktifan siswa dalam kelas.

Enrekang, Maret 2014


Mahasiswa

Irfan Asiz
NIM:10538142309
Mengetahui

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Kalosi Guru mata pelajaran

Drs. H. Sampe Lemang, M.Pd Andriani, S.pd


NBM: 808 253 NIP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RPP SIKLUS II

Mata Pelajaran : IPS SOSIOLOGI


Satuan Pendidikan : SMA Muhammadiyah Kalosi Enrekang
Kelas/Semester : X-F/ Semester II
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit (4 x pertemuan )
A. Standar Kompetensi

Memahami dampak perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat sebagai suatu dinamika
sosial.

B. Kompetensi Dasar

Menjelaskan dan memahami proses perubahan sosial

C. Indikator

1. Mendeskripsikan pengertian perubahan sosial

2. Mengidentifikasi ciri-ciri perubahan sosial

D. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah pembelajaran berlangsung siswa diharapkan mampu mendeskripsikan pengertian


perubahan sosial

2. Siswa mampu menjelaskan dan memahami bentuk-bentuk perubahan sosial

E. Materi Ajar

a. Pengertian Perubahan sosial

Perubahan sosial adalah sebuah keniscayaan dalam suatu masyarakat karena ruh dan
nafas sosiologi sendiri adalah perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat yang begitu
sangat dinamis yang terjadi baik secara evolusi maupun revolusi.ada berbagai definisi yang
dikemukakan para pakar sosiologi mengenai perubahan sosial.
antara lain sebagai berikut :

a. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berfikir
dan dalam perilaku pada waktu tertentu (John J. Macionis)

b. Perubahan sosial adalah perubahan penting dari pola-pola perilaku dan interaksi sosial
(struktur sosial). (Wilbert E. Moore)

c. Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. (Kingsley Davis)

Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa hakikat dari perubahan
sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

b. Ciri-ciri Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat memiliki beberapa ciri, antara lain
sebagai berikut :

1. Setiap masyarakat mengalami perubahan, baik secara lambat maupun cepat sehingga
tidak ada masyarakat yang bersifat statis.

2. Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan akan diikuti oleh
perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan sosial terjadi dalam bidang material dan immaterial karena keduanya
memiliki hubungan timbal balik.

4. Perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yang bersifat


sementara karena berada dalam proses penyesuain diri.

F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model : “Contextual Teaching and Learning” (CTL)

2. Metode : Konstruktivisme, Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan.


G. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan I

1. Kegiatan awal

 Salam dan doa


 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
Pertemuan II

1. Kegiatan awal

 Salam dan doa


 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
Pertemuan III

1. Kegiatan awal

 Salam dan doa


 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
Pertemuan IV

1. Kegiatan awal

 Salam dan doa


 Menanyakan kesiapan belajar siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
 Memotivasi peserta didik dengan memeberi penjelasan tentang materi yang akan
dibahas.

2. Kegiatan inti

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri
pendapatnya mengenai tentang suatu perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri
untuk semua topik yang diajarkan dan mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
memunculkan pertanyaan.
 guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan mengadakan tanya jawab.
 Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bervariasi, dan diharapkan siswa dapat
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban dan meyakinkan setiap anggotanya untuk
mengetahui jawaban timnya
 Guru mereflek kembali materi yang telah dibahas dalam diskusi.
 guru melakukan penilaian secara objektif dengan menilai kemampuan siswa

3. Kegiatan akhir

 Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.


 Siswa dan guru melakukan refleksi.
 Siswa diberi tugas oleh guru untuk memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi
yang telah dibahas.
H. Alat dan sumber beelajar

 Sumber belajar ; Buku paket sosiologi kelas X-F.Penerbit Erlangga,Fritz Damanik.

 Alat, papan tulis,

 spidol dan penghapus.

I. Penilaian

INSTRUMEN SOAL

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan perubahan sosial.?


2. Sebutkan beberapa ciri-ciri perubahan sosial.?
3. Tuliskan tiga bentuk-bentuk perubahan sosial yang anda ketahui.?
4. Jelaskan pengaruh pendidikan terhadap perubahan social.?
5. Sebutkan faktor-faktor penghambat perubahan social.?
6. Setujukah anda bahwa konflik dapat mendorong terjadinya perubahan social? Berikan
alas an dan contohnya.!
7. Mengapa perubahan social banyak mengalami penolakan dari warga masyarakat.?

INSTRUMEN KUNCI JAWABAN

1. Perubahn sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dalam
masyarakat.
Perubahan social adalah perubahan dalam strategi struktur social dan hubungan social.
2. Ciri-ciri perubahan social
 Setiap masyarakat mengalami perubahan baik secra lambat maupun cepat
sehingga tidak ada masyarakat yang bersifat statis.
 Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemsyarakatan akan didikuti oleh
perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.
 Perubahan sosial yang terjadi dalam bidang material dan inmaterial karna
keduanya memilikihubungan timbal balik.
 Perubahan sosialyang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yangbersifat
sementara karna berada dalam proses penyesuaian diri.
3. Bentuk-bentuk perubahan sosial.:
 Perubahan yang lambat dan perubahan yang cepat.
 Perubahan yang berpengaruh kecil dan perubahan yang berpengaruh besar.
 Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan.
4. Pengaruh pendidikan terhadap perubahan social yaitu karna pendidikan merupakan
modal utama untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Dengan pendidikan
generasi muda dibekali kemampuan berfikir lebih maju dan kreatif, memiliki
keterampilan untuk dapat mengembangkan berbagai cara berbuat dan ditanamkan nilai
dan sikap yang mengarah pada kemajuan.
5. Faktor-faktor penghambat perubahan social.:
 Keterisolasian masyrakat
 Ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
 Sikap mengagungkan tradisi
 Ketakutan pada perubahan
 Prasangka buruk terhadap pengaruh luar serta nilai-nilai social
6. Setujuh,; Berdasarkan konsep dilektika social dari Hegel, Karl Marx menjelaskan proses
perubahan social sebagai akibat adanya konflik antarkelas social, perbedaan pandangan,
aliran politik, kesenjangan ekonomi, perbedaan keyakinan, perbedaan kepentingan,
hingga perbedaan kebudayaan dapat mengakibatkan timbuknya konflik dimasyarakat.
Setiap konflik yang pecah akan menyebabkan perubahan-perubahan tertentu dalam
tatanan masyarakat.
7. Perubahan social banyak mengalami penolakan dari masyarakat karna: Didalam
masyarakat terdapat sikap senang ato tidak senang terhadap sesuatu, Sikap seperti itu
mempengaruhi diterima atau ditolaknya suatu perubahan. Bahkan perubahan social dabat
juga ditolak oleh masyarakat apabila dipaksakan pihak lain, tidak dipahami serta dinilai
sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk.
JumlahPerolehanSkor
NP = x100%
SkorMaksimum

a.) Tehnik : Tugas individu

b.) Bentuk instrument : Pertanyaan tertulis uraian

c.) Prosedur penilaian :

 Keaktifan dalam proses pembelajaran dalam kelas


 Kemampuan siswa dalam menyelesaiakan soal-soal latihan.

Tingkatan
NO
Aspek penilaian Tidak
Baik Kurang baik
baik
1 Kemampuan siswa menjawab
soal
2 Kemampauan siswa
menjelaskan kembali meteri
pelajaran.
3 Sikap dan tingkah laku siswa
dalam kelas.
4 Keaktifan siswa dalam kelas.

Enrekang, Maret 2014

Mahasiswa

Irfan Asiz
NIM:10538142309
Mengetahui

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Kalosi Guru mata pelajaran

Drs. H. Sampe Lemang, M.Pd Andriani, S.pd


NBM: 808 253 NIP:
LEMBAR OBSERVASI KEHADIRAN SISWA KELAS X-F
SMA MUHAMMADIYAH KALOSI KABUPATEN ENREKANG

Siklus I Siklus II
No Nis Nama Siswa L/P
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Asmaul Husna P . . . . . . . .
2 Ayu Lestari P . a . . . . . .
3 Agas Dwi Nugroho L . . . . . . . .
4 Darmanto L . . . . . . . .
5 Dewiganto P . . . . . . . .
6 Disrayanti P a . . . a . . .
7 Evitasari P . . . . . . . .
8 Fahrul Rijal L . . . . . a . .
9 Haryanto Nasrullah L . . . . . . . .
10 Irfan Ramli L a . . . . . . .
11 Irwan L . a . . . . . .
12 Khairuddin Mappa L a . . . . . . .
13 Khidir L . . . . . . . .
14 Masdar L . . a . . . . .
15 Muh.Anas maulana L a . . . . . . .
16 Muh.Aris L . . . . . . . .
17 Muh.Ilham Akbar L . . . . . . . .
18 Muliade Saputri P . . . . . . . .
19 Nurafni Rustan P . . . . . . . .
20 Nurfresi P . . . . . . . .
21 Nurhayati P . . . . . . . .
22 Nurul Afiat Irayana P . a . . . . . .
23 Nurul Hafzah Syamsir P . . . . . . . .
24 Riska P . . . . a . . .
25 Rismawati. D P a . . . . . . .
26 Siramawana P . . . . . . . .
27 Sri Wahyuni P . . . . . a . .
28 Suhardi L . . . . . . . .
29 Supardi L . a . . . . . .
30 Yana Sari P . . . . . . . .

Enrekang, Maret 2014

Mahasiswa peneliti

IRFAN ASIZ
Nim. 10538 1423 09
TES SIKLUS I
SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang

Mata Pelajaran : Sosiologi Siklus :I


Kelas : X-f Waktu : 90 Menit
Semester : Genap Tahun Ajaran: 2013/2014

A. Petunjuk umum
1. Isikan identitas anda di lembar jawaban!
2. Kerjakan soal-soal berikut dengan baik dan benar!
3. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap paling mudah!

B. Jawablah pertanyaan berikut ini !

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan perubahan sosial.?


2. Sebutkan beberapa ciri-ciri perubahan sosial.?
3. Tuliskan tiga bentuk-bentuk perubahan sosial yang anda ketahui.?
4. Jelaskan pengaruh pendidikan terhadap perubahan social.?
5. Sebutkan faktor-faktor penghambat perubahan social.?
6. Setujukah anda bahwa konflik dapat mendorong terjadinya perubahan social? Berikan
alas an dan contohnya.!
7. Mengapa perubahan social banyak mengalami penolakan dari warga masyarakat.?

C. Instrumen Kunci Jawaban !

1. Perubahn sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dalam
masyarakat.
Perubahan social adalah perubahan dalam strategi struktur social dan hubungan
social.
2. Ciri-ciri perubahan social
 Setiap masyarakat mengalami perubahan baik secra lambat maupun cepat
sehingga tidak ada masyarakat yang bersifat statis.
 Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemsyarakatan akan didikuti oleh
perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.
 Perubahan sosial yang terjadi dalam bidang material dan inmaterial karna
keduanya memilikihubungan timbal balik.
 Perubahan sosialyang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yangbersifat
sementara karna berada dalam proses penyesuaian diri.

3. Bentuk-bentuk perubahan sosial.:


 Perubahan yang lambat dan perubahan yang cepat.
 Perubahan yang berpengaruh kecil dan perubahan yang berpengaruh besar.
 Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan.
4. Pengaruh pendidikan terhadap perubahan social yaitu karna pendidikan merupakan
modal utama untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Dengan pendidikan
generasi muda dibekali kemampuan berfikir lebih maju dan kreatif, memiliki
keterampilan untuk dapat mengembangkan berbagai cara berbuat dan ditanamkan
nilai dan sikap yang mengarah pada kemajuan.
5. Faktor-faktor penghambat perubahan social.:
 Keterisolasian masyrakat
 Ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
 Sikap mengagungkan tradisi
 Ketakutan pada perubahan
 Prasangka buruk terhadap pengaruh luar serta nilai-nilai social
6. Setujuh,; Berdasarkan konsep dilektika social dari Hegel, Karl Marx menjelaskan
proses perubahan social sebagai akibat adanya konflik antarkelas social, perbedaan
pandangan, aliran politik, kesenjangan ekonomi, perbedaan keyakinan, perbedaan
kepentingan, hingga perbedaan kebudayaan dapat mengakibatkan timbuknya konflik
dimasyarakat. Setiap konflik yang pecah akan menyebabkan perubahan-perubahan
tertentu dalam tatanan masyarakat.
7. Perubahan social banyak mengalami penolakan dari masyarakat karna: Didalam
masyarakat terdapat sikap senang ato tidak senang terhadap sesuatu, Sikap seperti itu
mempengaruhi diterima atau ditolaknya suatu perubahan. Bahkan perubahan social
dabat juga ditolak oleh masyarakat apabila dipaksakan pihak lain, tidak dipahami
serta dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk.
TES SIKLUS II
SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang

Mata Pelajaran : Sosiologi Siklus : II


Kelas : X-f Waktu : 90 Menit
Semester : Genap Tahun Ajaran: 2013/2014

A. Petunjuk umum
1. Isikan identitas anda di lembar jawaban!
2. Kerjakan soal-soal berikut dengan baik dan benar!
3. Kerjakan terlebih dahulu soal yang dianggap paling mudah!

B. Jawablah pertanyaan berikut ini !


1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan perubahan sosial.?
2. Sebutkan beberapa ciri-ciri perubahan sosial.?
3. Tuliskan tiga bentuk-bentuk perubahan sosial yang anda ketahui.?
4. Jelaskan pengaruh pendidikan terhadap perubahan social.?
5. Sebutkan faktor-faktor penghambat perubahan social.?
6. Setujukah anda bahwa konflik dapat mendorong terjadinya perubahan social? Berikan
alas an dan contohnya.!
7. Mengapa perubahan social banyak mengalami penolakan dari warga masyarakat.?

C. Instrumen Kunci Jawaban !


1. Perubahn sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dalam
masyarakat.
Perubahan social adalah perubahan dalam strategi struktur social dan hubungan
social.
2. Ciri-ciri perubahan social
 Setiap masyarakat mengalami perubahan baik secra lambat maupun cepat
sehingga tidak ada masyarakat yang bersifat statis.
 Perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemsyarakatan akan didikuti oleh
perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.
 Perubahan sosial yang terjadi dalam bidang material dan inmaterial karna
keduanya memilikihubungan timbal balik.
 Perubahan sosialyang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yangbersifat
sementara karna berada dalam proses penyesuaian diri.

3. Bentuk-bentuk perubahan sosial.:


 Perubahan yang lambat dan perubahan yang cepat.
 Perubahan yang berpengaruh kecil dan perubahan yang berpengaruh besar.
 Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan.
4. Pengaruh pendidikan terhadap perubahan social yaitu karna pendidikan merupakan
modal utama untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Dengan pendidikan
generasi muda dibekali kemampuan berfikir lebih maju dan kreatif, memiliki
keterampilan untuk dapat mengembangkan berbagai cara berbuat dan ditanamkan
nilai dan sikap yang mengarah pada kemajuan.
5. Faktor-faktor penghambat perubahan social.:
 Keterisolasian masyrakat
 Ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
 Sikap mengagungkan tradisi
 Ketakutan pada perubahan
 Prasangka buruk terhadap pengaruh luar serta nilai-nilai social
6. Setujuh,; Berdasarkan konsep dilektika social dari Hegel, Karl Marx menjelaskan
proses perubahan social sebagai akibat adanya konflik antarkelas social, perbedaan
pandangan, aliran politik, kesenjangan ekonomi, perbedaan keyakinan, perbedaan
kepentingan, hingga perbedaan kebudayaan dapat mengakibatkan timbuknya konflik
dimasyarakat. Setiap konflik yang pecah akan menyebabkan perubahan-perubahan
tertentu dalam tatanan masyarakat.
7. Perubahan social banyak mengalami penolakan dari masyarakat karna: Didalam
masyarakat terdapat sikap senang ato tidak senang terhadap sesuatu, Sikap seperti itu
mempengaruhi diterima atau ditolaknya suatu perubahan. Bahkan perubahan social
dabat juga ditolak oleh masyarakat apabila dipaksakan pihak lain, tidak dipahami
serta dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk.
DAFTAR KEHADIRAN SISWA KELAS X-F
SMA Muhammadiyah Kalosi Kabupaten Enrekang

Siklus I Siklus II
No Nis Nama Siswa L/P
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Asmaul Husna P . . . . . . . .
2 Ayu Lestari P . a . . . . . .
3 Agas Dwi Nugroho L . . . . . . . .
4 Darmanto L . . . . . . . .
5 Dewiganto P . . . . . . . .
6 Disrayanti P a . . . a . . .
7 Evitasari P . . . . . . . .
8 Fahrul Fajar L . . . . . a . .
9 Haryanto Nassarullah L . . . . . . . .
10 Irfan Ramli L a . . . . . . .
11 Irwan L . . . . . . . .
12 Khairuddin Mappa L a . . . . . . .
13 Khaidir L . . . . . . . .
14 Masdar L . . a . . . . .
15 Muh. Anas Maulana L a . . . . . . .
16 Muh. Aris L . . . . . . . .
17 Muh. Ilham akbar L . . . . . . . .
18 Muliade Saputri P . . . . . . . .
19 Nurafni Rustan P . . . . . . . .
20 Nurfrezi P . . . . . . . .
21 Nurhayati P . . . . . . . .
22 Nurul Afiat Irayana P . a . . . . . .
23 Nurul Hafzah Syamsir P . . . . . . . .
24 Riska P . . . . a . . .
25 Rismawati D P a . . . . . . .
26 Siramawana P . . . . . . . .
27 Sri wahyuni P . . . . . a . .
28 Suhardi L . . . . . . . .
29 Supardi L . a . . . . . .
30 Yana Sari P . . . . . . . .

Enrekang, Maret 2014

Mahasiswa peneliti

IRFAN ASIZ
Nim. 10538 1423 09
RIWAYAT HIDUP

IRFAN ASIZ, lahir pada tanggal 11 Juni 1989 di

SUDU, Kec.Alla, Kab.Enrekang. Anak ke- 7 dari 9

bersaudara buah cinta dan kasih sayang dari pasangan

Alm.Asiz Tambaru dengan Hana Djarak.

Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan

tingkat sekolah dasar di MIN (Madrasah Ibtidayyah) Kambiolangi Kec.Alla

Kabupaten Enrekang pada tahun 1996 Kemudian pada tahun 2001-2004 penulis

melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Alla

Kabupaten Enrekang Kemudian melanjutkan studinya selama di SMA

MUHAMMADIYAH KALOSI Kabupaten Enrekang pada tahun 2004- 2007 dan

berhasil menamatkan studinya di sekolah tersebut pada tahun 2007.

Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan diterima di

Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar program studi Strata 1.

Pada tahun 2014, penulis sangat berterimakasi kepada Dosen Pembimbing

,para sahabat dan orang tua karena berkat merekalah yang tak henti-hentinya

memberikan arahan ,semangat dan dorongan agar SKRIPSI ini bias selesai.

Anda mungkin juga menyukai