SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Di susun Oleh:
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi
Bencana Letusan Gunung Gede di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang,
Kabupaten Cianjur” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
Tanpa akal, berkah dan rahmat-Nya yang diberikan penulis pasti tidak akan
sampai pada fase akhir di perkuliahan ini.Selanjutnya Shalawat serta salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam, baginda Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Nabi akhirul zaman yang telah
membawa umat manusia dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang
berderang dengan ilmu dan teknologi yang berkembang dengan pesat saat ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
yang harus disempurnakan dan penuh dengan hambatan yang harus dilalui. Tanpa
dukungan dari seluruh pihak yang telah membantu pastinya skripsi ini tidak dapat
terselesaikan. Oleh karena itu padakesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua jurusan Pendidikan Imu
Pengetahuan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan banyak perhatian, bimbingan, serta motivasi
kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.
3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, yang juga senantiasa memberikan banyak perhatian
dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.
4. Bapak Dr. Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi, bimbingan dan
nasehat selama penulisan skripsi ini.
iii
5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di kampus ini.
6. Kepada kedua orang tua, Bapak Dedy Mawardy (alm) dan Ibu Lilis serta
kedua saudara perempuan saya tercinta Lita Juliawati Rahmah (alm) dan
Salwa Alfiyah dan semua keluarga saya terimakasih atas seluruh doa dan
dukungan moril maupun materil serta kasih sayang yang selalu mengiringi
langkah penulis hingga saat ini.
7. Kepada Agus Salim, Rizal Fahrudin dan Wais selaku teman satu
bimbingan. Terimakasih atas perjuangan selama ini dalam menyeleaikan
skripsi bersama-sama yang telah menerima segala kekurangan penulis
dalam suka maupun duka.
8. Sahabat-sahabat tercinta Kosan Manda Terimakasih atas dukungan dan
doa kalian, yang selalu membuat penulis selalu semangat hingga saat ini.
9. Rekan mengajar di SMP Paramarta program Unggulan terutama Fuji
Nurul Hamdan, yang telah membantu pekerjaan di sekolah ketika penulis
berhalangan hadir untuk menyelesaikan penelitian
10. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2012 atas kekompakannya
selama ini, baik di kelas ataupun saat praktikum.
11. Seluruh pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara
langsung ataupun tidak langsung.
Penulis harapkan semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh
Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan
digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi
ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 2 Juni 2019
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
v
4. Karakteristik Bentuk Lahan Gunung Strato di Indonesia ... 17
5. Jenis Erupsi Gunung ........................................................... 18
6. Tanda-tanda Awal Eksplosif Gunung ................................. 19
7. Bahaya Letusan Gunung ..................................................... 21
8. Jenis Bahaya Letusan Gunung ............................................ 23
E. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 26
F. Kerangka Berfikir……………………………………………………………………….…28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29
A. Lokasi dan Waktu Penilitian ..................................................... 29
B. Metode Penelitian...................................................................... 29
C. Alat dan Bahan ......................................................................... 30
D. Populasi dan Sampel ................................................................ 31
E. Tahap Penelitian ....................................................................... 32
F. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data .............................. 33
1. Kuesioner (Angket) ............................................................ 33
2. Wawancara ......................................................................... 34
3. Studi Dokumen ................................................................. 34
G. Langkah-langkah Pengolahan Data .......................................... 35
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................... 40
vi
c. Sistem Peringatan Dini ................................................ 60
d. Mobilisasi Kebencanaan ............................................. 67
3. Hasil Wawancara .............................................................. 72
4. Hasil Uji Instrument .......................................................... 73
a. Uji Validitas ................................................................ 73
b. Uji Realibilitas ............................................................ 74
D. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat di Desa Galudra ............... 75
E. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Relevan 26
ix
Tabel 4.20 Sistem Peringatan Bencana 63
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak geografis dan geologis menyebabkan Indonesia menjadi salah
satu Negara yang berpotensi sekaligus rawan bencana1 seperti gempa
bumi,tsunami,banjir,tanah longsor,badai dan letusan gunung berapi. Bencana-
bencana tersebut di atas dikarenakan keadaan geologi Indonesia sangat unik,
terletak di antara dua lempeng benua yang selalu bergerak.2
Dalam sebuah Surat An-Naml ayat 88, kita diberitahu bahwa gunung-gunung
tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus
bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
1
Pusat Data dan Analisa, Indonesia Rawan Bencana, (Jakarta: Tempo,2006),h.01
2
Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Antrhopogone,(Yogyakarta: Kanisius,2010), h.31
1
2
3
Lembaga penilitian & Pengabdian Kepada Masyarakat ITB, Mengelola Risiko Bencana di
Negara Maritim Indonesia,(Bandung: ITB,2009,)h.51
3
4
Ibid., h.51
4
5
Lampiran peraturan Kepala BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap
Darurat Bencana, h.1
6
Ibid., h. 1 .
7
Badan Perencanaan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kelembagaan dan
pengelolaan penanganan Kedaruratan di Provinsi DIY, (Yogyakarta,2006),h. 01
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka
masalah yang dapat diidentifikasi adalah
C. Batasan Masalah
Dikarenakan banyaknya permasalahan yang ada sehingga peneliti
membatasi hanya mengkaji kesiapsiagaan masyarakat Desa Galudra
Kabupaten Cianjur dalam menghadapi letusan Gunung Gede
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka pertanyaan dalam
penelitian ini adalah Bagaimana kesiapsiagaan Masyarakat Desa Galudra
Kabupaten Cianjur menghadapi letusan Gunung Gede
E. Tujuan Penilitian
Untuk mengetahui seberapa besar kesiapsiagaan masyarakat Desa
Galudra Kabupaten Cianjur dalam menghadapi letusan Gunung Gede
F. Manfaat Penilitian
Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapakan dari penelitian ini
adalah adanya suatu kontribusi baik secara teoritis atau pun secara praktis,
manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis sebagai salah satu cara untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan
pengetahuan kepada masyarkat tentang kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana letusan gunung gede
6
2. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk :
a. Perkembangan ilmu geografi lingkungan fisik seperti litosfer,
dan untuk mengkaji dan menjelaskan permasalahan tentang
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi letusan gunung api,
gunung api Gede pada khususnya.
b. Bagi pendidikan diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian
dalam pelajaran IPS dan Geografi khususnya pada materi litosfer.
c. Bagi Penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan, pengalaman ilmu dibidang geografi, dan tentang
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kesiapsiagaan
1. Pengertian Kesiapsiagaan
Bencana dapat datang secara tiba-tiba baik itu disebabkan oleh
alam atau non alam dan kita pun tidak pernah tahu kapan bahaya
atau bencana akan datang menghampiri kita oleh karena itu kita
harus selalu waspada dalam menghadapi bencana yang dapat
mengancam keselamatan diri kita.
7
8
B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-
kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam
bahasa sehari-hari adalah masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai
istilah society yang berasal dari akar kata Arab Syaraka yang berarti
“ikut serta”, berpartisipasi.11
Menurut Koentjaraningrat, Masyarakat adalah memang
sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah,
saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan masyarakat dapat mempunyai
prasaran melalaui apa yang warga-warganya dapat saling berinteraksi.
Suatu Negara modern misalnya, merupakan kesatuan manusia dengan
berbagai macam prasarana, yang memunginkan para warganya untuk
berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suatu
Negara modern mempunyai suatu jaringan perhubungan udara,
jaringan telekomunikasi, sistem radio dan tv, berbagai macam surat
kabar ditingkat nasional, bahkan internasional. 12
Hampir sama seperti yang disampaikan oleh Ralp Linton,
masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur waktu dan
11
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 143-144
12
Iin Indriani, “Persepsi Masyarakat terhadap Kiai di Pondok Pesantren Ulumul Qur’an
Bojongsari, Kota Depok“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. h. 32
9
13
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 144
14
Basrowi. Pengantar Sosiologi. (Bogor : Galia Indonesia, 2005), h. 40
15
Ibid., h. 42
10
2. Bentuk-bentuk Masyarakat
a. Masyarakat Tradisional
Adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh
adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah
mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang
mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidpan
sosialnya. Jasi, masyarakat tradisional didalam melangsungkan
kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaaan-
kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya.
Masyarakat tradisional didup di daerah pedesaan yang secara
geografis terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota.
Masyarakat ini juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat
desa.
b. Masyarakat Modern
Adalah yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai
budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa
kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat
lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman
deswasa ini. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat
masuknya engaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
umumnya masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.16
C. Bencana
1. Pengertian Bencana
Banyak pengertian atau definisi tentang bencana yang pada
umumnya mereflesikan karakteristik tentang gangguan terhadap pola
hidup manusia, dampak bencana bagi manusia, dampak terhadap
struktur sosial, kerusakan pada aspek sistem pemerintahan, bangunan,
16
Ferinaldi, “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (analisis perubahan sistem mata
pencaharian masyarakat Cigugur, Cianjur, Jawa Barat)“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. h. 24
11
17
Undang-undang nomor 24 Tahun 2007; (Tentang Penanggulangan Bencana)
18
Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 10-11
12
19
Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 20
20
Nurjannah dkk, Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 42
13
D. Gunung Api
1. Pengertian Gunung Api
Para ahli sampai saat ini belum mendapatkan kata sepakat
mengenai batasan atau istilah baku tentang definisi gunung api secara
jelas. Namun Ilmu yang mempelajari gunung api biasa dinamakan
vulkanologi. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan gunung api
seperti Menurut Koesoemadinata Gunug api adalah “lubang atau
saluran yang menghubungkan suatu wadah berisi bahan yang disebut
magma”21
Jadi gunung api itu selalu berasosiasi dengan Peristiwa yang
berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma
yang biasa disebut juga campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat
dan panas. Magma adalah cairan atau larutan silikat yang mudah
bergerak. Akivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu dan
banyaknya gas yang terkandung didalamnya.
Namun secara umum gunung api dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi
material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.22
Di pertegas lagi oleh salah seorang ahli, Matahelamual menyatakan
bahwa gunung api (Vulkan) adalah suatu bentuk timbulan di muka
bumi, pada umumnya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpacung,
kubah ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke
permukaan bumi23.
Jadi tidak semua tempat yang tinggi dinamakan gunung, karena
pengertian gunung harus memenuhi kriteria tinggi dan proses
21
Dedi Hermon, Geografi Bencana Alam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 163
22
http://e-jurnal.com/pengertian-gunung-api, diunggah pada tanggal 8 Oktober 2017, pukul 19.45
WIB
23
Nandi, “geologi Lingkungan” Hand Outs pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
Jawa Barat 2006
14
24
Munir, Geologi Lingkungan, (Malang: B ayumedia Publishing, 2003), h. 211
15
Materi yang keluar yaitu lava merah panas pijar dan bongkah-
bongkah.
4) Gunung tipe Vesuvius, nama gunung ini diambil dari nama
gunung api vesuvius di Italia dekat dengan Naples; ledakan
kuat secara tiba-tiba setelah masa tenang agak lama, lava kelaur
bersama dengan banyak gas yang telah tertahan lama dan
banyak dalam dapur magma.
5) Gunung api tipe Krakatau, ledakan dangat dahsyat, sampai
menghancurkan gunung api tersebut. Walaupun debu vulkanik
sangat banyak keluar tetapi tidak ada lava yang keluar.
6) Gunung api tipe Pelee, nama gunung ini diambil dari nama
gunung api di Pelee di Martinique; ledakan berupa gas pijar
atau gelap dan debu (nuees ardentes) yang tidak dapat
terhambur ke atas karena tersumbat kubah lava, materi
vulkanik ini kelaur secara lateral melalui retakan-retakan pada
tubuh gunung api tersebut. 25
3. Sebaran Gunung Api di Indonesia
Jumlah gunung api baik yang aktif maupun yang tidak aktif banyak
tersebar di dunia, terutama di Indonesia, hampir seluruh daratan atau
pulau di Indonesia ada satu atau lebih gunung yang menempatinya,
gunung api di Indonesia dibedakan menjadi lima, yaitu :
a. Gunung api kumpulan sunda;
Memanjang dari ujung Sumatera Utara melalui Jawa, Bali,
Sumbawa, Flores sampai Alor. Dalam kumpulan ini terdapat krang
lebih 300 buah gunung api yang masih aktif atau yang sedang
padam. Kelompok gunung api ini biasanya terdapat bertumpuk-
tumpuk, misalnya gunung api di Priangan, Flores, dan sekitar
danau Toba. Gunung api yang berdiri sendiri atau gunung api
soliter juga ada, misalnya Gunung api Gede di Cianjur, Jawa Barat.
25
Soetoto, Geologi Dasar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), h. 114-120
17
26
Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2010), h. 67-68
18
27
Herman Th. Verstappen,Garis Besar Geomorfologi Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2014), h. 75-76
19
28
Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.
88-89 dan 96
20
apabila gunung api meletus, maka itulah yang harus dibantu dan
diselamatkan oleh pemerintah.
Sebelum melakukan kegiatan eksplosif yang oleh masyarakat
setempat dikenal dengan istilah meletus, gunung api akan
menampakan kalainan tingkah laku, yang oleh masyarakat dipandang
sebagai isyarat bahwa mereka harus bersiap-siap menyelamatkan diri.
Isyarat tersebut antara lain sebagai berikut;
a. Sering terjadi gempa vulkanik, mulai dari gempa skala kecil
hingga skala besar. Makin sering dan makin besar gempa vulkanik
berlangsung, makin dekat waktu eksplosif akan terjadi. Peranan
petugas pos pengamat gunung api menjadi sangat penting dan
menentukan bilamana evakuasi harus dilakukan.
b. Sering timbul suara gemuruh yang dirasakan oleh masyarakat
yang tinggal di dekat daerah kepundan, sebagai akibat,
bergolaknya magma yang mencari jalan untuk keluar. Makin
sering dan makin kuat suara gemuruh tersebut, mencirikan
eksplosif akan segera terjadi.
c. Timbulnya awan panas mengakibatkan suhu di sekitar lereng
gunung api meningkat. Akbibatnya, binatang liar mulai tidak
tahan dan lari ke bawah, burung-burung berimigrasi
meninggalkan tempat yang berbahaya.
d. Timbul bau belerang yang sangat menyengat, bau tersebut akan
menyebar sesuai dengan arah tiupan angina.
e. Beberapa mata aiar di bagian lereng atas mulai mongering atau
debit airnya turun.
f. Diatas puncak gunung api sering terjadi kilatan-kilatan bunga api,
kilatan ini akan sangat mudah terlihat jelas [ada malam hari.
g. Terjadi aliran lava pijar. Aliran lava ini akan terlihat jelas pada
malam hari, melalui alur-alur. Lava pijar ini mampu membakar
21
apa saja yang diterjang, namun sangat indah apabila dilihat dari
kejauhan.29
Dari penjelasan di atas, ada juga penjelasan masyarakat Jawa
Tengah yang mepercayai kalau turunnya binatang dari lereng
puncak gunung api yang masih aktif, ke daerah dataran rendah
merupakan suatu petunjuk telah terjadi “ketidak nyamanan” di
lereng puncak gunung api, kejadian ini dipercaya oleh masyarakat
setempat sebagai tanda-tanda alam, sebagai penanda peringatan
kemungkinan gunung api akan meletus.30
Ada juga slogan yang sering terdengar masyarakat sekitar gunung
Merapi di Jawa Tengah, “Kalau Merapi Berulah, Kenali Cara Lari”,
demikian seruan yang selalu disampaikan oleh para petugas gunung
api kepada masyarakat sekitar.31
7. Bahaya Letusan Gunung Api
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan gunung api, hampir
seluruh pulau di Indonesia banyak di temui gunung api baik yang aktif
maupun yang tidak aktif. keadaan ini juga menjadikan tanah yang ada
di Indonesia sebagian besar termasuk pada jenis tanah vulkanik, tanah
ini merupakan tanah yang kaya akan unsur hara yang cocok bagi
tumbuhan jenis ini tentunya menguntungkan bagi para petani
khususnya. makanya tidak salah jika musisi terkenal seperti Koes
Ploes pernah menuliskan dalam lirik lagunya “…tongkat dan kayu jadi
tanaman” mungkin ini penggaambaran betapa suburnya negeri ini.
Karena banyak gunung api yang menempati di sebagian pulau
Indonesia, keadaan seperti ini disamping banyak keuntungan dalam hal
kesuburan tanahnya, keadaan ini juga menjadi ancaman bagi para
29
Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2010), h. 71-73
30
Sukandarrumidi, Geologi Medis; Pengantar Pemanfaatan Sumber Daya Alam Geologi dalam
Usaha Menuju Hidup Sehat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 160
31
Sukandarrumidi, Geologi Medis; Pengantar Pemanfaatan Sumber Daya Alam Geologi dalam
Usaha Menuju Hidup Sehat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 165
22
32
Sukandarrumidi, Bencana alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2010), h. 73-75
24
33
Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h.
124
26
Tabel 2.1
Tabel hasil penelitian yang relevan
Judul
No Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti
Tanggap Darurat Bencana bagaimana 1. sama- 1. Lokasi
Studi Kasus : Tanggap implementasi sama penilitian
Darurat Bencana Gunung tanggap meniliti berbeda
tentang
Api Merapi Kabupaten darurat 2. Lingkup
bencana
Sleman tahun 2010 (Fitra bencana objek
gunung
Haris) gunung api sasaran
api
Merapi tahun penelitian
1 2. sama- kesiapsiagaa
2010 di
sama n lebih luas
Kabupaten
meniliti
Sleman.
mitigasi
bencana
gunung
berapi
27
F. KERANGKA BERFIKIR
BENCANA GUNUNG
MELETUS
KESIAPSIAGAAN
MASYARAKAT
SIAP ATAU TIDAKNYA MASYARAKAT
EVALUASI
34
Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:FITK,2014), h.58.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
LOKASI PENILITIAN
Gambar 3.1
B. Metode Penelitian
Metode penelitian berisi jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk
memecahkan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survei.
Menurut Sofian “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel
29
30
dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data
pokok”35
1. Alat
35
Sofian Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta; LP3ES, 2012), Cet. Ke-
XXX, h.3
36
Ibid., h. 79
31
b. Data Sekunder
37
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), h.306
38
Ibid., h.308
39
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 117.
32
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili)40.
Dilihat dari prinsip pengambilan sampel, jumlah populasi tersebut
akan diambil sampelnya dengan merujuk pada pendapat Suharsimi
Arikunto yaitu: “apabila obyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik
diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Sebaliknya, apabila obyeknya lebih besar dapat diambil
10%-15% atau 20% atau lebih41.
E. Tahapan Penelitian
Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap
yaitu :
1. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan
studi pendahuluan.
2. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan
sumber data, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan kesiapsiagaan
bencana, mitigasi bencana dan tentang gunung api. Pada tahap ini
diakhiri dengan pengumpulan data dengan menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 118.
41
Suharsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Rineka Cipta,
2013, Cet. Ke-15), h. 173.
33
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket
Jumlah
No. Indikator Nomor Soal
Soal
1. Pengetahuan dan Sikap 1,2,3,4,5,6 6
2. Rencana tanggap darurat 7,8,9,10,11,12 6
3. Sistem peringatan bencana 13,14,15,16,17,18 6
42
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2012), h. 97.
34
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah repondennya sedikit/kecil43.
Adapun informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini antara lain
kepala desa dan tokoh masyarakat serta masyarakat asli Desa Galudra,
Kabupaten Cianjur, untuk menggali tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana letusan gunung api dan peran pemerintah setempat
dalam melakukan tindakan saat bencana letusan gunung api terjadi.
Adapun tabel pedoman wawancara seperti terlihat pada Tabel 3.2,
menjelaskan tentang indikator, nomor soal dan jumlah soal.
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No. Indikator Nomor Soal Jumlah Soal
1. Pengetahuan dan Sikap 1 1
2. Rencana Tanggap Darurat 2 1
3. Sistem Peringatan Bencana 3 1
4. Sistem Peringatan Bencana 4 1
5. Mobilisasi Sosial 5 1
3. Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan situasi sosial warga Desa Galudra, Kecamatan Cugenang,
Kabupaten Cianjur. Kemudian yang dapat dijadikan data dokumentasi yaitu
berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang atau
43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 194.
35
masyarakat sekitar, serta sebagai data pendukung dari data observasi dan
wawancara44.
Dan yang terakhir tabel studi dokumen seperti terlihat pada Tabel 3.3,
menjelaskan tentang dokumen yang dibutuhkan dan sumber dokumen lainnya
yang mendukung.
Tabel 3.3
Data yang Dibutuhkan
No. Dokumen yang Dibutuhkan Sumber
1. Data Monografi Desa Galudra, Kantor Desa Galudra,
Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur
2. Data penduduk Desa Galudra, Kabupaten Kepala Desa Galudra,
Cianjur Kabupaten Cianjur
44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&d, (Bandung:
Alfabeta, 2012, h 329.
36
Adapun dari data wawancara dan dokumentasi merupakan data kualitatif yang
berguna untuk melengkapi data kuantitatif yang akan digunakan sebagai
pendukung.
i=
45
Mardialis Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
1989), H.137.
37
Asumsi nilai skor kesiapsiagaan terhadap bencana letusan gunung api dapat
dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
menyediakan
tempat
pengungsian
Perlengkapan a. Ada perlengkapan 1
evakuasi dan barang- evakuasi
barang b. Tidak ada
perlengkapan 0
evakuasi
Obat-obatan untuk a. Ada obat-obatan 1
pertolongan pertama b. Tidak ada obat-
obatan 0
Pembagian tugas a. Ada pembagian 1
dalam tindakan tugas
penyelamatan b. Tidak ada
pembagian tugas 0
3. Pengorganisasian, Sistem peringatan a. Ada peringatan 1
pemasangan, dan berbasis kesepakatan b. Tidak ada 0
pengujian sistem lokal Peringatan
peringantan dini.
Alat penanda a. ada (sebutkan) 1
peringatan bencana b. tidak ada 0
letusan gunung api
i=
i=5
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai interval skor yaitu 5.
Interval skor tersebut dapat digunakan untuk menentukan nilai pada setiap
40
Tabel 3.5
Skor Kategori Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat
No. Interval skor Kategori parameter
1. 21 – 25 Sangat siap
2. 16 – 20 Siap
3. 11 – 15 Kurang siap
4. 6 – 10 Tidak siap
5. 0–5 Sangat tidak siap
46
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. (Bandung: alfabeta
2013), hal. 240.
41
“jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitaitif meliputi uji Credibility
(validitas internal), Transferability (validitas eksternal), Dependability
(realibilitas), dan Comfirmabilility (obyektibilitas).47
Jadi, maksud perpanjang waktu uji keabsahan data yang dilakukan agar
data yang diperoleh peneliti memungkinkan meningkatkan derajad kepercayaan.
Sehingga terbangun rasa percaya subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan
diri peneliti sendiri. Ketekunan dan keseriusan pengamatan bermaksud untuk
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situsai yang sangat relevan dengan
persoalanatau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
Trigulasi data yaitu memeriksa keabsahan data melalui sumber, metode
penyidik teori. Trigulasi data dengan sumber yang digunakan untuk
memcocockan hasil wawancara yang telah dilakuakn dengan data yang diperoleh
dari hasil pengamatan dan dokumentasi, membandingkan apa yang ada dari
sumber data di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan apa
yang dikatakan informan dalam situasi penelitian dengan perspektif orang lain
ketika ketika sendirian.
Auting, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dalam proses
pengumpulannya, dengan dilakuakan pencocokan semua catatan-catatan
pelaksanaan keseluruhan proses penelitian dengan dokumentasi yang berkaitan
dengan fokus penelitian.
47
Ibid., hal. 240.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Arah Desa/Wilayah
Utara Desa Ciputri
Timur Desa Cibeurem
Selatan Desa Sukamulya
Barat Kabupaten Sukabumi
b. Kondisi Iklim
Desa Galudra termasuk Desa yang berada di kawasan dataran
tinggi yaitu 750-1.200 mdpl, dimana iklim curah hujannya 2.500
mm/th, jumlah bulan hujan 3-6 bulan, suhu rata-rata harian 26-320 C.
dengan perincian sebagai berikkut :
1) Musim Kemarau berlangsung antara bulan Juni – Oktober
2) Musimpenghujan berlangsung antara bulan November – mei,
dengan curah hujan rata-rata 2.000 – 2.500 mm/tahun, dan curah
hujan paling tinggi terjadi antara bulan Desember – Maret.
c. Kondsisi Geologi dan Geomorfologi
42
43
Tabel 4.1
Data Penduduk menurut Kelompok Umur
JUMLAH
NO RENTANG UMUR Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 0-4 204 177 381
2 5-9 206 169 375
3 10-14 192 162 354
4 15-19 165 144 309
5 20-24 171 153 324
6 25-29 145 110 255
7 30-34 155 119 274
8 35-39 191 166 357
9 40-45 165 133 298
10 46-49 178 153 331
11 50-54 156 135 291
12 55-59 99 80 179
13 60-64 82 109 191
44
14 65-69 81 69 150
15 70-74 65 49 114
16 75 keatas 89 76 165
Jumlah 2.371 1.977 4.348
Sumber : Cianjur dalam Angka 2017
Adapun penjelasan Tabel 4.1 dapat dilihat lebih ringkas pada
gambar 4.3 guna memudahkan untuk pengelompokan penduduk
berdasarkan kelompok umur
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
46-49
40-45
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
10 5 0 5 10
dihitung dari tahun responden lahir hingga pada saat penelitian ini
diambil dan diukur dalam satuan tahun. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa umur responden yang termuda adalah 17 tahun
sedangkan umur tertua 63 tahun. Karakteristik umur responden dapat
dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Karaktersitik Responden Desa Galudra menurut Umur
No. Kelompok Umur Responden (Th) Jumlah Persentase (%)
1 < 20 3 12%
2 20 – 29 5 20%
3 30 – 39 7 28%
4 40 – 49 5 20%
5 50 – 59 2 8%
6 > 60 3 12%
Jumlah 25 100%
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Pelajar 3 12%
2 Pedagang 5 20%
3 Petani 6 24%
4 Karyawan 1 4%
5 Ibu Rumah Tangga 10 40 %
Jumlah 25 100%
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Desa Galudra Menurut Jumlah
Anggota Keluarga
No Jumlah Anggota Jumlah Persentase (%)
Keluarga
1 1–2 9 36%
2 3–4 11 44%
3 5–6 4 16%
4 >7 1 4%
Jumlah 25 100%
2. Hasil Angket
a. Pengetahuan dan Sikap Responden terhadap Kesiapsiagaan
Letusan Gunung Gede
Pengetahuan dan sikap masyarakat merupakan hal mendasar yang
semestinya dimiliki oleh masyarakat. Hal ini meliputi pemahaman
tentang bencana, penyebab, gejala atau tanda, pengalaman akan
bencana, dampak yang ditimbulkan, maupun sikap apa yang dilakukan
bila terjadi bencana letusan Gunung.
1) Pemahaman tentang bencana
Pemahaman masyakat tentang bencana dapat dijadikan dasar bagi
masyarakat untuk melakukan aktivitas yang tepat dalam
mengantisipasi datangnya bencana. Pemahaman mengenai bencana
termasuk hal yang paling dasar untuk menghadapi bencana.
Pengetahuan masyarakat Desa Galudra mengenai bencana letusan
Gunung Gede dapat dilihat pada Tabel 4.6.
50
Tabel 4.6
Pengetahuan Responden tentang Bencana
Pengetahuan Responden
No Frekuensi Presentase (%)
tentang Bencana
1 Perisriwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan
15 60%
yang berasal dari alam maupun
tidak
2 Peristiwa rusaknya lingkungan,
10 40%
pemukiman oleh bencana
Jumlah 25 100%
Tabel 4.7
Pengetahuan Responden tentang Bencana Letusan Gunung Gede
Pengetahuan responden
No. tentang Bencana Letusan Frekuensi Presentase (%)
Gunung Gede
1 Gunung Gede merupakan 20 80%
Gunung yang masih aktif
2 Gunung Gede merupakan 5 20%
Gunung yang tidak aktif
Jumlah 25 100%
Jumlah 25 100%
Tabel 4.9
Pengetahuan Masyarakat tentang Tanda-tanda Letusan
Gunung
Pengetahuan Responden
No tentang Tanda-tanda Frekuensi Persentase (%)
letusan Gunung
1 Hewan-hewan berpindah 15 60%
ke pemukiman
2 Sering terjadi gemuruh 9 36%
disekitar kawah
3 Tidak mengetahui 1 4%
Jumlah 25 100%
Tabel 4.10
Pengetahuan Mengenai Dampak Letusan Gunung
No Pengetahuan Mengenai Frekuensi Persentasi (%)
Dampak Letusan Gunung
1 Mengetahui dampak 25 100%
letusan Gunung
2 Tidak mengetahui dampak 0 0%
letusan Gunung
Jumlah 25 100%
Tabel 4.12
Rencana Evakuasi Responden saat Terjadi Bencana letusan
Gunung Gede
Tabel 4.13
Kepemilikan Alat Transportasi untuk Keadaan Darurat
Keadaan Darurat
1 Memilki alat transportasi 23 92%
2 Tidak Memilki alat
2 8%
transportasi
Jumlah 25 100%
1 Menyiapkan perlengkapan
dan barang-barang saat 21 84%
evakuasi
2 Tidak menyiapkan
perlengkapan dan barang- 4 16%
barang saat evakuasi
Jumlah 25 100%
Tabel 4.17
Pembagian Tugas Penyelamatan
No Pembagian Tugas Frekuensi Persentasi (%)
Penyelatan
1 Ada pembagian tugas 25 100%
2 Tidak ada pembagian 0 0%
tugas
Jumlah 25 100%
Tabel 4.19
Pihak atau Sumber Pemberi Informasi Resmi
No Pihak atau Sumber Frekuensi Persentasi
Pemberi Informasi (%)
Resmi
1 Adanya pihak atau
sumber pemberi 25 100%
informasi resmi
2 Tidak adanya pihak atau
sumber pemberi 0 0%
informasi resmi
Jumlah 25 100%
Tabel 4.20
Sistem Peringatan Bencana
No Sistem Peringatan Frekuensi Persentasi
Bencana Letusan (%)
Gunung Gede
1 Adanya sistem peringatan 25 100%
bencana letusan
2 Tidak adanya sistem 0 0%
peringatan bencana letusan
Jumlah 25 100%
Tabel 4.21
Sistem Peringatan Bencana Berbasis Teknologi
No Sistem Peringatan Bencana Frekuensi Persentasi
Letusan Gunung Gede (%)
1 Adanya sistem peringatan 25 100%
bencana berbasis teknologi
2 Tidak adanya sistem
peringatan bencana berbasis 0 0%
teknologi
Jumlah 25 100%
Berdasarkan Tabel 4.21 sebesar 100% responden atau sebanyak
25 responoden menyatakan bahwa mereka mengetahui sistem
peringatan akan terjadi bencana letusan Gunung Gede, yaitu berupa
adanya sistem peringatan yang diberikan oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat dan penjaga area Taman Nasional Gunung Gede
(TNGC) yang dilakukan di stasiun pengamatan dan pos-pos
pemantauan aktivitas Gunung Gede. Yang kemudian informasi
tersebut akan diberikan kepada masyarakat Desa Galudra melalui
humas atau apratur Desa Galudra melalui Walky atau pengeras
suara.
5) Simulasi atau Latihan Evakuasi Kebencanaan
Keikutsertaan dalam pelatihan bencana sangat dibutuhkan agar
masyarakat mengetahui apa saja yang harus dilakukan saat bencana
terjadi. Keikutsertaan dalam pelatihan bencana disajikan dalam
Tabel 4.22.
Tabel 4.22
Simulasi atau Latihan dalam Peatihan Kebencanaan
No Jumlah keikutsertaan dalam Frekuensi Persentasi
pelatihan kebencanaan (%)
1 Pernah mengikuti pelatihan 8 32%
bencana
65
d. Mobilliasi Kebencanaan
Mobilisasi sumberdaya dibutuhkan individu atau
masyarakat dalam upaya pemulihan atau bertahan dalam kondisi
bencana atau keadaan darurat.
1) Kepemilikan Materi Bencana Letusan Gunung
Kepemilikan materi atau buku tentang kesiapsiagaan
bencana letusan Gunung Gede merupakan salah satu hal
penting, agar masyarakat mengetahui apa saja yang harus
dilakukan ketika bencana letusan Gunung Gede datang.
Kepemilikan materi atau buku tentang kesiapsiagaan bencana
letusan Gunung Gede disajikan pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25
Kepmilikan Materia tau Buku tentang Kesiapsiagaan
Bencana Letusan Gunung
No Kepemilikan materi atau buku Frekuensi Persentasi
tentang kesiapsiagaan bencana (%)
letusan Gunung
68
Tabel 4.26
Akses Informasi dari Media dan Sumber lain
No Akses informasi dari media Frekuensi Persentasi
dan sumber lain (%)
1 Adanya akses informasi dari 25 100%
69
Tabel 4.26
Keterampilan yang
Keterampilan Kesiapsiagaan Bencana Anggota Keluarga
No Keterampilan kesiapsiagan Persentasi
bencana anggota keluarga Frekuensi
(%)
1 Adanya anggota keluarga 10 40%
yang memilki keterampilan
2 Tidak adanya anggota
keluarga yang memilki 15 60%
keterampilan
Jumlah 25 100%
Berdasarkan Tabel 4.26 sebagian besar responden dari
jumlah 25 responden menjawab ada anggota keluarga yang
memiliki keterampilan tentang kesiapsiagaan bencana sebesar
70
Tabel 4.28
Jaringan Sosial Responden
No Jaringan Sosial Responden Frekuensi Persentasi
(%)
1 Adanya jaringan sosial 20 80%
responden
2 Tidak adanya jaringan sosial 5 20%
responden
Jumlah 25 100%
Berdasarkan Tabel 4.28 dari 25 responden sebanyak 80%
atau 20 responden menjawab memiliki saudara maupun kerabat
yang dapat membantu saat terjadi bencana letusan Gunung
Gede sebanyak 20% atau 5 responden menjawab tidak
memiliki saudara maupun kerabat yang dapat membantu saat
terjadi bencana letusan Gunung Gede. Dari angket diatas dapat
disimpulkan bahwa masyarakat sebagian besar masih memiliki
jaringan responden untuk membantu saat terkena bencana
letusan Gunung Gede.
72
3. Hasil Wawancara
Wilayah Desa Galudra merupakan wilayah yang rawan
terdampak bencana letusan Gunung Gede, dikarenakan
lokasinya berada persis dibawah kaki gunung Gede.
Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak yang dapat
73
48
Hasil wawancara dengan Bapak Maman pada tanggal 2 Juli 2018.
74
Tabel 4.31
Uji Reliabilitas
Cronbach’s Aplha N of item
.740 24
Sumber : Data Primer yang diolah
Seperti yang terlihat pada Tabel 4.34 semua
pertanyaan pada kuisioner dapat dikatakan reliabel karena
Nilai Cronbach’s Alpha Based on Standardized item pada
setiap variable >0,6
D. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat di Desa Galudra
Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan
Gunung Gede sangat diperlukan untuk mengurangi risiko bencana. Semakin
tinggi tingkat kesiapsiagaan masyarakat maka semaikn siap masyarakat dalam
menghadapi bencana. Potensi kerugian akibart bencana akan semakin
menurun dengan meningkatnya tingkat kesiapsiagaan di daerah tersebut.
Kesiapsiagaan masyarakat di Desa Galudra diperoleh dari empat parameter,
yaitu pengetahuan dan sikap, rencana keadaan darurat, sistem peringatan dini
dan mobilisasi sumber daya. Tingkat kesiapsiagaan dapat dihitung
menggunakan rumus rata-rata dari nilai skor masing-masing responden, yaitu
sebagai berikut :
Keterangan :
M = Jumlah rata-rata
X = Nilai Individual
N = Jumlah individu
Nilai individual meupakan hasil dari penjumlahan nilai skor setiap
jawaban instrument yang diperoleh responden dari empat parameter
76
Tabel 4.33
Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dalam menghadapi Bencana
Letusan Gunung Gede
77
79
80
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Sumber Skripsi
2013
Asep Zaenudin, “Analisis Kerentanan Bencana Letusan Gunung Ceremai di
Bencana Banjir di Rt 001 Rw 012 Kelurahan Bintaro, Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2015” Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ferinaldi, “Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur (analisis perubahan sistem
Indonesia, Bandung, Jawa Barat 2006
Indria ni,Iin, “Persepsi Masyarakat terhadap Kiai di Pondok Pesantren
Ulumul Qur’an
Bojongsari, Kota Depok“ Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kecamtan
Cilimus Kabupaten Kuningan”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Bandung,
83
Sumber Internet
LAMPIRAN - LAMPIRAN
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
BIODATA PENULIS